Professional Documents
Culture Documents
Ada beberapa definisi akuntansi yang dikemukakan oleh beberapa tokoh akuntansi. Beberapa diantaranya adalah :
Akuntansi adalah seni dalam menganalisa, mencatat, menggolongkan / mengklasifikasikan, mengikhtisarkan,
menafsirkan dan mengkomunikasikan dengan cara tertentu dan dalam ukuran moneter, transaksi, dan kejadiankejadian ekonomi dari suatu entitas hukum sosial.
Akuntansi merupakan proses mengidentifikasikan, mengukur, dan menyampaikan informasi ekonomi sebagai bahan
informasi dalam hal mempertimbangkan berbagai alternatif dalam mengambil kesimpulan bagi pemakainya.
Akuntasi adalah bahasa bisnis yang memberikan informasi tentang kondisi ekonomi suatu perusahaan / organisasi
dan hasil usaha / aktifitasnya pada suatu waktu atau periode tertentu, sebagai pertanggung jawaban manajemen
serta pengambilan keputusan.
Sedang menurut literatur Islam akuntansi (muhasabah) didefinisikan suatu aktifitas yang teratur berkaitan dengan
pencatatan transaksi-transaksi, tindakan-tindakan, keputusan-keputusan yang sesuai dengan syariat, dan jumlahjumlahnya, di dalam catatan-catatan yang representatif, serta berkaitan dengan pengukuran hasil-hasil keuangan
yang berimplikasi pada transaksi-transaksi, tindakan-tindakan, dan keputusan-keputusan tersebut membantu
pengambilan keputusan yang tepat.[1]
Melalui definisi ini maka dapat dibatasi bahwa karakteristik muhasabah adalah :
1. Aktivitas yang teratur.
2. Pencatatan :
1.
2.
Jumlah-jumlahnya.
3.
3.
4.
Mayoritas ahli sejarah akuntansi, mengira bahwa akuntansi tumbuh karena tumbuhnya serikat dagang. Pada
hakekatnya tumbuhnya serikat dagang itu sebagai salah satu fenomena luasnya perdagangan tidaklah menjadi asas
dalam perkembangan akuntansi. Sebab tumbuhnya serikat itu termasuk yang paling baru apabila dibandingkan
dengan tumbuhnya negara itu sendiri. Sepanjang sejarah, barbagai negara seperti negeri Babil, Firaun dan Cina
telah menciptakan, menggunakan dan mengembangkan salah satu bentuk pencatatan transaksi keuangan.
Penggunaan tersebut menyerupai apa yang sekarang disebut Maskud Dafatir (Bookkeeping), dan bertujuan
mencatat pendapatan dan pengeluaran negara.[2]
Sejarah Islam menunjukkan bahwa negara Islam telah mendahului Republik Itali sekitar 800 tahun dalam
menggunakan sistem pembukuan. Selanjutnya salah satu sistem pembukuan modern yang dikenal dengan nama al
Qaidul Muzdawaj yang sesuai dengan kebutuhan negara dari satu sisi, dan sesuai dengan kebutuhan para
pedagang muslim disisi lain.
Di antara karya-karya tulis yang menegaskan penggunaan akuntansi dan pengembangannya di negara Islam,
sebelum munculnya buku Lucas Pacioli, adalah adanya manuskrip yang ditulis pada tahun 765 H/ 1363 M.
Manuskrip ini adalah karya seorang penulis muslim, yaitu Abdullah bin Muhammad bin Kayah al Mazindaranidan
berjudul Risalah Falakiyah Kitab as Siyaqat. Tulisan ini disimpan di perpustakaan Sultan Sulaiman al Qanuni di
Istambul Tuki. Tercatat di bagian manuskrip dengan nomor 2756, dan memuat tentang akuntansi dan sistem
akuntansi di negara Islam. Huruf yang digunakan dalam tulisan ini adalah huruf arab. Tetapi bahasa yang digunakan
campuran antara bahasa arab, Persia, dan Turki yang populer di Daulah Utsmaniah. Jadi buku ini ditulis lebih awal
dari buku Pacioli Summa de Arithmetica, Geometria, Proportioni et Proportionalita, selama 131 tahun. Meskipun buku
Pacioli yang pertama kali dicetak.[3]
Dalam buku yang masih berbentuk manuskrip itu, al Mazindarani menjelaskan hal-hal berikut[4] :
1. Sistem akuntasi yang populer saat itu, dan pelaksanaan pembukuan yang khusus bagi setiap sistem
akuntansi.
2. Macam-macam buku akuntansi yang wajib digunakan untuk mencatat transaksi keuangan.
3.
Menurutnya, sistem-sistem akuntansi yang populer saat itu (765 H/ 1363 M ) antara lain :
1. Akuntansi Bangunan
2. Akuntansi Pertanian
3.
Akuntansi Pergudangan
4.
5.
Sesungguhnya pengertian akuntansi di negara Islam hingga pengklasifikasiannya pada tahun 1924 berbeda dengan
dengan apa yang ada di masyarakat lain di luar Islam. Karena pengertian akuntansi Islam atau muhasabah tidak
sekedar pencatatan data-data keuangan, tetapi lebih sempurna.
Salah seorang penulis muslim menemukan bahwa pelaksanaan pembukuan yang pernah digunakan negara Islam
diantaranya adalah sebagai berikut[5] :
1. Dimulai dengan ungkapan Bismillah
2. Apabila di dalam buku masih ada yang kosong, karena sebab apapun, maka harus diberi garis pembatas.
Sehingga tempat yang kosong itu tidak dapat digunakan. Penggarisan ini dikenal dengan nama Tarqin.
3.
Harus mengeluarkan saldo secara teratur. Saldo dikenal dengan nama Hashil.
4.
5.
Pencatatan transaksi harus menggunakan ungkapan yang benar dan hati-hati dalam menggunakan katakata.
6.
Tidak boleh mengoreksi transaksi yang telah tercatat dengan coretan atau menghapusnya. Apabila seorang
akuntan kelebihan mencatat jumlah suatu transaksi, maka dia harus membayar selisih tersebut dari
kantongnya pribadi kepada kantor. Demikian pula jika seorang akuntan lupa mencatat transaksi
pengeluaran, maka dia harus membayar jumlah kekurangan di kas, sampai dia dapat melacak terjadinya
transaksi tersebut. Pada negara Islam, pernah terjadi seorang akuntan lupa mencatat transaksi sebesar
1300 dinar. Sehingga dia terpaksa harus membayar jumlah tersebut. Pada akhir tahun buku, kekurangan
tersebut dapat diketahui, yaitu ketika membandingkan antara saldo buku dengan saldo buku bandingan
yang lain, dan saldo bandingannya yang ada di kantor.
7.
Pada akhir periode tahun buku, seorang akuntan harus mengirimkan laporan secara rinci tentang jumlah
(uang) yang berada di dalam tanggung jawabnya, dan cara pengaturannya terhadap jumlah uang tersebut.
8.
Harus mengoreksi laporan tahunan yang dikirim oleh akuntan, dan membandingkannya dengan laporan
tahun sebelumnya dari satu sisi, dan dari sisi lain dengan jumlah yang tercatat di kantor.
9.
Harus mengelompokkan transaksi keuangan dan mencatatnya sesuai dengan karakternya dalam kelompok
sejenis. Seperti mengelompokkan dan mencatat pajak yang memiliki satu karakter sejenis dalam satu
kelompok.
10. Harus mencatat pemasukan di halaman sebelah kanan dengan mencatat sumber pemasukan tersebut.
11. Harus mencatat pengeluaran di halaman sebelah kiri dan menjelaskan pengeluaran tersebut.
12. Ketika menutup saldo harus meletakkan suatu tanda khusus padanya.
13. Setelah mencatat seluruh transaksi keuangan, maka harus memindahkan transaksi sejenis ke dalam buku
khusus yang disediakan untuk transaksi yang sejenis itu saja (posting ke buku besar).
14. Harus memindahkan transaksi yang sejenis itu oleh orang lain yang independen, tidak terikat dengan orang
yang melakukan pencatatan di buku harian dan buku yang lain.
15. Setelah mencatat dan memindahkan transaksi keuangan di dalam buku-buku, maka harus menyiapkan laporan
berkala, bulanan atau tahunan sesuai dengan kebutuhan. Pembuatan laporan keuangan itu harus rinci, menjelaskan
pemasukan dan sumber-sumbernya serta pengalokasiannya. (Muhammad Al Marisi Lasyin, 1973:163-165).
2 Prinsip Prinsip Akuntansi Islam
Prinsip-prinsip akuntansi yaitu sekumpulan petunjuk-petunjuk pelaksanaan yang bersifat umum, yamg wajib diambil
dan dipergunakan sabagai petunjuk dalam mengetahui dasar-dasar umum bagi akuntansi. Adapun prinsip-prinsip
tersebut adalah[6] :
1. Prinsip Legitimasi Muamalat yaitu sasaransasaran, transaksi-transaksi, tindakan-tindakan dan
keputusan-keputusan itu sah menurut syariat.
2. Prinsip Entitas Spiritual adalah adanya pemisahan kegiatan investasi dari pribadi yang melakukan
pendanaan terhadap kegiatan investasi tersebut.
3.
Prinsip Kontinuitas yaitu prinsip yang keberadaanya dapat memberikan pandangan bahwa perusahaan itu
akan terus menjalankan kegiatannya sampai waktu yang tidak diketahui, dan dilikuidasinya merupakan
masalah pengecualian, kecuali jika terdapat indikasi yang mengarah kepada kebalikannya. Dari prinsip ini
dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
4.
5.
Mendorong manusia agar salalu beramal dan bekerja keras, padahal ia mengetahui bahwa dia akan tiada
suatu saat nanti.
6.
7.
Prinsip ini menjadi dasar dalam pengambilan keputusan agar perusahan terus beroperasi.
1. Prinsip Matching yaitu suatu cermin yang memantulkan hubungan sebab akibat antara dua sisi,
dari satu segi, dan mencerminkan juga hasil atau dari hubungan tersebut dari segi lainnya.
3 Kaidah-Kaidah Akuntansi Islam
Kaidah adalah sejumlah hukum-hukum pelaksanaan yang bersifat rinci dan saling terkait, yang berkaitan dengan
cara penerapan petunjuk-petunjuk pelaksanaan yang bersifat umum. Kaidah itu adalah[7] :
1. Kaidah obyektivitas
2. Kaidah accrual yaitu suatu kaidah yang menangani tentang penjadwalan perimbangan pemasukan dan
pengeluaran, baik yang diterima atau dibayarkan maupun yang belum diterima atau dibayarkan.
3.
Kaidah pengukuran
4.
Kaidah konsistensi adalah kaidah yang harus dipegang untuk menetapkan bahwa data akuntansi dapat
dibandingkan. Kaidah ini terkait komitmen untuk mengikuti prosedurnya sendiri.
5.
Kaidah periodisitas yaitu prinsip yang keberadaannya dapat memberikan pandangan bahwa perusahaan itu
melakukan pelaporan dalam tenggat waktu tertentu secara berkesinambungan dan terus menerus.
6.
Kaidah pencatatan sistematis ialah pencatatan dalam buku dengan angka atau kalimat untuk transaksi
transaksi, tindakan-tindakan, dan keputusan-keputusan yang telah berlangsung pada saat kejadiannya,
secara sistematis dan sesuai dengan karakter perusahaan serta kebutuhan manajemennya.
7.
Kaidah transparansi yaitu penggambaran data-data akuntansi secara amanah, tanpa menyembunyikan satu
bagian pun darinya serta tidak menampakkannya dalam bentuk yang tidak sesungguhnya, atau yang
menimbulkan kesan yang melebihi makna data-data akuntansi tersebut.
penyesuaian sesuai realitas masyarakat Indonesia? Lebih jauh lagi sesuai realitas masyarakat Indonesia
yang religius? Religiusitas Indonesia yang didominasi 85% masyarakat Muslim?
2. AKUNTANSI SYARIAH: ANTARA ALIRAN PRAGMATIS DAN IDEALIS
Perkembangan akuntansi syariah saat ini menurut Mulawarman (2006; 2007a; 2007b; 2007c)
masih menjadi diskursus serius di kalangan akademisi akuntansi. Diskursus terutama berhubungan
dengan pendekatan dan aplikasi laporan keuangan sebagai bentukan dari konsep dan teori
akuntansinya. Perbedaan-perbedan yang terjadi mengarah pada posisi diametral pendekatan teoritis
antara aliran akuntansi syariah pragmatis dan idealis.
2.1. Akuntansi Syariah Aliran Pragmatis
Aliran akuntansi syariah pragmatis lanjut Mulawarman (2007a) menganggap beberapa konsep
dan teori akuntansi konvensional dapat digunakan dengan beberapa modifikasi (lihat juga misalnya
Syahatah 2001; Harahap 2001; Kusumawati 2005 dan banyak lagi lainnya). Modifikasi dilakukan untuk
kepentingan pragmatis seperti penggunaan akuntansi dalam perusahaan Islami yang memerlukan
legitimasi pelaporan berdasarkan nilai-nilai Islam dan tujuan syariah. Akomodasi akuntansi konvensional
tersebut memang terpola dalam kebijakan akuntansi seperti Accounting and Auditing Standards for
Islamic Financial Institutions yang dikeluarkan AAOIFI[3] secara internasional dan PSAK No. 59[4] atau
yang terbaru PSAK 101-106 di Indonesia. Hal ini dapat dilihat misalnya dalam tujuan akuntansi syariah
aliran pragmatis yang masih berpedoman pada tujuan akuntansi konvensional dengan perubahan
modifikasi dan penyesuaian berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Tujuan akuntansi di sini lebih pada
pendekatan kewajiban, berbasis entity theorydengan akuntabilitas terbatas.
Bila kita lihat lebih jauh, regulasi mengenai bentuk laporan keuangan yang dikeluarkan AAOIFI
misalnya, disamping mengeluarkan bentuk laporan keuangan yang tidak berbeda dengan akuntansi
konvensional (neraca, laporan laba rugi dan laporan aliran kas) juga menetapkan beberapa laporan lain
seperti analisis laporan keuangan mengenai sumber dana untuk zakat dan penggunaannya; analisis
laporan keuangan mengenai earnings atau expenditures yang dilarang berdasarkan syariah; laporan
responsibilitas sosial bank syariah; serta laporan pengembangan sumber daya manusia untuk bank
syariah. Ketentuan AAOIFI lebih diutamakan untuk kepentingan ekonomi, sedangkan ketentuan syariah,
sosial dan lingkungan merupakan ketentuan tambahan. Dampak dari ketentuan AAOIFI yang longgar
tersebut, membuka peluang perbankan syariah mementingkan aspek ekonomi daripada aspek syariah,
sosial maupun lingkungan. Sinyal ini terbukti dari beberapa penelitian empiris seperti dilakukan Sulaiman
dan Latiff (2003), Hameed dan Yaya (2003b), Syafei, et al. (2004).
Penelitian lain dilakukan Hameed dan Yaya (2003b) yang menguji secara empiris praktik
pelaporan keuangan perbankan syariah di Malaysia dan Indonesia. Berdasarkan standar AAOIFI,
perusahaan di samping membuat laporan keuangan, juga diminta melakukan disclose analisis laporan
keuangan berkaitan sumber dana zakat dan penggunaannya, laporan responsibilitas sosial dan
lingkungan, serta laporan pengembangan sumber daya manusia. Tetapi hasil temuan Hameed dan Yaya
(2003b) menunjukkan bank-bank syariah di kedua negara belum melaksanakan praktik akuntansi serta
pelaporan yang sesuai standar AAOIFI.
Syafei, et al. (2004) juga melakukan penelitian praktik pelaporan tahunan perbankan syariah di
Indonesia dan Malaysia. Hasilnya, berkaitan produk dan operasi perbankan yang dilakukan, telah sesuai
tujuan syariah (maqasid syariah). Tetapi ketika berkaitan dengan laporan keuangan tahunan yang
diungkapkan, baik bank-bank di Malaysia maupun Indonesia tidak murni melaksanakan sistem akuntansi
yang sesuai syariah. Menurut Syafei, et al. (2004) terdapat lima kemungkinan mengapa laporan
keuangan tidak murni dijalankan sesuai ketentuan syariah. Pertama, hampir seluruh negara muslim
adalah bekas jajahan Barat. Akibatnya masyarakat muslim menempuh pendidikan Barat dan mengadopsi
budaya Barat. Kedua, banyak praktisi perbankan syariah berpikiran pragmatis dan berbeda dengan citacita Islam yang mengarah pada kesejahteraan umat. Ketiga, bank syariah telahestablish dalam sistem
ekonomi sekularis-materialis-kapitalis. Pola yang establish ini mempengaruhi pelaksanaan bank yang
kurang Islami. Keempat, orientasi Dewan Pengawas Syariah lebih menekankan formalitas fiqh daripada
substansinya. Kelima, kesenjangan kualifikasi antara praktisi dan ahli syariah. Praktisi lebih mengerti
sistem barat tapi lemah di syariah. Sebaliknya ahli syariah memiliki sedikit pengetahuan mengenai
mekanisme dan prosedur di lapangan.
2.2. Akuntansi Syariah Aliran Idealis
Aliran Akuntansi Syariah Idealis di sisi lain melihat akomodasi yang terlalu terbuka dan longgar
jelas-jelas tidak dapat diterima. Beberapa alasan yang diajukan misalnya, landasan filosofis akuntansi
konvensional merupakan representasi pandangan dunia Barat yang kapitalistik, sekuler dan liberal serta
didominasi kepentingan laba (lihat misalnya Gambling dan Karim 1997; Baydoun dan Willett 1994 dan
2000; Triyuwono 2000a dan 2006; Sulaiman 2001; Mulawarman 2006a).Landasan filosofis seperti itu
jelas berpengaruh terhadap konsep dasar teoritis sampai bentuk teknologinya, yaitu laporan keuangan.
Keberatan aliran idealis terlihat dari pandangannya mengenai Regulasi baik AAOIFI maupun PSAK No.
59, serta PSAK 101-106, yang dianggap masih menggunakan konsep akuntansi modern berbasis entity
theory (seperti penyajian laporan laba rugi dan penggunaan going concern dalam PSAK No. 59) dan
merupakan perwujudan pandangan dunia Barat[5]. Ratmono (2004) bahkan melihat tujuan laporan
keuangan akuntansi syariah dalam PSAK 59 masih mengarah pada penyediaan informasi. Yang
membedakan PSAK 59 dengan akuntansi konvensional, adanya informasi tambahan berkaitan
pengambilan keputusan ekonomi dan kepatuhan terhadap prinsip syariah. Berbeda dengan tujuan
akuntansi syariah filosofis-teoritis, mengarah akuntabilitas yang lebih luas (Triyuwono 2000b; 2001;
2002b; Hameed 2000a; 2000b; Hameed dan Yaya 2003a; Baydoun dan Willett 1994).
Konsep dasar teoritis akuntansi yang dekat dengan nilai dan tujuan syariah menurut akuntansi
syariah aliran idealis adalah Enterprise Theory (Harahap 1997; Triyuwono 2002b), karena menekankan
akuntabilitas yang lebih luas. Meskipun, dari sudut pandang syariah, seperti dijelaskan Triyuwono (2002b)
konsep ini belum mengakui adanya partisipasi lain yang secara tidak langsung memberikan kontribusi
ekonomi. Artinya, lanjut Triyuwono (2002b) konsep ini belum bisa dijadikan justifikasi bahwa enterprise
theory menjadi konsep dasar teoritis, sebelum teori tersebut mengakui eksistensi dari indirect
participants.
Berdasarkan kekurangan-kekurangan yang ada dalam VAS, Triyuwono (2001) dan Slamet (2001)
mengusulkan apa yang dinamakan dengan Shariate ET. Menurut konsep ini stakeholderspihak yang
berhak menerima pendistribusian nilai tambah diklasifikasikan menjadi dua golongan yaitu direct
participants dan indirect participants. Menurut Triyuwono (2001) direct stakeholdersadalah pihak yang
terkait langsung dengan bisnis perusahaan, yang terdiri dari: pemegang saham, manajemen, karyawan,
kreditur, pemasok, pemerintah, dan lain-lainnya. Indirect stakeholdersadalah pihak yang tidak terkait
langsung
dengan
bisnis
perusahaan,
terdiri
dari:
masyarakatmustahiq (penerima zakat, infaq dan shadaqah), dan lingkungan alam (misalnya untuk
pelestarian alam).
2.3. Komparasi Antara Akuntansi Syariah Aliran Idealis dan Pragmatis
Kesimpulan yang dapat ditarik dari perbincangan mengenai perbedaan antara aliran akuntansi
syariah pragmatis dan idealis di atas adalah, pertama, akuntansi syariah pragmatis memilih melakukan
adopsi konsep dasar teoritis akuntansi berbasis entity theory. Konsekuensi teknologisnya adalah
digunakannya bentuk laporan keuangan seperti neraca, laporan laba rugi dan laporan arus kas dengan
modifikasi pragmatis. Kedua, akuntansi syariah idealis memilih melakukan perubahan-perubahan konsep
dasar teoritis berbasis shariate ET. Konsekuensi teknologisnya adalah penolakan terhadap bentuk
laporan keuangan yang ada; sehingga diperlukan perumusan laporan keuangan yang sesuai dengan
konsep dasar teoritisnya. Untuk memudahkan penjelasan perbedaan akuntansi syariah aliran pragmatis
dan idealis, silakan lihat gambar berikut:
pembentukan (source) VA yang tidak dapat dimasukkan dalam bentuk laporan kuantitatif. Kedua,
penentuan Nisab Zakat yang merupakan batas dari VA yang wajib dikenakanzakat dan
distribusi Zakat pada yang berhak. Ketiga, pencatatan laporan distribusi (distribution) VA yang tidak dapat
dimasukkan dalam bentuk laporan kuantitatif.