You are on page 1of 11

TEORI AGENSI

Makalah ini disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teori Akuntansi

Disusun Oleh :
Irene Nathasia Devi
Irvan Ali Mustofa

2015271099
2015271100

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016

A. Teori Agensi
Pemisahan pemilik dan manajemen di dalam literatur akuntansi disebut
dengan Agency Theory (teori keagenan). Teori ini merupakan salah satu teori yang
muncul dalam

perkembangan riset akuntansi yang merupakan modifikasi dari

perkembangan model akuntansi keuangan dengan menambahkan aspek perilaku


manusia dalam model ekonomi. Teori agensi mendasarkan hubungan kontrak antara
pemegang saham/pemilik dan manajemen/manajer. Menurut teori ini hubungan antara
pemilik dan manajer pada hakekatnya sukar tercipta karena adanya kepentingan yang
saling bertentangan (Conflict of Interest).
Dalam konsep Agency Theory, manajemen sebagai agen semestinya on behalf
the best interest of the shareholders, akan tetapi tidak tertutup kemungkinan
manajemen hanya mementingkan kepentingannya sendiri untuk memaksimalkan
utililitas. Manajemen bisa melakukan tindakan-tindakan yang tidak menguntungkan
perusahaan secara keseluruhan yang dalam jangka panjang bisa merugikan kepentingan
perusahaan. Bahkan untuk mencapai kepentingannya sendiri, manajemen bisa
bertindak menggunakan akuntansi sebagai alat untuk melakukan rekayasa. Perbedaan
kepentingan antara prinsipal dan agen inilah disebut dengan Agency Problem yang
salah satunya disebabkan oleh adanya Asimmetric Information.
Pertentangan dan tarik menarik kepentingan antara prinsipal dan agen dapat
menimbulkan permasalahan yang dalam Agency Theory dikenal sebagai Asymmetric
Information (AI) yaitu informasi yang tidak seimbang yang disebabkan karena adanya
distribusi informasi yang tidak sama antara prinsipal dan agen. Ketergantungan pihak
eksternal pada angka akuntansi, kecenderungan manajer untuk mencari keuntungan
sendiri dan tingkat AI yang tinggi, menyebabkan keinginan besar bagi manajer
untuk memanipulasi kerja yang dilaporkan untuk kepentingan diri sendiri.
Menurut Scott (2000), terdapat dua macam asimetri informasi yaitu:
1. Adverse selection, yaitu bahwa para manajer serta orang-orang dalam lainnya
biasanya mengetahui lebih banyak tentang keadaan dan prospek perusahaan
dibandingkan investor pihak luar. Dan fakta yang mungkin dapat mempengaruhi
keputusan yang akan diambil oleh pemegang saham tersebut tidak disampaikan
informasinya kepada pemegang saham.
2. Moral hazard, yaitu bahwa kegiatan yang dilakukan oleh seorang manajer tidak
seluruhnya diketahui oleh pemegang saham maupun pemberi pinjaman. Sehingga
manajer dapat melakukan tindakan diluar pengetahuan pemegang saham yang

melanggar kontrak dan sebenarnya secara etika atau norma mungkin tidak layak
dilakukan.
Pemilik atau pemegang saham sebagai prinsipal, sedangkan managemen sebagai
agen. Agency Theory mendasarkan hubungan kontrak antar anggota-anggota dalam
perusahaan, dimana prinsipal dan agen sebagai pelaku utama. Prinsipal merupakan
pihak yang memberikan mandat kepada agen untuk bertindak atas nama prinsipal,
sedangkan agen merupakan pihak yang diberi amanat oleh principal untuk
menjalankan perusahaan. Agen berkewajiban untuk mempertanggungjawabkan apa
yang telah diamanahkan oleh prinsipal kepadanya. Aplikasi agency theory dapat
terwujud dalam kontrak kerja yang akan mengatur

proporsi hak dan kewajiban

masing-masing pihak dengan tetap memperhitungkan kemanfaatan secara keseluruhan.


Kontrak kerja merupakan seperangkat aturan yang mengatur mengenai mekanisme
bagi hasil, baik yang berupa keuntungan,return maupun resiko-resiko yang disetujui
oleh prinsipal dan agen.
Kontrak kerja akan menjadi optimal bila kontrak dapat fairness yaitu mampu
menyeimbangkan antara prinsipal dan agen yang secara matematis memperlihatkan
pelaksanaan kewajiban yang optimal oleh agen dan pemberian insentif/imbalan
khusus yang memuaskan dari prinsipal ke agen. Inti dari Agency Theory atau

teori

keagenan adalah pendesainan kontrak yang tepat untuk menyelaraskan kepentingan


prinsipal dan agen dalam hal terjadi konflik kepentingan (Scott, 1997).
Baik prinsipal maupun agen, keduanya mempunyai posisi daya tawar yang
kuat. Prinsipal sebagai pemilik modal mempunyai hak akses pada informasi internal
perusahaan, sedangkan agen yang menjalankan operasional perusahaan mempunyai
informasi tentang operasi dan kinerja perusahaan secara riil dan menyeluruh, namun
agen tidak mempunyai wewenang mutlak dalam pengambilan keputusan, apalagi
keputusan yang bersifat strategis, jangka panjang dan global. Hal ini disebabkan untuk
keputusan-keputusan tersebut tetap menjadi wewenang dari prinsipal selaku pemilik
perusahaan.
Adanya posisi, fungsi, kepentingan dan latar belakang prinsipal dan agen
yang berbeda saling bertolak belakang namun saling membutuhkan ini, mau tidak mau
dalam praktiknya akan menimbulkan pertentangan dengan saling tarik menarik
pengaruh dan

kepentingan antara satu sama lain. Apabila agen (yang berperan

sebagai penyedia informasi bagi principal dalam pengambilan keputusan) melakukan

upaya sistematis yang dapat menghambat prisipal dalam pengambilan keputusan


strategis melalui

penyediaan informasi yang tidak transparan, sedang dilain pihak

prinsipal selaku pemilik modal bertindak semaunya atau sewenang-wenang karena ia


merasa sebagai pihak

yang paling berkuasa

dan

penentu

keputusan

dengan

wewenang yang tak terbatas, maka kemudian yang terjadi adalah pertentangan
yang semakin tajam yang akan menyebabkan konflik yang berkepanjangan yang
pada akhirnya merugikan semua pihak. Baik prinsipal maupun agen diasumsikan
sebagai orang ekonomik (homo economicsus)yang berperilaku ingin memaksimalkan
kepentingannya masing-masing.
B. Teori Game (Game Theory )
Game Theory berusaha untuk membuat model dan memprediksi outcome konflik
antara individu secara rasional. Pentingnya konsekuensi ekonomi dikarakteristikkan sebagai
konflik. Ada 2 kontrak penting yaitu : kontrak pegawai (antara perusahaan dengan
manajemen) dan leading kontrak (antara perusahaan dengan lenders) kedua tipe kontrak
tersebut sering tergantung pada net income yang dilaporkan. Kontrak pegawai sering
memberikan bonus dengan berdasarkan pada net income.
Game theory dapat membantu mereka memahami bagaimana manajer, investor dan
lainnya yang dipengaruhi oleh konsekuensi ekonomi dari pelaporan keuangan. Game theory
membantu mereka untuk melihat mengapa kontrak sering bergantung pada laporan keuangan.
Game theory ini, seorang pemain selain memperhitungkan ketidakpastian situasi yang akan
terjadi juga akan memperhitungkan tindakan yang dilakukan oleh pemain lainnya.
Ada banyak tipe teori game, antara lain:
a. A noncooperative game model of managerinvestor conflict (teori game model
non cooperative konflik antara manajer investor )
Non-kooperatif : jika persetujuan tidak mungkin diberdayakan atas setiap anggota,
Konflik antara constituencies (kelompok user laporan keuangan) dapat di modelkan
dalam sebuah permainan,ketika keputusan dari masing masing constituencies tidak
dapat disatukan.
Investor menginginkan informasi yang relevan dan reliable dalam laporan keuangan
untuk membantu menilai resiko dan expected value dari investasinya sedangkan
manajer tidak ingin mengungkapkan semua informasi yang diinginkan investor, manager
menyajikan laporan keuangan yang bisa atau bahkan memanipulasi laporan keuangan
dengan tujuan oportunistik maupun memperoleh kontrak yang efisien. Investor tentunya

akan waspada terhadap kemungkinan manajer akan menyajikan laporan keuangan yang
bias sehingga hal ini akan diperhitungkan ketika membuat keputusan investasi. Dan
begitu pula manajer ketika menyusun laporan keuangan akan memperhitungkan tindakan
yang akan dilakukan oleh investor. Situasi ini merupakan bentuk dari non cooperative
game karena sulit untuk mewujudkan suatu kesepakatan yang mengikat antara
manajemen dari investor.
b. Some models of cooperative game theory (beberapa model teori game cooperative)
Substansi dari cooperative adalah adanya kesepakatan yang mengikat para pemain.
Kesepakatan tersebut seing kali disebut kontrak. Agency theory merupakan cabang dari
game theory yang mempelajari desain kontrak untuk memotivasi rational agent agar
bertindak

berdasarkan kepentingan principal ketika kepentingan agen bertentangan

dengan principal.
Agency Theory: An Employment Contract Between Firm Owner and Manager
Dalam employment contract, pemilik perusahaan sebagai principal dan top manajer
sebagai agent yang direkrut untuk menjalankan perusahaan berdasarkan kepentingan
pemilik. Manajer memiliki dua pilihan yaitu: bekerja keras (work hard) dan melalaikan
tugas (shirk). Apabila manajer bekerja keras maka hasil usaha ( payoff), yang dalam hal ini
adalah laba, akan lebih tinggi. Pemilik perusahaan tentunya menginnginkan agar manajer
bekerja keras karena laba yang akan diperoleh lebih besar. Namun di sisi lain, manajer
belum tentu akan begitu saja menuruti keinginan pemilik. Tindakan manajer untuk
melakukan tugas sangat mungkin terjadi terutama apabila manajer adalah seseorang yang
effort-overse. Pemilik perusahaan tentunya harus mengendalikan moral hazard manajer.
Pemilik hendaknya mempertimbangkan alternatif lain seperti:

Tetap memperkerjakan manajer bersangkutan dan puas dengan laba yang tidak
maksimal. Alternatif ini mungkin sebaiknya tidak dipilih karena masih ada alternatif

lain yang lebih baik


Pengawasan langsung. Apabila pemilik bisa mengawasi langsung tindakan manajer
tanpa biaya yang besar, maka masalah akan dapat diselesaikan. Kontrak antara
pemilik dan manajer dapat direvisi, misalnya manajer akan memperoleh gaji yang
lebih rendah apabila pemilik mendapati manajer telah melalaikan tugas. Tipe kontrak
seperti ini disebut dengan first-best contract. Namun dalam kenyataannya, first-best
contract sering kali tidak diperoleh. Hal ini disebabkan karena sangat sulit bagi
pemilik untuk mengawasi secara langsung pekerjaan manajer yang sangat kompleks

Pengawasan tidak langsung. Karena pekerjaan manajer tidak dapat diawasi secara
langsung, maka pekerjaan manajer dapat diatributkan dengan hal lain. Misalnya
apabila laba perusahaan lebih rendah daripada yang diharapkan pemilik, maka
pemilik dapat menganggap manajer telah melalaikan tugas, sehingga pemilik akan
memberikan gaji yang lebih rendah kepada manajer. Dengan demikian manajer
tentunya akan memilih untuk bekerja keras. Namun demikian, pengawasan tidak
langsung tidak akan menghasilkan first-best contract, karena: 1) apabila perusahaan
mengalami kerugian (laba negatif), maka tidak jelas apakah kerugian ini disebabkan
oleh manajer yang lalai ataukah situasi yang buruk, 2) pemerintah mungkin

menetapkan aturan mengenai gaji minimum yang harus diterima manajer.


Pemilik menyewakan perusahaan kepada manajer. Jika alternatif ini dipilih, maka
pemilik akan meminta pembayaran hasil usaha (seperti sewa) dari manajer dalam
jumlah yang tetap setiap periode. Dengan demikian pemilik tidak lagi memperdulikan
tindakan apa yang akan dilakukan manajer karena risiko pengelolaan perusahaan akan
dipikul oleh manajer. Tetapi karena manajer diminta untuk menaggung risiko, maka
besarnya sewa yang bersedia dibayar manajer akan lebih rendah daripada manfaat
yang harusnya diperoleh pemilik apabila first-best contract dapat terwujud. Selisih
antara besarnya manfaat yang seharusnya diperoleh pemilik dan besarnya sewa yang

ditetapkan disebut dengan agency cost.


Memberikan bagian laba kepada manajer. Dengan memberikan bagian laba kepada
manajer, maka manajer akan memiliki motivasi untuk bekerja keras. Aspek kontrak
seperti ini disebut dengan incentive-compatibility karena manajer memiliki insentif
untuk bekerja keras, sejalan dengan keinginan pemilik. Namun karena pemilik
memberikan bagian laba kepada manajer maka manfaat yang diterima pemilik akan
lebih rendah dibandingkan dengan first-best contract. Dengan demikian agency cost
tetap ada meskipun jumlahnya lebih rendah dibandingkan dengan apabila pemilik
menyewakan perusahaan kepada manajer. Kontrak yang memberikan manajer bagian

laba dikenal dengan second-best contract.


Agency Theory: A Bonholder Manager Lending Contract
Dalam hubungan kontraktual antara manajer dan pemegang surat utang (bondholder),
pemegang surat utang dapat dilihat sebagai principal dan manajer merupakan agent.
Dalam memberikan pinjaman kepada perusahaan, pemegang surat utang (kreditor) akan
menentukan suatu tingkat bunga. Kreditor juga memperhitungkan potensi moral hazard,
yaitu manajer bertindak tidak sesuai dengan keinginan kreditor. Karena itu kreditor akan
memberikan tingkat bunga yang lebih tinggi atas pinjaman yang diajukan manajer

perusahaan. Bunga yang terlalu tinggi tentunya akan menyebabkan expected utility bagi
manajer akan lebih rendah sehingga manajer berusaha untuk memperoleh kesepakatan
kontraktual yang dapat menurunkan tingkat bunga. Hal ini dapat dilakukan dengan cara
memasukkan perjanjian (covenant) ke dalam kontrak, misalnya manajer berjanji bahwa
perusahaan tidak akan membagikan deviden apabila interest coverage ratio lebih rendah
dari tingkat tertentu. Contoh lainnya adalah perusahaan tidak akan mencari pinjaman lain
sebelum pinjaman saat ini dilunasi. Dengan cara ini maka perusahaan akan dapat
memperoleh pinjaman dengan bunga yang lebih rendah.
C. Impikasi Teori Agensi terhadap Akuntansi
1. Model Agency Holmstrom

Holmstrom mengansumsikan

bahwa

usaha

dari

agen

tidak

dapat

diamati oleh principal tetapi informasinya dapat diamati pada akhir periode tertentu
. Di lain pihak menunjukan bahwa model holmstrom atas kasus payoff tidak dapat
diamati, jika sekumpulan manajer mungkin melakukan aksi konstan. Holmstrom
menunjukkan secara formal bahwa
sebuah

sebuah

kontrak

yang

didasarkan

pada

pengukuran performa seperti net income yang kurang efisien. Sumber dari

kerugian

efisiensi

adalah

kebutuhan

agen

yang

risk

averse

untuk

mentoleransi risiko dalam rangka menghasilkan kecendrungan untuk menolak


hal

ini

mengakibatkan

menculnya

sebuah

pertanyaan

apakah secondbest

contract dapat dibuat lebih efisien dengan mendasarkannya pada pengukuran


second performance dalam penambahannya pada net income, sebagai contoh
harga saham juga merupakan informasi mengenai performa manajer.
Holmstrom menyatakan bahwa menyediakan pengukuran yang ke dua (harga
saham)

juga

dapat

di

observasi,

dan

memberikan

beberapa informasi

mengenai usaha manajer yang terkandung dalam pengukuran yang pertama .


Sebagai efeknya, net income dan harga saham bersama sama akan memberikan
refleksi yang lebih baik mengenai usaha manajer sekarang
salah satu saja tentu

pada

hanya

harga saham cenderung tidak stabil dan dipengruhi oleh

kejadian ekonomi secara luas namun


hirauan terhadap

dari

analisa holmstrom

menunjukkan

seberapa mengganggunya variabel kedua, variabel tersebut

dapat digunakan untuk meningkatkan efisiensi dari second-best constract jika


variabel tersebut mengandung paling sedikit beberapa tambahan informasi usaha.
Pertanyaan yang kemudian muncul menjadi satu dari proporsi relative dari

kompensasi yang di dasarkan pada net income, didasarkan pada harga saham ,
dalam

compensation

contaracts, sehingga, implikasi menarik dari model

holmstrom adalah bahwa seiring dengan net income yang bersaing dengan sumber
informasi

lainnya

untuk investor dalam teori pasar sekuritas efisien, net

income juga bersaing dengan sumber informasi lainnya untuk memotivasi manajer
dalam agency theory.
Hal

ini

memunculkan

pertanyaan

mengenai

apa

krateristik

yang

dimiliki sebuah pengukuran performa jika pengukuran tersebut digunakan untuk


konstribusi

pada

efficient

compensation contract. Salah

satu krakteristiknya adalah sensitivitasnya. Sensitivitas adalah suatu tingkat dimana


nilai ekspektasi dari sebuah pengukuran performa meningkat seiring dengan
manajer bekerja keras atau menurun jika terjadi sebaliknya .krateristik penting
lainnya. Karakteristik yang diperlukan oleh net income ya n g digunakan untuk
mengukur performa tidak sama jika digunakan sebagai input yang berguna dalam
keputusan investasi dapat disimpulkan bahwa tantangan akuntan untuk menjaga
dan meningkatkan peran dari net income
Seorang

manajer

menghasilkan

sebagai pengukuran performa.


angka

net

income

yang

mempresentasikan tradeoff terbaik yang mungkin antar sensitivitas dan keakuratan.


Kita melihat bahwa kontrak mengimplikasikan peran untuk GAAP dan untuk
audit. GAAP diperlukan sebagai biaya yang efektif untuk memberi batas pada insentif
manajer untuk mempengaruhi laporan laba bersih dengan memilih dari alternatif
kebijakan akuntansi. Kedua belah pihak harus tahu aturan bagaimana laba bersih
dihitung. GAAP berfungsi untuk menyediakan struktur yang diperlukan. Audit
diperlukan untuk menambah kredibilitas nilai laba bersih yang dilaporkan. kredibilitas
ini memiliki beberapa sumber. Pertama, pemilik

cukup yakin integritas sistem

pengendalian internal yang telah diaudit yang mendasari sistem akuntansi perusahaan
sehingga kemungkinan kecurangan atau kesalahan laba bersih rendah. Kedua, auditor
akan memastikan bahwa GAAP dipatuhi, sehingga laba bersih ditentukan sesuai
dengan seperangkat aturan yang diketahui publik. Ketiga, status profesional auditor
meyakinkan pemilik bahwa auditor independen dan tidak mungkin dipengaruhi oleh
manajer. Tentu saja, teori keagenan menunjukkan bahwa profesi audit yang kuat dan
aktif, yang memaksa perilaku yang kompeten dan etis oleh para anggotanya, adalah
kunci untuk proses pelaporan keuangan.

2. Rigidity of contracts

Contract cenderung untuk rigid pada waktu di tandatangani. Alasan untuk


regiditas ini memerlukan beberapa diskusi, di lain pihak, kita mungkin bertanya
jika konsekuensi ekonomi mempunyai tempat dalam kontrak yang di ikuti oleh
manajer, mengapa tidak menegosiasi ulang kontrak yang mengikuti perubahan
dalam GAAP atau realisasi lainnya. Kontrak yang tidak mengantisipasi semua state
realisasi yang mungkin tidak lengkap. Membangun sebuah provisi normal untuk
negosiasi kembali pada kontrak dibawah tangan adalah mungkin , namun jika
negosiasi

kembali

negosiasi

kembali

tersebut adalah

baik

untuk

manajer, prospek

dari

tersebut mengurangi usaha manajer, yang tidak termasuk

dalam ketertarikan investor. Dalam efeknya, konsekuensi dari memasuki kontrak


hanya karena itu
menyebabkan

adalah

biaya

atas

beruntungan manajer
peraturan akuntansi

realisasi

yang

perusahaan

tidak

atau

kelihatan

manajer

sebelumnya

tersebut. Ketidak

dipengaruhi oleh sebuah perubahan dari peraturan


yang berlaku

mungkin

ditekan

untuk

menghilangkan

ketidaksukaan mereka pada akuntan yang memperkenalkan perubahan perturan


daripada pihak lainnya.
Pertanyaan dalam hal ini, apakah manajer dapat membuat pemegang obligasi
menyetujui permintaan tersebut? Dalam melakukannya, ia memberikan sesuatu yang
jauh yaitu peningkatan perlindungan terhadap dividen yang berlebihan yang
dihasilkan dari kebijakan akuntansi baru. Untuk bersedia melakukan hal ini,
pemegang obligasi mungkin memerlukan sesuatu sebagai imbalan, seperti tingkat
bunga yang lebih tinggi dari mereka semua. Kontrak kompensasi manajer dengan
pemilik perusahaan akan sama sulit untuk dihindari. Jika permintaan manajer,
katakanlah tingkat bonus yang lebih tinggi, untuk mengoreksi kebijakan akuntansi
mengubah dengan menurunkan laporan laba bersih, dewan direksi mungkin ingin
sesuatu sebagai imbalan, atau bahkan membuka kembali seluruh kontrak untuk
renegosiasi.
Reconciliation of efficient securities market theory
Agency teory mendemonstrasikan kontrak kompensasi yang mungkin paling baik
biasanya mensuport kompensasi manajer pada manajer pada satu atau lebih pengukuran
performa, kemudian manajer memiliki motivasi untuk memaksimalkan performa mereka
. Sejak performa

yang lebih

tinggi membawa pada ekspektasi payoff yang lebih

tinggi, ini merupakan tujuan yang ingin dicapai shareholders. Keselarasan

ini

menjelaskan mengapa peraturan akuntansi mempunyai konsekuensi ekonomi, di samping


implikasi dari teori pasar sekuritas yang efisien kadang itu merupakan rigiditas yang
diproduksi oleh kontrak dengan penandatangan mengikat yang tidak lengkap sehingga
menciptakan perhatian manajer, dan yang membawa pada intervensi mereka dalam
proses pengaturan standard. Regiditas tersebut tidak dapat berpengaruh dengan
perubahan peraturan akuntansi yang mempengaruhi arus kas.
Kita telah melihat bagaimana perusahaan mampu menyelaraskan kepentingan
manajer dan pemegang saham, konsisten dengan kontrak efisien dari teori akuntansi
positif. teori keagenan menunjukkan bahwa kontrak kompensasi terbaik yang dicapai
mendasarkan kompensasi manajer pada satu atau lebih ukuran kinerja perusahaan.
Manajer memiliki insentif untuk memaksimalkan kinerja dan tujuan juga diinginkan oleh
para pemangku kepentingan. Keselarasan memungkinkan kita untuk melihat mengapa
kebijakan akuntansi memiliki konsekuensi ekonomi, meskipun merupakan implikasi dari
teori pasar sekuritas efisien. Di teori pasar sekuritas efisien, hanya pilihan kebijakan
akuntansi yang mempengaruhi dikecualikan arus kas untuk membawa konsekuensi
ekonomi. Argumen berbasis kontrak

telah memberikan konsekuensi ekonomi tidak

tergantung pada kebijakan akuntansi yang merupakan pilihan yang

memiliki efek

cashflow
Kesimpulan
Agency theory merupakan salah satu teori yang muncul dalam perkembangan riset
akuntansi yang merupakan modifikasi dari perkembangan model akuntansi keuangan
dengan menambahkan aspek perilaku manusia dalam model ekonomi. Dalam Agency
Theory mengenal adanya Asymmetric Information (AI) yaitu informasi yang tidak
seimbang yang

disebabkan karena adanya distribusi informasi yang tidak sama

antara prinsipal dan agen.


Agency Theory mendasarkan hubungan kontrak antar anggota-anggota dalam
perusahaan dimana principal dan agen sebagai pelaku utama. Prinsipal merupakan pihak
yang

memberikan mandat kepada agen untuk bertindak atas nama

prinsipal,

sedangkan agen merupakan pihak yang diberi amanat oleh principal untuk
menjalankan perusahaan. Agen berkewajiban untuk mempertanggungjawabkan apa
yang telah diamanat oleh prinsipal kepadanya.
Inti dari Agency Theory ( Teori Keagenan) adalah pendesainan kotrak yang tepat

untuk menyelaraskan kepentingan prinsipal dan agen dalam hal terjadi konflik
kepentingan. Inti dari Game Theory itu sendiri lebih kepaada 2 hal yaitu Cooperative &
NonCoperative. Implikasi dari Teori Agensi terhadap Akuntansi (1) Model Egency
Holmstrom, (2) Rigidity

of contracts

You might also like