ABSTRACT

DIFFERENCE IN THE USAGE OF FORMALIN 10% AND POVIDONEIODINE 2,5% AS EMBALMING FLUID ON THE DEGREE OF
POSTMORTEM CHANGES OF MALE WHITE RATS (Rattus
norvegicus) WISTAR STRAIN AFTER 0-6 HOURS OF DEATH
Feby Ramadhyana Pangestu
Embalming has been practiced by the ancient Egyptians for
thousand years for religious and social purposes. In the beginning,
embalming only performed for the kings because of long and expensive
procedures. And in times, embalming techniques become easier and
available for almost everyone. Embalming is the treatment of dead bodies
to inhibit the postmortem changes by providing embalming fluid so the
dead bodies constantly in lasting state for several times. Antiseptic and
disinfectant solution can be given to the bodies to stop the decay process
by modifying tissues into stable and resistant form to decay agents.
Formaldehyde and povidone-iodine is one example of several types of
antiseptics and disinfectants.
The aim of this study was to know about the differences in the
usage of formalin 10% and povidone-iodine 2.5% as embalming fluid on
the degree of postmortem changes of male white rats (Rattus norvegicus)
Wistar strain after 0-6 hours of death.
This laboratory experimental study using post test only control
group design method. Experimental animal using 16 male rats Rattus
norvegicus Wistar strain that randomly divided into 2 groups, the
positive control group was given formalin 10% and the treatment group
was given povidone-iodine 2.5% after 0-6 hours of death. Furthermore, the
degree of postmortem changes observed in each group for 4 days and the
data were analyzed using the Mann-Whitney test.
Result of statistical analysis Mann-Whitney showed significancy
value of 0.000 (p <0.05) which means there are significant differences in
the usage of formalin 10% and povidone-iodine 2.5% as embalming fluid
on the degree of postmortem changes of male white rats (Rattus
norvegicus) Wistar strain after 0-6 hours of death.
Conclusion of this study showed that giving formalin 10% can inhibit
the process of postmortem changes in experimental animals longer than
giving povidone-iodine 2.5%.
Keywords: embalming, formaldehyde,
changes

17

povidone-iodine, postmortem

ABSTRAK
PERBEDAAN PENGGUNAAN FORMALIN 10% DAN POVIDONEIODINE 2.5% SEBAGAI BAHAN EMBALMING PADA DERAJAT
PERUBAHAN POSTMORTEM TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus)
JANTAN GALUR WISTAR SETELAH 0-6 JAM KEMATIAN

Feby Ramadhyana Pangestu

Embalming telah dilakukan oleh bangsa Mesir kuno selama ribuan
tahun untuk tujuan sosial dan agama. Dahulu embalming hanya dilakukan
untuk para raja karena biaya yang mahal dan prosedur yang rumit. Seiring
berjalannya waktu, teknik embalming menjadi lebih mudah dan tersedia
untuk hampir semua orang. Larutan golongan antiseptik dan desinfektan
dapat diberikan pada jenazah untuk menghentikan proses pembusukan
dengan memodifikasi jaringan menjadi bentuk yang stabil dan resisten
terhadap agen pembusukan sehingga jenazah tetap dalam keadaan awet
selama periode waktu tertentu. Formaldehida dan povidone-iodine
merupakan salah satu contoh dari beberapa jenis antiseptik dan
desinfektan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan
penggunaan formalin 10% dan povidone-iodine 2.5% sebagai bahan
embalming pada derajat perubahan postmortem tikus putih (Rattus
norvegicus) jantan galur Wistar setelah 0-6 jam kematian.
Penelitian eksperimental laboratoris ini menggunakan metode post
test only control group design. Hewan coba yang digunakan adalah 16
ekor tikus Rattus norvegicus jantan strain Wistar yang dibagi secara acak
menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok kontrol positif yang diberi formalin
10% dan kelompok perlakuan yang diberi povidone-iodine 2.5% setelah 06 jam kematian. Selanjutnya dilakukan pengamatan derajat perubahan
postmortem pada setiap kelompok selama 4 hari dan data dianalisis
menggunakan uji Mann-Whitney.
Hasil analisis statistik Mann-Whitney menunjukkan nilai signifikansi
0.000 (p<0.05) yang artinya terdapat perbedaan bermakna pada
penggunaan formalin 10% dan povidone-iodine 2.5% sebagai bahan
embalming pada derajat perubahan postmortem tikus putih (Rattus
norvegicus) jantan galur Wistar setelah 0-6 jam kematian.
Kesimpulan hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian formalin
10% dapat menghambat proses perubahan postmortem pada hewan coba
lebih lamadi bandingkan dengan pemberian povidone-iodine 2.5%.
Kata kunci: embalming,
postmortem

formalin,

18

povidone-iodine,

perubahan