Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Dan Histologi
2.1.1 Anatomi
Ginjal merupakan organ yang berbentuk seperti kacang, terdapat sepasang
(masing-masing satu di sebelah kanan dan kiri vertebra) dan posisinya
retroperitoneal. Ginjal kanan terletak sedikit lebih rendah (kurang lebih 1 cm)
dibanding ginjal kiri, hal ini disebabkan adanya hati yang mendesak ginjal sebelah
kanan. Kutub atas ginjal kiri adalah tepi atas iga 11 (vertebra T12), sedangkan
kutub atas ginjal kanan adalah tepi bawah iga 11 atau iga 12. Adapun kutub bawah
ginjal kiri adalah processus transversus vertebra L2 (kira-kira 5 cm dari krista
iliaka) sedangkan kutub bawah ginjal kanan adalah pertengahan vertebra L3. Dari
batas-batas tersebut dapat terlihat bahwa ginjal kanan posisinya lebih rendah
dibandingkan ginjal kiri.
b. Medula, yang terdiri dari 9-14 pyiramid. Di dalamnya terdiri dari tubulus
rektus, lengkung Henle dan tubukus pengumpul (ductus colligent).
c. Columna renalis, yaitu bagian korteks di antara pyramid ginjal
d. Processus renalis, yaitu bagian pyramid/medula yang menonjol ke arah
korteks
e. Hilus renalis, yaitu suatu bagian/area di mana pembuluh darah, serabut
saraf atau duktus memasuki/meninggalkan ginjal.
f. Papilla renalis, yaitu bagian yang menghubungkan antara duktus
pengumpul dan calix minor.
g. Calix minor, yaitu percabangan dari calix major.
h. Calix major, yaitu percabangan dari pelvis renalis.
i. Pelvis renalis, disebut juga piala ginjal, yaitu bagian yang menghubungkan
antara calix major dan ureter.
j. Ureter, yaitu saluran yang membawa urine menuju vesica urinaria.
terletak di korteks yang relatif jauh dari medula serta hanya sedikit saja bagian
lengkung Henle yang terbenam pada medula, dan (2) nefron juxta medula, yaitu
nefron di mana korpus renalisnya terletak di tepi medula, memiliki lengkung
Henle yang terbenam jauh ke dalam medula dan pembuluh-pembuluh darah
panjang dan lurus yang disebut sebagai vasa rekta.
Ginjal diperdarahi oleh a/v renalis. A. renalis merupakan percabangan dari
aorta abdominal, sedangkan V.renalis akan bermuara pada vena cava inferior.
Setelah memasuki ginjal melalui hilus, a.renalis akan bercabang menjadi arteri
sublobaris yang akan memperdarahi segmen-segmen tertentu pada ginjal, yaitu
segmen superior, anterior-superior, anterior-inferior, inferior serta posterior.
Ginjal memiliki persarafan simpatis dan parasimpatis. Untuk persarafan
simpatis ginjal melalui segmen T10-L1 atau L2, melalui n.splanchnicus major,
n.splanchnicus imus dan n.lumbalis. Saraf ini berperan untuk vasomotorik dan
aferen viseral. Sedangkan persarafan simpatis melalui n.vagus (Netter, 2006)
2.1.2 Histologi Ginjal
Ginjal terutama bertugas mengeluarkan urin. Organ ini dibungkus oleh
simpai jaringan ikat kuat tediri atas serat-serat kolagen dan sedikit serat elastin.
Pada potongan sagital telihat parenkim ginjal terdiri atas :
a
b
Korteks
Korteks ginjal terdiri atas banyak tubulus kontortus dan badan-badan bulat
yang dikenal sebagai korpus renal atau korpus Malpighi. Korteks tidak hanya
4
Glomerulus
Glomerulus terdiri atas gelung-gelung kapiler yang terdapat diantara
arteriol aferen dan arteriol eferen. Daerah tempat arteriol aferen masuk dan
arteriol eferen keluar disebut kutub vaskular. Setelah masuk dalam
glemerulus, arteriol aferen memecah menjadi 4 atau 5 kapiler yang relatif
besar. Masing- masing kapiler ini menjadi sejumlah kapiler yang lebih
kecil yang membentuk lengkung-lengkung tidak teratur menuju ke arteriol
eferen. Arteriol eferen lebih kecil dari arteriol aferen. Perbedaan ukuran ini
ada kaitan dengan fungsinya . pembuluh eferen mengangkut lebih sedikit
5
Bowman.
Sel-sel gepeng lapisan viseral kapsula Bowman mempunyai struktur khusus,
dan sel itu disebut podosit. Podosit ini gepeng, merangkul sel endotel kapiler.
Juluran-juluran kaki atau pedikelnya menempel pada membran basal dan
berselisih dengan pedikel-pedikel podosit sebelahnya. Podosit merupakan sel
yang sangat aktif yang tercermin dari banyaknya metokondria, vakuola dan
mikrotubul di dalam sitoplasma. Endotel kapiler yang terdapat disini memiliki
tingkap yang kecil-kecil. Pori-pori ditutup fragma khusus. Pedikel-pedikel podosit
yang berbaris paralel dan berselisip dengan pedikel podosit berdekatan, mirip
susunan kancing-rigi (resleting). Keadaan ini membentuk sawar selektif.
Sel Mesangial
Sel ini merupakan sel fagositik, berupa perisit pada lengkung kapiler
glomerulus. Sel mesangial membersihkan sisa sel mati dan kompleks imun, yang
bila dibiarkan akan menyumbat saringan urin. Jadi fungsinya adalh sebagai
pembersih saringan.
Tubulus Renal
Tubulus renal terdiri atas:
a. Kapsula Bowman
b. Tubulus kontortus proksimal
c. Ansa Henle pars desenden, yang terletak dalam bagian piramid medula
yang membalik dan membentuk
d. Ansa Henle
e. Ansa Henle pars asenden, menuju dan masuk kembali ke korteks dan
melanjutkan disri sebagai
f. Tubulus kontortus distal, yang bagian akhirnya melurus dan membentuk.
g. Tubulus penghubung, yang berakhir dengan bermuara pada duktus
koligens. Diantara tubulus kontortus distal dan tubulus penghubung
terdapat suatu segmen bersudut pendek, tubulu berbiku (zig-zag). Duktus
koligens mulai dari bagian korteks dan pada jarak-jarak pendek saling
berhubungan dan akhirnya bermuara ke dalam saluran lebar yang disebut
duktus Bellini, yang akan bermuara pada puncak piramid yang menonjol
ke dalam kaliks minor.
a. Tubulus kontortus
Tubulus ini merupakan segmen nefron yang paling besar dan paling
berkelok dan membentuk sebagian besar korteks. Panjangnya lebih
kurang 14 mm dengan garis tengah 50-60um. Dilapisi selapis sel-sel
silindris rendah atau piramid terpancung, dengan inti bulat, dan
sitoplasma bergranula yang terpulas gelap dengan eosin. Permukaan
bebas sel-sel epitel dilengkapi mikrosili yang membentuk semacam
Brush Border. Mitokondria berderet-deret pada agian basal sel yang
memberinya corak bergaris. Bagian sel dekat Brush Border
mengandung fosfatase alkali.
b. Ansa Henle Pars Desenden
Bagian ini mempunyai susunan sama dengan yang terdapat pada tubulus
kontortus proksimal, kecuali Brush Border nya yang disini kurang
berkembang.
c. Ansa Henle Segmen Tipis
Bagan ansa henle ini mempunyai garis tengah 15m, dilapisi selapis sel
epiteliol pipih dngan ini menonjol ke dalam lumen. Mikrofili yang
membentuk Brush Border disini lebih sedikit dan lebih pendek.
Mitokondria dalam sel juga kurang.
d. Ansa Henle Pars Asenden
Panjang bagian ini 9mm dengan garis tengah 30m. Bagian ini naik
menuju korteks dan menghampiri kutub atau polus vaskular glomerulus
asalnya. Pada tempat ini saluran telah menjadi tubulus kontortus distal.
Bagian saluran ini dibatasi sel kuboid yang terletak diatas membran sel.
e. Tubulus Kontortus Distal
Berawal dekat kutub vaskular glomerulus dan berakhir saat menyatu
dengan duktus koligens bagian melengkung. Panjangnya 4 -5 mm,
dengan garis tengah 22-50 m. Dilapisi sel kuboid. Pada bagian distal
yang berdekatan dengan ateriol aferen, sel-sel yang berbatasan dengan
ateriol aferen, mengalami perubahan menjadi berbentuk silindris. Bagian
tubulus distal yang mengalami perubahan ini disebut makula densa. Selsel ini membentuk aparat yuksta-glomerular bernama sel-sel epiteloid.
Pada tunika media arteriol aferen yang bersebelahan. Sel terakhir ini
menghasilkan renin.
f. Duktus Koligens
Bagian ini dilapisi epitel selapis kuboid.
(Bajpai, 1989)
2. 2 CHRONIC KIDNEY DISEASE ( CKD )
2.2.1 Defenisi
Penyakit ginjal kronik atau chronic kidney disease (CKD) adalah
kerusakan ginjal selama 3 bulan atau lebih akibat abnormalitas struktural atau
fungsional ginjal, dengan atau tanpa penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG) atau
kadar LFG kurang dari 60 mL/menit/1,73 m2 lebih dari 3 bulan dengan atau tanpa
kerusakan ginjal.
Kriteria penyakit ginjal kronik, sebagai berikut:
1.
Kerusakan ginjal 3 bulan, dimana terdapat abnormalitas struktur atau
fungsi ginjal dengan atau tanpa penurunan LFG, yang dimanifestasikan
oleh:
Kelainan patologis
Terdapat tanda kelainan ginjal, termasuk kelainan dalam komposisi
2.
darah atau urin, atau kelainan dalam tes pencitraan (imaging tes).
LFG < 60 ml/mnt/1,73 m2 selama 3 bulan dengan atau tanpa tanda
kerusakan ginjal.
2.2.2 Klasifikasi
Klasifikasi CKD didasarkan atas dua hal yaitu atas dasar derajat (stage)
penyakit dan dasar diagnostis etiologi. Klasifikasi atas dasar derajat penyakit
dibuat atas dasar LFG yang dihitung dengan mempergunakan rumus kockcroftGault sebagai berikut:
LFG (ml/menit/1,73m2) = (140-umur)x berat badan/ 72 x kreatinin plasma (mg/dl)
*Pada perempuan dikalikan 0,85
Penjelasan
LFG
60-89
30-59
15-29
Gagal ginjal
Tipe mayor
diabetes
Penyakit pada
Rejeksi kronik
9
transplantasi
Keracunan obat (siklosporin/takrolimus)
Penyakit recurrent (glomerular)
Transpalnt glomerulopathy
2.2.3 Etiologi
Menurut Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefri) tahun 2000 mencatat
penyebab gagal ginjal yang menjalani hemodialisis di indonesia.
Dikelompokkan pada sebab lain diantaranya, nefritis lupus, nefropati urat,
intoksikasi obat, penyakit ginjal bawaan, tumor ginjal, dan penyebabnya yang
tidak diketahui.
Tabel 3. Penyebab utama penyakit ginjal kronik di Amerika Serikat (1995-1999)
Penyebab
Insiden
Diabetes mellitus
Tipe 1 (7%)
Tipe 2 (37%)
44 %
27%
Glomerulonefritis
10%
Nefritis interstitialis
4%
3%
2%
Neoplasma
2%
Tidak diketahui
4%
Penyakit lain
4%
10
Insiden
Glomerulonefritis
46,39%
Diabetes Melitus
18,65%
12,85%
Hipertensi
8,46%
Sebab lain
13,65%
2.2.4 Patofisiologi
Patofisiologi penyakit ginjal kronik pada awalnya tergantung pada
penyakit yang mendasarinya, tapi dalam perkembangan selanjutnya proses yang
terjadi kurang lebih sama. Pengurangan massa ginjal mengakibatkan hipertrofi
struktural dan fungsional nefron yang masih tersisa (surviving nephrons) sebagai
upaya kompensasi, yang diperantarai oleh molekul vasoaktif seperti sitokin dan
growth factors. Hal ini mengakibatkan terjadinya hiperfiltrasi, yang diikuti oleh
peningkatan tekanan kapiler dan aliran darah glomerulus. Proses adaptasi ini
berlangsung singkat, akhirnya diikuti oleh proses maladaptasi berupa sklerosis
nefron yang masih tersisa. Proses akhirnya diikuti dengan penurunan fungsi
nefron yang progresif, walaupun penyakit dasarnya sudah tidak aktif lagi. Adanya
peningkatan
aktivitas
memberikan
kontribusi
aksis
renin-angiotensin-aldosteron
terhadap
terjadinya
hiperfiltrasi,
intrarenal,
ikut
sklerosis
dan
meningkat. Kemudian secara perlahan tapi pasti, akan terjadi penurunan fungsi
nefron yang progresif, yang ditandai dengan peningkatan kadar urea dan kreatinin
serum. Sampai pada LFG sebesar 60%, pasien masih belum merasakan keluhan
(asimtomatik), tapi sudah terjadi peningkatan kadar urea dan kreatinin serum.
Sampai pada LFG sebesar 30%, mulai terjadi keluhan pada pasien seperti
nokturia, badan lemah, mual, nafsu makan kurang dan berat badan menurun.
Sampai LFG dibawah 30%, pasien memperlihatkan gejala dan tanda uremia yang
nyata seperti, anemia, peningkatan tekanan darah, gangguan metabolisme fosfor
dan kalsium, pruritus, mual, muntah, dan lain sebagainya. Pasien juga mudah
terkena infeksi. Juga terjadi gangguan keseimbangan air seperti hipo atau
hipervolemik, gangguan keseimbangan elektrolit antara lain natrium dan kalium.
Pada LFG dibaah 15% akan terjadi gejala dan komplikasi yang lebih serius, dan
pasien sudah memerlukan terapi pengganti ginjal antara lain dialisis atau
transplantasi ginjal. Pada keadaan ini pasien dikatakan sampai pada stadium gagal
ginjal.
2.2.5 Dignostik
A. Gambaran Klinis
Gambaran klinis pasien penyakit ginjal kronik meliputi:
a. Sesuai dengan penyakit yang mendasari seperti diabetes melitus, infeksi
traktus urinarius, batu traktus urinarius, hipertensi, hiperurikemi, lupus
eritromatosus sistemik (LSE)
b. Sindrom uremia yang terdiri dari lemah, letargi, anoreksi, mual, muntah,
nokturia, kelebihan volume cairan, neuropati perifer, pruritus, uremic frost,
perikarditis, kejang-kejang sampai koma.
c. Gejala komplikasinya antara lain hipertensi, anemia, osteodistrofi renal,
payah jantung, asidosis metabolik, gangguan keseimbangan elektrolit
(sodium, kalium, khlorida)
B. Gambaran Laboratorium
Gambaran laboratorium penyakit ginjal kronik meliputi:
a. Sesuai penyakit yang mendasarinya.
b. Penurunan fungsi ginjal berupa peningkatan kadar ureum dan kreatinin
serum, dan penurunan LFG yang dihitung mempergunakan untuk
memperkirakan fungsi ginjal.
12
13
Derajat
LGF (ml/mnt/1,73m2)
Rencana tatalaksana
90
Terapi
penyakit
komorbid,
(progression)
dasar,
evaluasi
kondisi
pemburukan
fungsi
ginjal,
60-89
Menghambat pemburukan
(progression) fungsi ginjal
30-59
15-29
< 15
a. Pembatasan protein :
- Pembatasan asupan protein mulai pada LFG < 60 ml/menit
- Protein diberikan 0,6 -0,8/kgBB/hari
b. Pengaturan asupan kalori : 35 kal/kgBBideal/hr
c. Pengaturan asupan lemak : 30 -40% dari kalori total dan mengandung
jumlah yang sama antara asam lemak bebas jenuh dan tak jenuh
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
Terapi farmakologis :
a. Kontrol tekanan darah :
-
Penghambat kalsium
Diuretik
b. Pada pasien DM, kontrol gula darah, hindari pemakaian metformin dan
obat-obat sulfonil urea dengan masa kerja panjang. Target HbAIC untuk
DM tipe 1 0,2 diatas nilai normal tertinggi, untuk DM tipe 2 adalah 6%.
c. Koreksi asidosis metabolik dengan target HCO3 20 22 mEq/l Kontrol
dislipidemia dengan target LDL < 100 mg/dl, dianjurkan golongan satin.
2.2.7 Pencegahan
A. Pencegahan dan terapi terhadap penyakit kardiovaskuler
Meliputi pengendalian DM, hipertensi, dislipidemia, anemia, hiperfosfatemia
dan terapi kelebihan cairan dan gangguan keseimbangan elektrolit.
B. Pencegahan dan terapi terhadap komplikasi
a. Anemia oleh karena defisiensi eritropoitin, defisiensi besi, kehilangan
darah (perdarahan saluran cerna, hematuri), masa hidup eritrosit yang
pendek akibat hemolisis, defisiensi asam folat, penekanan sumsum tulang
oleh substansi uremik, proses inflamasi akut atau kronik. Evaluasi anemia
15
dimulai saat Hb < 10 g% atau Ht < 30%, meliputi evaluasi status besi
(kadar besi serum/serum iron), kapasitas ikat besi total, feritin serum,
mencari sumber perdarahan, morfologi eritrosit, kemungkinan hemolisis,
dsb. Pemberian EPO, perhatikan status besi. Transfusi darah yang tidak
cermat
menyebabkan
kelebihan
cairan
tubuh,
hiperkalemi
dan
d.
e.
f.
g.
2.2.8 Komplikasi
Beberapa komplikasi dari penyakit ginjal kronik sesuai derajatnya, yaitu :
Derajat
Penjelasan
tinggi
30-59
- Hiperfosfatemia
- Hipokalemia
- Anemia
- Hiperparatiroid
-Hipertensi
-Hiperhomosistinemia
- Malnutrisi
- Asidosis Metabolik
- Hiperkalemia
- Dislipidemia
Gagal ginjal
< 15
- Gagal jantung
- Uremia
17
LAPORAN KASUS
Anamnesa Pribadi
Nama
: Mahyyujad Butar-Butar
Umur
: 68 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Status Kawin
: Menikah
18
Agama
: Islam
Pekerjan
: Wiraswasta
Alamat
: Dusun IV Sidomukti
Suku
: Batak
Anamnesa Penyakit
Keluhan Utama
: Muka pucat
Telaah
:
-
mengeluhkan
cepat
merasakan
lapar,
19
Anamnesa Umum
-
: Ya
- Tidur
: Terganggu
Merasa capek/lemas : Ya
- Berat badan
: Menurun
- Malas
: Ya
Menggigil
: Tidak
- Demam
: Ya
Nafsu makan
: Menurun
- Pening
: Tidak
- Dyspneu deffort
: Tidak
- Cyanosis
: Tidak
- Dyspneu drepost
: Tidak
- Angina pectoris
: Tidak
- Oedema
: Tidak
- Palpitasi cordis
: Tidak
- Nycturia
: Tidak
- Asma cardial
: Tidak
- Claudicatio intermitten
: Tidak
- Gangguan tropis
: Tidak
: Tidak
- Kebas-kebas
: Tidak
: Tidak
Anamnesa Organ
1.Cor
2. Sirkulasi Perifer
3. Tractus Respiratorius
- Batuk
: Tidak
- Stridor
: Tidak
- Berdahak
: Tidak
- Sesak nafas
: Tidak
- Hemaptoe
: Tidak
: Tidak
- Suara parau
: Tidak
20
A. Lambung
- Sakit di epigastrium sebelum / sesudah makan : Tidak
- Rasa panas di epigastrium
: Tidak
- Pyrosis
: Tidak
: Tidak
- Sendawa
: Tidak
- Mual-mual
: Ya
- Anoreksia
: Tidak
- Hematemesis
: Tidak
- Dysphagia
: Tidak
- Ructus
: Tidak
- Foetor es ore
: Tidak
- Sakit di abdomen
: Tidak
- Melena
: Tidak
- Borborygmi
: Tidak
- Tenesmi
: Tidak
- Flatulensi
: Tidak
- Obstipasi
: Tidak
- Haemorrhoid
: Tidak
: Tidak
B. Usus
: Tidak
- Memancar ke
: Tidak
- Asites
: Tidak
- Kolik
: Tidak
- Oedema
: Tidak
- Ikterus
: Tidak
- Berak dempul
: Tidak
- Oliguria
: Tidak
- Anuria
: Tidak
- Polakisuria
: Tidak
: Tidak
: Tidak
- Kolik
: Tidak
: 4x/hari
: Tidak
6. Sendi
- Sakit
: Tidak
- Sakit digerakkan
: Tidak
- Sendi kaku
: Tidak
- Bengkak
: Tidak
- Merah
: Tidak
- Stand abnormal
: Tidak
21
7. Tulang
- Sakit
: Tidak
- Fraktur spontan
: Tidak
- Bengkak
: Tidak
- Deformasi
: Tidak
- Sakit
: Tidak
- Kejang-kejang
: Tidak
- Kebas-kebas
: Tidak
- Atrofi
: Tidak
- Muka pucat
: Ya
- Mata berkunang-kunang
: Ya
- Bengkak
: Tidak
- Pembengkakan kelenjar
: Tidak
- Penyakit darah
: Tidak
- Merah di kulit
: Tidak
- Polidipsi
: Tidak
- Pruritus
: Tidak
- Polifagi
: Tidak
- Pyorrhea
: Tidak
- Poliuri
: Tidak
8. Otot
: Tidak
9. Darah
10.Endokrin
A. Pankreas
B. Tiroid
- Nervositas
: Tidak
- Struma
: Tidak
- Exoftalmus
: Tidak
- Miksodem
: Tidak
: Tidak
- Menarche
: Tidak
- Ereksi
- Siklus haid
: Tidak
- Menopause
: Tidak
- Coitus
-G/P/Ab
: -/-/-
C. Hipofisis
- Akromegali
11. Fungsi Genital
:Tidak ditanyakan
: Tidak ditanyakan
- Hipoastesia
: Tidak
- Sakit kepala : Ya
- Parastesia
: Tidak
- Paralisis
: Tidak
: Baik
- Pengecapan : Baik
- Pendengaran
: Baik
- Perasaan
: Baik
- Penciuman
: Baik
: Tidak
14. Psikis
- Mudah tersinggung
: Tidak
- Pelupa
- Takut
: Tidak
- Gelisah
: Tidak
: wiraswasta
- Hygiene
: baik
: Hipertensi dan DM
- Pyuria
: Tidak
: Tidak
Anamnesa Intoksikasi
: Tidak
Anamnesa Makanan :
-
Nasi
- Sayur
: Ya
Ikan
: Ya
- Daging
: Ya
Anamnesa Family :
-
Penyakit-penyakit family : -
:-
Status Presents
Keadaan Umum :
23
Sensorium
: Compos mentis
Tekanan darah
: 150/90 mmHg
Temperatur
: 36.3C
Pernafasan
Nadi
Keadaan Penyakit
-
Anemi
Ikterik
Sianose
Dispnoe : Tidak
Edema
: Tidak
- Eritema
: Tidak
: Tidak
- Turgor
: Baik
: Tidak
- Gerakan aktif
: Ya
: Tidak
: Tidak
Keadaan Gizi
BB : 55 kg
TB : 165 cm
TB : 165 cm
Pemeriksaan Fisik
1. Kepala
-
Pertumbuhan rambut
: Normal
: Tidak
Perubahan lokal
: Tidak
a. Muka
24
Sembab
: Tidak
- Parese
: Tidak
Pucat
: Ya
- Gangguan lokal
: Tidak
Kuning
: Tidak
- Ruam kemerahan
: Tidak
- Ikterus
: Tidak
b.Mata
-
Stand mata
: Normal
Gerakan
: Tidak
Exoftalmos
: Tidak
- Reaksi pupil
: RC +/+
Ptosis
: Tidak
- Gangguan lokal
: Tidak
: Tidak
- Bentuk
: Normal
c. Telinga
-
Sekret
Radang
: Tidak
- Atrofi
: Tidak
d.Hidung
-
Sekret
Bentuk
: Tidak
- Benjolan-benjolan
: Tidak
: Normal
e. Bibir
-
Sianosis
Pucat
: Tidak
- Kering
: Tidak
: Ya
- Radang
: Tidak
: Tidak
- Jumlah
: 28 buah
f. Gigi
-
Karies
-
Pertumbuhan : Normal
g. Lidah
-
Kering
: Tidak
- Beslag
: Tidak
Pucat
: Tidak
- Tremor
: Tidak
: Tidak
- Membran
: Tidak
h. Tonsil
-
Merah
Bengkak
Beslag
: Tidak
- Angina lacunaris
: Tidak
: Tidak
25
2. Leher
Inspeksi
-
Struma
: Tidak
- Torticolis
: Tidak
Kelenjar bengkak
: Tidak
- Venektasi
: Tidak
- Pulsasi vena
: Terlihat
Palpasi
- Posisi trachea
: Medial
- Sakit/nyeri tekan
: Tidak
- Kosta servikalis
: Normal
3. Thorax Depan
Inspeksi
-
Bentuk
: Fusiformis
- Venektasi
: Tidak
Simetris/asimetris
: Simetris
- Pembengkakan
: Tidak
Bendungan vena
: Tidak
- Pulsasi verbal
: Tidak
- Mammae
: Normal
- Iktus kordis
: Tidak teraba
Palpasi
-
Nyeri tekan
a. Lokalisasi
:-
Fremissement
b. Kuat angkat
:-
- Opistotonus
: Tidak
: Tidak
: Tidak
c. Melebar
:-
d. Iktus negatif
:-
Perkusi
-
Relatif
: ICS V
Absolut
: ICS VI
Gerakan bebas
: 2 cm
Batas jantung
:
26
Atas
Kanan
Kiri
Auskultasi
Paru-paru
o Suara pernafasan : Vesikuler pada kedua lapangan paru
o Suara tambahan : Tidak Dijumpai
a. Ronkhi basah
: (-)
b. Ronkhi kering
: (-)
c. Krepitasi
: (-)
d. Gesek pleura
: (-)
Cor
o Heart rate
Suara katup
: M1 > M2
A2 > A1
P2 > P1
A2 > P2
o Suara tambahan :
Desah jantung fungsionil/organis
Gesek pericardial/pleurocardial
: Tidak
: Tidak
4. Thorax Belakang
Inspeksi
-
Bentuk
: Fusiformis
Simetris/asimetris: Simetris
Benjolan-benjolan
- Scapula alta
: Tidak
: Tidak
- Venektasi
: Tidak
Palpasi
-
Nyeri tekan
Penonjolan-penonjolan : Tidak
Fremitus suara
: Tidak
: Kanan = kiri
Perkusi
-
o Kanan
o Kiri
Gerakan bebas
: 2 cm
Auskultasi
-
Suara pernafasan
Suara tambahan
: Tidak dijumpai
28
5. Abdomen
Inspeksi
- Bengkak
: Tidak
- Venektasi/pembentukan vena
: Tidak
- Gembung
: Tidak
- Sirkulasi kolateral
: Tidak
- Pulsasi
: Tidak
Palpasi
- Defens muskular
: Tidak
- Nyeri tekan
: Tidak
- Lien
: Tidak teraba
- Ren
: Tidak teraba
- Hepar
: Tidak
Perkusi
- Pekak hati
: Ya
- Pekak beralih
: Tidak
Auskultasi
- Peristaltik usus
4. Genitalia
-
Luka
Hernia
: TDP
- Nanah
: TDP
: TDP
- Sikatriks
: TDP
5. Extremitas
a. Atas
dextra |sinistra
29
Bengkak
: Tidak | Tidak
Merah
: Tidak | Tidak
Stand abnormal
: Tidak | Tidak
Tes rumpelit
Reflex :
: Tidak | Tidak
Biceps
:+|+
Triceps
:+|+
Radio periost : + | +
b. Bawah
Dextra | Sinistra
Bengkak
: Tidak | Tidak
Merah
Oedem
Pucat
Varises
: Tidak | Tidak
: Tidak | Tidak
: Ya | Ya
: Tidak | Tidak
Reflex :
KPR
:+|+
APR
:+|+
Struple
:+|+
Urin
Hb
3.2 g/dl
Warna
Leukosit
11.500 /L
Reduksi
Led
Protein
Eritrosit
1.1 /L
Bilirubin
Hitung jenis :
Tinja
.
Urobilinogen
Eosinofil
1%
Sedimen
Basofil
0%
Eritrosit
30
N. Stab
0%
Leukosit
N. seg
87 %
Silinder
Limfosit
7%
Epitel
Monosit
5%
GDS
109 mg/dl
Fungsi ginjal :
Ureum
45 mg/dl
Kreatinin
5.98 mg/dl
Asam Urat
9.5 mg/dl
Bilirubin Total
Fungsi Hati
0.26 mg/dl
Bilirubin Direk
0.12 mg/dl
Alkali Phospat
152 U/I
Protein Total
5.82 g/dl
Albumin
2.89 g/dl
Globulin
2.93 g/dl
Elektrolit
137 mEq/L
Natrium (Na)
Kalium (K)
4.7 mEq/L
Chloride (Cl)
102 mEq/L
Urin
Hb
6.4 g/dl
Warna
Leukosit
11.900 /L
Reduksi
Led
86 mm/jam
Protein
Eritrosit
2.2 /L
Bilirubin
Hitung jenis :
Tinja
.
Urobilinogen
31
Eosinofil
2%
Sedimen
Basofil
0%
Eritrosit
N. Stab
0%
Leukosit
N. seg
90 %
Silinder
Limfosit
5%
Epitel
Monosit
3%
Fungsi ginjal :
Ureum
170 mg/dl
Kreatinin
4.11 mg/dl
Urin
Hb
9.4 g/dl
Warna
Leukosit
6.600 /L
Reduksi
Led
Protein
Eritrosit
3.3 /L
Bilirubin
Hitung jenis :
Tinja
.
Urobilinogen
Eosinofil
1%
Sedimen
Basofil
0%
Eritrosit
N. Stab
0%
Leukosit
N. seg
84 %
Silinder
Limfosit
10 %
Epitel
Monosit
5%
Fungsi ginjal :
Ureum
165 mg/dl
Kreatinin
4.97 mg/dl
32
Urin
Tinja
Warna
Ureum
147 mg/dl
Reduksi
Kreatinin
3.34 mg/dl
Protein
Bilirubin
Urobilinogen
Sedimen
Eritrosit
Leukosit
Silinder
: CTR >50%
Paru
: muka pucat
Telaah
mata
berkunang-kunang
dan
os
sudah
banyak
minum.
Os
juga
RPK
: DM (+)
RPO
: Captopril, Glibenclamide
Status Present :
Keadaan umum
Keadaan Penyakit
Keadaan Gizi
Anemia : Tidak
TB = 165 cm
Ikterus : Tidak
BB = 55 kg
Nadi : 92x/menit
Sianosis : Tidak
RBW= BB : (TB-
Nafas: 28 x/menit
Dyspnoe : Tidak
Suhu : 36.3C
Edema : Tidak
Eritema : Tidak
100)x100% = 55 :65
= 84,6
Kesan : underweight
Turgor : Baik
Gerakan aktif : Ya
Sikap paksa : Tidak
Pemeriksaan Fisik
Kepala
: Muka pucat
34
Leher
Thoraks
: Oedem paru
Abdomen
Ekstremitas
Pemeriksaan Laboratorium
Diagnosa Banding :
CKD stage IV ec Hipertensi nefropati
CKD stage IV ec Diabetik nefropati
CKD stage IV ec PNC
CKD stage IV ec GNC
Diagnosa Sementara : CKD stage IV ec Hipertensi nefropati
Terapi :
-
Aktifitas
: Tirah Baring
Diet
: Diet ginjal
Medikamentosa
IVFD RL 20 gtt/menit
Inj. Ondansentron 8 mg/12 jam
Inj. Ceftriaxon 1gr/12 jam
Insulin 0,5 mg/kgbb
Losartan 1x50 mg
Amlodipin 1x10 mg
Curcuma syr 2xcth
Allopurinol
Transfusi PRC 2 bag
35
Pemeriksaan Anjuran/Usul
Darah Lengkap
Urinalisa
HbA1c
USG abdomen
Foto thorak
DISKUSI KASUS
No
1
Penyaki
Teori
t
CKD
Anamnesis
Muka pucat
Lemah
Letargi
Anoreksia
Kasus
Anamnesis
Lemah (+)
Anoreksia (+)
Mual (+)
Tidak dijumpai
nokturia
Mual muntah
Nokturia
Sakit kepala
Sesak nafas
Pruritus
Sesak napas(-)
Pruritus (-)
Perikarditis tidak
dijumpai
Anemia (-)
Kejang (-)
36
Perikarditis
Anemia
Kejang
Neuropati perifer
Pemeriksaaan Fisik
Vital sign :
- Compos Mentis
- Normotensi
- Heart Rate Normal
- Respiratory Rate Normal
Vital sign :
Kepala
Conjungtiva anemis
Extremitas
Oedem
Nafas: 28 x/menit
Kepala
Conjungtiva anemis
Extremitas
Atas : Oedem (+)
Bawah : Oedem (+)
37
Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Darah
Ureum
Kreatinin
2. Pemeriksaan Urin
Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Darah
Ureum
Kreatinin
2. Pemeriksaan Urin tidak
dilakukan
Diagnosis
CKD stage IV ec
Hipertensi nefropati
Penatalaksanaan
1. Terapi spesifik
berdasarkan penyakit
dasarnya
2. Evaluasi dan
penanganan kondisi
komorbid
3. Memperlambat
kerusakan fungsi ginjal
4. Pencegahan dan terapi
penyakit kardiovaskular
5. Pencegahan dan terapi
Diagnosis
CKD stage IV ec
Hipertensi nefropati
Penatalaksanaan
IVFD RL 20 gtt/menit
Inj. Ondansentron 8
mg/12 jam
Inj. Ceftriaxon 1gr/12
jam
Insulin 0,5 mg/kgbb
Losartan 1x50 mg
Amlodipin 1x10 mg
Curcuma syr 2xcth
Allopurinol
Transfusi PRC 2 bag
penyakit komplikasi
6. Penggantian fungsi
ginjal dengan dialisis
atau bahkan
transplantasi ginjal
Komplikasi
Kerusakan ginjal
Komplikasi
ringan
Penurunan LFG sedang
Penurunan LFG berat
Gagal ginjal
39
DAFTAR PUSTAKA
Clarkson MR, Friedewald JJ, Eustace JA, Rabb H. 2007. Acute kidney
injury. In: Brenner BM, ed. Brenner & Rector's The Kidney. 8th ed.
Philadelphia, Pa: Saunders Elsevier:chap. 29.
Hadi, S., 1996. Penatalaksanaan Gagal ginjal Akut. Dexa Media, 9(4),
pp.27-34.
40
41