You are on page 1of 37

BAB II PENGARUH BERBAGAI LARUTAN TERHADAP

KOROSI

BAB II
PENGARUH BERBAGAI LARUTAN TERHADAP KOROSI
2.1

TUJUAN

Mengetahui cara pengukuran potensial korosi dalam berbagai larutan

(lingkungan)
Mengetahui dan memahami pengggunaan diagram Pourbaix (diagram

potensial pH) dalam proses korosi.


Mengetahui pengaruh berbagai larutan terhadap laju korosi
Mengetahui larutan yang cepat mempengaruhi laju korosi
Mengetahui tujuan dari diagram pourbaix
Mengetahui reaksi-reaksi yang terjadi pada berbagai larutan terhadap
korosi

2.2

TEORI DASAR
Korosi adalah penurunan mutu dari peralatan logam. Secara umum korosi

dapat digolongkan berdasarkan rupanya, keseragamannya atau keserbanekaanya,


baik secara mikroskopis maupun makroskopis. Dua jenis mekanisme utama dari
korosi

adalah

berdasarkan

reaksi

kimia

secara

langsung

dan

reaksi

elektrokimia.Korosi bisa disebut sebagai kerusakan atau degradasi logam akibat


reaksi dengan lingkungan yang korosif. Korosi dapat juga diartikan sebagai
serangan yang merusak logam karena logam bereaksi secara kimia atau
elektrokimia dengan lingkungan. Ada definisi lain yang mengatakan bahwa korosi
adalah kebalikan dari proses ekstraksi logam dari bijih mineralnya. Contohnya,
bijih mineral logam besi di alam bebas ada dalam bentuk senyawa besi oksida
atau besi sulfida, setelah diekstraksi dan diolah, akan dihasilkan besi yang
digunakan untuk pembuatan baja atau baja paduan. Selama pemakaian, baja
tersebut akan bereaksi dengan lingkungan yang menyebabkan korosi (kembali
menjadi senyawa besi oksida). Deret Volta dan hukum Nernst akan membantu
untuk dapat mengetahui kemungkinan terjadinya korosi. Kecepatan korosi sangat
tergantung pada banyak faktor, seperti ada atau tidaknya lapisan oksida, karena

Laporan Akir Praktikum Korosi T.A 2016/2017

BAB II PENGARUH BERBAGAI LARUTAN TERHADAP


KOROSI

lapisan oksida dapat menghalangi beda potensial terhadap elektroda lainnya yang
akan sangat berbeda bila masih bersih dari oksida.
Peristiwa korosi berdasarkan proses elektrokimia yaitu proses (perubahan
/ reaksi kimia) yang melibatkan adanya aliran listrik. Bagian tertentu dari besi
berlaku sebagai kutub negatif (elektroda negatif, anoda), sementara bagian yang
lain sebagai kutub positif (elektroda positif, katoda). Elektron mengalir dari anoda
ke katoda, sehingga terjadilah peristiwa korosi. Korosi dapat terjadi di dalam
medium kering dan juga medium basah. Sebagai contoh korosi yang berlangsung
di dalam medium kering adalah penyerangan logam besi oleh gas oksigen (O 2)
atau oleh gas belerang dioksida (SO2).Di dalam medium basah, korosi dapat
terjadi secara seragam maupun secara terlokalisasi. Contoh korosi seragam di
dalam medium basah adalah apabila besi terendam di dalam larutan asam klorida
(HCl). Korosi di dalam medium basah yang terjadi secara terlokalisasi ada yang
memberikan rupa makroskopis, misalnya peristiwa korosi galvani sistem besiseng, korosi erosi, korosi retakan, korosi lubang, korosi pengelupasan, serta korosi
pelumeran, sedangkan rupa yang mikroskopis dihasilkan misalnya oleh korosi
tegangan, korosi patahan, dan korosi antar butir.Walaupun demikian sebagian
korosi logam khususnya besi, terkorosi di alam melalui cara elektrokimia yang
banyak menyangkut fenomena antar muka. Hal inlah yang banyak dijadikan dasar
utama pembahasan mengenai peran pengendalian korosi.

Gambar 2.1 proses pengkorosian pada logam

A. Faktor-faktor yang mempengaruhi cepat atau lambatnya suatu proses korosi


Faktor-faktor yang mempengaruhi cepat atau lambatnya suatu proses korosi
adalah:
Laporan Akir Praktikum Korosi T.A 2016/2017

BAB II PENGARUH BERBAGAI LARUTAN TERHADAP


KOROSI

a) Air dan kelembapan udara


Air merupakan salah satu faktor penting untuk berlangsungnya proses korosi.
Udara yang banyak mengandung uap air (lembap) akan mempercepat proses
korosi.
b) Elektrolit
Elektrolit (asam atau garam) merupakan media yang baik untuk melangsungkan
transfer muatan. Hal itu mengakibatkan elektron lebih mudah untuk dapat diikat
oleh oksigen di udara. Oleh karena itu, air hujan (asam) dan air laut (garam)
merupakan penyebab korosi yang utama.
c) Adanya oksigen
Pada peristiwa korosi adanya oksigen mutlak diperlukan.
d) Permukaan logam
Permukaan logam yang tidak rata memudahkan terjadinya kutub-kutub muatan,
yang akhirnya akan berperan sebagai anoda dan katoda. Permukaan logam yang
licin dan bersih akan menyebabkan korosi sukar terjadi, sebab sukar terjadi kutubkutub yang akan bertindak sebagai anoda dan katoda.
e) Letak logam dalam deret potensial reduksi
Korosi akan sangat cepat terjadi pada logam yang potensialnya rendah, sedangkan
logam yang potensialnya lebih tinggi justru lebih awet.
f) Material korosi
Material yang dipakai untuk membuat benda konstruksi sangat berpengaruh
terhadap laju korosi, dengan demikian harus dipilih sejeli mungkin untuk
mengurangi dampak negatif korosi.
g) Kondisi lingkungan/media
Lingkungan di mana benda konstruksi akan dibuat dan digunakan juga merupakan
salah satu faktor dalam proses dan kecepatan korosi. Material di lingkungan air
laut akan sangat berbeda dengan material di lingkungan air tawar. Korosi yang
timbul akan dipengaruhi oleh media korosif yang terkandung pada lingkungan
tersebut.
h) Bentuk konstruksi/susunan
Bentuk konstruksi yang oleh sebagian orang diabaikan efeknya terhadap proses
korosi, sebenarnya tidak sedikit dampak negatifnya. Karena bentuk ini sedikit
Laporan Akir Praktikum Korosi T.A 2016/2017

BAB II PENGARUH BERBAGAI LARUTAN TERHADAP


KOROSI

banyak juga akan berpengaruh terhadap kecepatan korosi. Sebagai contoh pipa
yang dibengkokkan dengan radius 180o akan sangat berlainan korosinya jika
dibandingkan dengan pipa yang lurus.
i) Fungsi konstruksi
Konstruksi baja yang digunakan untuk operasi suhu panas akan berlainan jika
dibandingkan dengan suhu operasi rendah. Dengan demikian dapat diambil
kesimpulan jika konstruksi tersebut akan dibuat harus dipertimbangkan untuk apa
alat tersebut dibuat atau untuk operasi yang bagaimana konstruksi tersebut
dipakai.
Sedangkan syarat terjadinya proses korosi yaitu:

Anode
Chatode
Electrolyte path
Metallic pulp

: tempat terjadinya reaksi oksidasi.


: tempat terjadinya reaksi reduksi.
: tempat hantaran ion.
: tempat hantaran electron.

(Jika tidak ada salah satu dari ke-empat syarat tersebut maka tidak akan terjadi
korosi).
B. Jenis-jenis Korosi
Adapun jenis-jenis korosi yaitu:
1. Korosi Merata (Uniform Corrosion)
Korosi merata adalah jenis korosi dimana pada korosi tipe ini laju korosi
yang terjadi pada seluruh permukaan logam atau paduan yang terpapar atau
terbuka ke lingkungan berlangsung dengan laju yang hampir sama. Hampir
seluruh permukaan logam menampakkan terjadinya proses korosi.
Korosi merata terjadi karena poses anodik dan katodik yang berlangsung
pada permukaan logam terdistribusi secara merata. Ini terjadi karena adanya
pengaruh dari lingkungan sehingga kontak yang berlangsung mengakibatkan
seluruh permukaan logam terkorosi. Korosi merata berlangsung secara lambat dan
korosi ini dipicu oleh korosi yang mula-mula terjadi pada sebagian permukaan
logam sehingga dengan bertambahnya waktu

akan menyebar ke seluruh

permukaan logam.

Laporan Akir Praktikum Korosi T.A 2016/2017

BAB II PENGARUH BERBAGAI LARUTAN TERHADAP


KOROSI

Gambar 2.2 korosi merata pada logam

2. Korosi Galvanik (Galvanic Corrosion)


Korosi galvanis merupakan proses korosi secara elektrokimia apabila dua
macam metal yang berbeda secara potensial. Elektron mengalir dari metal yang
kurang mulia (anodik) menuju metal yang lebih mulia (katodik). Akibatnya metal
yang lebih mulia berubah menjadi ion-ion positif karena kehilangan elektron.
Masing-masing metal mempunyai potensial yang lazim disebut Potential
Electromotive (EMF). Cara menghambatnya : pilih kombinasi metal yang sesuai
galvarik serinya, beri pemisah antara kedua metal, beri inhibitor, cegah reaksi
kimia berupa perpindahan ion dari kedua metal tersebut.

Gambar 2.3. Korosi Galvanik

3. Korosi Celah (Crevice Corrosion)

Laporan Akir Praktikum Korosi T.A 2016/2017

BAB II PENGARUH BERBAGAI LARUTAN TERHADAP


KOROSI

Korosi celah merupakan jenis korosi yang tempat terjadinya proses


elektrokimia pada celah atau daerah terlindungi dari permukaan. Tipe ini biasanya
menyerang pada tempat dengan volume kecil (microenvirotments) misalnya
lubang, sambungan, endapan permukaan, celah pada paku keling dan lain - lain.
Cara untuk mencegahnya : tutup celah utamanya pada daerah terlindung, gunakan
material yang resisten.

Gambar 2.4. Korosi Celah (Sumber : Ismanto Alpha (2009))

Mekanisme korosi celah :


Tahap 1: korosi terjadi akibat reaksi pada luar dan dalam celah.
Reaksi anoda :
MM+ + e .................................................... (1)
Reaksi katoda :
O2 + 2H2O + 4e 4OH- .............................................. (2)
Tahap 2 : reaksi katoda dalam celah mengikat oksigen.
Tahap 3 : Ion Cl- dan OH- pada air masuk kedalam celah yang mengandung pH
yang rendah dan membentuk metal klorida.
MCln + nH2O = M(OH)n + nHCl ................................ (3)
Semakin banyak ion Mn+ mendapatkan ion Cl- maka makin berkurang pH nya.

Gambar 2.5. Mekanisme Korosi Celah (Sumber : Ismanto Alpha (2009))

4. Korosi Sumuran (Pitting Corrosion)

Laporan Akir Praktikum Korosi T.A 2016/2017

BAB II PENGARUH BERBAGAI LARUTAN TERHADAP


KOROSI

Pitting merupakan jenis korosi yang ekstrim yang menyerang metal sehingga
membentuk lubang kedalam atau biasa disebut sumuran.
Pitting adalah salah satu jenis korosi yang amat destruktif disebabkan susah
diprediksi, dideteksi dan pencegahannya. Pitting biasanya bertumbuh sesuai arah
gravitasi membentuk arah horisontal dari permukaan.

Gambar 2.6. Korosi Sumuran ( Sumber : Ismanto Alpha (2009))

Penyebab terjadinya korosi sumuran yaitu:

Komposisi kimia dipermukaan logam mungkin tidak homogeny


Konsentrasi oksigen yang rendah dan konsentrasi Cl yang tinggi
kerusakan setempat
Non-homogenitas pada permukaan logam (inklusi)
Lingkungannya mengandung Cl

5. Korosi Erosi (Errosion Corrosion)


Erosion corrosion merupakan kerusakan pada permukaan metal yang
disebabkan aliran fluida yang sangat cepat, merusak permukaan metal dan lapisan
film pelindung. Korosi dapat pula terjadi pada permukaan yang bergerak cepat
sementara fluida disekitarnya mengandung partikel - partikel padat. Jenis korosi
ini yang perlu diperhatikan keretakan korosi erosi (stress corrosion cracking) dan
penggetasan zat air. Dalam hal ini perusakan karena erosi dan korosi saling
mendukung. Logam yang telah kena erosi akibat terjadi keausan dan
menimbulkan bagian bagian yang tajam dan kasar. Bagian bagian inilah yang
mudah terkena korosi dan bila ada gesekan akan menimbulkan abrasi lebih barat
lagi.Korosi erosi ini dikatakan juga sebagai korosi karena kecepatan turbulensi
dan benturan yang terjadi karena adanya gesekan relatif antara elektrolit dan
permukaan logam. Bentuk korosi ini terutama disebabkan oleh efek olakan dan
Laporan Akir Praktikum Korosi T.A 2016/2017

BAB II PENGARUH BERBAGAI LARUTAN TERHADAP


KOROSI

peronggaan.Olakan atau turbulensi disebabkan oleh paking pemasangan yang


tidak tepat, tonjolan akibat pengelasan, solder pada bagian dalam pipa atau
sambungan, tikungan yang jari jarinya terlalu kecil atau apa saja yang
menghalangi aliran. Peningkatan laju aliran juga menyebabkan hancurnya aliran
laminar dan terjadinya olakan (aliran turbulen).Pada olakan atau turbulensi ini
molekul molekul fluida akan memberikan tekanan langsung pada logam
sehingga terjadi keausan mekanik yang akan menyebabkan terjadinya korosi.
Kerusakan berupa peronggaan sering dijumpai pada bagian dalam pipa
dimana zat cair seolah olah diam, vibrasi vibrasi pada dinding pipa yang
dihasilkan oleh mesin pompa yang menimbulkan obilasi tekanan transversal pada
lapisan zat cair dinding dindingnya. Perubahan tekanan ini menimbulkan
serangan peronggaan dan sumuran.
Pencegahannya : kurangi flow rate dan turbulen, hindari perubahan arah
secara tiba - tiba, perkuat lapisan.

Gambar 2.7 Korosi Erosi (Sumber : Ismanto Alpha (2009))

6. Korosi Selektif (Dealloying)


Korosi ini sebenrnya juga bukan ternasuk bentuk korosi elektrokimia
tetapi cenderung korosi kimia. Korosi selektif menyerang logam campuran,

Laporan Akir Praktikum Korosi T.A 2016/2017

BAB II PENGARUH BERBAGAI LARUTAN TERHADAP


KOROSI

sebagai misal kuningan (Cu-Zn), yang berada dilingkungan asam dimana Zn akan
terlarut dalam asam (dezincification).

Gambar 2.8 Korosi Selektif

7. Korosi Tegangan (Stress Cracking Corrosion)


Korosi tegangan terjadi apabila pada logam terjadi tegangan static dan
berada di media korosif. Kedua factor tersebut di atas hadir secara simultan.
Korosi banyak terjadi pada tangki bertekanan yang menampung cairan kimia,
konstruksi-konstruksi baja yang berada di daerah korosif, system pipa reaktor
nuklir, sudu turbin, dll.

Gambar 2.9 Intergranular SCC dalam paduan tembaga

8. Korosi Gelembung (Cavitation Corrosion)


Korosi gelembung yaitu korosi yang terjadi akibat gelembung yang meletus atau
pecah.
9. Korosi yang disebabkan oleh arus sesat (Stay Current Corrosion)
10. Pada jenis korosi ini, kerusakan korosi pada struktur akibat adanya arus yang
mengalir melalui tanah atau air pada struktur dari sumber listrik dari luar. Korosi
semakin dipercepat bila arus positif meninggalkan struktur.
C. Cara-cara untuk mencegah terjadinya korosi

Laporan Akir Praktikum Korosi T.A 2016/2017

BAB II PENGARUH BERBAGAI LARUTAN TERHADAP


KOROSI

Cara-cara untuk mencegah terjadinya korosi yaitu:


a. Dicat
Cat menghindarkan kontak besi dengan udara dan air.
b. Melumuri dengan oli atau minyak
Cara ini diterapkan untuk berbagai perkakas dan mesin oli atau minyak
mencegah kontak besi dengan air
c. Pelapisan (Plating)
Tin plating (pelapisan dengan timah)
Biasanya kaleng-kaleng kemasan terbuat dari besi dilapisi dengan timah.
Pelapisan dilakukan secara elektrolisis, yang disebut electroplating. Timah
tergolong logam yang tahan karat. Besi yang dilapisi timah tidak mengalami
korosi karena tidak adanya kontak dengan oksigen (udara) dan air. Akan tetapi,
lapisan timah hanya melindungi besi selama lapisan utuh (tanpa cacat). Apabila
lapisan timah ada yang cacat, misalnya tergores, maka timah justru
mendorong/mempercepat korosi besi. Hal itu terjadi karena potensial reduksi besi
lebih negatif daripada timah. Oleh karena itu, besi yang dilapisi timah akan
membentuk suatu sel elektrokimia dengan besi sebagai anode. Dengan demikian
timah mendorong korosi besi.
Galvanisasi (pelapisan dengan seng)
Pipa besi, tiang telepon, badan mobil dan berbagai barang lain dilapisi dengan
seng. Berbeda dengan timah, seng dapat melindungi besi dari korosi sekalipun
lapisannya tidak utuh. Hal itu terjadi karena suatu mekanisme yang disebut
perlindungan katoda. Oleh karena potensial reduksi besi lebih positif daripada
seng, maka besi yang kontak dengan zink akan membentuk sel elektrokimia
dengan besi sebagai katode. Dengan demikian, besi terlindungi dan seng yang
mengalami oksidasi.
Chromium plating (pelapisan dengan kromium)
Besi atau baja juga dapat dilapisi dengan chromium untuk memberi lapisan
pelindung yang mengkilap, misalnya untuk bemper mobil. Chromium plating juga
dilakukan dengan elekrolisis. Sama seperti seng, chromium juga dapat memberi
perlindungan sekalipun lapisan kromium itu ada yang rusak.

Laporan Akir Praktikum Korosi T.A 2016/2017

10

BAB II PENGARUH BERBAGAI LARUTAN TERHADAP


KOROSI

Sacrificial protection (pengorbanan anode)


Magnesium adalah logam yang jauh lebih aktif (berarti lebih mudah berkarat)
daripada besi. Jika logam magnesium dikontakkan dengan besi maka
magnesium itu akan berkarat tetapi besi tidak. Cara ini digunakan untuk
melindungi pipa baja yang ditanam dalam tanah atau badan kapal laut. Secara
periodik, batang magnesium harus diganti.

Mencegah kontak dengan oksigen dan/atau air


Korosi besi memerlukan oksigen dan air. Bila salah satu tidak ada, maka
peristiwa korosi tidak dapat terjadi.

d. Membuat alloy atau

paduan logam yang bersifat tahan karat, misalnya besi

dicampur dengan logam Ni dan Cr menjadi baja stainless (72% Fe, 19%Cr, 9%Ni)
D. Diagram Pourbaix
Daerah kestabilan logam dan oksida/hidroksida logam serta daerah
prediminan ion logam sebagai fungsi potensial dan pH untuk setiap logam pada
250C telah dikonstruksi oleh Pourbaix dan sejawatnya (lihat Pourbaix, M., Atlas
Chemical in Aqueous Solution, NACE). Diagram ini telah digunakan secara luas
untuk menerangkan mekanisme korosi logam dan cara pengendaliannya
berdasarkan thermodinamika. Sebagai contoh, meskipun korosi baja dalam
lingkungannya dapat dipelajari dengan mnggunakan diagram potensial-pH untuk
system Fe-H2O, karena komponen terbesar baja adalah Fe. Batas kestabilan Fe
dan ionnya telah ditentukan secara seimbang dengan memperlihatkan segi
kinetiknya, yaitu pada Fe = 10-5 atau Fe = 10-6.
Proses korosi besi terjadi bila potensial antar muka naik ke dalam daerah
predominan ion Fe. Apabila potensial antar muka berada dalam daerah kestabilan
Fe2O3. Korosi baja mungkin berlangsung dengan lambat karena berbentuk film
oksida/hidroksida protektif yang memperlambat laju korosi baja.
Dengan memperhatikan diagram ini juga dapat diterangkan mekanisme
passivator dalam mempasifkan logam baja dilingkungannya .Diagram Pourbaix
juga dikenal sebagai pH/diagram potensial.

Laporan Akir Praktikum Korosi T.A 2016/2017

11

BAB II PENGARUH BERBAGAI LARUTAN TERHADAP


KOROSI

Persiapkan alat dan bahan

Gambar 2.10 Digram Pourbaix

Persiapan
awal
permukaan
Bila suatu logam berada
dalam suatu
lingkungan,
ada tiga kemungkinan bisa
terjadi yaitu Imun, Aktif, dan Pasif.
Pengukuran
dimensi
danLogam
penimbangan
massa
a) Imun/Nobel/Mulia
= Tidak terjadi
apa-apa:
berada dalam
kondisi imun
terhadap lingkungan korosif.
b) Aktif = Terjadi reaksi korosi: Logam berada dalam kondisi aktif terhadap
Pembuatan larutan NaOH 0,1M; NaCl 0,1M; K2CrO4 0,1M; HCl 0,1M dan aqua dm
lingkungan (korosif)-nya.
c) Pasif = Terbentuk lapisan film di permukaan logam: Logam dalam kondisi pasif di
lingkungan korosif karena
terbentuk
pasif di awal
permukaan logam yang
Pengkuran
pH lapisan
dan potensial
melindungi logam dari serangan korosi (lingkungan korosif di sekitarnya).
2.3

Pencelupan spesimen
METODOLOGI PRAKTIKUM
2.3.1Amati
SKEMA
pHPROSES
dan potensial 1x24 jam selama 7 hari

Bersihkan dan keringkan


Pengukuran dimensi dan penimbangan massa
Laporan Akir Praktikum KorosiAnalisa
T.A 2016/2017
dan

pembahasan

Kesimpulan

12

BAB II PENGARUH BERBAGAI LARUTAN TERHADAP


KOROSI

Gambar 2.11 Skema proses

2.3.2 PENJELASAN SKEMA PROSES


1. Mempersiapkan alat dan bahan.
2. Melakukan persiapan awal permukaan dengan cara
pengamplasan menggunakan amplas ukuran 240,600,800 mesh
dan sambil dibilas dengan air.

Laporan Akir Praktikum Korosi T.A 2016/2017

13

BAB II PENGARUH BERBAGAI LARUTAN TERHADAP


KOROSI

3. Melakukan pengukuran dimensi menggunakan jangka sorong


dan menimbang massa menggunakan neraca digital pada masigmasing spesimen.
4. Membuat larutan NaOH 0,1M; NaCl 0,1M; K2CrO4 0,1M; HCl
0,1M dan aqua dm sebanyak 250 ml pada gelas kimia 250 ml.
5. Melakukan pengukuran pH dan potensial awal dari setiap
larutan.
6. Mecelupkan spesimen pada larutan yang sudah dibuat. Sebelum
spesimen dicelupkan, pada kawat tembaga yang telah diikat
dispesimen terlebih dahulu diberi kutex yang bertujuan untuk
menghindari terjadinya korosi galvanik.
7. Mengamati pH dan potensial 1x24 jam selama 7 hari dan foto
makro spesimen.
8. Melakukan pembersihan pada spesimen dengan menggunakan
air dan keringkan dengan menggunakan tissue.
9. Mengukur dimeni dengan jangka sorong dan juga menimbang
massa dengan neraga digital pada setiap spesimen.
10. Melakukan analisa dan pembahaan dari pengamatan yang telah
dilakukan dan plotkan hasil pengamatan pada diagram pourbaix.
11. Tarik kesimpulan.

2.3.3 GAMBAR PROSES

240 mesh
800 mesh
Pengamplasan dan pengukuran dimensi

Laporan Akir Praktikum Korosi T.A 2016/2017

14

BAB II PENGARUH BERBAGAI LARUTAN TERHADAP


KOROSI

o,o

Penimbangan berat dan penyemprotan alkohol

0,0
Penimbangan berat dan pembuatan larutan

Pengukuran pH dan potensial awal

Pencelupan Spesimen

Laporan Akir Praktikum Korosi T.A 2016/2017

15

BAB II PENGARUH BERBAGAI LARUTAN TERHADAP


KOROSI

Pengukuran pH dan Potensial

Bersihkan dan keringkan

0,0

Penimbangan berat dan pengukuran dimensi akhir

Analisa dan pembahasan

2.4

ALAT DAN BAHAN


2.4.1

ALAT
Neraca digital
Gelas kimia 250 ml
Batang pengaduk
Potensiometer
Kaca arloji
Spatula
Pipet tetes

Laporan Akir Praktikum Korosi T.A 2016/2017

: 1 Buah
: 5 Buah
: 1 Buah
: 1 Buah
: 1 Buah
: 1 Buah
: 1 Buah

16

BAB II PENGARUH BERBAGAI LARUTAN TERHADAP


KOROSI

2.4.2

2.5

pH meter
Jangka orong mm
Botol semprot

: 1 Buah
: 1 Buah
: 1 Buah

BAHAN
Baja ST 37
Amplas 240 Mesh
Amplas 600 Mesh
Amplas 800 Mesh
Alkohol
Aqua dm
Larutan HCl 0,1M
Larutan NaCl 0,1M
Larutan NaOH 0,1M
K2CrO4 0,1M
Tissue
Kutex
Kawat tembaga

: 5 Buah
: 1 lembar
: 1 lembar
: 1 lembar
: secukupnya
: secukupnya
: 250 ml
: 250 ml
: 250 ml
: 250 ml
: Secukupnya
: Secukupnya
: 5 potong

PENGUMPULAN DATA
2.5.1 TABEL PENGAMATAN

Table 2.1 Tabel pengamatan dimensi spesimen

No

Panjang
Po
P1

1.

mm
60,6

mm
60,4

2.

60,55

3.

Lebar
lo mm l1 mm

Tebal

Luas

to

t1

Ao

A1

Wo

Berat
W1

mm
1,2

Inch2
7,936

Inch2
7,920

(gr)
21,60

(gr)
21,58

(gr)
0,02

40,25

40,3

mm
1,2

60,5

40,6

40,4

1,1

1,1

7,965

7,921

21,64

21,57

0,07

60,5

60,1

40,5

40,25

1,3

1,1

8,002

7,841

22,11

22,10

0,01

4.

60,5

60,5

40,55

40,4

1,25

1,25

7,996

7,968

22,0

21,59

0,41

5.

60,5

60,25

40,5

40,35

1,15

1,1

7,955

7,879

22,24

22,10

0,04

Laporan Akir Praktikum Korosi T.A 2016/2017

17

BAB II PENGARUH BERBAGAI LARUTAN TERHADAP


KOROSI

Keterangan :
1. Spesimen pada larutan NaOH 0,1 M
2. Spesimen pada larutan NaCl 0,1 M
3. Spesimen pada larutan K2CrO4 0,1 M
4. Spesimen pada larutan HCl 0,1 M
5. Spesimen pada larutan Aqua dm

Tabel 2.2 Tabel pengamatan spesimen pada larutan NaOH 0,1 M

No

Tanggal

Gambar intenistas korosi


Depan
Belakang

15 Nov
2105

16 Nov
2105

17 Nov
2105

Laporan Akir Praktikum Korosi T.A 2016/2017

Potensial

-0,38

-0,45

-0,17

pH

Pengamatan Visual

12,55

Gelembung : Endapan
:Perubahan
warna
:-

10,00

Gelembung : Endapan
:Perubahan
warna
:-

9,76

Gelembung : Endapan
:Perubahan
warna
:-

18

BAB II PENGARUH BERBAGAI LARUTAN TERHADAP


KOROSI

18 Nov
2105

-0,17

19 Nov
2105

0,20

20 Nov
2105

-0,04

21 Nov
2105

-0,11

9,49

9,18

Gelembung : Endapan
:Perubahan
warna
:Gelembung : Endapan
:Perubahan
warna
:-

9,03

Gelembung : Endapan
:Perubahan
warna
:-

8,86

Gelembung : Endapan
:Perubahan
warna
:-

Tabel 2.3 Tabel pengamatan spesimen pada larutan NaCl 0,1 M

No

Tanggal

Gambar intenistas korosi


Depan
Belakang

15 Nov
2105

16 Nov
2105

17 Nov
2105

Laporan Akir Praktikum Korosi T.A 2016/2017

Potensial

-0,66

-0,55

-0,53

pH

Pengamatan Visual

7,43

Gelembung : Endapan
: coklat
Perubahan
warna
: coklat

7,30

Gelembung : Endapan
: coklat
Perubahan
warna
: coklat

7,41

Gelembung : Endapan
: coklat
Perubahan
warna
: coklat

19

BAB II PENGARUH BERBAGAI LARUTAN TERHADAP


KOROSI

18 Nov
2105

-0,55

19 Nov
2105

-0,55

20 Nov
2105

-0.55

21 Nov
2105

-0,38

7,36

7,32

Gelembung : Endapan
: coklat
Perubahan
warna
: coklat
Gelembung : Endapan
: coklat
Perubahan
warna
: coklat

7,19

Gelembung : Endapan
: coklat
Perubahan
warna
: coklat

7,37

Gelembung : Endapan
: coklat
Perubahan
warna
: coklat

pH

Pengamatan Visual

7,87

Gelembung : ada
Endapan
: coklat
Perubahan
warna
: coklat

7,83

Gelembung : Endapan
: coklat
Perubahan
warna
:-

7,93

Gelembung : Endapan
: coklat
Perubahan
warna
:-

Tabel 2.4 Tabel pengamatan spesimen pada larutan K2CrO4 0,1 M

No

Tanggal

Gambar intenistas korosi


Depan
Belakang

15 Nov
2105

16 Nov
2105

17 Nov
2105

Laporan Akir Praktikum Korosi T.A 2016/2017

Potensial

-0,18

-0,17

-0,18

20

BAB II PENGARUH BERBAGAI LARUTAN TERHADAP


KOROSI

18 Nov
2105

-0,10

19 Nov
2105

-0,11

20 Nov
2105

-0,14

21 Nov
2105

-0,06

7,71

7,75

Gelembung : Endapan
: coklat
Perubahan
warna
:Gelembung : Endapan
: coklat
Perubahan
warna
:-

7,72

Gelembung : Endapan
: coklat
Perubahan
warna
:-

7,78

Gelembung : Endapan
: coklat
Perubahan
warna
:-

pH

Pengamatan Visual

Tabel 2.5 Tabel pengamatan spesimen pada larutan HCl 0,1 M

No

Tanggal

Gambar intenistas korosi


Depan
Belakang

15 Nov
2105

16 Nov
2105

17 Nov
2105

Laporan Akir Praktikum Korosi T.A 2016/2017

Potensial

-0,49

-0,46

-0,38

1,36

Gelembung : ada
Endapan
:Perubahan
warna
:-

3,96

Gelembung : ada
Endapan
: coklat
Perubahan
warna
:-

4,46

Gelembung : ada
Endapan
: coklat
Perubahan
warna
: merah

21

BAB II PENGARUH BERBAGAI LARUTAN TERHADAP


KOROSI

18 Nov
2105

-0,45

19 Nov
2105

-0,30

20 Nov
2105

-0,48

21 Nov
2105

-0,33

4,55

4,38

Gelembung : Endapan
: coklat
Perubahan
warna
: merah
Gelembung : Endapan
: coklat
Perubahan
warna
: coklat

4,53

Gelembung : Endapan
: coklat
Perubahan
warna
: coklat

4,60

Gelembung : Endapan
: coklat
Perubahan
warna
: coklat

pH

Pengamatan Visual

8,15

Gelembung : Endapan
: sedikit
Perubahan
warna
: kuning

7,60

Gelembung : Endapan
: coklat
Perubahan
warna
: kuning

7,23

Gelembung : ada
Endapan
: coklat
Perubahan
warna
: kuning

Tabel 2.6 Tabel pengamatan spesimen pada larutan aqua dm 0,1 M

No

Tanggal

Gambar intenistas korosi


Depan
Belakang

15 Nov
2105

16 Nov
2105

17 Nov
2105

Laporan Akir Praktikum Korosi T.A 2016/2017

Potensial

-0,25

-0,23

-0,38

22

BAB II PENGARUH BERBAGAI LARUTAN TERHADAP


KOROSI

18 Nov
2105

19 Nov
2105

20 Nov
2105

21 Nov
2105

-0,18

-0,18

-0,14

-0,51

7,06

7,05

Gelembung : Endapan
: coklat
Perubahan
warna
: coklat
Gelembung : Endapan
: coklat
Perubahan
warna
: coklat

7,00

Gelembung : Endapan
: coklat
Perubahan
warna
: coklat

7,00

Gelembung : Endapan
: coklat
Perubahan
warna
: coklat

2.5.2 DIAGRAM POURBAIX

Laporan Akir Praktikum Korosi T.A 2016/2017

23

BAB II PENGARUH BERBAGAI LARUTAN TERHADAP


KOROSI

Gambar 2.12 Gambar Diagram Pourbaix Larutan NaOH

Pengamatan hari ke-1 dengan E = -0,38 dan pH = 12,55


Pengamatan hari ke-2 dengan E = -0,45 dan pH = 10,00
Pengamatan hari ke-3 dengan E = -0,17 dan pH = 9,76
Pengamatan hari ke-4 dengan E = -0,17 dan pH = 9,49
Pengamatan hari ke-5 dengan E = -0,20 dan pH = 9,18
Pengamatan hari ke-6 dengan E = -0,04 dan pH = 9,03
Pengamatan hari ke-7 dengan E = -0,11 dan pH = 8,86

Laporan Akir Praktikum Korosi T.A 2016/2017

24

BAB II PENGARUH BERBAGAI LARUTAN TERHADAP


KOROSI

Gambar 2.13 Gambar Diagram Pourbaix Larutan NaCl

Pengamatan hari ke-1 dengan E = -0,66 dan pH = 7,43


Pengamatan hari ke-2 dengan E = -0,55 dan pH = 7,30
Pengamatan hari ke-3 dengan E = -0,53 dan pH = 7,41
Pengamatan hari ke-4 dengan E = -0,55 dan pH = 7,36
Pengamatan hari ke-5 dengan E = -0,55 dan pH = 7,32
Pengamatan hari ke-6 dengan E = -0,55 dan pH = 7,19
Pengamatan hari ke-7 dengan E = -0,38 dan pH = 7,37

Gambar 2.14 Gambar Diagram Pourbaix Larutan K2CrO4

Laporan Akir Praktikum Korosi T.A 2016/2017

25

BAB II PENGARUH BERBAGAI LARUTAN TERHADAP


KOROSI

Pengamatan hari ke-1 dengan E = -0,18 dan pH = 7,83


Pengamatan hari ke-2 dengan E = -0,17 dan pH = 7,54
Pengamatan hari ke-3 dengan E = -0,18 dan pH = 7,67
Pengamatan hari ke-4 dengan E = -0,10 dan pH = 7,66
Pengamatan hari ke-5 dengan E = -0,11 dan pH = 7,57
Pengamatan hari ke-6 dengan E = -0,14 dan pH = 7,62
Pengamatan hari ke-7 dengan E = -0,06 dan pH = 7,56

Gambar 2.15 Gambar Diagram Pourbaix Larutan HCl

Pengamatan hari ke-1 dengan E = -0,49 dan pH = 1,36

Laporan Akir Praktikum Korosi T.A 2016/2017

26

BAB II PENGARUH BERBAGAI LARUTAN TERHADAP


KOROSI

Pengamatan hari ke-2 dengan E = -0,46 dan pH = 3,96


Pengamatan hari ke-3 dengan E = -0,38 dan pH = 4,46
Pengamatan hari ke-4 dengan E = -0,45 dan pH = 4,55
Pengamatan hari ke-5 dengan E = -0,30 dan pH = 4,38
Pengamatan hari ke-6 dengan E = -0,48 dan pH = 4,53
Pengamatan hari ke-7 dengan E = -0,33 dan pH = 4,60

Gambar 2.16 Gambar Diagram Pourbaix Larutan Aqua dm

Pengamatan hari ke-1 dengan E = -0,25 dan pH = 8,15


Pengamatan hari ke-2 dengan E = -0,23 dan pH = 7,60
Pengamatan hari ke-3 dengan E = -0,38 dan pH = 7,23

Laporan Akir Praktikum Korosi T.A 2016/2017

27

BAB II PENGARUH BERBAGAI LARUTAN TERHADAP


KOROSI

Pengamatan hari ke-4 dengan E = -0,18 dan pH = 7,06


Pengamatan hari ke-5 dengan E = -0,18 dan pH = 7,05
Pengamatan hari ke-6 dengan E = -0,14 dan pH = 7,00
Pengamatan hari ke-7 dengan E = -0,51 dan pH = 7,00

2.6 PENGOLAHAN DATA


2.6.1 PERHITUNGAN

M=

Perhitungan Larutan NaOH 0,1 M

gr 1000
x
Mr
V

0,1=

gr 1000
x
40 250

gr=1 gr

Luas permukaan awal spesimen 1


A=2 ( Pxl )+ 2 ( Pxt )+2 ( lxt )
A=2 ( 60,6 x 40,25 ) +2 ( 60,6 x 1,2 ) +2 ( 40,25 x 1,2 )
A=5120,34 mm

A=7,936 inch 2

Luas permukaan akhir spesimen 1


A=2 ( Pxl )+ 2 ( Pxt )+2 ( lxt )
A=2 ( 60,4 x 40,3 ) +2 ( 60,4 x 1,2 ) +2 ( 40,3 x 1,2 )
2

A=5109,92 mm

Laporan Akir Praktikum Korosi T.A 2016/2017

28

BAB II PENGARUH BERBAGAI LARUTAN TERHADAP


KOROSI

A=7,920 inch 2

Laju Korosi=

534 x W
x A0 xt

Laju Korosi=

534 x 20
7,8 x 7,936 x 168

Laju Korosi=1,026 mpy

Perhitungan Larutan NaCl 0,1 M


M=

gr 1000
+
Mr
V

0,1=

gr 1000
+
58,5 250

gr=1,4625 gr

Luas permukaan awal spesimen 2


A=2 ( Pxl )+ 2 ( Pxt )+2 ( lxt )
A=2 ( 60,55 x 40,6 ) +2 ( 60,55 x 1,1 )+ 2 ( 40,6 x 1,1 )
A=5139,19 mm 2
A=7,965 inch 2

Luas permukaan akhir spesimen 2


A=2 ( Pxl )+ 2 ( Pxt )+2 ( lxt )
A=2 ( 60,5 x 40,4 ) +2 ( 60,5 x 1,1 ) +2 ( 40,4 x 1,1 )
A=5110,38 mm2

Laporan Akir Praktikum Korosi T.A 2016/2017

29

BAB II PENGARUH BERBAGAI LARUTAN TERHADAP


KOROSI

A=7,921 inch

Laju Korosi=

534 x W
x A0 xt

Laju Korosi=

534 x 70
7,8 x 7,965 x 168

Laju Korosi=3,58 mpy

Perhitungan Larutan K2CrO4 0,1 M


M=

gr 1000
+
Mr
V

0,1=

gr 1000
+
194 250

gr=4,85 gr

Luas permukaan awal spesimen 3


A=2 ( Pxl )+ 2 ( Pxt )+2 ( lxt )
A=2 ( 60,5 x 40,5 ) +2 (60,5 x 1,3 )+ 2 ( 40,5 x 1,3 )
A=5136,1 mm2
A=8,002inch 2

Luas permukaan akhirspesimen 3


A=2 ( Pxl )+ 2 ( Pxt )+2 ( lxt )

Laporan Akir Praktikum Korosi T.A 2016/2017

30

BAB II PENGARUH BERBAGAI LARUTAN TERHADAP


KOROSI

A=2 ( 60,1 x 40,25 )+ 2 ( 60,1 x 1,1 ) +2 ( 40,25 x 1,1 )


2

A=5058,82 mm
A=7,841 inch

Laju Korosi=

534 x W
x A0 xt

Laju Korosi=

534 x 10
7,8 x 8,002 x 168

Laju Korosi=0,509mpy

M=

Perhitungan Larutan HCl 0,1 M

x p x 1000
Mr

M=

1,19 x 0,37 x 1000


98

M =12,06 M

V 1 x C1=V 2 x C 2
V 1 x 12,06=250 x 0,1
V 1=2,073 ml

Luas permukaan awal spesimen 4

Laporan Akir Praktikum Korosi T.A 2016/2017

31

BAB II PENGARUH BERBAGAI LARUTAN TERHADAP


KOROSI

A=2 ( Pxl )+ 2 ( Pxt )+2 ( lxt )


A=2 ( 60,5 x 40,55 ) +2 ( 60,5 x 1,25 )+ 2 ( 40,55 x 1,25 )
A=5159,175 mm 2
A=7,996 inch 2

Luas permukaan akhir spesimen 4


A=2 ( Pxl )+ 2 ( Pxt )+2 ( lxt )
A=2 ( 60,5 x 40,4 ) +2 ( 60,5 x 1,25 ) +2 ( 40,4 x 1,25 )
A=5140,65 mm
A=7,968 inch

Laju Korosi=

534 x W
x A0 xt

Laju Korosi=

534 x 410
7,8 x 7,996 x 168

Laju Korosi=20,89 mpy

Perhitungan Larutan Aqua dm


250 ml

Luas permukaan awal spesimen 5


A=2 ( Pxl )+ 2 ( Pxt )+2 ( lxt )
A=2 ( 60,5 x 40,5 ) +2 (60,5 x 1,15 )+ 2 ( 40,5 x 1,15 )
A=5132,8 mm 2
A=7,955 inch

Luas permukaan akhir spesimen 5


A=2 ( Pxl )+ 2 ( Pxt )+2 ( lxt )
A=2 ( 60,25 x 40,35 ) +2 ( 60,25 x 1,1 )+2 ( 40,35 x 1,1 )
A=5083,495 mm

Laporan Akir Praktikum Korosi T.A 2016/2017

32

BAB II PENGARUH BERBAGAI LARUTAN TERHADAP


KOROSI

A=7,879 inch

Laju Korosi=

534 x W
x A0 xt

Laju Korosi=

534 x 40
7,8 x 7,955 x 168

Laju Korosi=2,049 mpy

2.6.2 PERSAMAAN REAKSI


1) Aquadest
Anoda : Fe(s) Fe2+(aq) + 2e
Katoda : 4H2O(l) + 2e 2H2(g) + 4OH-(aq)
Fe(s) + 4H2O(l) Fe2+(aq) + 2H2(g) + 4OH-(aq)
2) Larutan HCl 0,1 M
Anoda : Fe(s) Fe2+(aq) + 2e
x4
2+
3+
Fe (aq) Fe (aq) + e
x4
Katoda : O2 (g) + 4H+(aq) + 4e 2H2O(l)
x3
4Fe(s) + 3O2(g) + 12H+(aq) 4Fe3+(aq) + 6H2O(l)
3) Larutan K2CrO4 0,1 M
Anoda : Fe(s) Fe2+(aq) + 2e
x4
Fe2+(aq) Fe3+(aq) + e
x4
+
Katoda : O2 (g) + 4H (aq) + 4e 2H2O(l)
x3
4Fe(s) + 3O2(g) + 12H+(aq) 4Fe3+(aq) + 6H2O(l)
Laporan Akir Praktikum Korosi T.A 2016/2017

33

BAB II PENGARUH BERBAGAI LARUTAN TERHADAP


KOROSI

4) Larutan NaCl 0,1 M


Anoda : Fe(s) Fe2+(aq) + 2e
x4
Fe2+(aq) Fe3+(aq) + e
x4
Katoda : O2 (g) + 4H+(aq) + 4e 2H2O(l)
x3
4Fe(s) + 3O2(g) + 12H+(aq) 4Fe3+(aq) + 6H2O(l)
5) Larutan NaOH 0,1 M
Anoda : Fe(s) Fe2+(aq) + 2e
x4
Fe2+(aq) Fe3+(aq) + e
x4
+
Katoda : O2 (g) + 4H (aq) + 4e 2H2O(l)
x3
4Fe(s) + 3O2(g) + 12H+(aq) 4Fe3+(aq) + 6H2O(l)

2.7

ANALISA DAN PEMBAHASAN


Pada praktikum modul pertama praktikan melakukan percobaan pengaruh

berbagai larutan terhadap laju korosi. Dengan spesimen yang digunakan adalah
plat baja ST-37 sebanyak 5 buah. Spesimen dilakukan proses perlakuan awal
permukaan degan cara mengamplas spesimen menggunakan amplas yang kasar
terlebih dahulu yaitu dengan ukuran 240 mesh dan 600 mesh dan spesimen
dihaluskan dengan menggunakan amplas yang halus yaitu dengan ukuran 800
mesh. Kemudian spesimen dibersihkan dengan air dan dikeringkan dengan
menggunakan tissue.
Praktikan

melakukan

pengamatan

meliputi

pengamatan

visual,

pengukuran pH, potensial dan laju korosi pada masing-masing spesimen dengan
larutan yang berbeda. Pengamatan dilakukan 1x 24 jam selama 7 hari. Dan larutan
yang digunakan adalah larutan NaOH 0,1 M; NaCl 0,1 M; K 2CrO4 0,1 M; HCl 0,1
M; dan aqua dm dengan volume masing-masing larutan adalah 250 ml.
Berdasarkan dari data pengamatan yang telah dilakukan selama 7 hari
tercatat laju korosi paling cepat adalah laju korosi pada larutan HCl daripada
larutan yang lainnya. Laju korosi yang paling rendah adalah pada larutan K2CrO4.

Laporan Akir Praktikum Korosi T.A 2016/2017

34

BAB II PENGARUH BERBAGAI LARUTAN TERHADAP


KOROSI

Laju korosi yang paling besar terjadi pada larutan HCl, hal ini dikarenakan bahwa
larutan HCl merupakan asam kuat dimana akan menyebabkan logam terkorosi
dikarenakan sifat logam yang sangat rentan terkorosi pada kondisi asam.
Sedangkan laju korosi yang paling rendah terjadi pada larutan K 2CrO4.
Seharusnya untuk laju korosi yang paling rendah terjadi pada larutan NaOH
karena NaOH merupakan larutan basa dengan pH yang tinggi sehingga jika di
tarik pada diagram porbaix larutan basa tidak terjadi korosi kemungkinannya
imun atau pasiv.
Pada spesimen yang dicelupkan pada larutan NaOH 0,1 M terjadi
perubahan dimensi yang kecil pada spesimennya yaitu dari 7,936 inc2 menjadi
7,920 inc2 dengan laju korosi sebesar 1,026 mpy dan mengalami pengurangan
massa sebesar 0,02 gr. Secara visual larutan yang tidak berubah warna, tidak ada
gelembung dan tidak ada endapan, dan korosi hanya sedikit terjadi pada bagian
ujung spesiemen dan dilihat pada diaram porbaix terletak pada daerah korosi.
Seharusnya dilihat dari diagram pourbaix terletak pada daerah imun atau pasif
karena apabila dilihat dari laju korosinya yang kecil. Kemungkinan besar
terjadinya kesalahan pada ssat melakukan pengukuran potensial dan pH.
Pada spesimen yang dicelupkan pada larutan NaCl 0,1 M terjadi
perubahan dimensi yang lumayan besar pada spesimennya yaitu 7,965 inc2
menjadi 7,921 inc2 dengan laju korosi 3,58 mpy dan mengalami pengurangan
massa sebesar 0,07 gr. Secara visual larutan yang berubah warna, tidak ada
gelembung dan ada endapan, dan korosi terjadi

pada bagian permukaan

spesiemen dan dilihat dari diagram pourbaix terletak pada daerah imun.
Seharusnya dilihat dari diagram pourbaix terletak pada daerah korosi karena
apabila dilihat dari pengurangan massa yang cukup besar. Kemungkinan besar
terjadinya kesalahan pada ssat melakukan pengukuran potensial dan pH.
Pada spesimen yang dicelupkan pada larutan K 2CrO4 0,1 M terjadi
perubahan dimensi yang kecil pada spesimennya yaitu dari 8,002 inc2 menjadi
7,841 inc2 dengan laju korosi sebesar 0,509 mpy dan mengalami pengurangan
massa sebesar 0,01 gr. Secara visual larutan yang tidak berubah warna, tidak ada
gelembung dan ada sedikit endapan, dan korosi hanya sedikit terjadi pada bagian
spesiemen dan dilihat pada diaram porbaix terletak pada daerah korosi.
Laporan Akir Praktikum Korosi T.A 2016/2017

35

BAB II PENGARUH BERBAGAI LARUTAN TERHADAP


KOROSI

Seharusnya dilihat dari diagram pourbaix terletak pada daerah imun atau pasif
karena apabila dilihat dari laju korosinya yang sangat kecil. Kemungkinan besar
terjadinya kesalahan pada ssat melakukan pengukuran potensial dan pH.
Pada spesimen yang dcelupkan pada larutan HCl 0,1 M terjadi perubahan
dimensi yang lumayan agak besar pada spesimennya yaitu dari 7,996 inc 2 menjadi
7,968 inc2 dengan laju korosi 20,89 mpy . Secara visual larutan berubah warna,
ada gelembung dan ada juga endapan, dan korosi terjadi secara merata pada
spesiemen dan dilihat pada diaram porbaix terletak pada daerah korosi.
Pada spesimen yang dicelupkan pada larutan aqua dm terjadi perubahan
dimensi yang lumayan besar pada spesimennya yaitu 7,955 inc2 menjadi 7,879
inc2 dengan laju korosi 2,049 mpy dan mengalami pengurangan massa sebesar
0,04 gr. Secara visual larutan yang berubah warna, tidak ada gelembung dan ada
endapan, dan korosi terjadi pada bagian permukaan spesiemen dan dilihat dari
diagram pourbaix terletak pada daerah korosi.
Semua spesimen mengalami perubahan dimensi dan beratnya hal ini
menunjukan bahwa spesimen menghasikan produk korosi dengan intensitas yang
berbeda-beda berdasarkan jenis larutannya.

2.8

KESIMPULAN DAN SARAN


2.8.1 KESIMPULAN
1. Diagram Pourbaix adalah diagram yang menggambarkan apakah
spesimen berada pada daerah korosif, imun, atau pasiv dengan
2.
3.
4.
5.

memperhatikan faktor potensial dan pH.


Pada daerah imunity suatu spesimen akan sulit terbentuk korosi.
Pada daerah pasivity suatu spesimen masih bisa terjadi korosi.
Pada daerah korosi suatu spesimen akan mengalami korosi.
Untuk mengetahui potensial dari suatu spesimen dapat

menggunakan refference electrode KCl.


6. Untuk mengetahui pH dari suatu spesimen dapat menggunakan
pH meter.
7. Laju korosi paling tinggi adalah pada spesimen yang dicelupkan
pada larutan HCl yaitu sebesar 20,89 mpy.

Laporan Akir Praktikum Korosi T.A 2016/2017

36

BAB II PENGARUH BERBAGAI LARUTAN TERHADAP


KOROSI

8. Laju korosi paling rendah adalah pada spesimen yang


dicelupkan pada larutan K2CrO4 yaitu sebesar 0,509 mpy.
9. Laju korosi pada larutan NaOH yaitu sebesar 1,026 mpy.
10. Laju korosi pada larutan Aqua dm yaitu sebesar 2,049 mpy.
11. Laju korosi pada larutan NaCl yaitu sebesar 3,58 mpy.
12. Terjadi kesalahan pada saat praktikum dikarenakan alat yang
digunakan sudah mulai mengalami kerusakan.

2.8.2 SARAN
1. pH meter dan Refference electrode di perbanyak lagi agar tidak
menunggu lama giliran dan apabila alat yang digunakan tersebut
mengalami kerusakan maka sangat mohon diperbaiki dengan
benar.
2. Penjelasan cara pemakaian reference electrode harus lebih pasti
agar praktikan tidak bingung karena akan berpengaruh terhadap
data praktikum.

Laporan Akir Praktikum Korosi T.A 2016/2017

37

You might also like