*I PUTU DIATMIKA,** I GUSTI AYU INDAH ARDANI, **WAYAN WESTA
Sindrom Serotonin (Serotinin Syndrome (SS)) disebabkan aktivitas serotonergik berlebihan dalam sistem saraf pusat dan perifer. SS sering ditandai dengan tiga gambaran klinis yaitu perubahan status mental, hiperaktifitas otonom, dan abnormalitas neuromuskular. Sindrom Serotinin merupakan masalah klinis yang penting seiring dengan penggunaan banyak anti depresan baru. Sindrom serotinin timbul setelah peningkatan dosis obat atau mengkonsumsi obat baru. Beberapa obat yang berhubungan dengan SS yaitu monoamine oxidase inhibitors (MAOIs), tricyclic antidepresans (TCAs), selective serotonin reuptake inhibitors (SSRI), serotonin-norepinephrin reuptake inhibitors (SNRIs), terdapat beberapa jenis obat lainnya yang dapat juga memicu munculnya seritonin syndrome. Pada tahun 1991, Harvey Sternbach seorang profesor psikiatri dari universitas California, Los Angles pertama kali menjelaskan SS dalam artikel yang diterbitkannya, yang memicu kesadaran dan kepentingan tentang sindrom ini, sejak saat itu Sternbachs Criteria digunakan untuk menjelaskan sebagian besar kasus SS dalam literatur. Selanjutnya ada beberapa kriteria yang dikembangkan untuk menunjang diagnosis, seperti Hunter Serotonin Toxicity Criteria dan serotonin syndrome scale untuk membantu kesulitan mendiagnosis SS. Tatalaksana dari serotonin syndrome mengutamakan untuk menghilangkan obat pencetus, melakukan terapi supportif, tatalaksana untuk mengontrol agitasi,
pemberian 5-HT2A antagonis, melakukan kontrol terhadap ketidakstabilan otonomik
serta melakukan kontrol terhadap peningkatan suhu tubuh yang sangat tinggi. Serotonin sindrom dapat diantisipasi dengan melakukan evaluasi pada beberapa terapi yang diberikan kepada pasien dengan cara edukasi yang benar kepada pasien mengenai efek samping obat yang diberikan, memperbaiki peresepan yang diberikan, dan melakukan evaluasi dengan teknologi yang lebih canggih. Konsultasi kepada dokter ahli dalam bidang toksikologi cukup membantu mencegah perburukan pada kasus SS. Evaluasi yang ketat bila terdapat penggunaan terapi dengan jenis yang cukup banyak berkerja pada serotonin cukup membantu dalam mencegah serotonin sindrome Kata kunci : Serotonin syndrome, Interaksi obat. * Residen Prodi Psikiatri FK Unud RSUP Sanglah Denpasar Bali ** Staf Dosen Prodi Psikiatri FK Unud RSUP Sanglah Denpasar Bali