You are on page 1of 14

Agresivitas

Makalah
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Sosial

Disusun Oleh :
Kelompok 8 ( Kelas B )
Maida Utari
Reza Fajrini
Sri Wahyuni
Arif Setiawan

Program Studi Psikologi


Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Padang
TA 2013/2014

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .......................................................................................................i


BAB I. Pendahuluan
A.
B.

Latar Belakang ........................................................................................1


Tujuan......................................................................................................1

BAB II. Pembahasan


A.
B.
C.
D.

Pengertian Agresivitas.............................................................................2
Teori-Teori tentang Agresivitas...............................................................2
Faktor-Faktor Pendorong Agresivitas......................................................4
Mengurangi Agresivitas...........................................................................7

BAB III. Penutup


Kesimpulan................................................................................................

Daftar Pustaka....................................................................................................vii

BAB 1. Pendahuluan
A. Latar Belakang
Agresivitas merupakan bentuk perilaku seseorang yang bertujuan
untuk menyakakiti atau menciderai orang lain baik dalam bentuk fisik
maupun psikis.

Munculnya

agresivitas

dapat

dikarenanakan

oleh

beberapa sebab, diantaranya karena sifat instingtif manusia, kondisi


frustasi dan tertekan. Serta belajar dari pengalaman manusia dalam
menjalani kehidupan. Insting manusia selalu ingin melindungi dirinya
dari bahaya. Frustasi
kehendak

tidak

dan tertekan

tercapai,

mengakibatkan

sehingga

mencari

agresif

jalan

karena

lain

untuk

pelampiasan. Pengalaman hidup akan memberikan pelajaran kepada


seseorang

dalam

merespons

setiap

rangsang

yang

berasal

dari

lingkunganya.
Ada dua macam agresifitas yang secara garis besar dibedakan
menjadi

hostile

aggression

dan

instrumental aggression. Dimana

keduannya memiliki persamaan dan juga perbedaan. Namun

dalam

kegiataan olahraga prilaku agresif yang muncul lebih dominan adalah


dari jenis instrumental aggression.
Olahraga merupakan aktivitas fisik seseorang yang dilakukan atas
dasar

pilihan

kegemaraannya

dengan

berbagai

tujuan. Sehingga

kegiatan olahraga mampu sebagai wahana pelampiasan agresifitas


seseorang yang terkontrol dan terkendali. Hal itu karena dalam
olahraga ada peraturan dalam permainan yang digunakan untuk
memperlancar jalannya kegiatan. Bentuk perilaku agresifitas pada atlet
lebih ke arah yang instrumental aggression, sebab olahraga tanpa
adanya unsur agresifitas juga tidak akan berjalan dengan baik.

B. Tujuan
1)
2)
3)
4)

Mengetahui dan memahami apa yang dimaksud dengan agresivitas.


Mengetahui dan memahami apa saja teori yang membahas agresivitas.
Mengetahui faktor-faktor yang dapat mendorong agresifitas.
Mengetahui cara apa saja yang dapat ditempuh demi mengurangi
agresivitas.

BAB II. Pembahasan


A. Pengertian Agresivitas
Agresivitas

merupakan

tindakan

melukai

oleh

sesorang/institusi

terhadap

orang/institusi lain yang sejatinya disengaja ( Berkowitz dalam Sarlito, 2009:148 ).


Agresi adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk melukai atau untuk
mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku tersebut.
( Baron, & Byrne, 2003 ). Definisi agresi dari Baron ini mencakup empat faktor yaitu
tingkah laku, tujuan untuk melukai atau mencelakakan (termasuk mematikan atau
membunuh), individu yang menjadi pelaku dan individu yang menjadi korban, serta
ketidakinginan sikorban menerima tingkah sipelaku.
Pemicu yang umum dari agresi adalah ketika seseorang mengalami suatu kondisi
emosi tertentu, yang sering terlihat adalah emosi marah. Perasaan marah berlanjut pada
keinginan untuk melampiaskannya dalam bentuk tertentu dan pada objek tertentu. Marah
adalah sebuah pernyataan yang disimpulkan dari perasaan yang ditunjukkan yang sering
disertai dengan konflik atau frustasi ( Segal dalam Sarlito,2009:148 ).

B. Teori-Teori Tentang Agresivitas


A .agresivitas sebagai perilaku bawaan
Menurut teori ini agresivitas merupakan insting makhluk hidup. Teori ini
terbagi dalam tiga kelompok, yaitu teori psikoanalisis, teori, etelogi, dan teori
sosiobiologi.
2

1. Teori psikoanalisis
Sigmund freud, seseorang tokoh psikoanalisis mengklasifikasikan instink
individu kedalam dua bagian, yaitu: instink kehidupan dan instink kematian.
Instink kehidupan (life instinct atau juga disebut eros) mengandung energi
konstruktif dan seksual, sedangkan instink kematian ( deat instinct atau
disebut thanatos) mengandung energi destruktif.
pengungkapan hasrat terhadap kematiaan dapat berupa agresi diri atau
tindakan menyakiti diri sendiri sehingga bunuh diri. Meskipun demikian,
karena karena pada diri manusia juga terdapat instink hidup maka hasrat
terhadap kematian adalah ditujukan keluar dirinya, yaitu berujung agresi
terhadap

orang

lain, merusak, dan

tindakan

lain

yang

merusak,

yang

membawa efek negatif bagi dirinya sendiri ataupun orang lain.


2. Teori etologi
Lorenz, sebagai tokoh etologi berpendapat bahwa agresivitas adalah
instink berkelahi yang dimiliki oleh makhluk hidup yang ditujukan kepada
spesies

yang

sama.

Perkelahian

diantara

anggota

spesies

tidaklah

merupakankan kejahatan, karena fungsinya untuk menyelamatkan kehidupan


salah satu spesies yang lain. Dengan demikian agresivitas yang merupakan
perilaku naluri memiliki nilai survival bagi organisme.

3. Teori sosiobiologi
Dalam pandangan teori sosiobiologi, dalam hal ini barash menyatakan
Bahwa perilaku sosial, sama halnya dengan struktur fisik dipengaruhi oleh
Evolusi. Menurut teori ini, makhluk hidup dari berbagai spesies cenderung
Menunjukkan pola-pola perilaku sosial tertentu dalam kelangsungan hidup
Makhluk melakukan tindakan agresi karena fungsi tindakan tersebut sebagai
Usaha untuk penyesuaian diri.

a. Hormon
Hormon yang dimaksud di sini adalah hormon androgen dan testosteron.
Secara kebetulan hormon ini terdapat paling banyak pada laki-laki. Penilitian
longitudinal baru-bari ini terhadap 96 remaja pria 12 hingga 21 tahun,
menemukan bahwa mereka yang memiliki catatan kriminal lebih tinggi dalam
kadar testosteronnya pada usia 16 tahun ( Bokhven dalam Laura, 2012:1u dengan
cara yang agresif dapat meningkatkan testosteron seseorang (Sarlito,2009).
Dalam penelitian lain, subjek penelitian dapat dianggap agresif bahkan jika
mereka tidak terlibat langsung. Misalnya, mereka tidak benar-benar memukul
muka seseorang. Setiap individu mempunyai kesempatan untuk agresif
terhadap orang lain, dengan memberikan seseorang ledakan suara yang keras,
menyiapkan sengatan listrik yang ringan, atau memberi dosis saos cabe yang
besar pada makanan seseorang ( Laura,2012).

b. Otak
Bagian dari otak disebut hipotalamus terkait dengan tingkah laku agresi.
Hipotalamus adalah bagian kecil dari otak yang terletak di bawah otak. Berfungsi
untuk menjaga homeostatis serta membentuk dan mengatur tingkah laku vital,
seperti makan, minum, dan hasrat seksual. Sebuah penilitian oleh Albert ( dalam
Sarlito,2009;150 ) menemukan bahwa tumor yang tumbuh di bagian hipotalamus
memicunya.
Sebuah otopsi mengungkapkan sebuah tumor di dalam sistem limbik otak
Withman, suatu wilayah yang dikaitkan dengan emosi, mendorong reaksi ia
untuk memanjat ke puncak menara kampus, lalu membunuh 15 orang dan
kemudian bunuh diri. Dalam situasi lainnya, sebuah elektroda ditanamkan pada
amigdala seorang pasien kejiwaan yang lembut. Segera setelah arus listrik

merangsang amigdala, perempuan tersebut menjadi kasar. Ia berteriak ,


menggeram, dan memukul-mukul ( King dalam Laura,2012:194 )
1. Perspektif Psikodinamika
Freud ( dalam sarlito,2009: 150 ) sebagai salah satu tokoh psikoanalisis
melihat bahwa manusia sejatinya memiliki dua insting dasar, yaitu eros ( insting
hidup ) dan thanatos ( insting mati ). Insting mati yang membawa manusia pada
dorongan agresi. Ia ( dalam Baron dan Byrne, 2003) beranggapan bahwa insting mati
yang dapat menjelaskan perilaku agresif mempunyai sifat katarsis atau pelepasan
ketegangan yang dapat merugikan masyarakat.
Freud (Baron & Byrne, 2003) menyatakan bahwa

insting ini awalnya

memiliki tujuan self-destruction, tetapi arahnya segera diubah menuju orang lain.
Tidak hanya Freud, Lorenz (dalam Baron & Byrne, 2003) mengemukakan bahwa
agresi muncul terutama dari insting berkelahi bawaan yang dimiliki oleh makhluk
hidup. Insting ini berkembang selama terjadinya evolusi karena hal tersebut
menolong untuk memastikan bahwa hanya individu yang terkuat yang akan
menurunkan gennya pada generasi berikutnya.
Insting adalah bawaan dan bagian dari kepribadian, maka tampaknya ada
peluang untuk mengatasinya. Usaha ini disebut pengalihan ( Hadad dalam Sarlito,
2009:150 ).
Berdasarkan teori ego Freud ( dalam Alwisol,2004: 34), ego memanfaatkan
drive agresif untuk menyerang objek yang menimbulkan frustasi. Menutupi
kelemahan diri dengan menunjukkan kekuatan agresi, baik yang ditunjukkan ke pada
objek asli, objek pengganti, maupun pada diri sendiri.
Ada lima maca reaksi agresi menurut Freud ( dalam Alwisol, 2004:34 ) :
a. Agresi Primitif : siswa yang tidak lulus merusak sekolahnya, atau remaja yang
b.
c.
d.
e.

cintanya ditolak menyerang ( menghina ) penolaknya tersebut.


Scapegoating : Membanting piring karena marah kepada istri.
Free-floating-anger : sasaran marah yang tidak jelas
Suicide : rasa marah kepada diri sendiri sampai merusak/bunuh diri.
Turning around upon the self ( agresi + pengalihan ) : memindahkan objek
cinta atau agresi kepada diri sendiri. Biasanya menjadi perasaan berdosa atau
depresi.

2. Perspektif Pembelajaran
Teori balajar sosial dari bandura juga dapat menjelaskan bagaimana
agresivitas sebagai tingkah laku sosial yang dipelajari ( Bandura, dalam Sarlito,2009:
150 ).

Salah satu pemahamannya adalah tingkah laku egresi merupakan bentuk


tingkah laku yang rulit, oleh karena itu diperlukan pembelajaran, artinya agresivitas
tidaklah alami. Tayangan-tayangan yang penuh kekerasan tampaknya menjadi salah
satu pemicu. Peran orang tua juga penting dalam terbentuknya tingkah laku agresif
terutama remaja. ( Sarlito,2009 )
3. Teori Dorongan ( Frustasi Agresi )
Teori frustrasi-agresi yang dipelopori oleh Dollard dkk (dalam Baron &
Byrne, 2003). Teori ini menyatakan bahwa frustrasi menyebabkan berbagai
kecenderungan, yang salah satunya adalah kecenderungan agresi, dan agresi timbul
karena adanya frustrasi Apabila frustrasi meningkat, maka kecenderungan perilaku
agresifpun akan meningkat.
Kekuatan dorongan agresi yang disebabkan oleh frustrasi, tergantung besarnya
kepuasan yang 1)diharapkan dan 2) tidak dapat diperoleh.

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Agresivitas


1. Sosial
Frustasi, terhambatnya atau tercegahnya upaya pencapaian tujuan kerap
menjadi penyebab agresi. Tetapi agresi tidak selalu muncul karena frustasi. Manusia,
misalnya petinju dan tentara, dapat melakukan agresi karena alasan lain. ( Miller
dalam Sarlito,2009: 152 )
Provokasi verbal atau fisik adalah salah satu penyebab egresi. Contohnya,
kasus Zinedine. Manusia cenderung untuk membalas denga derajat yang sama atau
sedikit lebih tinggi daripada yang diterimanya ( balas dendam ). Menyepelekan dan
sombong adalah prediktor yang kuat bagi munculnya agresi ( Sarlito,2009 ).
Faktor sosial lainnya adalah alkohol ( Baron dan Byrne, 2003 ). Kebanyakan
hasil penelitian yang terkait dengan konsumsi alkohol menunjukkan agresivitas.
Misalnya, kawasan Timur Indonesia mencatat banyak kekerasan, khususnya di
Manado. Mengungkapkan bahwa masyarakat menehag ke atas yang emngkonsumsi
alkohol tidak selalu menunjukkan agresivitas, tetapi pada masyarakat ekonomi
rendah sebaliknya. Mereka melakukan tindakan kekerasan, menghadang mobil,
memalak, melempari rumah dengan betu, dan sebagainya. Akan tetapi dilakukan
secara kolektif, karena bentuk kebudayaan mereka yang berkumpul-kumpul.
2. Personal
Pola tingkah laku berdasarkan kepribadian.
6

Ada dua pola agresi berdasarkan kepribadian ( Sarlito, 2009 ) :


a. Hostile aggression merupakan agresi yang bertujuan untuk melukai atau
menyakiti korban, yang melakukan pola ini biasanya adalah orang-orang dengan
karakter terburu-buru dan kompetitif.
b. Instrumental aggression, yaitu tingkah laku agresif yang dilakukan karena ada
tujuan utama dan tidak di tujukan untuk melukai atau menyakiti korban. Yaitu
mereka yang mempunyai karakter sabar, kooperati, nonkompetisi, dan
nonagresif, cenderung melakukan.
Hal dasar lain yang harus diperhatikan adalah narsissm, bahwa orang narsis memiliki
tingkat agresif yang lebih tinggi ( Bushman, dalam Sarlito,2009: 153). Demikian juga
dengan

perbedaan pada jenis kelamin. Diungkapkan bahwa lelaki lebih agresif

daripada perempuan ( Haris dalam Sarlito,2009:154 ). Sedangkan pada anak


perempuan agresivitas diwujudkan secara tidak langsung.
3. Kebudayaan
Lingkungan geografis, seperti pesisisr/pantai, menunjukkan karakter lebih
keras dari pada masyarakat yang hidup di pedalaman. Nilai dan norma yang
mendasari tingkah laku masyarakat juga berpengaruh terhadap agresivitas suatu
kelompok.
4. Situasional
Penelitian terkait dengan cuaca dan tingkah laku menyebutkan bahwa
ketidaknyamanan akibat panas menyebabkan kerusuhan dan bentuk agresi lainnya
( Harries dalam Sarlito,2009:155 ).
5. Sumber Daya
Manusia senantiasa ingin memenuhi kebutuhannya. Daya dukung alam
terhadap kebutuhan manusia tak selamanya mencukupi, sehingga perlu upaya lebih
untuk memnuhi kebutuhan. Dua kemungkinan besar yang dapat dilakukan adalah
mencari sumber pemenuhan kebutuhan lain dan mengambil paksa dari pihak yang
memiliknya. ( Sarlito,2009 )
6. Media Massa
Khusus untuk media massa televisi yang merupakan media tontonan dan
secara alami mempunya kesempatan lebih bagi pemirsanya untuk mengamati apa
yang disampaikan dengan jelas. Sesuai dengan teori bandura, pemirsa melakukan
pengamatan atas kekerasan dan meningkatkan agresifitas setelah itu. ( Sarlito, 2009 )

Penelitian oleh Tiffany, dkk (2008) juga menyimpulkan bahwa orang yang
menonton sebagian besar program dengan gambar pertempuran atau yang kekerasan
juga akan mendapatkan kesulitan di sekolah lebih dari tiga kali dalam setahun . Hal
ini menunjukkan bahwa anak yang menyaksikan kekerasan di televisi sebagai dapat
mempengaruhi tindakan agresif dalam cara yang negatif.
7. Amarah
Marah yang merupakan emosi yang memiliki cirri-ciri aktifitas sistem
parasimpatik yang tinggi dan adanya perasaan tidak suka yang sangat kuat yang
biasanya disebabkan adanya, kesalahan, yang mungkin nyata-nyata salah satu
mungkin juga tidak. Pada saat marah ada peraaan ingin menyerang, meninju
menghancurkan atau melempar sesuatu dan biasanya timbul pikiran yang kejam
bila hal-hal tersebut disalurkan maka terjadilah perilaku agresi.
a. Factor biologis
Menurut pendekatan ini agresi pada manusia seperti telah diprogramkan
untuk kekerasan secara alami.
b. Faktor eksternal
Hal lain dipandang penting

dalam pembentukan perilaku agresi adalah

factor eksternal menurut dollard ( dalam praditya 1999)


D. Mengurangi Agresivitas
Sebagai manusia, peluang utuk mengendalikan agresi sangatlah ada. Hal ini mungkin
karena manusia memiliki fungsi-fungsi yang lebih baik . Berikut beberapa cara
mengatasi agresivitas yaitu.
1. Atlet-atlet muda harus diberi pengetahuan tentang contoh tingkah laku non
agresif, penguasaan diri dan penampilan yang benar.
2. Atlet yang terlibat dalam tindakan agresif harus dihukum. Harus disadarkan
bahwa tindakan agresif dapat membahayakan lawan atau tindakan yang tidak
dibenarkan.
3. Pelatih yang memberi kemungkinan para atlet terlibat agresif dengan kekerasan
harus diteliti dan harus dipecat dari tugasnya.
4. Pengaruh dari luar yang memungkinkan terjadinya tindakan agresif dengan
kekerasan dilapangan harus di hindarkan.

BAB III. Penutup

Kesimpulan

perilaku agresif adalah bentuk perilaku seseorang yang disengaja untuk


tujuan menciderai atau menyakiti orang lain karena terdorong untuk
menghindari perlakuan tertentu. Ada dua jenis agresifita, yaitu: agresi
rasa permusuhan (hostile aggression) dan aggression sebagai alat
mencapai tujuan ( instrumental aggression ) hostile aggression bertujuan
untuk menyakiti orang lain.

Agresi merupakan tindakan melukai yang disengaja oleh seseorang/institusi terhadap


orang lain.

Tindakan agresi ini dapat dijelaskan melalui pendekatan biologis, psikoanalisis,


pembelajaran, dan dorongan. Perspektif biologis menekankan tingkah laku sebagai
rujukan tingkah laku manusia dalam aktivitas otak dan hormon. Psikoanalisis melihat
agresi sebagai bawaan atau insting. Perspektif pembelajaran menyatakan bahwa agresi
bukanlah bawaan, melainkan melalui pembelajaran. Sedangkan teori dorongan
menekankan frustasi sebagai pendorong agresi.

Agresi berasal dari berbagai sumber seperti sosial, situasi, personal, kebudayaan,
media massa, sumber daya, serta kekerasan yang terjadi pada atlet.

DAFTAR PUSTAKA
Badariyah, R. 2001. Kemampuan Berafiliasi Remaja Ditinjau Dari Kecemasan dan Tipe
kepribadian. Skripsi. Surakarta. Fakultas Psikologi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Bahri, Syaiful.1994. Kecendrungan Agresi siswa SMA Ditelaah Dari Iklim Kehidupan
Keluarga dan Daradjat, Z. 1990. Kesehatan Mental. Jakarta: PT Temprint.
Furqon, M. 2002. Pembinaan Olahraga Usia Dini. Surakarta: UNS Press

Gunarsa,.D. Singgih, dkk., 1996. Psikologi Olahraga ; Teory dan Praktik. Jakarta : PT.
BPK Gunung Mulia.
Husdarta, H.J.S. 2010. Psikologi Olahraga. Penerbit Alfabeta
Bandung http://kushinryu.wordpress.com, download tgl 9
Nopember 10 jam 09.15

http://www.bola.net/olahraga_lain_lain/kecemasan-tinggi-membuat-atlet-indonesiagagal-raih- target-60b936.html, download tgl 15 Nopember 10 jam 10.00

http://www.antara,co.id. download tgl 11 Desember 10 jam 15.00

Intan
Sugih.
Tubuh.

2001.

Pikiran

Sehat

Meningkatkan

Daya

Tahan

(http:www.satulelaki.com/tren/bugar/0,14141,00.html: 2 Agustus 2009).

Isom. D. Margaret. 1998. The Social Learning Theory. Journal Of Psychologi


November 30.
1998.

Koeswara, E. 1998. agresi Manusia. Bandung: PT. Eresco.

10

11

You might also like