Professional Documents
Culture Documents
2. Kerusakan Sistem
Kerusakan DAS memang suatu fakta yang tidak dapat dipungkiri keberadaannya.
Laju pertumbuhan penduduk yang masih tinggi dan terkonsentrasi pada wilayah
tertentu menyebabkan alih fungsi lahan pertanian (cultivated land) ke lahan bukan
pertanian (non cultivated land), seperti: permukaan jalan cenderung sulit dikendalikan.
Bahkan banyak ditemukan penggunaan lahan melampaui daya dukungnya. Pembabatan
hutan, budi daya tanaman pangan pada lahan berlereng terjal tanpa konservasi tanah
dan air yang memadai merupakan beberapa ilustrasi penyebab rusaknya sistem
hidrologi DAS. Kerusakan tersebut ditandai dengan menurunnya kemampuan DAS dalam
menyerap, menyimpan, dan mendistribusikan air hujan pada musim hujan. Akibatnya,
tambahan cadangan air tanah (recharging) pada musim hujan sangat terbatas sehingga
pasokan air di musim kemarau menjadi rendah.
Pasokan air yang rendah di musim kemarau menyebabkan pertumbuhan
vegetasi semakin terbatas karena pada awal musim hujan kemampuan DAS menyerap
dan menahan aliran permukaan sangat rendah sehingga sebagian besar hujan ditransfer
menjadi debit sungai dan terjadilah banjir. Banjir bandang akan lebih dahsyat apabila
terjadi awal musim hujan karena peranan vegetasi belum optimal.
3. Antisipasi
Ada solusi praktis, murah, dan dapat memberikan keuntungan langsung pada
petani dalam antisipasi dan minimalisasi dampak banjir yang terjadi belakangan ini,
yaitu melalui panen hujan dan aliran permukaan. Solusi ini tentu harus didukung oleh
penatagunaan lahan sesuai dengan kemampuannya agar hasil yang diperoleh lebih
maksimal. Implementasinya dilakukan dengan menampung dan menyimpan sebagian
volume air hujan dan aliran permukaan secara alamiah (dengan menanam vegetasi),
maupun secara artifisial dengan pembuatan embung dan rorak di seluruh permukaan
DAS yang memungkinkan (Gambar 1).
H
ujan
Alir
ujan
H
an
ujan
I
rigasi
Alir
R
I
an
Area
l irigasi
Gambar 1. Panen hujan dan aliran permukaan dalam suatu toposekuen
Air yang ditampung pada musim hujan selanjutnya dapat dimanfaatkan untuk
tambahan air irigasi (supplementary irrigation) pada musim kemarau. Agar nilai ekonomi
air dapat ditingkatkan, komoditas yang diusahakan dipilih yang bernilai ekonomi tinggi
(buah-buahan dan sayuran). Teknologi ini berhasil dengan baik diterapkan di Wonosari
dan Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Penurunan volume air hujan dan aliran permukaan akibat panen hujan dan aliran
permukaan akan dapat menurunkan debit puncak dan memperpanjang waktu respon
DAS selang waktu antara curah hujan maksimum dan debit maksimum (Gambar 2 ).
Melalui modifikasi karakteristik hidrologi DAS, maka besarnya banjir bandang
dapat diminimalkan (penurunan debit puncak) dari Q1 menjadi Q2 dan memperpanjang
waktu evakuasi korban (peningkatan waktu respon) dari t1 menjadi t2 sehingga resiko
banjir yang cenderung meningkat belakangan ini dapat diminimalkan. Aplikasi teknologi
panen hujan dan aliran permukaan ini sudah saatnya disebarluaskan agar manfaat yang
diterima masyarakat dapat dioptimalkan.
t2
Sesudah panen
Q1
Huja
Sebelum panen
n (mm)
Debi
Hujan
t1
Q2
Waktu