You are on page 1of 7

Wawasan Kebangsaan Dalam Rangka Negara Kesatuan Republik Indonesia

1. Pengertian
Pengertian atau istilah dari wawasan kebangsaan bila dilihat dari bentukan katanya
terdiri dari dua kata yaitu wawasan dan kebangsaan. Secara etimologi istilah wawasan
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989) dalam berarti hasil mewawas, tinjauan,
pandangan dan dapat juga berarti konsepsi cara pandang. Kebangsaan menurut Utomo dkk
(2010: 35) berasal dari bangsa dapat mengandung arti ciri-ciri yang menandai
golongan bangsa tertentu dan dapat pula mengandung arti kesadaran diri sebagai warga
negara. Dengan kata lain, kebangsaan menunjukkan pengertian kesadaran dan sikap yang
memandang dirinya sebagai suatu kelompok bangsa yang sama dengan keterikatan sosiokultural yang disepakati bersama. Keterikatan ini menjadi titik tolak untuk menyepakati
tindakan yang akan dilakukan dalam upaya mewujudkan cita-cita bersama.
Wawasan kebangsaan sangat identik dengan wawasan Nusantara yaitu cara pandang
bangsa Indonesia dalam mencapai tujuan nasional yang mencakup perwujudan kepulauan
nusantara sebagai kesatuan politik, sosial budaya, ekonomi dan pertahanan keamanan,
serta mengenai diri dan lingkungan berdasarkan ide nasional yang dilandasi
Pancasila danUndang-undang Dasar 1945, sebagai aspirasi suatu bangsa yang
merdeka, berdaulat, dan bermartabat serta dijiwai tata hidup dan tindak kebijaksanaan dalam
mencapai tujuan nasional sehingga kesejahteraan dapat diwujudkan bagi bangsa Indonesia
dan bisa ikut dalam setiap kegiatan ketertiban dunia.
Wawasan kebangsaan menurut Hargo (2010) adalah usaha dalam rangka
meningkatkan nasionalisme dan rasa kebangsaan warga negara sebagai suatu bangsa, yang
bersatu dan berdaulat dalam suatu wilayah negara kesatuan Indonesia, melalui
pengembangan kebudayaan dan peradaban yang sesuai dengan kepribadian nasional dalam
rangka ikut berperanserta mewujudkan perdamaian yang abadi bagi dunia dan kemanusiaan.
2. Nilai Dasar Wawasan Kebangsaan
Nilai-nilai dasar wawasan kebangsaan yang terwujud dalam persatuan dan kesatuan
bangsa menurut Utomo dkk (2010: 37-39) memiliki enam dimensi manusia yang mendasar,
sebagai berikut.
a. Penghargaan terhadap harkat dan martabat manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang
Maha Esa.
b. Tekad bersama untuk berkehidupan kebangsaan yang bebas, merdeka, dan bersatu.

c.
d.
e.
f.

Cinta akan tanah air dan bangsa.


Demokrasi atau kedaulatan rakyat.
Kesetiakawanan sosial.
Cita-cita mewujudkan masyarakat adil dan makmur.
Berdasarkan nilai-nilai dasar itu, wahana kehidupan religius diwujudkan dengan

memeluk agama dan menganut kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang dilindungi
oleh negara dan sewajarnya mewarnai hidup kebangsaan. Wawasan kebangsaan membentuk
manusia Indonesia seutuhnya dan masyarakat Indonesia seluruhnya sebagai obyek dan
subyek pembangunan nasional menuju masyarakat adil dan makmur berdasarkan falsafah
hidup Pancasila.
Penghargaan terhadap harkat dan martabat manusia menunjukkan bahwa wawasan
kebangsaan menempatkan manusia pada pusat hidup bangsa. Hal ini berarti bahwa dalam
persatuan dan kesatuan bangsa masing-masing pribadi harus dihormati. Bahkan lebih dari itu,
wawasan kebangsaan menegaskan bahwa manusia seutuhnya adalah pribadi atau subyekdari
semua usaha pembangunan bangsa. Semua usaha pembangunan dalam segala bidang
kehidupan berbangsa bertujuan agar masing-masing pribadi bangsa dapat menjalankan
hidupnya secara bertanggung jawab demi persatuan dan kesatuan bangsa.
Tekad bersama untuk berkehidupan kebangsaan yang merdeka, maju, dan mandiri
akan berhasil dengan persatuan dan kesatuan bangsa yang kukuh dan berjaya. Tanpa itu,
bangsa Indonesia dengan gampang terpecah-belah dan tidak akan mampu bertahan dan
beradaptasi dengan berhasil dalam zaman yang berubah dengan cepat.
Cinta akan tanah air dan bangsa menegaskan nilai sosial yang mendasar. Wawasan
kebangsaan menempatkan penghargaan tinggi atas nilai-nilai kebersamaan yang melindungi
setiap warga dan menyediakan tempat untuk berkembang sesuai dengan potensi masingmasing. Hal ini juga sekaligus mengungkapkan hormat terhadap solidaritas manusia yang
mengakui hak dan kewajiban asasi tanpa diskriminasi atas dasar apapun.
Paham kebangsaan dapat bersifat luas dan dapat pula bersifat sempit. Fasisme,
Nazisme, atau berbagai bentuk kepicikan pikiran sebagai nasionalisme yang sempit jelas
ditolak bangsa Indonesia. Dengan demikian, esensi nasionalisme adalah suatu tekad bersama
yang tumbuh dari bawah untuk bersedia hidup sebagai suatu bangsa dalam negara merdeka.
Dengan kata lain, kebangsaan/nasionalisme adalah paham kebersamaan, persatuan, dan
kesatuan.
Nasionalisme atau kebangsaan selalu berkaitan erat dengan demokrasi, karena tanpa
demokrasi, kebangsaan akan mati bahkan merosot menjadi fasisme/nazisme atau berbagai
bentuk isme berpikiran sempit. Hal ini bukan saja berbahaya bagi kalangan minoritas dalam

bangsa yang bersangkutan, tetapi juga berbahaya bagi bangsa lain dan kemanusiaan
umumnya.
Kesetiakawanan sosial sebagai nilai-nilai merupakan rumusan lain dari keadilan
sosial bagi seluruh rakyat. Wawasan kebangsaan menegaskan bahwa kesejahteraan rakyat
lebih utama ketimbang kesejahteraan perorangan atau sekelompok orang, sekalipun yang
belakangan ini juga dimungkinkan. Kesejahteraan sosial boleh disebut kesejahteraan umum
yang mencakup keseluruhan lembaga dan usaha dalam kehidupan sosial. Dalam konsep ini
tersedia peluang yang cukup bagi setiap orang, keluarga, dan kelompok-kelompok sosial
untuk berkiprah memenuhi kebutuhan secara adil.
Salah satu ciri khas negara demokratis yang membedakannya dari negara yang
totaliter adalah toleransi. Wawasan kebangsaan Indonesia menegaskan bahwa demokrasi
tidak sama dengan soal menang atau kalah, mayoritas atau minoritas. Dalam demokrasi kita
segala sesuatu dapat diputuskan dengan cara musyawarah dan tidak mengutamakan
pengambilan keputusan dengan suara terbanyak. Hal yang sama nampak dalam kerukunan
hidup beragama dan berkepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
3. Unsur Wawasan Kebangsaan
Dalam membicarakan wawasan kebangsaan, terdapat tiga unsur yang penting dan
perlu dipahami, yaitu rasa kebangsaan, paham kebangsaan, dan semangat kebangsaan.
Setiap orang tentu memiliki rasa kebangsaan dan memiliki wawasan kebangsaan
dalam perasaan atau pikiran, paling tidak di dalam hati nuraninya. Dalam realitas, rasa
kebangsaan itu seperti sesuatu yang dapat dirasakan tetapi sulit dipahami. Namun ada getaran
atau resonansi dan pikiran ketika rasa kebangsaan tersentuh. Rasa kebangsaan bisa timbul
danterpendam secara berbeda dari orang per orang dengan naluri kejuangannya masingmasing, tetapi bisa juga timbul dalam kelompok yang berpotensi dasyat luar biasa
kekuatannya.
Menurut Utomo dkk (2010: 39), rasa kebangsaan adalah suatu perasaan seluruh
komponen bangsa terhadap kondisi bangsa Indonesia dalam perjalanan menuju masyarakat
adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Rasa kebangsaan sebenarnya merupakan sublimasi dari Sumpah Pemuda yang
menyatukan tekad menjadi bangsa yang kuat, dihormati, dan disegani diantara bangsa-bangsa
di dunia. Kita tidak akan pernah menjadi bangsa yang kuat atau besar, manakala kita secara
individu maupun kolektif tidak merasa memiliki bangsanya. Rasa kebangsaan adalah
suatu perasaan rakyat, masyarakat dan bangsa terhadap kondisi bangsa Indonesia dalam

perjalanan hidupnya menuju cita-cita bangsa yaitu masyarakat adil dan makmur berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945.
Wawasan kebangsaan mengandung pula tuntutan suatu bangsa untuk mewujudkan
jati diri, serta mengembangkan perilaku sebagai bangsa yang meyakini nilai-nilai budayanya,
yang lahir dan tumbuh sebagai penjelmaan kepribadiannya.
Rasa kebangsaan bukan monopoli suatu bangsa, tetapi ia merupakan perekat yang
mempersatukan dan memberi dasar keberadaan (raison dentre) bangsa-bangsa di dunia.
Dengan demikian rasa kebangsaan bukanlah sesuatu yang unik yang hanya ada dalam diri
bangsa kita karena hal yang sama juga dialami bangsa-bangsa lain (Hadi, 2010).
Menurut Kartasasmita (1994), bagaimana pun konsep kebangsaan itu dinamis
adanya. Dalam kedinamisannya, antar-pandangan kebangsaan dari suatu bangsa dengan
bangsa lainnya saling berinteraksi dan saling mempengaruhi. Dengan benturan budaya dan
kemudian bermetamorfosa dalam campuran budaya dan sintesanya, maka derajat kebangsaan
suatu bangsa menjadi dinamis dan tumbuh kuat dan kemudian terkristalisasi dalam paham
kebangsaan.
Barangkali masih belum banyak diantara kita yang mengerti tentang paham
kebangsaan. Substansi dari paham kebangsaan adalah pengertian tentang bangsa, meliputi
apa bangsa itu dan bagaimana mewujudkan masa depannya. Paham kebangsaan merupakan
pemahaman rakyat dan masyarakat terhadap bangsa dan negara Indonesia yang
diploklamirkan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945. Pemahaman tersebut harus
sama pada setiap anak bangsa meskipun berbeda dalam latar belakang pendidikan,
pengalaman serta jabatan. Uraian rinci tentang paham kebangsaan Indonesia, sebagai berikut:
Pertama, Atas Rahmat Allah Yang Maha Kuasa pada tanggal 17 Agustus 1945,
bersamaan dengan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia lahirlah sebuah bangsa
yaitu bangsa Indonesia, yang terdiri dari bermacam-macam suku, budaya, etnis dan agama.
Bangsa ini lahir dari buah persatuan bangsa yang solid dan kesediaan saling berkorban dalam
waktu yang panjang dari para pendahulu kita. Bangsa Indonesia lahir tidak didasarkan
sentimen atau semangat primordialisme agama, maupun etnis, melainkan didasarkan pada
persamaan nasib untuk menjadi suatu bangsa yang besar, kuat dan terhormat.
Setiap warga negara mempunyai kedudukan yang sama dihadapan hukum dan
pemerintah. Warga negara Indonesia bukan saja orang-orang bangsa Indonesia asli,
melainkan termasuk bangsa lain seperti keturunan Tionghoa, keturunan Belanda dan
keturunan Arab yang bertempat tinggal di Indonesia dan mengaku Indonesia sebagai tanah
airnya serta bersikap setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang telah disahkan

sesuai dengan undang-undang. Dengan demikian setiap warga negara mempunyai hak dan
kewajiban yang sama dan tidak ada diskriminasi diantara warga masyarakat, termasuk upaya
pembelaan negara. Apabila setiap warga negara konsisten dengan kesepakatan bersama yang
dihasilkan oleh para pendahulu kita itu, kiranya bentrokan-bentrokan antar anak bangsa tidak
perlu terjadi, hanya karena perbedaan suku, agama, etnis maupun golongan.
Kedua, bagaimana mewujudkan masa depan bangsa ? Pembukaan Undang-Undang
Dasar 1945 telah mengamanatkan bahwa perjuangan bangsa Indonesia telah mengantarkan
rakyat Indonesia menuju suatu negara yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
Uraian tersebut adalah tujuan akhir bangsa Indonesia yaitu mewujudkan sebuah
masyarakat yang adil dan makmur.
Lebih jauh Utomo dkk (2010: 40) menekankan bahwa substansi paham kebangsaan
adalah pengertian tentang bangsa dan cara mewujudkan masa depannya. Paham kebangsaan
merupakan pemahaman rakyat dan masyarakat terhadap bangsa dan negara Indonesia. Paham
kebangsaan berkembang dari waktu ke waktu, dan berbeda dalam satu lingkungan
masyarakat dengan lingkungan lainnya. Dalam sejarah bangsa-bangsa terlihat banyak paham
yang melandaskan diri pada kebangsaan.
Semangat kebangsaan atau yang biasa disebut dengan nasionalisme merupakan
perpaduan atau sinergi dari rasa kebangsaan dan paham kebangsaan yang terpancar dari
kualitas dan ketangguhan bangsa tersebut dalam menghadapi berbagai ancaman. Dari
semangat kebangsaan akan mengalir rasa kesetiakawanan sosial, semangat rela berkorban,
dan menumbuhkan jiwa patriotisme.
Berbicara semangat kebangsaan, kita tidak boleh lepas dari sejarah bangsa, antara
lain Peristiwa 10 Nopember 1945 di Surabaya dan Peristiwa 15 Desember 1945 di
Ambarawa, dimana semangat kebangsaan diwujudkan dalam semboyan Merdeka atau
Mati. Semangat kebangsaan merupakan motivasi untuk mempertahankan Negara Kesatuan
Republik Indonesia dan Pancasila sebagai dasar negaranya.
Motivasi tersebut bagi rakyat Indonesia harus dibentuk, dipelihara, dan dimantapkan
sehingga memiliki semangat rela berkorban bagi NKRI. Kita sadar betul bahwa kondisi
bangsa yang pluralisme atau kebhinekaan memerlukan suatu pengelolaan yang baik, sehingga
tidak menjadi ancaman bagi keutuhan dan kesatuan bangsa.
Semangat kebangsaan diharapkan mampu ditransformasikan kepada masyarakat
sebagai perekat kesatuan. Dengan semangat kebangsaan yang tinggi, kekhawatiran akan
terjadinya ancaman terhadap keutuhan dan kesatuan bangsa akan dapat dielakkan. Dari
semangat kebangsaan akan mengalir rasa kesetiakawanan sosial, semangat rela berkorban

dan dapat menumbuhkan jiwa patriotisme. Ketiga hal tersebut satu sama lain berkaitan dan
saling mempengaruhi.
Pertama, rasa kesetiakawanan sosial akan mempertebal semangat kebangsaan suatu
bangsa. Kesetiakawanan sosial, mengandung makna adanya rasa satu nasib dan
sepenanggungan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Hadirnya rasa kepedulian
terhadap sesama anak bangsa bagi mereka yang mengalami kesulitan akan mewujudkan suatu
rasa kebersamaan sesama bangsa.
Kedua, semangat rela berkorban, kesediaan untuk berkorban demi kepentingan yang
lebih besar atau demi negara dan bangsa telah mengantarkan bangsa Indonesia untuk
merdeka, lepas dari penjajahan. Sudah banyak korban para Kusuma Bangsa dalam
memperjuangkan kemerdekaan tersebut. Sebagai bangsa besar sepatutnya kita semua wajib
menghormati para pahlawan pejuang kemerdekaan. Kita semua sepakat bahwa semangat rela
berkorban tersebut, bukan hanya pada saat perjuangan kemerdekaan saja, tetapi sekarang juga
kita masih mendambakan adanya kerelaan berkorban untuk kepentingan bangsa dalam
pembangunan. Secara jujur kita akui bahwa pada saat sekarang kondisi jiwa semangat
berkorban bangsa Indonesia sudah mengalami erosi. Yang ada sekarang adalah rela
mengorbankan orang banyak demi terwujudnya kepentingan pribadi, kelompok maupun
golongannya.
Ketiga, jiwa patriotik. Bagi bangsa yang ingin maju dalam mencapai tujuannya,
disamping memiliki semangat rela berkorban, juga harus di dukung dengan jiwa patriotik
yang tinggi. Jiwa patriotik akan melekat pada diri seseorang, manakala orang tersebut tahu
untuk apa mereka berkorban.
Sumber Pustaka
Basari, Hasan dan Dahm, Bernhard. 1987. Sukarno dan Perjuangan Kemerdekaan. Jakarta :
LP3ES.
Darmono, Bambang. 2010. Pembekalan kepada Perwira Siswa Sesko Ketiga Angkatan. Graha
Widya Dirgantara Seskoau Lembang Bandung Barat. Juni 2010.
Hargo, Dody Usodo. 2010. 198 Pemahaman Wawasan Nusantara sebagai Wawasan
Kebangsaan Indonesia dalam Rangka Membangun Ketahanan Nasional. Materi Kuliah
Umum. Universitas Nusa Cendana Kupang. Tanggal 30 Januari 2010.
Kartasasmita, Ginandjar. 1994. Pembangunan Nasional dan Wawasan
Kebangsaan. Makalah. Jakarta: Sarasehan Nasional Wawasan Kebangsaan tanggal 9
Mei 1994.

Muladi dan Sujatno, Adi. 2009. Kepemimpinan Nasional. Jakarta: Wahana


Semesta Intermedia.
Rahmadhany, R. 2007. Wawasan Kebangsaan Perekat Persatuan Pemuda Kepri. Di situs
Gerbang Informasi Kota Batam. Selasa, 27 Pebruari 2007.
Santoso, Bibit. 2008. Upaya Meningkatkan Wawasan Kebangsaan melalui
Pendidikan. http://www.madina-sk.com/index2.php?option=com_
content&do_pdf=1&id=5175. Diakses tanggal 24 Agustus 2010.
Syam, Mohammad Noor. 2008. Wawasan Kebangsaan dan Politik (Dalam Bidang
Kependidikan Nasional). Makalah. Disajikan dalam Training Kader Trainer HMI
Cabang Malang, 16 20 Januari 2008.
Yudhoyono, Susilo Bambang. 2004. Menuju Negara Kebangsaan Modern. Wawasan
Kebangsaan dan Indonesia Masa Depan. Jakarta: Brighten Press.
Wahyu, Dwi W. 2008. Wawasan Kebangsaan
Menurun. http://www.wawasandigital.com/index.php?
option=com_content&task=view&id=24444&Itemid=48. Diakses tanggal 24 Agustus
2010.

You might also like