You are on page 1of 21

A.

ANATOMI DAN FISIOLOGI KORNEA


Anatomi Kornea

1.

Kornea merupakan jaringan yang avaskular, bersifat transparan, berukuran 11-12


mm horizontal dan 10-11 mm vertikal, serta memiliki indeks refraksi 1,37. Kornea
memberikan kontribusi 74 % atau setara dengan 43,25 dioptri (D) dari total 58,60
kekuatan dioptri mata manusia. Kornea dewasa rata-rata mempunyai tebal 550
m, diameter horizontalnya sekitar 11,75 mm dan vertikalnya 10,6 mm.1
Dalam nutrisinya, kornea bergantung pada difusi glukosa dari aqueus humor
dan oksigen yang berdifusi melalui lapisan air mata dan udara bebas. Sebagai
tambahan, kornea perifer disuplai oksigen dari sirkulasi limbus.2
Kornea adalah salah satu organ tubuh yang memiliki densitas ujung-ujung
saraf terbanyak dan sensitifitasnya adalah 100 kali jika dibandingkan dengan
konjungtiva. Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensoris terutama berasal dari
saraf siliar longus, saraf nasosiliar, saraf ke V, saraf siliar longus yang berjalan
suprakoroid, masuk ke dalam stroma kornea, menembus membran Bowman
melepas selubung Schwannya. Seluruh lapis epitel dipersarafi sampai pada kedua
lapis terdepan. Sensasi dingin oleh Bulbus Krause ditemukan pada daerah limbus.3

Gambar 1. Anatomi kornea


Dari anterior ke posterior, kornea memiliki 5 lapisan yang berbeda-beda.
Adapun lapisan-lapisan tersebut sebagai berikut:4
a.

Lapisan epitel
1

Tebalnya 50 m , terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang


saling tumpang tindih; satu lapis sel basal, sel polygonal dan sel
gepeng.

Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong
kedepan menjadi lapis sel sayap dan semakin maju kedepan menjadi
sel gepeng, sel basal berikatan erat dengan sel basal disampingnya
dan sel polygonal didepannya melalui desmosom dan macula
okluden; ikatan ini menghambat pengaliran air, elektrolit dan glukosa
yang merupakan barrier.

Sel basal menghasilkan membrane basal yang melekat erat


kepadanya. Bila terjadi gangguan akan menghasilkan erosi rekuren.

Epitel berasal dari ectoderm permukaan. Epitel

memiliki

daya

regenerasi.
b.

Membran Bowman

Terletak dibawah membrana basal epitel kornea yang merupakan


kolagen yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari
bagian depan stroma.

Lapisan ini memiliki daya tahan yang tinggi terhadap trauma, tetapi
lapis ini tidak mempunyai daya regenerasi.

Apabila terjadi trauma akan menimbulkan jaringan parut. Tebal


lapisan ini sekitar 12 m.

c.

Jaringan Stroma

Terdiri atas lamel yang merupakan sususnan kolagen yang sejajar


satu dengan yang lainnya, Pada permukaan terlihat anyaman yang
teratur sedang dibagian perifer serat kolagen ini bercabang;
terbentuknya kembali serat kolagen memakan waktu lama yang
kadang-kadang sampai 15 bulan. Keratosit merupakan sel stroma
kornea yang merupakan fibroblast terletak diantara serat kolagen
stroma. Diduga keratosit membentuk bahan dasar dan serat kolagen
dalam perkembangan embrio atau sesudah trauma.
2

d.

Membran Descement

Merupakan membrana aselular dan merupakan batas belakang stroma


kornea dihasilkan sel endotel dan merupakan membrane basalnya.

Bersifat sangat elastis dan jernih yang tampak amorf pada


pemeriksaan mikroskop elektron, membran ini berkembang terus
seumur hidup, mempunyai tebal 40 m.

e.

Endotel

Berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar 2040 m. Endotel melekat pada membran descement melalui
hemidosom dan zonula okluden.

Lapisan endotel berbeda dengan lapisan epitel

karena

tidak

mempunyai daya regenerasi, sebaliknya endotel mengkompensasi


sel-sel yang mati dengan mengurangi kepadatan seluruh endotel dan
memberikan dampak pada regulasi cairan, jika endotel tidak lagi
dapat menjaga keseimbangan cairan yang tepat akibat gangguan
sistem pompa endotel, stroma bengkak karena kelebihan cairan
(edema kornea) dan kemudian hilangnya transparansi (kekeruhan)
akan terjadi.

Permeabilitas dari kornea ditentukan oleh epitel dan endotel yang


merupakan

membran

semipermeabel,

kedua

lapisan

ini

mempertahankan kejernihan daripada kornea, jika terdapat kerusakan


pada lapisan ini maka akan terjadi edema kornea dan kekeruhan pada
kornea 4

Gambar 2. Histologi Kornea

2.

Fisiologi Kornea
Kornea berfungsi sebagai membran pelindung dan jendela yang dilalui

berkas cahaya menuju retina. Sifat tembus cahayanya disebabkan oleh susunan
filamen-filamen kolagen pada stroma yang uniform, avaskular, dan komposisi air
yang konstan di dalam stroma atau keadaan dehidrasi relatif (deturgesens). Air di
dalam stroma dipertahankan sebanyak 70%.2,5
Deturgesens atau keadaan dehidrasi relatif jaringan kornea, dipertahankan
oleh pompa bikarbonat aktif pada endotel dan oleh fungsi sawar epitel dan
endotel. Dalam mekanisme dehidrasi ini, endotel jauh lebih penting daripada
epitel, dan kerusakan kimiawi atau fisis pada endotel berdampak jauh lebih parah
daripada kerusakan pada epitel. Kerusakan sel-sel endotel menyebabkan edema
kornea dan hilangnya sifat transparan. Sebaliknya, kerusakan pada epitel hanya
menyebabkan edema stroma kornea lokal sesaat yang akan meghilang bila sel-sel
epitel telah beregenerasi. Penguapan air dari lapisan air mata prekorneal
menghasilkan hipertonisitas ringan lapisan air mata tersebut, yang mungkin
merupakan faktor lain dalam menarik air dari stroma kornea superfisial dan
membantu mempertahankan keadaan dehidrasi.4

Penetrasi obat ke dalam ke kornea bersifat bifasik. Substansi larut lemak


dapat melalui epitel utuh dan substansi larut air dapat melalui stroma yang utuh.
Karenanya agar dapat melalui kornea, obat harus larut lemak dan larut air
sekaligus. Epitel adalah sawar yang efisien terhadap masuknya mikroorganisme
kedalam kornea. Namun sekali kornea ini cedera, stroma yang avaskular dan
membran Bowman mudah terkena infeksi oleh berbagai macam organisme,
seperti bakteri, virus, parasit, dan jamur.4
B. ANATOMI DAN FISIOLOGI LENSA
1.
Anatomi Lensa
Lensa merupakan suatu struktur yang transparan, bikonveks, avaskular, dan
terletak di antara iris dan korpus vitreus. Lensa memiliki diameter antara 9-10 mm
dan ketebalannya bervariasi sesuai dengan usia dari 3,5 mm sampai 5 mm. Lensa
memiliki dua permukaan yaitu permukaan anterior yang memiliki radius
kelengkungan sekitar 10 mm dan permukaan posterior yang memiliki radius
kelengkungan sekitar 6 mm. Kedua permukaan ini bertemu pada garis ekuator.

Gambar 3. Anatomi Lensa2


Struktur lensa terdiri dari:
5

a.

Kapsul lensa
Lensa dibungkus oleh simpai tebal (10-20 m), homogen, refraktil, dan
kaya akan karbohidrat, yang meliputi permukaan luar sel-sel epithel.
Kapsul ini merupakan suatu membran basal yang sangat tebal dan
terutama terdiri atas kolagen tipe IV dan glikoprotein. Kapsul lensa paling
tebal berada di ekuator (14 m) dan paling tipis pada kutub posterior (3
m). Kapsul lensa bersifat semipermeabel, artinya sebagian zat dapat

b.

melewati lensa dan sebagian lagi tidak.


Epitel subkapsular
Epitel subkapsular terdiri atas sel epitel kuboid yang hanya terdapat pada
permukaan anterior lensa. Epitel subkapsular yang berbentuk kuboid akan
berubah menjadi kolumnar di bagian ekuator dan akan terus memanjang
dan membentuk serat lensa. Lensa bertambah besar dan tumbuh seumur
hidup dengan terbentuknya serat lensa baru dari sel-sel yang terdapat di
ekuator lensa. Sel-sel epitel ini memiliki banyak interdigitasi dengan seratc.

serat lensa.
Nukleus dan korteks lensa
Epitel lensa akan membentuk serat lensa terus-menerus sehingga
mengakibatkan memadatnya serat lensa di bagian sentral lensa sehingga
membentuk nukleus lensa. Bagian sentral lensa merupakan serat lensa
yang paling dahulu dibentuk atau serat lensa yang tertua di dalam kapsul
lensa. Di dalam lensa dapat dibedakan nukleus embrional, fetal, infantile,
dan dewasa. Di bagian luar nukleus ini terdapat serat lensa yang lebih
muda dan disebut sebagai korteks lensa. Korteks yang terletak di sebelah
depan nukleus lensa disebut sebagai korteks anterior, sedangkan
dibelakangnya korteks posterior. Nukleus lensa mempunyai konsistensi
lebih keras dibanding korteks lensa yang lebih muda.5

Gambar 4. Histologi lensa


2.

Fisiologi Lensa
Lensa merupakan struktur yang berperan dalam pemfokusan pada mekanisme

pengelihatan. Aspek fisiologisnya termasuk :


a. Transparansi Lensa
Faktor yang berperan dalam pengaturan kejernihan dan transparansi lensa
adalah :
1) Avaskularitas
2) Struktur sel dalam lensa
3) Pengaturan protein lensa
4) Karakter kapsul lensa yang semipermeabel
5) Mekanisme pompa yang mengatur keseimbangan elektrolit dan air
dalam lensa.6

Gambar 5. Mekanisme keseimbangan elektrolit dan air dalam lensa.


b. Aktivitas Metabolik
Lensa ternutrisi melalui proses difusi dari aqueous humor. Metabolisme
dan pertumbuhan dari sel sel lensa melalui self-regulating. Aktivitas
metabolisme penting untuk memelihara integritas, transparansi, dan
fungsi optik dari lensa. Epitel lensa membantu dalam mempertahankan
keseimbangan ion, dan memperbolehkan transportasi dari nutrien
nutrien, mineral mineral, dan air ke dalam lensa. Tipe transportasi ini
disebut sebagai pump-leak system: transfer aktif dari natrium, kalium,
kalsium, dan asam amino dari aqueous humor ke lensa atau pun
sebaliknya difusi pasif melalui kapsul lensa posterior. Mempertahankan
keseimbangan (homeostasis) penting untuk transparansi dari lensa dan
berkaitan dengan keseimbangan air. Kandungan air pada lensa normalnya
stabil dan seimbang dengan aqueous humor di sekitarnya. Kandungan air
dari lensa berkurang seiring dengan bertambahnya usia, sementara
kandungan dari protein lensa yang tidak larut air (albuminoid) meningkat.
Lensa menjadi keras, kurang elastis dan kurang transparansi.2

Gambar 6. Pump Leak Mechanism


Sumber: Comperhensive Ophtalmology
c. Akomodasi
Merupakan suatu mekanisme mata untuk memfokuskan cahaya yang
masuk dapat jatuh tepat di retina agar dapat melihat lebih jelas.
Berdasarkan teori kapsular dari von Helmholtz proses akomodasi pada
manusia terjadi perubahan pada bentuk lensa.
1)

Saat mata istirahat (tidak berakomodasi), cincin ciliar membesar dan


menjaga zonula teregang dikarenakan tegangan zonula dari lensa tetap
terkompresi (menjadi datar) oleh kapsul.

2)

Kontraksi dari otot ciliar menyebabkan cincin ciliar memendek dan


melepaskan tegangan zonula pada kapsul lensa. Hal ini menyebabkan
lensa akan berubah bentuknya menjadi lebih konveks atau konoidal.
Diasumsikan betuk konoidal karena konfigurasi kapsul lensa anterior
lebih tipis dibagian tengah dan lebih tebal di perifer.6

Gambar 7. Accommodation in the normal eye

C. ANATOMI DAN FISIOLOGI UVEA


Anatomi Uvea

1.

Uvea disebut juga sebagai lapis uvea , traktus uvea, tunika vaskulosa. Uvea
merupakan lapis berpigmen dilapis kedua dari tiga lapis pembungkus bola mata.
Uvea terdiri atas 3 bagian :
a.

Iris

b.

Badan siliar (pars plana)

c.

Koroid.

Secara klinik Uvea terbagi dua yaitu Uvea anterior (iris dan badan siliar) dan
Uvea posterior (koroid) .
Uvea mempunyai fungsi :
a. Memberi

nutrisi dan pengaturan gas, badan siliar langsung

memberikan makanan pada retina sebelah dalam, lensa dan kornea.


b. Menyerap sinar, melindungi mata dari pantulan sinar dalam bola
mata.
c. Badan siliar berperan dalam akomodasi yang diatur saraf autonom
Uvea juga berfungsi dalam memberikan gejala pada keadaan penyakit mata
tertentu :
a. Midriasis pada trauma, glaukoma dan obat midriatik.
b. Misosis pada uveitis
Traktus uvealis merupakan lapisan vaskuler tengah mata dan dilindungi oleh
kornea dan sclera. Struktur ini ikut mendarahi retina.

10

Gambar 8 : Anatomi traktus uvealis (uvea)


2.

Fisiologi Uvea
a. Iris
Iris merupakan suatu membran datar sebagai lanjutan dari badan siliar ke

depan (anterior). Di bagian tengah iris terdapat lubang yang disebut pupil yang
berfungsi untuk mengatur besarnya sinar yang masuk mata.
11

Permukaan iris warnanya sangat bervariasi dan mempunyai lekukan-lekukan


kecil terutama sekitar pupil yang disebut kripte. Iris tereletak bersambungan
dengan permukaan anterior lensa, memisahkan bilik mata depan dari bilik mata
belakang, yang masing-masing berisi aqueos humor dan vitreous humor.
Pada iris terdapat 2 macam otot yang mengatur besarnya pupil, yaitu :
Musculus dilatator pupil yang berfungsi untuk melebarkan pupil dan Musculus
sfingter pupil yang berfungsi untuk mengecilkan pupil. Kedua otot tersebut
memelihara ketegangan iris sehingga tetap tergelar datar. Dalam keadaan normal,
pupil kanan dan kiri kira-kira sama besarnya, keadaan ini disebut isokoria.
Apabila ukuran pupil kanan dan kiri tidak sama besar, keadaan ini disebut
anisokoria. Iris menipis di dekat perlekatannya dengan badan siliar dan menebal
di dekat pupil.
Tidak semua cahaya yang melewati kornea mencapai fotoreseptor peka
cahaya karena adanya iris, suatu otot polos tipis berpigmen yang membentuk
struktur seperti cincin di dalam aqueous humour. Lubang bundar di bagian tengah
iris tempat masuknya cahaya ke bagian dalam mata adalah pupil. Iris mengandung
dua kelompok jaringan otot polos, satu sirkuler dan yang lain radial. Karena seratserat otot memendek jika berkontraksi, pupil mengecil apabila otot sirkuler
berkontraksi yang terjadi pada cahaya terang untuk mengurangi jumlah cahaya
yang masuk ke mata. Apabila otot radialis memendek, ukuran pupil meningkat
yang terjadi pada cahaya temaram untuk meningkatkan jumlah cahaya yang
masuk.7

12

Gambar 9. Iris
Pendarahan iris didapat dari circulus major iris. Kapiler- kapiler iris
mempunyai lapisan endotel yang tak berlubang (nonfenestrated) sehingga
normalnya tidak membocorkan fluoresin yang disuntikan secara intravena.
Persarafan sensoris iris melalui serabut-serabut dalam nervi ciliares.
Iris mengendalikan banyaknya cahaya yang masuk kedalam mata. Ukuran
pupil pada prinsipnya ditemtukan oleh keseimbangan antara konstriksi aktivitas
parasimpatis yang dihantarkan melaui nervus kranialis III dan dilatasi yang
ditimbulkan oleh aktivitas simpatis.
Fungsi iris :
1.

Mengontrol Jumlah Cahaya yang Memasuki Mata


Iris adalah bagian dari mata yang berwarna dan bertanggung jawab
untuk mengendalikan jumlah cahaya yang masuk ke mata dan
melakukannya dengan cara yang mirip dengan aperture pada kamera. Di
tengah-tengah iris adalah pembukaan putaran yang dikenal sebagai pupil.
Ukuran pupil dapat berfluktuasi karena iris memiliki otot kecil yang baik
dapat memperluas (kontraksi) atau sempit (konstriksi) itu.
Ketika otot-otot sfingter kecil yang ditemukan di iris releks, pupil
akan melebar dan ini memungkinkan lebih banyak cahaya masuk retina.
Ketika kontraksi otot, pupil akan menyempit menyebabkan penurunan
jumlah cahaya yang mampu mencapai mata. Kontraksi dan dilatasi pupil
juga terkait dengan jumlah cahaya pada lingkungan. Pada malam hari,
misalnya, otot-otot akan melebarkan pupil sehingga ada cahaya yang
cukup di mata. Ketika terlalu terang di luar, pupil akan berkontraksi untuk
memungkinkan pengurangan cahaya ke dalam mata dan mencegah
kerusakan retina.
Proses visual dimulai saat cahaya memasuki mata, terfokus pada
retina dan menghasilkan sebuah bayangan yang kecil dan terbalik. Ketika
dilatasi maksimal, pupil dapat dilalui cahaya sebanyak lima kali lebih
banyak dibandingkan ketika sedang konstriksi maksimal. Diameter pupil
13

ini sendiri diatur oleh dua elemen kontraktil pada iris yaitu papillary
constrictor yang terdiri dari otot-otot sirkuler dan papillary dilator yang
terdiri dari sel-sel epitelial kontraktil yang telah termodifikasi. Sel-sel
tersebut dikenal juga sebagai myoepithelial cells.8
Jika sistem saraf simpatis teraktivasi, sel-sel ini berkontraksi dan
melebarkan pupil sehingga lebih banyak cahaya dapat memasuki mata.
Kontraksi dan dilatasi pupil terjadi pada kondisi dimana intensitas cahaya
berubah dan ketika kita memindahkan arah pandangan kita ke benda atau
objek yang dekat atau jauh. Pada tahap selanjutnya, setelah cahaya
memasuki mata, pembentukan bayangan pada retina bergantung pada
kemampuan refraksi mata.8

Gambar 10. Kontraksi otot-otot iris


2.

Menentukan warna mata


Sementara jaringan bertanggung jawab untuk jumlah cahaya, pigmen
dalam iris bertanggung jawab untuk warna mata seseorang. Ketika ada
lebih banyak pigmen dalam iris, mata mereka akan menjadi lebih gelap.
14

Setiap orang memiliki iris yang unik dalam hal pola dan tekstur dan
karena itu mereka dapat digunakan untuk mengidentifikasi seseorang
3.

dengan cara yang sama seperti penggunaan sidik jari.


Iris juga berfungsi sebagai penghalang yang membagi ruang posterior
kecil dengan anterior yang lebih besar. Ruang posterior ditemukan antara
lensa dan iris sedangkan yang anterior ditemukan antara kornea dan iris.

b. Badan Siliar
Korpus siliaris (badan siliar) merupakan susunan otot melingkar dan
mempunyai sistem eksresi dibelakang limbus. Badan siliar dimulai dari pangkal
iris ke belakang sampai koroid terdiri atas otot-otot siliar dan prosesus siliaris.
Otot-otot siliar berfungsi untuk akomodasi.
Badan siliar berbentuk cincin yang terdapat di sebelah dalam dari tempat tepi
kornea melekat di sklera. Badan siliar merupakan bagian uvea yang terletak antara
iris dan koroid. Badan siliar menghasilkan humor akuos. Humor akuos ini sangat
menentukan tekanan bola mata (tekanan intraokular = TIO).
Humor akuos mengalir melalui kamera okuli posterior ke kamera okuli
anterior melalui pupil, kemudian ke angulus iridokornealis, kemudian melewait
trabekulum meshwork menuju canalis Schlemm, selanjutnya menuju kanalis
kolektor masuk ke dalam vena episklera untuk kembali ke jantung.
Corpus ciliare terdiri atas zona anterior yang berombak-ombak, pars plicata (2
mm), dan zona posterior yang datar, pars plana (4 mm). Processus ciliaris berasal
dari pars plicata. Processus ciliaris ini terutama terbentuk dari kapiler dan vena
yang bermuara ke vena-vena verticosa. Kapiler kapilernya besar dan berlubanglubang sehingga membocorkan fluoresin yang disuntikkan secara intravena.
Ada dua lapisan epitel ciliaris: satu lapisan tanpa pigmen disebelah dalam,
yang merupakan perluasan neuroretina ke anterior; dan satu lapisan berpigmen
disebelah luar, yang merupakan perluasan epitel pigmen retina. Processus ciliaris
dan epitel ciliares pembungkusnya berfungsi sebagai pembentuk aqueous humor.8

15

Gambar 11. Corpus ciliare


Musculus ciliaris (otot otot siliar) tersusun dari gabungan serat-serat
longitudinal, sirkuler dan radial. Fungsi serat-serat sirkular adalah untuk
mengerutkan dan relaksasi serat-serat zonula, yang berorigo dilembah-lembah
diantara processus ciliares. Otot ini mengubah tegangan pada kapsul lensa
sehingga lensa dapat mempunyai berbagai focus baik untuk objek berharak dekat
maupun yang berjarak jauh dalam lapangan pandang.
Serat- serat longitudinal musculus ciliaris menyisip kedalam anyaman
trabekula untuk mempengaruhi besar porinya. Bila musculus ciliaris berkontraksi
akan membuka anyaman trabekula dan mempercapat pengaliran cairan mata
melalui sudut bilik mata.8

16

Gambar 12. Musculus ciliaris


Pembuluh- pembuluh darah yang mendarahi corpus ciliare berasal dari
circulus arteriosus major iris.
Radang badan siliar akan mengakibatkan melebarnya pembuluh darah di
daerah limbus, yang akan mengakibatkan mata merah yang merupakan gambaran
karakteristik peradangan intraocular.
c. Koroid
Koroid merupakan bagian uvea yang paling luar, terletak antara retina (di
sebelah dalam) dan sklera (di sebelah luar). Koroid berbentuk mangkuk yang tepi
depannya berada di cincin badan siliar. Koroid adalah jaringan vascular yang
terdiri atas anyaman pembuluh darah. Retina tidak menempati (overlapping)
seluruh koroid, tetapi berhenti beberapa millimeter sebelum badan siliar.
Struktur koroid secara umum dapat dibagi menjadi empat lapisan:
1) Lapisan Haller - Bagian terluar dari koroid, memiliki diameter
pembuluh darah yang paling besar.
2) Lapisan Sattler - Lapisan dengan pembuluh darah menengah.
3) Koriokapilaris - Lapisan kapiler.
4) Membran bruch - Bagian terdalam dari lapisan koroid
Bagian dalam pembuluh darah koroid dikenal sebagai koriokapilaris. Darah
dari pembuluh koroid dilairkan melalui empat vena vorticosa, satu di tiap kuadran
posterior. Koroid disebelah dalam dibatasi oleh membrane Bruch dan disebelah
luar oleh sklera. Ruang suprakoroid terletak diantara koroid dan sklera. Koroid
melekat erat ke posterior pada tepi-tepi nervus opticus. Disebelah anterior, koroid
bergabung dengan korpus ciliare.8
Kumpulan

pembuluh darah koroid mendarahi bagian luar retina yang

menyokongnya.
17

Gambar 13.

Choroid

3.

Perdarahan

Pendarahan

Uvea

uvea

dibedakan

antara

bagian

anterior yang diperdarahi oleh 2 buah arteri siliar posterior longus yang masuk
menembus sklera di temporal dan nasal dekat tempat masuk saraf optik dan 7
buah arteri siliar anterior, yang terdapat 2 pada setiap otot rektus superior, medial,
inferior dan satu pada otot rektus lateral. Arteri siliar anterior dan posterior ini
bergabung menjadi satu membentuk arteri sirkulus major pada badan siliar. Uvea
posterior mendapat perdarahan dari 15- 20 buah arteri siliar posterior brevis yang
menembus sklera disekitar tempat masuk saraf optik.
Vaskularisasi uvea berasal dari arteri siliaris anterior dan posterior yang
berasal dari arteri oftalmika. Vaskularisasi iris dan badan siliaris berasal dari
sirkulus arteri mayoris iris yang terletak di badan siliaris yang merupakan
anastomosis arteri siliaris anterior dan arteri siliaris posterior longus. Vaskularisasi
koroid berasal dari arteri siliaris posterior longus dan brevis.8

18

Gambar 14. Perdarahan Uvea


4.

Persarafan Uvea
Persarafan uvea didapatkan dari ganglion siliar yang terletak antara bola

mata dengan otot rektus lateral, 1 cm didepan foramen optik, yang menerima 3
akar saraf dibagian posterior yaitu :
a) Saraf sensoris, yang berasal dari saraf nasosiliaris mengandung serabut
saraf sensoris untuk kornea, iris, dan badan siliar.
b) Saraf simpatis membuat pupil berdilatasi, yang berasal dari saraf
simpatis yang melingkari arteri karotis; mempersarafi pembuluh darah
uvea dan untuk dilatasi pupil.
c) Akar saraf motor akan memberikan saraf parasimpatis untuk
mengecilkan pupil. Pada ganglion siliar hanya saraf parasimpatis yang
melakukan sinaps.8

Gambar 15. Persarafan uvea

19

20

DAFTAR PUSTAKA

Vaughan DG, Asbury T, Riordan-Eva P. 2010. Oftalmology Umum. Jakarta:


Penerbit Widya Medika.

K. Lang, Gerhard. 2000. Ophthalmology A Short Textbook. Thieme Stutgart.


New York.

Ilyas, Sidarta. 2008. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ketiga. Jakarta: FKUI.

Vaughan D. 2007. General Opthalmology. 17thEdition. McGraw-Hill.

Ilyas S. 2009. Ikhtisar Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Khuarana, AK.2007. Comprehensive Opthalmology. 4th Edition. New Delhi:


New Age International.

Sherwood, L. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 2. Jakarta:


EGC.

Saladin, K.S. 2003. Anatomy & Physiology. The Unity of Form and Function.
3rd ed. New York: Mc-Graw-Hill.

21

You might also like