You are on page 1of 16

KEBIDANAN DAN KEMAJIRAN VETERINER

Praeputial Hematoma Pada Kuda

Oleh:
Kelompok 7

Rajiman Irhas

1309005073

Nyoman Ayu Widyasari

1309005092

Mergayanti Yudanta Eka Putri

1309005093

Made Bagus Januar Bahari Putra

1309005095

Dewa Ngakan Gede Surya Teja

1309005096

Gusti Ayu Made Saridewi

1309005097

Karolina Aprilliani

1309005098

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016

KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Kebidanan dan Kemajiran
Veteriner yang berjudul Praeputial Hematoma Pada Kuda.
Dalam pembuatan tugas ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu
dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tugas ini masih jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya, oleh karena itu penulis
mengharapkan kritikan dan saran guna penyempurnaan tugas ini dan semoga hasil
tulisan ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.

Denpasar, 1 Desember 2016

Penulis

ii

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................

KATA PENGANTAR....................................................................................

ii

DAFTAR ISI ..................................................................................................

iii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................

1.1 Latar Belakang ..........................................................................

1.2 Rumusan Masalah .....................................................................

1.3 Tujuan dan Manfaat ..................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................

2.1 Hematoma ...............................................................................

2.2 Jenis Hematoma .......................................................................

BAB III PEMBAHASAN ..............................................................................

3.1 Etiologi Praeputial Hematoma .................................................

3.2 Gejala Klinis .............................................................................

3.3 Patogenesa ................................................................................

3.4 Pencegahan ................................................................................

3.5 Pengobatan ................................................................................

BAB IV PENUTUP ........................................................................................

11

4.1 Simpulan...................................................................................

11

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................

12

LAMPIRAN

iii

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Andrologi (dari bahasa Yunani , anr, genitif , andros yang berari pejantan
dan -, -logia) adalah spesialisasi medisyang berhubungan dengan kesehatan pejantan, secara
khusus kepada masalah-masalah yang berhubungan dengan sistem reproduksidan sistem
urin pejantan. Andrologi merupakan lawan dari ginekologi yang menangani masalah kesehatan
betina. Andrologi dipelajari sejak akhir 1960-an. Jurnal yang membahas andrologi pertama kali
adalah jurnal berbahasa Jerman Andrologie (sekarangAndrologia)..
Andrologi sebagai cabang ilmu dalam bidang Kedokteran Hewan, belum banyak diketahui
orang tentang apa saja yang termasuk dalam keilmuan ini, baik bagi kalangan sejawat dokter
hewan, apalagi bagi kalangan awam. Andrologi dikenal sebagai ilmu yang mempelajari organ
reproduksi pejantan karena berasal dari kata Andro (salah satu hormon penting bagi pejantan).
Organ kopulasi pada hewan jantan adalah penis, dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu
glans atau alat gerak bebas, bagian utama atau badan dan krura atau akar yang melekat pada ischial
archpada pelvis yang tertutup oleh otot ischiocavernosus. Struktur internal penis merupakan
jaringan kavernosus (jaringan erektil) yang terdiri dari sinus-sinus darah yang dipisahkan oleh
lembaran jaringan pengikat yang disebut septa, yang berasal dari tunika albuginea, kapsula
berserabut di sekitar penis (Frandson, 1992).
Ruang antara tunika albuginea dan jalinan trabekula diisi oleh jaringan erektil. Relaksasi selsel otot menyebabkan penis memanjang dan keluar dari selubung prepusiumnya yang sering terjadi
pada saat kencing. Preputium adalah suatu invaginasi berganda dari kulit yang berisi dan
menyelubungi bagian bebas penis sewaktu tidak ereksi dan menyelubungi badan penis caudal dari
glan penis sewaktu ereksi. Preputium melindungi penis dari pengaruh luar dan kekeringan
(Widayati,2011) .

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu Praeputial Hematoma ?
2. Apa faktor penyebab dari Praeputal Hematoma ?
3. Apa saja gejala klinis dari Preaputial Hematoma ?
4. Bagaimana pencegahan dan pengobatan Praeputial Hematoma ?
1.3 Tujuan dan Manfaat
1. Mengetahui pengertian dari Praeputial Hematoma
2. Mengetahui faktor penyebab dari Praeputial Hematoma
3. Mengetahui gejala klinis dari Praeputial Hematoma
4. Mengetahui pencegahan dan pengobatan dari Praeputial Hematoma

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hematoma
Hematoma adalah akumulasi darah pembuluh darah tepi pada subkutan, subserosa,
intermuskularis atau jaringan ikat intramuskular karena lesi pada pembuluh darah. Hematoma
adalah ekstravasasi darah di luar pembuluh darah, umumnya akibat dari perdarahan. Pengumpulan
darah lokal biasanya berbentuk cair dalam jaringan. membedakannya dengan ecchymosis,
merupakan penyebaran darah di bawah lapisan tipis kulit, biasanya disebut memar. Keadaan ini
tidak bias dibedakan dengan hemangioma yang merupakan cairan abnormal pembuluh-pembuluh
darah pada kulit atau organ. Hematoma internal terjadi karena dinding pada dinding pembuluh
darah, arteri, vena atau kapiler, telah rusak dan darah masuk ke jaringan. Pembuluh darah dalam
tubuh melakukan perbaikan konstan. luka ringan terjadi secara rutin dan tubuh biasanya mampu
memperbaiki dinding pembuluh yang rusak dengan mengaktifkan sel pembekuan darah dan
membentuk jaring fibrin. Kegagalan perbaikan apabila terjadi kerusakan berat dan cacat yang
memungkinkan terjadinya perdarahan lanjutan. Tekanan besar pada pembuluh darah, misalnya
arteri, darah akan terus mengalir dan hematoma akan semakin meluas (Kafle,2011 dan
Marvin,2012).
2.2 Jenis Hematoma
Tipe Hematoma sering dibedakan berdasarkan lokasi:
1. Hematoma Cranial
Hematoma terbentuk di dalam tengkorak atau otak akibat kerusakan pada
pembuluh darah karena trauma atau peningkatan tekanan darah. Mengakibatkan terjadinya:
Epidural hematoma: antara tengkorak dan durameter
Subdural hematoma: antara durameter dan arachnoid
Intracerebral hematoma
2. Hematoma Ortopedi
Cedera dan patah tulang sering dikaitkan dengan pembentukan hematoma di dalam
dan sekitar tulang. Tulang adalah struktur yang sangat vaskular Karena sel darah dibuat di
dalam sumsum. Fraktur selalu dikaitkan dengan hematoma di situs patahan. Fraktur tulang
3

panjang seperti paha (femur) dan lengan atas (humerus) dapat dikaitkan dengan jumlah
yang signifikan dari perdarahan, kadang-kadang sampai satu unit darah atau 10% dari
pasokan darah tubuh.
3. Hematoma Panggul
Hematoma pada rongga panggul. Robeknya pembuluh darah akibat terjadinya
cedera pada rongga panggul. Hal ini biasa terjadi karena produksi tinggi pada sapi dan
kerbau.
4. Intramuscular hematoma
Hematoma otot terbentuk antara lapisan otot. Beberapa otot dikelilingi oleh lapisan
jaringan. Jika pendarahan terjadi, tekanan cedera dapat meningkatkan gejala cedera. Dalam
situasi ini, pasokan darah dari otot terakumulasi dan struktur otot lainnya seperti saraf rusak
secara permanen. Hal ini paling sering terlihat pada kaki bagian bawah dan lengan.
5. Subcutaneous Hematoma
Terjadi karena trauma atau luka pada pembuluh darah superfisial dibawah ditandai
dengan pembentukan hematoma pada lapisan subkutan.
6. Hematoma Intra-Abdomen
Terlepas dari bagaimana darah masuk ke perut, hematoma dapat terjadi pada organ
padat seperti hati, limpa, atau ginjal. Kemungkin terjadi pada dinding-dinding usus,
termasuk usus kecil (duodenum, jejunum, ileum) atau usus besar (colon). Hematoma juga
bisa terbentuk pada lapisan perut yang disebut peritoneum atau bagian belakang
peritoneum pada ruang retroperitoneal (retro = belakang)
7. Aural atau hematoma telinga
Jenis yang paling umum dari hematoma terjadi pada hewan. Hal ini terjadi jika
cedera menyebabkan pendarahan ke luar helix atau tulang struktur rawan telinga. Sering
disebut petinju, telinga pegulat, atau cauli daun telinga, diman darah terjebak antara lapisan
tipis kulit dan tulang rawan. Karena tulang rawan telinga mendapat suplai darah langsung
dari kulit di atasnya, hematoma dapat meneruskan aliran darah menyebabkan bagian dari
tulang rawan mengerut dan mati. Hematoma pada Aural Hematoma terjadi akibat kepala
terbentur sehingga pembuluh darah tidak berfungsi dalam flap telinga. Flap telinga
4

sebagian atau seluruhnya dapat membengkak karena perdarahan. pembengkakan


kemungkinan besar dan terasa sakit menyumbat saluran telinga. Kondisi ini lebih sering
terjadi pada anjing tetapi dapat terjadi pada kucing juga. Flap telinga akan merasa
berfluktuasi and penuh cairan, seperti balon terisi air.

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Etiologi Praeputial Hematoma


Preputial hematoma adalah akumulasi darah atau bekuan darah pada lapisan preputium.
Penyebab utama biasanya akibat dari kasus paraphimosis dan akibat trauma. Factor penyebab
lainnya termasuk infeksi preputium, hernia preputial, seroma preputial, haemangiosarcoma,
karsinoma sel skuamosa, skuamosa sel papiloma, limfoma, sarcoids, habronemiasis, dourine
(Trypanosoma equiperdum) dan purpura hemoragik (Funcia et al, 2016).
3.2 Gejala Klinis
1. pembengkakan pada bagian prolaps preputium tetapi tidak menyakitkan.

Gambar 1. Pembengkakan parah dan prolaps dari preputium

2. Glans penis tidak menonjol dari rongga preputial.


3. pemeriksaan ultrasonografi ditemukan kompatibel dengan karakteristik darah, antara
lamina internal lipatan eksternal dari preputium dan penis.

Gambar 2 . Klinis USG

4. Preputial hematoma juga bisa terjadi karena preputium infeksi, preputial hernia,
preputial seroma, haemangiosarcoma, skuamosa sel karsinoma, sel skuamosa
papiloma, limfoma,sarcoids, habronemiasis, dourine (Trypanosoma equiperdum) dan
purpura hemoragik.
3.3 Patogenesa
Preputial hematoma di awali dari robeknya bagian subfasial, pleksus vaskular atau darah
yang di pasok oleh tubuh ke dalam fasia preputial longgar, dan, dalam beberapa menit pasca
cedera, pembengkakan pada preputial bisa menimbulkan resiko yang fatal apabila penis kuda
tidak mampu kembali ke dalam rongga preputial. atau, kuda mungkin tidak dapat mengeluarkan
penis nya,

dikarenakan terjadi pembengkakan dalam rongga preputial. hematoma dapat

menghambat pembuluh darah dan pembuluh limfatik, memperburuk pembengkakan, dan


hematoma dapat mengganggu proses ekskresi urin melalui uretra. jika hematoma muncul di bagian
dari tunika albuginea hal ini dapat mengakibatkan impotensi disebabkan oleh pembuluh darah
yang tersumbat (McKinnon,2001)
Menurut Fucia, 2016 Cedera pada preputium terjadi akibat trauma selama breeding, injeksi
obat penenang, dan operasi urogenital. Pembengkakan preputial timbul dari peradangan local,
neoplasma atau penyakit sistemik yang ditandai dengan edema luas, setelah terjadi hemoragik
akut.

Pembengkakan preputium terjadi dalam beberapa menit dan dapat menyebabkan

paraphimosis. Edema berkembang dijaringan ikat longgar antara penis dan lamina internal kulit.
Berat muatan edema menyebabkan kelelahan otot yang diikuti dengan penonjolan gland penis dan
lamina preputial internal membentuk rongga preputial, edema meningkat terutama pada cincin
preputial dan dapat merusak saluran vena dan limfatik sehingga terjadilah hematoma. Apabila
didiamkan lama maka akan menyebabkan paraphimosis.
3.4 Pencegahan
Hematoma preputial merupakan pendarahan akut pada preputium yang disebabkab karena
trauma akibat trauma saat koitus,bisa juga karna trauma saat melompat . Karena kuda merupakan
hewan yang aktif jadi harus diperhatikan pegerakan dari kuda dan juga lingkungan sekitarnya
untuk mencegah terjadinya trauma dan usahakan apabila dilakukan perkawinan pada kuda agar
agar betina dalam kondisi tenang karena apabila betina bergerak secara tiba-tiba akan
7

menyebabkab trauma lapisan fibroma robek dan pecahnya pembuluh darah dibawah mukosa penis
(Funcia et al. 2016).
3.5 Pengobatan
Adapun pengobatan yang dapat dilakukan pada kuda yang mengalami praeputial
hematoma yaitu sebagaai berikut (Funcia et al. 2016):

Kuda diistirahatkan dari aktivitas seksual selama 60-90 hari atau lebih

Pemberian antibiotik sistemik untuk setidaknya 7-10 hari untuk mencegah abses formasi
dalam hematoma. Pertimbangkan untuk menggunakan antiinflammatories nonsteroid,
terutama pada tahap awal.

Kuda yang menderita penyakit preputial hematoma diberi bius dengan menggunakan
xylazine hydrochloride (Xylazina 10%; Pro Ser SA, Buenos Aires, Argentina) (0,5 mg /
kg; IV)untuk memfasilitasi prosedur pengobatan.

Lakukan USG yang dipandu Punction dengan n 24 pisau bedah (Printex; Kehr Bedah
Private Limited, India) hematoma untuk menunjukkan drainase tersebut.

Melakukan teknik pemijatan untuk mengurangi konten hematoma yang memerah dengan
menggunakan Povidone Iodine 500 ml encer (Icubex 10; Laboratorio Rodriguez Vidal
SRL, Quilmes, Buenos Aires, Argentina) (1% [vol / vol] di saline steril [0,9% NaCl])

Gambar 3. Pasca Pembedahan Hematoma Pada Praeputium

Sebagai terapi setiap hari, kuda didirikan kemudian dilakukan pijat manual danhidroterapi
dengan air dingin selama 15 menit dalam kurun waktu dua kali sehari, untuk meningkatkan
sirkulasi dan penurunan edema. Pemberian klorida krim benzalkonium (Fortiseptin,
8

Laboratorios Forti SRL -Ciudad Autonoma de Buenos Aires, Buenos Aires, Argentina)
(0,1%) dan pemberian vaseline diaplikasikan secara topikal ke penis dan preputium.

Selanjutnya, kuda dirawat dengan pemberian penisilin dan Streptomisin (Cumebiotic 6M,
Laboratorios Agropharma -Moreno, Buenos Aires, Argentina) 2.700.000 UI Sodium
Penisilin, 3.300.000 UI dari Prokain Penisilin dan 2,5 g Streptomisin, IM setiap 12 jam dan
Gentamisin (8%) (Laboratorios Equi Sistem SRL -Munro, Buenos Aires, Argentina)
dengan dosis 6,6 mg / kg; IV setiap 24 jam selama 5 hari.

Setelah pengobatan dengan penisilin dan Gentamisin, dilakukan dengan pemberian


Enrofloxacin (Enrrofloxacina lolos cerna, Laboratorios lolos cerna SA -Florida, Buenos
Aires, Argentina) dengan dosis 5 mg / kg; PO setiap 12 jam selama 9 hari. Kemudian
pemberian Flunixin (Flunix Deltavet, Laboratorios Deltavet -Morn, Buenos Aires,
Argentina) dengan dosis 1,1 mg / kg; IV setiap 12 jam diberikan selama 3 hari dan
dilanjutkan dengan Oral Fenilbutazone (Fen-Oral, Laboratorios Clnica Equina - PROSER
SA -Capitn Sarmiento , Buenos Aires, Argentina) dengan dosis 1 g; PO setiap 12 jam
untuk 11 hari ke depan, untuk sifat anti-inflamasi NSAID.

Hari pertama pengobatan, terapi corticoids dilakukan dengan EV Deksametason (Dexa 40,
Laboratorios Equi Sistem SRL -Munro, Buenos Aires, Argentina) dengan dosis 0,05 mg /
kg; IV, karena memiliki sifat anti-inflamasi. Pemberian Furosemide (Salix, Laboratorios
Intervet Argentina SA -Martnez, Buenos Aires, Argentina) dengan dosis 0,5 mg / kg; IV
setiap 24 jam digunakan hari pertama pengobatan dan Trichlormetiazida dan deksametason
asetat (Naquasone, Schering- Plough Sant Animale -La Grindoliere , Segr, Prancis)
dengan dosis 100 mg / 5.5 mg masing-masing; IM setiap 24 jam selama dua hari, sebagai
obat diuretik, untuk mengurangi edema preputial. Dari hari pertama perawatan sampai
akhir diberikan Oral Ranitidine (ranitidin WK, Laboratorios Windhoek SRL -Munro,
Buenos Aires, Argentina.) dengan dosis 6,6 mg / kg; PO setiap 8 jamsebagai obat antiulkus.

Selama pengobatan, kuda dibiarkan beraktivitas selama 15 menit setiap 4 jam untuk
meningkatkan pengurangan edema dengan memfasilitasi limfatik lokal dan drainase vena.

Hari kesebelas pengobatan, kulup memiliki edema ringan. Pemeriksaan USG


mengungkapkan sejumlah ringan cairan anechoic di rongga preputial. Oleh karena itu,
kulup terkuras oleh 16G-jarum Punction (Abbocath TM-T ; Hospira INC, Illinois, USA).
9

Evaluasi pasien dilakukan untuk pengobatan adalah untuk menguntungkan, sehingga dapat
dibuktikan bahwa terjadi penurunan pembengkakan dan edema.

Gambar 4. Hasil dari pengobatan praeputial hematoma

10

BAB IV
PENUTUP

4.1 Simpulan
Preputial hematoma adalah akumulasi darah atau bekuan darah pada lapisan preputium.
Penyebab utama biasanya akibat dari kasus paraphimosis dan akibat trauma. Gejala klinisnya
meliputi ; pembengkakan pada bagian prolaps preputium tetapi tidak menyakitkan, gland penis
tidak menonjol dari rongga preputial. pemeriksaan ultrasonografi ditemukan kompatibel dengan
karakteristik darah, antara lamina internal lipatan eksternal dari preputium dan penis. Pencegahan
dapat dilakukan dengan memperhatikan pegerakan dari kuda dan juga lingkungan sekitarnya untuk
mencegah terjadinya trauma dan usahakan apabila dilakukan perkawinan pada kuda agar agar
betina dalam kondisi tenang karena apabila betina bergerak secara tiba-tiba akan menyebabkab
trauma lapisan fibroma robek dan pecahnya pembuluh darah dibawah mukosa penis. Pengobatan
dapat dilakukan dengan pembedahan pada praeputium.

11

DAFTAR PUSTAKA

Kafle, P., 2011. Hematoma In Farm Animals and Its Manajemen. IAAS, Rampur Campus,
Chitwan.
Frandson, R. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Edisi keempat. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta
Funcia, J. P., Goni, J. L., and Guglielminetti, A., 2016. Preputial Hematoma in a 2 Years Old
Horse. Juornal of Veterinary Science & Technology. 7(4).
Marvin L. Meistrich.2012. Evolution of the Journal of Andrology and a Bright Future for Andrology.
Journal of Andrology, Vol. 33, No. 6

McKinnon, A.O. 2001. Equine Reproduction. https://books.google.co.id/books?id=QPJQT6gYMC&pg=PT2560&lpg=PT2560&dq=preputial+hematoma+pathogenesis&source=bl&


ots=kkrwjl1Ykv&sig=zWp46fJ1KMASmEwkVn0sNg_TFLs&hl=en&sa=X&ved=0ahU
KEwj_5affgNPQAhXBKY8KHcHeDDYQ6AEIPTAF#v=onepage&q&f=false (Diakses
29 November 2016)
Widayati,Tri. 2011. Sistem Reproduksi Hewan Jantan. http://widayati.staff.ugm.ac.id/?p=41.
(Diakses Pada Tanggal 1 Desember 2016)

12

LAMPIRAN

13

You might also like