You are on page 1of 7

Majalah Farmasi Indonesia, 20(1), 48 54, 2009

Uji efek teratogenik.

Uji
efek
teratogenik
kombinasi
ekstrak
rimpang jahe merah dan ekstrak buah
mengkudu pada tikus Wistar
Teratogenicity study of combination of ginger rhizome
extract and noni fruit extract in Wistar rat
Elin Yulinah Sukandar* ), Atun Qowiyah, dan Rik Rik Purnamasari
Sekolah Farmasi, Institut Teknologi Bandung

Abstrak
Ekstrak jahe dalam kombinasi dengan mengkudu telah dibuktikan
berkhasiat pada pasien tuberkulosis. Untuk menguji keamanannya pada
kondisi hamil telah diteliti pengaruh pemberian kombinasi ekstrak etanol
jahe merah (Zingiber officinale Roscoe var. sunti Val.) dan ekstrak etanol
buah mengkudu (Morinda citrifolia Linn.) pada tikus galur Wistar hamil. Dosis
kombinasi masing-masing ekstrak jahe merah dan ekstrak mengkudu yang
diberikan adalah 50 dan 50 mg/kg BB , 500 dan 500 mg/kg BB, serta 1000
dan 1000 mg/kg BB. Ekstrak jahe merah dan mengkudu diberikan secara
oral pada hari ke-6 sampai ke-15 kehamilan. Induk tikus dikorbankan pada
hari ke-19 kehamilan kemudian diamati jumlah janin yang hidup, kejadian
resorpsi, dan adanya janin yang tidak tumbuh. Sepertiga jumlah janin
direndam dalam larutan alizarin merah untuk pewarnaan kerangka dan
sisanya direndam dalam larutan Bouin untuk pengerasan jaringan. Tidak
terlihat adanya kelainan tulang rangka pada semua dosis uji. Dosis ekstrak
jahe merah dan mengkudu 50-50 mg/kg BB tidak menyebabkan resorpsi
janin, tidak menghambat pertumbuhan, tidak menggangu organ dan
kerangka. Dosis kombinasi ekstrak 500 dan 500 mg/kg BB dan dosis
kombinasi 1000 dan1000 mg/kg BB menyebabkan warna hati fetus menjadi
merah tua sampai hitam masing-masing 7,3 dan 8,3 %.
Kata kunci : uji teratogenik, Zingiber officinale Roscoe var. sunti Val, Morinda
citrifolia Linn.

Abstract
Ginger (Zingiber officinale Roscoe var. sunti Val.) extract in
combination with noni (Morinda citrifolia Linn.) extract has been proven to be
effective in tuberculosis patients. To examine its safety in pregnancy
condition, the influence of combination of ethanol extract of ginger and
ethanol extract of noni fruit had been studied in pregnant Wistar rat. The
ginger and noni extract were administered orally at dose level combination of
50 and 50 mg/kg BW , 500 and 500 mg/kg BW , 1000 and 1000 mg/kg BW
on day sixth to fifteenth of gestation. The mother was sacrified on day
nineteenth of gestation to observe life fetus, resorption, and growfail fetus.
One third of the fetuses eviscerated for skeletal staining with alizarin red and
two third of the fetuses were hardened with Bouins fixation solution. No
malformation were found in the eviscerated group. The combination at all
doses did not cause any fetus resorption, growth failure and did not cause
malformation in organ and skeleton. The combination dose of 500 and 500
as well as 1000 and 1000 mg/kg BW caused dark red to black color in the
liver of rat fetuses of 7.3 and 8.3 % respectively.
Key words: teratogenicity study, Zingiber officinale Roscoe var. sunti Val, Morinda
citrifolia Linn.

48

Majalah Farmasi Indonesia, 20(1), 2009

Elin Yulinah Sukandar

Pendahuluan
Ekstrak etanol rimpang jahe merah dan
ekstrak etanol buah mengkudu telah digunakan
pada uji klinik sebagai obat antituberkulosis
pada pasien dan terbukti bermanfaat
menyembuhkan penyakit tuberkulosis secara
efektif (Surialaga, 2006). Secara in vitro, jahe
merah menunjukkan aktivitas yang unggul
dibandingkan jahe emprit dan jahe Gajah
(Surya, 2005) dan kombinasi ekstrak jahe merah
dengan mengkudu membunuh Mycobacterium
tuberculosis yang resisten terhadap obat standar
(Agusta, 2005).
Mengingat
penggunaan
kombinasi
tanaman tersebut ditujukan untuk penyakit
tuberkulosis yang tinggi prevalensinya, tidak
tertutup kemungkinan penggunaan oleh ibu
hamil. Oleh karena itu, perlu dilakukan uji
teratogenik untuk melihat efek terhadap fetus.
Tujuan penelitian ini adalah mempelajari
pengaruh kombinasi ekstrak etanol jahe merah
dan buah mengkudu yang diberikan pada
periode kritis kehamilan tikus dengan
mengamati jumlah janin, pertumbuhan dan
adanya cacat fisik pada janin tikus.
Metodologi
Bahan

Jahe diperoleh dari perkebunan di


Pangalengan, buah mengkudu dikumpulkan dari
kebun di Purwakarta. Sebagai pembanding,
digunakan metotreksat. Bahan lain yang digunakan
adalah NaCl fisiologis, metilen biru, tragakan,
kloroform, etanol, kalium hidroksida, hidrogen
peroksida, alizarin merah, gliserin, asam pikrat,
formaldehid, asam asetat glasial, butanol, air suling,
dan pereaksi untuk penapisan fitokimia.

Alat

Kaca objek, mikroskop, sonde oral, peralatan


bedah, kaca pembesar, pinset, pisau silet, pipa
kapiler, krus silikat, cawan penguap, kertas saring,
batang pengaduk, alat gelas yang umum di
laboratorium.
Hewan uji

Tikus Wistar betina dewasa dengan BB 180200 g yang diperoleh dari Laboratorium Perhewanan
Sekolah Farmasi, Institut Teknologi Bandung.
Cara penelitian
Karakterisasi bahan

Karakterisasi bahan meliputi penetapan


kadar air, kadar sari larut air, kadar sari larut etanol,
susut pengeringan, kadar abu. Selain itu, dilakukan
penapisan fitokimia ekstrak yang meliputi
pemeriksaan golongan senyawa alkaloid, flavonoid,
saponin, kuinon, tanin, dan steroid/triterpenoid
mengikuti acuan Depkes RI (2002).
Penyiapan hewan uji

Proses adaptasi tikus dilakukan selama satu


minggu. Pada tikus betina, dilakukan pemeriksaan
apusan vagina. Tikus betina yang berada pada masa
subur (ditandai dengan adanya sel tanduk pada
apusan vagina) dikawinkan dengan tikus jantan
selama satu malam. Hari ke-0 ditentukan saat terjadi
sumbat vagina atau adanya sperma pada
pemeriksaan apusan vagina keesokan harinya.
Kombinasi ekstrak diberikan pada tikus yang telah
hamil secara oral pada hari ke-6 sampai hari ke-15
kehamilan. Digunakan tiga variasi dosis kombinasi
ekstrak jahe dan mengkudu dengan dosis masingmasing 50 dan 50, 500 dan 500, serta 1000 dan 1000
mg/kg BB, kelompok pembanding metrotreksat 10
dan 30 mg/kg BB dan kelompok kontrol diberi
tragakan 1 %.

Tabel I. Hasil Penapisan Fitokimia Jahe Merah (Zingiber officinale Roscoe var. sunti Val.) dan Buah
Mengkudu (Morinda citrifolia Linn.) secara kualitatif
No
1
2
3
4
5
6

Pemeriksaan
Alkaloid
Flavonoid
Saponin
Tanin/Polifenol
Kuinon
Steroid/Triterpenoid

Jahe merah
(Zingiber officinale)
+
+
+
+

Mengkudu
(Morinda citrifolia)
+
+
+
+

Keterangan:
+ = Menunjukkan adanya senyawa kimia dalam jahe merah dan buah mengkudu
= Tidak menunjukkan adanya senyawa kimia dalam jahe merah dan buah mengkudu

Majalah Farmasi Indonesia, 20(1), 2009

49

Uji efek teratogenik.

Tabel II. Hasil Penetapan Karakteristik Simplisia dan Ekstrak Etanol Mengkudu
Karakteristik
Kadar air
Susut pengeringan
Kadar sari larut air
Kadar sari larut etanol
Kadar abu total
Kadar abu tidak larut asam
Skopoletin

Simplisia (%b/b)
7,5*
8,15
29,41
15,47
5,02
0,45
Tidak ditentukan

Ekstrak (%b/b)
10*
10,39
36,35
66,20
5,20
3,20
0,12**

Keterangan:
* = dalam % (volume/bobot)
* * = dalam % (bobot/bobot)

Tabel III. Hasil Penetapan Karakteristik Simplisia dan Ekstrak Etanol Jahe Merah
Karakteristik

Simplisia (%b/b)
3,00*

Ekstrak (%b/b)
5,00*

Susut pengeringan

19,80

35,80

Kadar sari larut air

21,60

32,60

Kadar sari larut etanol

5,75

12,35

Kadar abu total

6,97

0,78

Tidak ditentukan

0,4

Kadar air

Kadar abu tidak larut asam


Keterangan: * = dalam % (volume/bobot)

Tabel IV. Hasil Pengamatan Janin


Kelompok dosis
Kontrol
(tragakan 1 %)
Jm-m
(50: 50 mg/kg BB)
Jm-m
(500: 500 mg/kg BB)
Jm-m
(1000: 1000 mg/kg BB)
Metotreksat
(30 mg/kg BB)
Metotreksat
(10 mg/kg BB)
*Vagina berdarah
Pemeriksaan efek teratogenik

65
(100 %)
70
(100 %)
62
(96,9%)
73
(98,6%)

Jumlah
janin
resorpsi
0
(0 %)
0
(0 %)
1
( 1,6%)
1
(1,35%)

10*

10

Jumlah
induk

Jumlah janin
hidup

10
10
10
10

Pada hari ke-19 kehamilan, induk tikus


dianestesi dengan kloroform lalu dilakukan
laparaktomi untuk mengeluarkan janinnya. Jumlah
janin yang hidup, resorpsi, dan kelainan morfologis
dicatat. Sepertiga janin dari masing-masing induk

50

Jumlah janin yang


tidak tumbuh
0
(0 %)
0
(0 %)
1
(1,6 %)
0
(0 %)
100%

direndam dalam larutan alizarin merah untuk


pengamatan kerangka dan dua pertiga bagian janin
lainnya direndam dalam larutan Bouin untuk
pengamatan organ bagian dalam dan bagian luar
(OECD, 1987; Wilson, 1978).

Majalah Farmasi Indonesia, 20(1), 2009

Elin Yulinah Sukandar

Tabel V. Hasil Pengamatan Kerangka (Vertebra) Janin


Kelompok

Jumlah
total
janin

Jumlah
janin
yang
diamati

65

Kontrol
(tragakan 1 %)
Jm-m (50: 50
mg/kg BB)
Jm-m (500: 500
mg/kg BB)
Jm-m (1000: 1000
mg/kg BB)

Kejadian kelainan vertebra (%)


Servikalis

Torakalis

Lumbalis

Sakrokaudalis

22

70

23

62

21

73

25

Tabel VI. Hasil Pengamatan Kerangka (Jumlah Ruas Tulang Anggota Tubuh Depan dan Belakang) Janin

Kelompok

Kontrol
(tragakan 1 %)
Jm-m (50: 50
mg/kg BB)
Jm-m (500: 500
mg/kg BB)
Jm-m (1000:
1000 mg/kg BB)

Jumlah
total
janin

Jumlah
janin
yang
diamati

% janin dengan kelainan jumlah tulang anggota tubuh


yang teramati
Ruas tulang jari anggota
Ruas tulang jari anggota
tubuh depan
tubuh belakang
Proksi- MetakProksi- Metata
Distal
Distal
mal
arpal
mal
-rsal

65

22

70

23

62

21

73

25

Keterangan:
Jm = ekstrak jahe merah
m = ekstrak mengkudu
Tabel VII. Kelainan Organ Kepala, Kaki, dan Ekor Fetus
Jumlah fetus dengan kelainan organ secara makroskopik
Kelompok

Kontrol
Jm-m
50-50
Jm-m
500-500
Jm-m
1000-1000

Jumlah
fetus yang
diamati

Mulut

Hidung

Rahang

Mata

Otak

Kaki
depan

Kaki
belakang

Ekor

41
47

0
0

0
0

0
0

0
0

0
0

0
0

0
0

0
0

41

48

Hasil Dan Pembahasan


Penapisan fitokimia ekstrak meliputi
pemeriksaan adanya golongan senyawa alkaloid,
flavonoid, saponin, kuinon, tanin, dan steroid/

Majalah Farmasi Indonesia, 20(1), 2009

triterpenoid dapat pada Tabel. I dan hasil karakterisasi ekstrak dapat pada Tabel II dan III.
Pemeriksaan janin dilakukan dengan
mengeluarkan janin pada hari ke-19 kehamilan
dengan cara laparaktomi. Hal ini dilakukan

51

Uji efek teratogenik.

Tabel VIII. Kelainan Organ Dalam Fetus


Jumlah janin dengan kelainan organ secara makroskopik
Kelompok
Kontrol
Jm-m
50-50
Jm-m
500-500
Jm-m
1000-1000

Jumlah fetus
yang
diamati
41
47

Usus

Ginjal

0
0

0
0

41

48

karena tikus yang melahirkan secara spontan


cenderung memakan keturunannya yang cacat,
mati, atau hampir mati (Wilson, 1973) sehingga
dapat mempengaruhi hasil perhitungan data.
Selain itu, dengan dilakukannya laparaktomi
dapat diamati jumlah resorpsi dan janin yang
tidak tumbuh.
Pada kelompok pembanding yang diberi
metotreksat dengan dosis 30 mg/kg BB terjadi
perdarahan pada vagina tikus, perut yang
mengecil dan berat badan menurun drastis, dari
kasus tersebut dosis metotreksat diturunkan
menjadi 10 mg/kg BB dan hasil yang didapat
fetus tidak berkembang dengan sempurna
(Tabel IV).
Untuk melihat adanya kelainan rangka
janin, digunakan pewarna alizarin merah.
Pengamatan dilakukan terhadap jumlah dan
kelainan yang mungkin terjadi pada proses
pembentukan tulang. Susunan dan jumlah
rangka yang normal adalah 7 tulang servik, 13
tulang torak, 6 tulang lumbar, 4 tulang sakral,
dan 2-3 tulang kaudal. Jumlah normal ruas
tulang anggota depan adalah 5 ruas tulang
distal, 4 ruas tulang proksimal, 4 ruas tulang
tangan (metakarpal) sedangkan pada anggota
bagian belakang adalah 5 ruas tulang distal, 4
ruas tulang proksimal, dan 5 ruas tulang kaki
(metatarsal). Dari hasil pengamatan, tidak
ditemukan adanya kelainan rangka pada kelompok kombinasi ekstrak. (Tabel V dan VI). Hasil
pengamatan, semua preparat tulang kerangka
dari tiap kelompok percobaan tidak terdapat
perbedaan. Ruas-ruas tulang belakang leher,

52

Hati
(warna
gelap)
0
0

Lambung

Jantung

Paru-paru

0
0

0
0

0
0

3
(7,3%)
4

(8,3%)

ruas-ruas tulang belakang dada, ruas-ruas tulang


belakang pinggang, rangka kaki depan dan kaki
belakang, ekor serta tulang rusuk dari semua
preparat normal. Pengamatan tulang kerangka
fetus bertujuan untuk melihat adanya kelainan
pada tulang kerangka, dimana kerangka fetus
diwarnai dengan larutan pewarna alizarin
sulfonat setelah menjalani proses penjernihan,
pemutihan dan pembersihan akhir. Pengambilan fetus yang diamati untuk pengamatan
tulang kerangka berdasarkan pada tata cara uji
teratogenik, yaitu 1/3 dari fetus hidup harus
dibuat preparat kerangka. Pengamatan dilakukan meliputi jumlah dan kelainan kerangka
fetus yang mungkin terjadi. Dari hasil
pengamatan, semua preparat tulang kerangka
dari tiap kelompok percobaan tidak terdapat
perbedaan. Ruas-ruas tulang belakang leher,
ruas-ruas tulang belakang dada, ruas-ruas tulang
belakang pinggang, rangka kaki depan dan kaki
belakang, ekor serta tulang rusuk dari semua
preparat normal. Hasil pengamatan jaringan
lunak fetus tikus pada organ bagian luar fetus
yang meliputi mulut, rahang, mata, hidung dan
otak pada kelompok kontrol dan kelompok
kombinasi ekstrak jahe dan mengkudu tidak
menunjukkan adanya perbedaan, semua organ
bagian luar fetus yang diamati normal.
Pengamatan organ hati pada dosis kombinasi
masing-masing 500 mg/kg BB terjadi perubahan warna dibandingkan kelompok kontrol
(7,3 %), dan pada dosis kombinasi masingmasing 1000 mg/kg BB) sebesar 8,3 % dari
pemberian bahan uji.

Majalah Farmasi Indonesia, 20(1), 2009

Elin Yulinah Sukandar

Gambar 1 : Tulang kerangka fetus hasil pewarnaan Alizarin merah sulfonat.


Keterangan :
a. =Fetus kelompok kontrol (normal)
b. =Fetus kelompok uji dosis kombinasi ekstrak etanol jahe merah dan ekstrak etanol buah mengkudu
masing-masing 500 mg/kg BB
c. =Fetus kelompok uji dosis kombinasi ekstrak etanol jahe merah dan ekstrak etanol buah mengkudu
masing-masing 500 mg/kg BB
d. =Fetus kelompok uji dosis kombinasi ekstrak etanol jahe merah dan ekstrak etanol buah mengkudu
masing-masing 1000 mg/kg BB

Hati

Hati

Gambar 2. Hasil pengamatan hati fetus.


Keterangan :
a. =Kelompok kontrol (normal)
b. =Kelompok yang diberi jahe mengkudu 500-500 dan \1000-1000 mg/kg BB

Majalah Farmasi Indonesia, 20(1), 2009

53

Uji efek teratogenik.

Hasil pengamatan pada organ bagian


dalam lain yang meliputi jantung, ginjal, usus
dan paru-paru menunjukkan keadaan normal,
tidak terdapat adanya kelainan.
Kesimpulan
Pengujian efek teratogenik kombinasi
ekstrak etanol jahe merah dan ekstrak etanol
buah mengkudu secara oral mulai dari hari ke 6
sampai dengan hari ke 15 masa kehamilan pada
tikus Wistar, pada dosis kombinasi ekstrak

etanol jahe merah dan ekstrak etanol buah


mengkudu masing-masing 50 mg/kg BB tidak
menyebabkan resorpsi janin, tidak menghambat
pertumbuhan, tidak menggangu organ dan
tulang kerangka. Pada kombinasi kedua ekstrak
dengan dosis masing-masing 500 mg
menunjukkan perubahan warna fetus menjadi
merah tua sampai hitam sebesar 7,3 % dan
kombinasi masing-masing 1000 mg/kg BB
sebesar 8,3 %.

Daftar Pustaka
Agusta, V.M., 2005, Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Buah Mengkudu dan Kombinasinya
dengan Rimpang Jahe terhadap Mycobacterium tuberculosis, Skripsi, Departemen Farmasi
FMIPA ITB, Bandung, 21-22.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 1997, Monografi Jahe, Balai Penelitian Tanaman
rempah dan Obat, Bogor, 5-20, 129, 134.
Departemen Kesehatan RI, Direktorat Pengawasan Obat Tradisional, 2002, Parameter Standar
Umum Ekstrak Tumbuhan Obat, Bakti Husada, Jakarta, 10-34
OECD (Organization for Economic Cooperation and Development), 1987, Guidelines for Testing
Chemicals, Washington, D.C.: OECD Publication and Information Center, 492-497.
Surialaga, S., 2006, Efektivitas Kombinasi Ekstrak rimpang Jahe Merah dan Ekstrak Buah
Mengkudu Sebagai obat Komplementer Penanganan Tuberkulosis, Tesis, Sekolah Pasca
Sarjana, Institut Teknologi Bandung, 54-60.
Surya, V.S., 2005, Uji Aktivitas Ekstrak Etanol Tiga Varietas Rimpang Jahe terhadap
Mycobacterium tuberculosis, Skripsi, Departemen Farmasi FMIPA ITB,21-23.
Wilson, J. G., 1973, Environment and Birth Defects, Academic Press, New York, 4, 6-8, 11-34, 8496, 114-116.
Wilson, J. G., and F. C. Fraser, 1978, Handbook of Teratology volume 1 : General Principles and
Etiology, Plenum Press, New York, 49-72.

* Korespondensi : Elin Yulinah Sukandar.


Sekolah Farmasi ITB KK Farmakologi-Farmasi Klinik
Jl. Ganes1 10 Bandung 40132
E-mail: elin@fa.itb.ac.id

54

Majalah Farmasi Indonesia, 20(1), 2009

You might also like