You are on page 1of 54

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.

Gambaran Umum Wilayah Kecamatan Pademangan

1.1.1 Luas Wilayah


Kecamatan Pademangan Jakarta Utara memiliki luas 1.507,91 Ha,
yang terbagi dalam 3 Kelurahan, 34 RW, 432 RT dengan total jumlah
penduduk 158.553 jiwa, dan dengan kepadatan penduduk 65.977 jiwa/km2.

Gambar 1.1 Peta Wilayah Kecamatan Pademangan Jakarta Utara


1.1.2 Geografi
Batasan wilayah Kecamatan Pademangan adalah sebagai berikut :
a. Sebelah Utara : Laut Jawa
b. Sebelah Selatan : Rel KA. Senen Kota dan Arteri Mangga Dua
c. Sebelah Barat : Kali Opak Sepanjang Pelabuhan Sunda Kelapa dan
Rel Kereta Api Kota - Gambir
d. Sebelah Timur : Sungai Tiram, Jembatan PLTU dan Kali Sunter

1.1.3 Keadaan Demografi


Rincian luas wilayah RT, RW dan kepadatan penduduk perkelurahan di
Kecamatan Pademangan tampak pada tabel berikut ini :
Tabel 1.1 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk
Kecamatan Pademangan Jakarta Utara Tahun 2015
Luas
Jumlah Penduduk
No

Kelurahan

Wilayah RW

RT
( Jiwa )

( KM )
1

Pademangan Timur

5.77

11

153

41.992

Pademangan Barat

3.53

16

213

88.868

Ancol

5.77

66

27.693

15.07

34

432

158.553

Jumlah

Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Kecamatan Pademangan 2015

Berikut merupakan data demografi Kecamatan Pademangan:


A. Data penduduk menurut Tingkat Pendidikan
Tabel 1.2 Data Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Wilayah
Puskesmas Kecamatan Pademangan Tahun 2015
NO VARIABEL

JUMLAH

PERSENTASE

LAKI
-

LAKILAKI
LAKILAKI+
LAKI+
PEREMPU PEREMPU
PEREMPU PEREMPU
LAKI AN
AN
LAKI AN
AN
1
2

PENDUDUK
BERUMUR
10 TAHUN KE ATAS
PERSENTASE
PENDIDIKAN
TERTINGGI YANG
DITAMATKAN:
a. TIDAK
MEMILIKI
IJAZAH SD
b. SD/MI
c. SMP/ MTs
d. SMA/ MA

67,56
5
64,212

131,777

24,44
9
22,445

46,894

36.19 34.95

35.59

30,048

23.66 21.90

22.80

34,814

24.88 28.04

26.42

33,576

25.96 24.98

25.48

13,046

10.18 9.61

9.90

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

15,98
3
14,065
16,80
7
18,007
17,53
9
16,037

e. SEKOLAH
6,875 6,171
MENENGAH
KEJURUAN
f. DIPLOMA
I/DIPLOMA
II
g.
AKADEMI/DIPLOM
A
III
h.
UNIVERSITAS/DIPL
OMA
IV
i. S2/S3
(MASTER/DOKTOR
)

Sumber: Laporan Tahunan Puskesmas Kecamatan Pademangan 2015

B. Data Penduduk Menurut Kelamin dan Kelompok Umur


Tabel 1.3 Data Penduduk Menurut Kelamin dan Kelompok Umur di Wilayah
Puskesmas Kecamatan Pademangan Tahun 2015
KELOMPO JUMLAH
NO K
PENDUDUK
UMUR

LAKI-LAKI

PEREMPU
AN

7585
6852
6492
6028
6474
7835
8672
7786
7340
5417
4224
2942
1852
957
660
424

7161
6577
6048
5863
6343
7677
8198
6881
5841
4981
3954
3192
1968
1054
775
500

14,746
13,429
12,540
11,891
12,817
15,512
16,870
14,667
13,181
10,398
8,178
6,134
3,820
2,011
1,435
924

105.92
104.18
107.34
102.81
102.07
102.06
105.78
113.15
125.66
108.75
106.83
92.17
94.11
90.80
85.16
84.80

81,540

77,013

158,553

105.88

(TAHUN)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

0-4
5-9
10 - 14
15 - 19
20 - 24
25 - 29
30 - 34
35 - 39
40 - 44
45 - 49
50 - 54
55 - 59
60 - 64
65 - 69
70 - 74
75+

JUMLAH

ANGKA BEBAN TANGGUNGAN


(DEPENDENCY
RATIO)

LAKIRASIO
LAKI+PEREMPU
AN
JENIS
KELAMI
N

40

Sumber: Laporan Tahunan Puskesmas Kecamatan Pademangan 2015

C. Data Sarana Kesehatan


Tabel 1.4 Sarana Kesehatan di Wilayah kecamatan Pademangan Tahun 2015
PEMILIKAN/P
ENG
N FASILITAS
ELOLA
O KESEHATAN

RUMAH
SAKIT

OV
OTA
RUMAH
SAKIT

LRI

BU SWAS JUML
MN TA

AH

PUSKESMAS DAN
JARINGANNYA

PUSKESMAS

RAWAT INAP
- JUMLAH
TEMPAT
TIDUR
PUSKESMAS
2 NON RAWAT
INAP
PUSKES
3
MAS
KELILI
NG
PUSKES
4
MAS
PEMBA
NTU
1

PEM.KAB/ TNI/P
K
O

UMUM
RUMAH
SAKIT
KHUSUS

KEMENKES

PEM.PR

SARANA PELAYANAN LAIN

RUMAH

BERSALIN
BALAI
PENGOBATAN
2
/K
LINIK
PRAKTIK
3
DOKTER
BERSAMA
PRAKTIK
4
DOKTER
PERORANGAN
PRAKTIK

15

15

1
7

5 PENGOB
ATAN
TRADIS
IONAL
6 BANK
DARAH
RUMAH
SAKIT
UNIT
7 TRANSFUSI
DARAH
SARANA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI
KEFARMASIAN
INDUS
TRI
FARM
ASI
2 INDUSTRI
OBAT
TRADISI
ONAL
USAHA
KECIL
3 OBAT
TRADIS
IONAL
PRODU
KSI
4 ALAT
KESEH
ATAN
PEDAG
ANG
5 BESAR
FARMASI
APOTEK
6
7 TOKO
OBAT
PENYA
LUR
8 ALAT
KESEH
ATAN
1

11

Sumber: PKC Pademangan

1.2.
1.2.1.

Gambaran Umum Puskesmas

Definisi Puskesmas
Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS) ialah suatu unit pelaksana
teknis

dinas

kesehatan

kabupaten/kota

yang

bertanggung

jawab

menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Puskesmas


merupakan suatu unit organisasi yang bergerak dalam bidang pelayanan kesehatan
yang berada di garda terdepan dan mempunyai misi sebagai penggerak
pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya yakni satu atau
sebagian wilayah kecamatan, mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga
dan masyarakat di wilayah kerjanya, memelihara dan meningkatkan mutu,
pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang diselenggarakannya,
memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga, dan masyarakat
beserta lingkungannya (Trihono, 2005).
Seiring dengan semangat otonomi daerah maka puskesmas dituntut untuk
mandiri dalam menentukan kegiatan pelayanannya yang akan dilaksanakan tetapi
pembiayaannya tetap didukung oleh pemerintah. Sebagai organisasi pelayanan
mandiri, kewenangan yang dimiliki puskesmas juga meliputi kewenangan
merencanakan kegiatan sesuai masalah kesehatan di wilayahnya, kewenangan
menetukan kegiatan yang termasuk public goods atau private goods serta
kewenangan menentukan target kegiatan sesuai kondisi geografi puskesmas.
Jumlah kegiatan pokok puskesmas diserahkan pada setiap puskesmas sesuai
kebutuhan masyarakat dan kemampuan sumber daya yang dimiliki namun
puskesmas tetap melaksanakan kegiatan pelayanan dasar yang menjadi
kesepakatan nasional (Trihono, 2005).
Peran puskesmas adalah sebagai ujung tombak dalam mewujudkan
kesehatan nasional secara komprehensif yang meliputi promotif (peningkatan
kesehatan), preventif (pencegahan), kuratif (pengobatan), rehabilitatif (pemulihan
kesehatan). Tidak sebatas pada aspek kuratif dan rehabilatatif saja seperti rumah
sakit. Puskesmas merupakan salah satu jenis organisasi yang sangat dirasakan
oleh masyarakat umum. Seiring dengan semangat reformasi dan otonomi daerah
maka banyak terjadi perubahan yang mendasar dalam sektor kesehatan yaitu
9

terjadinya perubahan paradigma pembangunan kesehatan menjadi paradigma


sehat (Trihono, 2005).
Dengan paradigma baru ini, mendorong terjadi perubahan konsep yang
sangat mendasar dalam pembangunan kesehatan, antara lain :
1. Pembangunan kesehatan yang semula lebih menekankan pada upaya
kuratif dan rehabilitatif menjadi lebih fokus pada upaya preventif dan
kuratif tanpa mengabaikan kuratif-rehabilitatif
2. Pelaksanaan upaya kesehatan yang semula lebih bersifat terpilah-pilah
(fragmented) berubah menjadi kegiatan yang terpadu (integrated).
3. Sumber pembiayaan kesehatan yang semula lebih banyak dari pemerintah
berubah menjadi pembiayaan kesehatan lebih banyak dari masyarakat.
4. Pergeseran pola pembayaran dalam pelayanan kesehatan yang semula fee
for service menjadi pembayaran secara pra-upaya.
5. Pergeseran pemahaman tentang kesehatan dari pandangan komsutif
menjadi investasi.
6. Upaya kesehatan yang semula lebih banyak dilakukan oleh pemerintah
akan bergeser lebih banyak dilakukan oleh masyarakat sebagai mitra
pemerintah (partnership).
7.

Pembangunan kesehatan yang semula bersifat terpusat (centralization)


menjadi otonomi daerah (decentralization).
8. Pergeseran proses perencanaan dari top down menjadi bottom up seiring
dengan era desentralisasi (Munin JA, 2004).
1.2.2. Wilayah Kerja Puskesmas
Wilayah kerja puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari
kecamatan. Faktor kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografik dan
keadaan infrakstruktur lainnya merupakan pertimbangan dalam penentuan
wilayah kerja puskesmas. Puskesmas merupakan perangkat pemerintah daerah
tingkat II sehingga pembagian wilayah kerja puskesmas ditetapkan oleh walikota /
bupati dengan saran teknis dari kepala dinas kesehatan kabupaten / kota. Sasaran
penduduk yang dilayani oleh satu puskesmas adalah sekitar 30.000 50.000
penduduk. Untuk jangkuan yang lebih luas dibantu oleh puskesmas pembantu dan
10

11

puskesmas keliling.Puskesmas di kecamatan dengan jumlah penduduk 150.000


jiwa atau lebih merupakan puskesmas Pembina yang berfungsi sebagai pusat
rujukan bagi puskesmas kelurahan dan juga mempunyai fungsi koordinasi
(Trihono, 2004).
1.2.3.

Pelayanan Kesehatan Puskesmas


Pelayanan kesehatan menyeluruh yang diberikan puskesmas meliputi:
1. Promotif (peningkatan kesehatan)
2. Preventif (upaya pencegahan)
3. Kuratif (pengobatan)
4. Rehabilitatif (pemulihan kesehatan)
Pelayanan tersebut ditujukan kepada semua penduduk, tidak membedakan
jenis kelamin, umur, sejak pembuahan dalam kandungan sampai meninggal.
(Trihono, 2005)

1.2.4.

Visi Puskesmas
Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas
adalah tercapainya Kecamatan sehat menuju terwujudnya Indonesia sehat.
Kecamatan sehat adalah gambaran masyarakat Kecamatan di masa depan yang
ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan, yakni masyarakat yang hidup
dalam lingkungan dan dengan perilaku sehat memiliki kemampuan untuk
menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta
memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Indikator Kecamatan sehat yang ingin dicapai mencakup empat indikator
utama yakni (1) lingkungan sehat (2) perilaku sehat (3) cakupan pelayanan
kesehatan yang bermutu serta (4) derajat kesehatan penduduk Kecamatan.
Rumusan visi untuk masing-masing Puskesmas harus mengacu pada visi
pembangunan kesehatan Puskesmas di atas yakni, terwujudnya Kecamatan sehat
yang harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi masyarakat serta wilayah
Kecamatan setempat. (Trihono, 2005).

12

1.2.5.

Misi Puskesmas
1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah
kerjanya : Puskesmas akan selalu menggerakkan pembangunan sektor
lain yang diselenggarakan di wilayah kerjanya, agar memperhatikan
aspek kesehatan, yaitu pembangunan yang tidak menimbulkan dampak
negatif terhadap kesehatan, setidak-tidaknya terhadap lingkungan dan
perilaku masyarakat.
2. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat
diwilayah kerjanya : Puskesmas akan selalu berupaya agar setiap
keluarga dan masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya
makin berdaya di bidang kesehatan, melalui peningkatan pengetahuan
dan kemampuan, menuju kemandirian hidup.
3. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan : Puskesmas akan selalu
berupaya menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan
standard dan memuaskan masyarakat, mengupayakan pemerataan
pelayanan kesehatan serta meningkatkan efisiensi pengelolaan dana,
sehingga dapat dijangkau oleh seluruh anggota masyarakat.
4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan
masyarakat beserta lingkungannya : Puskesmas akan selalu berupaya
memelihara

dan

meningkatkan

kesehatan,

mencegah

dan

menyembuhkan penyakit, serta memulihkan kesehatan perorangan,


keluarga dan masyarakat yang berkunjung dan bertempat tinggal di
wilayah kerjanya, tanpa diskriminasi dan dengan menerapkan
kemajuan ilmu dan teknologi kesehatan yang sesuai. (Trihono, 2005)
1.2.6

Strategi Puskesmas
1. Mengembangkan dan menetapkan pendekatan kewilayahan.
2. Mengembangkan dan menetapkan azas kemitraan
serta pemberdayaan masyarakat dan keluarga.
3. Meningkatkan profesionalisme petugas.
13

14

4. Mengembangkan kemandirian puskesmas sesuai dengan


kewenangan yang diberikan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota. (Trihono, 2005)
1.2.7.

Fungsi Puskesmas
Untuk mencapai Indonesia sehat 2025, Puskesmas harus menjalankan
fungsinya secara optimal. Adapun fungsi Puskesmas sebagai berikut :
1. Pusat Penggerak Pembanguan Berwawasan Kesehatan
Puskesmas

selalu

berupaya

menggerakkan

dan

memantau

penyelenggaraan pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat


dan dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta
mendukung pembangunan kesehatan. Di samping itu puskesmas aktif
memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan
setiap program pembangunan di wilayah kerjanya. Khusus untuk
pembangunan kesehatan, upaya yang dilakukan puskesmas adalah
mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit
tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan
(Trihono, 2005).
2. Pusat Pemberdayaan Masyarakat
Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka
masyarakat, keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki
kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri sendiri dan
masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan
kepentingan kesehatan termasuk sumber pembiayaannya, serta ikut
menerapkan, menyelenggarakan dan memantau progran kesehatan.
Pemberadayaan

perorangan,

keluarga

dan

masyarakat

ini

diselenggarakan dengan memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya


sosisal budaya masyarakat setempat (Trihono, 2005).
3. Pusat Pelayanan Kesehatan Strata Pertama
Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan
tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.
15

10

16

Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menjadi tanggung jawab


puskesmas meliputi :
a. Pelayanan kesehatan perorangan
Pelayanan yang bersifat pribadi (private goods) dengan
tujuan utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan
kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharan
kesehatan dan pencegahan penyakit. Pelayanan perorangan
tersebut adalah rawat jalan dan untuk puskesmas tertentu
ditambah dengan rawat inap (Trihono, 2005).
b. Pelayanan kesehatan masyarakat
Pelayanan yang bersifat publik (public goods) dengan
tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan serta
mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan
penyakit dan pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan
masyarakat tersebut antara lain adalah promosi kesehatan,
pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan
gizi, peningkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana,
kesehatan

jiwa

masyarakat

serta

berbagai

program

kesehatan masyarakat lainnya (Trihono, 2005).

17

Gambar 1.2 Fungsi Puskesmas

11

18

Untuk melaksanakan fungsinya, Puskesmas menjalankan beberapa proses.


Proses ini dilaksanakan dengan cara :
1. Merangsang masyarakat termasuk swasta untuk melaksanakan
kegiatan dalam rangka menolong dirinya sendiri.
2. Memberikan petunjuk pada masyarakat tentang bagaimana menggali
dan menggunakan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien.
3. Memberikan bantuan yang bersifat bimbingan teknis materi dan
rujukan medis maupun rujukan kesehatan kepada masyarakat dengan
ketentuan tersebut tidak menimbulkan ketergantungan.
4. Memberikan pelayanan langsung kepada masyarakat.
5. Bekerja sama dengan sektor-sektor yang bersangkutan dalam
melaksanakan program Puskesmas (Trihono, 2005)
Setiap kegiatan yang dilakukan di puskesmas memerlukan evaluasi untuk
menilai apakah program yang dilaksanakan berhasil atau tidak. Untuk itu dibuat
indikator keberhasilan sesuai dengan fungsi puskesmas.
1. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan yang menilai
tatanan sekolah, tatanan tempat kerja dan tatanan tempat tempat
umum mempunyai indikator :
a. Tersedianya air bersih
b.Tersedianya jamban yang saniter
c. Tersedianya larangan merokok
d.Adanya dokter kecil untuk SD atau PMR untuk SLTP
2. Pusat pemberdayaan masyarakat, indikatornya :
a. Tumbuh kembang, Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat
b. Tumbuh dan kembangnya LSM
c. Tumbuh dan berfungsinya kesehatan masyarakat
3. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama
Kegiatan pada pusat pelayanan kesehatan strata pertama adalah:
a.

Promosi kesehatan masyarakat

b.

Kesehatan lingkungan

c.

KIA (Kesehatan Ibu dan Anak)

d.

KB (Keluarga Berencana)
19

12

20

e. Perbaikan gizi masyarakat


f. P2M (Pengendalian Penyakit Menular)
g.

Pengobatan dasar.

1.2.8.

Peran Puskesmas
Dalam konteks otonomi daerah saat ini, puskesmas mempunyai peran
yang vital sebagai institusi pelaksana teknis dituntut memiliki kemampuan
managerial dan wawasan jauh ke depan untuk meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan. Peran tersebut ditunjukkan dalam bentuk ikut serta menentukan
kebijakan daerah melalui sistem perencanaan yang matang, tatalaksana kegiatan
yang tersusun rapi serta sistem evaluasi dan pemantauan yang akurat (Trihono,
2005).
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
yang bertanggung-jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu
wilayah kerja.
1. Unit Pelaksana Teknis
Sebagai

Unit

Pelaksana

Teknis

(UPTD)

dinas

kesehatan

kabupaten/kota, puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian dari


tugas teknis operasional dinas kesehatan kabupaten/kota dan
merupakan unit pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak
pembangunan kesehatan di Indonesia (Trihono, 2005).
2. Pembangunan Kesehatan
Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh
bangsa Indonesia untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang optimal (Trihono, 2005).
3. Pertanggungjawaban Penyelenggaraan
Penanggungjawab

utama

penyelenggaraan

seluruh

upaya

pembangunan kesehatan di wilayah kabupaten/kota adalah dinas


kesehatan kabupaten/kota, sedangkan puskesmas bertanggungjawab
hanya untuk sebagian upaya pembangunan kesehatan yang dibebankan
21

13

22

oleh dinas kesehatan kabupaten/kota sesuai dengan kemampuannya


(Trihono, 2005).
4. Wilayah kerja
Secara nasional, standar wilayah kerja puskesmas adalah satu
kecamatan. Tetapi apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari satu
puskesmas,

maka

tanggungjawab

wilayah

kerja

dibagi

antar

puskesmas, dengan memperhatikan kebutuhan konsep wilayah


(desa/kelurahan atau RW). Masing-masing puskesmas tersebut secara
operasional bertanggungjawab langsung kepada dinas kesehatan
kabupaten/kota (Trihono, 2005).
1.2.9.

Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas


Upaya kesahatan wajib Puskesmas adalah upaya yang ditetapkan
berdasarkan komitmen nasional, regional dan global serta mempunyai daya ungkit
tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan wajib ini
diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada di seluruh wilayah Indonesia
(Trihono, 2005). Upaya kesehatan wajib tersebut antara lain:
1. Promosi Kesehatan
2. Kesehatan Lingkungan
3. KIA (Kesehatan ibu dan anak)
4. KB (Keluarga Berencana)
5. Perbaikan Gizi Masyarakat
6. P2M (Pengendalian Penyakit Menular)
7. Pengobatan Dasar (Trihono, 2005)
Pelaksanaan kegiatan pokok Puskesmas diarahkan kepada keluarga
sebagai satuan masyarakat terkecil. Karenanya, kegiatan pokok Puskesmas
ditujukan untuk kepentingan kesehatan keluarga sebagai bagian dari masyarakat di
wilayah kerjanya (Trihono, 2005).

23

14

24

Tabel 1.5 Program Kesehatan Wajib di Puskesmas


Kesehata
n Kegiatan
Indikator

Program
Wajib

Promosi Kesehatan

Promosi hidup bersih dan


sehat

Kesehatan
Lingkungan

Penyehatan pemukiman

Kesehatan Ibu dan


Anak

ANC
Pertolongan persalinan
MTBS
Imunisasi
Pelayanan Keluarga
Keluarga Berencana Berencana
Pengendali
an
Penyakit Diare
Menular
ISPA
Malaria
Tuberkulosis
Distribusi vit A/ Fe / cap
yodium

Gizi

PSG
Promosi Kesehatan
Pengobata
n

Medik dasar
UGD
Laboratorium sederhana

Tatanan sehat
Perbaikan perilaku sehat
Cakupan air bersih
Cakupan jamban keluarga
Cakupan SPAL
Cakupan rumah sehat
Cakupan K1, K4
Cakupan linakes
Cakupan MTBS
Cakupan imunisasi
Cakupan MKET
Cakupan kasus diare
Cakupan kasus ISPA
Cakupan kasus malaria
Cakupan kelambunisasi
Cakupan penemuan kasus
Angka penyembuhan
Cakupan vit A /Fe / cap
yodium
% gizi kurang / buruk,
SKDN
% kadar gizi
Cakupan pelayanan
Jumlah kasus yang
ditangani
Jumlah pemeriksaan

Sumber : Trihono. 2005. Manajemen Kesehatan, Arrimes, ed.


1.2.10.

Upaya Kesehatan Pengembangan Puskesmas

Upaya Kesehatan Pengembangan Puskesmas adalah upaya yang


ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat
serta yang disesuaikan dengan kemampuan puskesmas. Upaya kesehatan
pengembangan dipilih dari daftar upaya kesehatan pokok puskesmas yang telah
ada, yaitu :
25

1. Upaya Kesehatan Sekolah


2. Upaya Kesehatan Olahraga
3. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat
4. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut

15

26

5. Upaya Kesehatan Kebidanan dan Kandungan


6. Upaya Kesehatan Mata
7. Upaya Kesehatan Jiwa
8. Upaya Kesehatan Usia Lanjut
9.

Upaya Pemberian Terapi Rumatan Metadon (Trihono, 2005)

Upaya kesehatan pengembangan puskesmas dapat pula bersifat upaya


inovasi yaitu upaya lain di luar upaya puskesmas tersebut di atas yang sesuai
dengan kebutuhan. Pengembangan dan pelaksanaan upaya inovasi ini adalah
dalam rangka mempercepat tercapainya visi puskesmas (Trihono, 2005).
Pemilihan upaya kesehatan pengembangan ini dilakukan oleh puskesmas
bersama dinas kesehatan kabupaten/kota dengan mempertimbangkan masukan
dari Konkes/BPKM/BPP. Upaya kesehatan pengembangan dilakukan apabila
upaya kesehatan wajib puskesmas telah terlaksana secara optimal dalam arti target
cakupan serta peningkatan mutu pelayanan telah tercapai. Penetapan upaya
kesehatan pengembangan pilihan puskesmas ini dilakukan oleh dinas kesehatan
kabupaten/kota. Dalam keadaan tertentu upaya kesehatan pengembangan
puskesmas dapat pula ditetapkan sebagai penugasan oleh dinas kabupaten/kota
(Trihono, 2005).
Apabila puskesmas belum mampu menyelenggarakan upaya kesehatan
pengembangan, padahal telah menjadi kebutuhan masyarakat, maka dinas
kesehatan kabupaten/kota bertanggung jawab dan wajib menyelenggarakannya.
Untuk itu dinas kesehatan kabupaten/kota perlu dilengkapi dengan berbagai unit
fungsional lainnya (Trihono, 2005).
Penyelenggaraan upaya kesehatan wajib dan upaya pengembangan harus
menerapkan

azas

penyelenggaraan

puskesmas

secara

terpadu.

Azas

penyelenggaraan tersebut dikembangkan dari ketiga fungsi puskesmas. Dasar


pemikirannya adalah pentingnya menerapkan prinsip dasar dari setiap fungsi
puskesmas dalam menyelenggarakan setiap upaya puskesmas, baik upaya
kesehatan wajib maupun upaya kesehatan pengembangan (Trihono, 2005).

27

16

28

Tabel 1.6 Indikator Upaya Kesehatan Pengembangan Puskesmas


Upaya Kesehatan
Pengembangan
Upaya Kesehatan
Sekolah
Upaya kesehatan olah
raga
Upaya perawatan
kesehatan
masyarakat
Upaya kesehatan kerja

Kegiatan

UKS/UKGS
Memasyarakat
kan
untuk
kesehatan
Kunjungan rumah
konseling

Upaya kesehatan mata

Upaya kesehatan usia


lanjut

Jumlah Sekolah dg
UKS/UKGS
% sekolah sehat

olah
raga Jumlah kelompok senam
Jumlah klub jantung sehat
% keluarga rawan yang
dikunjungi

Memasyarakat
kan
masker % pos UKK
(norma sehat dalam
Tingkat perkembangan pos
bekerja)
UKK

Upay kesehata
a
n
gigi dan Poliklinik gigi
mul
ut
Upaya kesehatan jiwa

Indikator

Konseling
Mencegah
kebutaan

Jumlah kasus gigi


Jumlah kasus penyakit
jiwa
Jml pend. katarak yg
dioperasi
Jml kelainan visus yang
dikoreksi

Memasyarakat
kan
sehat di usia
lanjut

perilaku % Posyandu Usila


Tingkat perkembangan
Posyandu
Usila
Usah pembina pengobata
pengobata
a
an
n Membina
n Jumlah sarasehan battra
tradisional
tradisional yang rasional Jumlah battra yang dibina
(Sumber : Trihono, 2005)

29

Gambar 1.3 Sistem Rujukan Puskesmas


Sumber : Buku ARRIMES Manajemen Puskesmas
17

30

1.3.

Gambaran Umum Puskesmas Kecamatan Pademangan

Struktur Organisasi Puskesmas Kecamatan Pademangan pada tahun 2015


memiliki 1 Subbagian Tata Usaha dan 2 Kepala satuan pelaksana yang
berperan dalam pelaksanaan pelayanan kepada pelanggan internal dan
pelnggang eksternal sesuai pergub NO.334 tahun 2014 tentang Pembentukan
Organisasi dan Tata Kerja Puskesmas.
1. Satuan Pelaksana UKM
Pelaksana upaya kesehatan masyarakat yang dilaksanakan di
Puskesmas Kecamatan Pademangan tahun 2015 meliputi kegiatan :
a. Menyusun bahan rencana strategis, rencana kerja anggaran dan
rencana bisnis anggaran Puskesmas Kecamatan sesuai dengan lingkup
tugasnya
b. Melaksanaan rencana strategis, rencana kerja anggaran dan rencana
bisnis anggaran Puskesmas Kecamatan sesuai dengan lingkup tugasnya
c. Menyusun bahan pedoman, standar dan prosedur teknis Pelaksanaan
upaya kesehatan masyarakat
d. Menyelenggarakan pelayanan promosi kesehatan termasuk UKS
e. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan Lingkungan
f. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan ibu dan anak dan keluarga
berencana yang bersifat UKM
g. Menyelenggarakan pelayanan gizi yang bersifat UKM
h. Menyelenggarakan pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit
i. Menyelenggarakan pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat
j. Menyelenggarakan upaya pengembangan pelayanan kesehatan jiwa,
kesehatan gigi masyarakat, kesehatan tradisional komplementer,
kesehatan olahraga, kesehatan indera, kesehatan lansia, kesehatan kerja
dan kesehatan lainnya, dan
k. Melaporkan dan memprtanggungjawabkan pelaksanaan tugas satuan
pelaksana UKM.

31

18

32

2. Satuan pelaksana UKP


a. Menyusun bahan rencana strategis, rencana kerja dan anggaran dan
rencana bisnis anggaran Puskesmas Kecamatan sesuai dengan lingkup
tugasnya
b. Melaksanakan rencana strategis, dokumen pelaksanaan anggaran dan
rencana bisnis anggaran Puskesmas Kecamatan sesuai dengan lingkup
tugasnya
c. Menyusun bahan pedoman, standar dan prosedur pelaksanaan upaya
kesehatan perseorangan, kefarmasian dan laboratorium
d. Menyelenggarakan pelayanan medis umum dan spesialis terbatas
e. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan gigi dan mulut
f. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan ibu dan anak dan keluarga
berencana yang bersifat UKP
g. Menyelenggarakan pelayanan gawat darurat dan ambulans rujukan
h. Menyelenggarakan pelayanan gizi yang bersifat UKP
i. Menyelenggarakan pelayanan persalinan
j. Menyelenggarkan pelayanan rawat inap untuk Puskesmas yang
menyediakan pelayanan rawat inap
k. Menyelenggarakan pelayanan kefarmasian
l. Menyelenggarakan pelayanan laboratorium
m. Menyelenggarakan peningkatan dan penjaminan mutu pelayanan
n. Menyelenggarakan keamanan dan keselamatan pasien
o. Melaksanakan penanganan pengelolaan limbah medis
p. Melaksanakan pemeriksaan jenazah
q. Melaporkan dan mempertanggung jawabkan pelaksanaan tugas satuan
pelaksana UKP
3. Subbagian Tata Usaha dan Keuangan
a. Menyusun bahan rencana strategis,rencana kerja dan anggaran dan
rencana bisnis
anggaran Puskesmas Kecamatan Pademangansesuai dengan lingkup
tugasnya
33

19

34

b. Melaksanakan rencana strategis dan dokumen pelaksana dan rencana


bisnis anggaran Puskesmas Kecamatan sesuai dengan lingkup
tugasnya
c. Mengoordinasikan penyusunan rencana strategis rencana kerja dan
anggaran dan rencana bisnis anggaran Puskesmas Kecamatan
d. Melaksanakan monitoring,pengendalian dan evaluasi pelaksanaan
rencana strategis, dokumen pelaksanaan anggaran dan rencana bisnis
anggaran Puskesmas Kecamatan
e. Melaksanakan kegiatan koordinasi kemitraan dan kerja sama
pelayanan Puskesmas Kecamatan dengan sarana pelayanan kesehatan
milik daerah dan/atau instansi Pemerintah/BUMN/swasta/Masyarakat

Dalam melaksanakan pelayanan kesehatan pada masyarakat, jam kerja


Puskesmas dibagi 2 sesuai dengan SK. Kepala Dinas tentang pengaturan
jam kerja Puskesmas di lingkungan Dinas Kesehatan DKI Jakarta sebagai
berikut :
a) Untuk Puskesmas Kecamatan
Pelayanan Puskesmas Kecamatan Pademangan dimulai dari jam 07.30
WIB s/d jam 16.00 WIB dari hari Senin hingga Jumat, dan untuk
layanan 24 jam dilaksanakan oleh Unit Layanan 24 Jam.
b) Untuk Puskesmas Kelurahan
Pelayanan Puskesmas Kelurahan dimulai dari jam 07.30 WIB s/d jam
16.00 WIB dan di hari Sabtu pelayanan dimulai jam 07.30 WIB s/d
jam 12.00 WIB. Pasien yang dilayani di Puskesmas Kecamatan
Pademangan dan di Puskesmas Kelurahan, antara lain :

Pasien Umum

Pasien BPJS (termasuk ASKES, KJS, dll)

Selain itu Puskesmas Kecamatan Pademangan juga menjalin mitra


dengan layanan kesehatan lainnya baik negeri maupun swasta yang
ada di wilayah Kecamatan Pademangan untuk memudahkan pasien
jika harus mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih memadai
(harus dirujuk), mitra tersebut antara lain :
35

20

36

a.

Rumah Sakit Koja

b.

Rumah Sakit Umum Pelabuhan (RS Tugu)

c.

Rumah Sakit Penyakit Infeksi Sulianti Saroso

d.

Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, dll

Dalam melaksanakan pelayanan kesehatan di Puskesmas Kecamatan


Pademangan, tenaga kesehatan yang melaksanakan tugas pelayanan
tersebut merupakan faktor utama yang memegang peranan, karena itu
tenaga kesehatan di Puskesmas Kecamatan Pademangan dituntut
memiliki kemampuan dan keahlian yang Profesional. Berikut adalah
komposisi tenaga kesehatan tahun 2015 yang ada di Puskesmas
Kecamatan Pademangan dan di Puskesmas Kelurahan, yaitu :

37

21

38

Tabel 1.7 Jumlah Tenaga Kesehatan di Puskesmas Se-Kecamatan Pademangan


Jumlah
NO

Jenis Tenaga Kesehatan


PNS

NON PNS

Sarjana Kesehatan
Dokter Umum
Dokter Gigi
SKM
Apoteker
Keperawatan

5
5
1
1
2

4
2
-

Bidan D3
Bidan D1
Perawat D3
Perawat (SPK)
Perawat Gigi D3
Analis
Farmasi (D3)
Kesling / AKL
Sanitarian (SPPH)
Sarjana Gizi (S1)
Gizi (D3)
Gizi (D1)
Ass. Apoteker ( SMF )
Tekniker Gigi
Fisioterapis (D 3)

5
2
7
1
4
1
1
2
2
-

4
5
1
4
-

39

20

Paramedis

Jumlah

Sumber: Laporan Tahunan Puskesmas Kecamatan Pademangan 2015

Pembagian tenaga kesehatan ini diatur pula dalam Struktur


Organisasi Puskesmas Kecamatan Pademangan untuk memudahkan
koordinasi dan pendelegasian serta pembagian tugas dan tanggung jawab
sehingga nilai nilai organisasi tetap berlaku dan terkendali.

39

22

40

1.4 Visi, Misi, dan Motto Puskesmas Kecamatan Pademangan


1. Visi
Puskesmas Pademangan menjadi layanan publik yang memberikan
kepuasan bagi pelanggannya serta meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat menuju JAKARTA BARU DAN INDONESIA SEHAT.
2. Misi
1. Peningkatan layanan kesehatan yang terjangkau oleh masyarakat baik
berupa layanan Promotif, Preventif, Kuratif dan Rehabilitatif
2. Pengembangan sarana dan prasarana yang berkualitas
3. Peningkatan kompetensi dan profesionalisme sumber daya manusia
4. Pengembangan sistem manajemen kesehatan yang tepat
5. Pengembangan pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan
3. Motto
Jakarta Sehat untuk semua
1.4

Pemberantasan Penyakit Bersumber Binatang


Dari program kesehatan dasar di puskesmas, akan dibahas mengenai salah

satu program yang ada di Puskesmas Pademangan, yaitu program Pemberantasan


Penyakit Bersumber Binatang (P2B2). Upaya pengendalian penyakit menular
lebih ditekankan pada pelaksanaan surveilans epidemiologi dengan upaya
penemuan penderita secara dini, yang ditindaklanjuti dengan penanganan secara
cepat melalui pengobatan penderita.
Kebijakan

penanggulangan

penyakit

menular

khususnya

dalam

penanggulangan wabah telah diatur dalam bentuk peraturan perundangan, yaitu


UU No. 4 Tahun 1984 tentang Penyakit Menular serta Peraturan Pemerintah No.
40 Tahun 1991 tentang Penanggulangan Penyakit Menular. Peraturan tersebut
pada intinya mengatur :
1. Tata cara penetapan dan pencabutan penetapan daerah wabah
2. Upaya penanggulangan
3. Peran serta masyarakat
4. Pengelolaan bahan-bahan yang mengandung penyebab penyakit
5. Ganti rugi dan penghargaan

41

6. Pembiayaan penanggulangan wabah


7. Pelaporan
Di berbagai wilayah di Indonesia terdapat perbedaan tingkat endemitas dan
jenis penyakit menular. Pada P2B2 penyakit yang endemis diwilayah Indonesia
adalah demam berdarah, malaria, filariasis, leptospirosis dan rabies. Tingkat
endemitas penyakit menular sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan (fisik,
sosial, ekonomi) dan perilaku masyarakatnya. Kecamatan Pademangan dengan
karakteristik lingkungan dan perilaku masyarakat yang berbeda, memiliki
endemisitas penyakit menular yang berbeda.
1.4.1 Leptospirosis
Kegiatan yang dilakukan :
1. Surveilans
a.

Surveilans penyakit

b.

Surveilans vektor

c.

Surveilans faktor risiko

2. Deteksi dini dan pengobatan atau perawatan dini


3. Pengendalian faktor risiko
4. Partisipasi masyarakat
Apabila ditemukan penderita suspect leptospirosis probabe ataupun
confirmed maka harus dilakukan penyuluhan, penyelidikan Epidemiologi
lingkungan dan case finding yaitu mencari kasus tambahan dengan radius 200
meter dari rumah penderita untuk diobati atau dirujuk bila dengan komplikasi.
Bila ditemukan penderita tambahan dengan sebab lingkungan yang sama
maka segera dilaporkan sebagai kejadian luar biasa (KLB) dengan menggunakan
formulir laporan W1 dan kasus tambahan selanjutnya dilaporkan dengan W2.
Penanggulangan KLB diikuti penyelidikan kasus dan lingkungan serta dilakukan
pengambilan spesimen terhadap penderita dan hewan tersangka sekitar lokasi
dengan bantuan tim kota/kab administrasi provinsi dan pusat. Pencegahan
leptospirosis meliputi:
1.

Kebersihan perorangan dan lingkungan

2.

Penggunaan APD (alat pelindung diri)

3.

Pengendalian vektor (tikus dan insektivora)

42

4.

Vaksinasi hewan kesayangan dan hewan ternak dinas kelautan dan


pertanian
Di Kecamatan Pademangan tidak ditemukan kasus penyakit leptospirosis

pada bulan Januari Oktober 2016.


1.4.2 Rabies
Berdasarkan SK Mentri Pertanian No: 566/kpts/PD.640/10/2004 Provinsi
DKI Jakarta telah dinyatakan bebas rabies dan untuk mempertahankan telah
dibentuk Tim Koordinasi Pengaman Daerah Bebas Penyakit Rabies dan Penyakit
Menular Hewan Lainnya di Provinsi DKI Jakarta. Sesuai Surat Keputusan
Gubernur No: 2070/2005 tanggal 25 Oktober 2005. Walaupun Provinsi DKI
Jakarta telah bebas Rabies, tetapi tetap merupakan daerah yang terancam
penularan Rabies, karena beberapa Kabupaten di Jawa Barat yang awalnya telah
dinyatakan bebas, ditemukan kembali kasus Rabies baik pada hewan maupun
manusia. Demikian pula masih ada Provinsi di Indonesia yang endemik Rabies.
Sehubungan dengan hal tersebut maka kebijakan Provinsi DKI Jakarta
selain yang telah tertuang dalam PERDA 11 tahun 1995. Tentang pengawasan
hewan rentan Rabies, serta pencegahan dan penanggulangan, juga melakukan :
1. Surveilans dan Intervensi ketat, antara lain :
a.

Tahapan

Hewan

Vaksinasi, Observasi, eliminasi yang dilaksanakan oleh jajaran Dinas


Perternakan, perikanan dan kelautan.
b.

Tahapan manusia
1. Pertolongan pertama pada kasus gigitan di puskesmas dan UPK
lainnya,

sambil

melaporkan

hewannya

ke

pemilik/Sudin

Pertenakan untuk dipantau dan diumpan balikkan apakah termasuk


hewan penular rabies/ HPR (hilang, mati, terjangkit atau tidaknya
akan rabies).
2. Pemberian pasteur treatment atas indikasi di rabies treatment
center.

43

3. Perawatan penderita rabies di rumah sakit yang mempunyai ruang


isolasi.
2.

Adapun

langkah-langkah

yang dilakukan apabila ada kasus gigitan HPR:


a. Mencuci luka dengan sabun atau deterjen dan air yang mengalir selama
kurang lebih 15 menit. Mencuci luka sangatlah penting karena virus
rabies terbungkus lipid (lemak). Walaupun penderita gigitan ataupun
keluarga sudah mencuci, pencucian luka harus tetap dilakukan atau
diulangi.
b. Kemudian dapat diberikan antara lain : Alkohol 40 %, 70%, betadin,
iodium tincture, larutan yang mengandung amonium quartener.
3.

Luka gigitan tidak boleh


dijahit, apabila harus dijahit maka jahitan yang dilakukan adalah jahitan
situasi

4.

Luka gigitan dibedakan:


a. Resiko rendah yaitu : badan dan kaki cukup di puskesmas atau UPK
lainnya

b.

Resiko tinggi : jari-jari, lengan, bahu keatas atau muka multipel harus
dirujuk ke rabies treatment center.
Apabila HPR diketahui pemiliknya, agar keluarga korban gigitan

5.

berkoordinasi dengan pemilik HPR untuk mengghubungi salah satu yaitu :


a. Pemilik/sudin peternakan setempat
b. Balai kesehatan hewan dan ikan, jalan harsono RM no 28 ragunan, telp
7805447 agar HPR dapat diobservasi.
6.

Apabila HPR yang menggigit tidak diketahui pemiliknya/ liar, kasus


gigitan dirujukan ke rabies treatment center yang ada di :
a.

RSPI Sulianti Saroso, Jl. Sunter Permai


Raya, Jakarta Utara, telp 6506559, 64011412

b.

RSUD Tarakan, Jl. Kyai Caringin no 7


Jakarta Pusat telp 3842938

7.

Vaksinasi yang digunakan saat ini adalah purivied vero rabies vaksin
(verorab) dengan cara pemberian hari ke 0 diberikan 2 angka suntikan di

44

regio deltoideus kanan dan kiri masing-masing 0,5 ml IM, kemudian hari ke
7 dan 21 masing-masing 1x suntikan IM deltoid kiri dan kanan.
Di Kecamatan Pademangan tidak ditemukan penyakit rabies pada periode
Januari Oktober 2016.
1.4.3 Malaria
Pemberantasan malaria bertujuan untuk mencegah kematian akibat malaria,
terutama jika terjadi KLB, menurunkan angka kematian, menurunkan angka
kesakitan (insidensi dan prevalensi), meminimalkan kerugian sosial dan ekonomi
akibat malaria. Pemberantasan malaria haruslah rasional, harus berbasis pada
epidemiologinya seperti: manusia, parasit malaria, vektor dan lingkungannya.
Pemberantasan malaria harus ditujukan untuk memutus penularan penyakit
malaria, dengan sasaran antara lain :
1.

Penemuan penderita
Penemuan penderita secara dini merupakan salah satu cara memutus
penyebaran penyakit malaria. Kegiatan tersebut antara lain dilakukan
dengan penemuan penderita malaria secara aktif (ACD = Active Case
Detection) dilakukan oleh petugas juru malaria desa yang mengunjungi
rumah secara teratur. Penemuan penderita secara pasif (PCD=Passive Case
Detection) yakni berdasarkan kunjungan pasien di unit pelayanan kesehatan
(puskesmas pembantu, puskesmas, dan rumah sakit) yang menunjukkan
gejala klinis malaria.

2.

Pengobatan penderita
Kegiatan pengobatan penderita antara lain :

a) Pengobatan malaria klinis, adalah pengobatan penderita malaria berdasarkan


diagnosa klinis tanpa pemeriksaan laboratorium.
b) Pengobatan radikal, adalah pengobatan penderita malaria berdasarkan
diagnosa secara klinis dan pemeriksaan laboratorium sediaan darah.
c) Pengobatan MDA (Mass Drug Administration), adalah pengobatan massal
pada saat KLB, mencakup > 80% jumlah penduduk di daerah tersebut yang
diobati.

45

d) Profilaksis, adalah pengobatan pencegahan dengan sasaran warga


transmigrasi dan ibu hamil di daerah endemis malaria. (Depkes RI, 2000)
3. Pemberantasan vektor
Pemberantasan vektor dilakukan antara lain dengan penyemprotan rumah
menggunakan insektisida untuk membunuh nyamuk dewasa, membunuh
jentik melalui kegiatan anti larva atau larvasiding dan menghilangkan atau
mengurangi tempat perindukan nyamuk untuk mengurangi jumlah nyamuk.
(Depkes RI, 2000)
Di Kecamatan Pademangan tidak ditemukan penyakit malaria pada periode
Januari - Oktober 2016.
1.4.4

Filariasis
Filariasis atau elephantiasis atau penyakit kaki gajah, adalah penyakit yang

disebabkan infeksi cacing filaria yang ditularkan melalui gigitan nyamuk.


Penyakit ini tersebar luas di pedesaan dan perkotaan. Dapat dan menyerang semua
golongan tanpa mengenal usia dan jenis kelamin. Di dunia terdapat 1,3 miliar
penduduk yang berisiko tertular penyakit kaki gajah di lebih dari 83 negara dan
60% kasus berada di Asia Tenggara.
Program Eliminasi Filariasis merupakan salah satu program prioritas
nasional pemberantasan penyakit menular sesuai dengan Peraturan Presiden
Republik Indonesia nomor 7 tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional tahun 20042009. Tujuan umum dari program eliminasi
filariasis adalah filariasis tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat di
Indonesia pada tahun 2020. Sedangkan tujuan khusus program adalah (a)
menurunnya angka mikrofilaria (microfilaria rate) menjadi 0% di setiap
Kabupaten/Kota, (b) mencegah dan membatasi kecacatan karena filariasis.
Program eliminasi filariasis di Indonesia ini menerapkan strategi Global
Elimination Lymphatic Filariasis dari WHO. Strategi ini mencakup pemutusan
rantai penularan filariasis melalui POMP filariasis di daerah endemis filariasis
dengan menggunakan DEC yang dikombinasikan dengan albendazole sekali
setahun minimal 5 tahun, dan upaya mencegah dan membatasi kecacatan dengan
penatalaksanaan kasus klinis filariasis, baik kasus akut maupun kasus kronis.

46

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota merupakan pengendali utama program


eliminasi filariasis di tingkat kabupaten/kota yang mempunyai tugas dan
kewenangan sebagai berikut:
a. Menetapkan kebijakan eliminasi filariasis di kabupaten/kota.

Menetapkan

tujuan dan strategi eliminasi filariasis di tingkat kabupaten/kota.


b. Melaksanakan pengendalian pelaksanaan, monitoring dan evaluasi program
eliminasi filariasis dengan memperkuat komitmen, mobilisasi sumber daya
kabupaten/kota.
c. Memperkuat kerjasama lintas program dan lintas sektor serta kerjasama
lembaga mitra kerja lainnya di kabupaten/kota.
d. Melaksanakan pembinaan dan asistensi teknis program eliminasi filariasis di
puskesmas, rumah sakit dan laboratorium daerah.
e. Melaksanakan pelatihan eliminasi filariasis di kabupaten/kota.
f. Melaksanakan evaluasi cakupan POMP filariasis dan penatalaksanaan kasus
klinis kronis filariasis di daerahnya.
g. Membentuk KOMDA POMP filariasis.
h. Mengalokasikan anggaran biaya operasional dan melaksanakan POMP
filariasis.
i. Mengalokasikan

anggaran

dan

melaksanakan

pengobatan

selektif,

penatalaksanaan kasus reaksi pengobatan, dan penatalaksanaan kasus klinis


filariasis.
j. Mengkoordinir dan memastikan pelaskanaan tugas puskesmas sebagai
pelaksana operasional program eliminasi filariasis kabupaten/kota.
Sejak tahun 2005, sebagai unit pelaksana atau IU (implementation unit)
penanganan filariasis adalah setingkat kabupaten/kota. Artinya, satuan wilayah
terkecil dalam program ini adalah kabupaten/kota, baik untuk penentuan
endemisitas maupun pelaksanaan POMP filariasis. Bila sebuah kabupaten/kota
sudah endemis filariasis, maka kegiatan POMP filariasis harus segera
dilaksanakan.
Agar mencapai hasil optimal sesuai dengan kebijakan nasional eliminasi
filariasis dilaksanakan dengan memutus rantai penularan, yaitu dengan cara
POMP filariasis untuk semua penduduk di kabupaten/kota tersebut kecuali anak

47

berumur kurang dari 2 tahun, ibu hamil, orang yang sedang sakit berat, penderita
kronis

filariasis

yang

dalam

serangan

akut

dan

balita

dengan

marasmus/kwasiorkor dapat ditunda pengobatannya.


Di Kecamatan Pademangan tidak ditemukan kasus penyakit filariasis pada
periode Januari Oktober 2106.
1.4.5 Demam Berdarah Dengue (DBD)
Program P2B2 yang berjalan di Puskesmas Kecamatan Pademangan adalah
pencegahan dan pengendalian penyakit demam berdarah dengue (DBD). Kegiatan
pencegahan dan penanggulangan penyakit demam berdarah meliputi :
1. Komitmen sekolah bebas jentik
2. Pelaksanaan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) di seluruh sekolah di
wilayah Pademangan dilakukan satu kali setiap minggunya.
3. Sosialisasi tentang PSN kepada PPSU (Pelayanan Terpadu Prasarana dan
Sarana Umum)
Tujuan: Untuk memantau keberhasilan/kesinambungan Gerakan PSN DBD 30
menit sekali dalam seminggu secara Serentak Di Prop. DKI Jakarta dengan
memeriksa ada tidaknya Jentik (Pemantauan Jentik Berkala/PJB) dan dikaitkan
dgn kejadian Kasus DBD di RW.
Sasaran: Tempat perindukan nyamuk di lokasi RW secara sampling
Perlengkapan : Surat tugas, form pencatatan & pelaporan, senter, gayung dan
larvacid.
Indikator dalam penanganan DBD antara lain:
1.
2.
3.
4.
5.

Angka Bebas Jentik (>95%)


Incidence Rate DBD (<50 per 100.000 penduduk)
Cakupan Fogging Focus (100%)
Container Index (<5%)
Cakupan Penyelidikan Epidemiologi (PE) (100%)

Angka Bebas Jentik (ABJ) dapat dihitung dengan menggunakan rumus:


Angka Bebas Jentik 95% =

Jumlah rumah diperiksa (-) jentik


100%
Jumlah tot al rumah diperiksa

Pemeriksaan jentik berkala adalah suatu usaha yang dilakukan dalam rangka
mengendalikan perkembangan vektor penularan penyakit demam berdarah yaitu

48

nyamuk Aedes aegypti tertutama pada siklus nyamuk saat berupa jentik nyamuk.
Pemeriksaan ini dilakukan oleh dua pihak yaitu kader-kader kesehatan atau yang
sering disebut dengan juru pemantau jentik (JUMANTIK) yang merupakan warga
di RT dalam wilayah Kecamatan Pademangan dan oleh non JUMANTIK yaitu
petugas kesehatan dari puskesmas Kecamatan Pademangan. Kegiatan tersebut
biasanya dilaksanakan setiap hari Jumat.
Kegiatan pemeriksaan yang dilakukan oleh JUMANTIK adalah :
1. Dilaksanakan di RT yang ada JUMANTIK
2. Seluruh bangunan diperiksa ada/tidaknya jentik secara total coverage
3. Melakukan pemeriksaan jentik pada tempat perindukan nyamuk di setiap
rumah/bangunan berdasarkan tujuh tatanan
4. Mencatat hasil pemeriksaan jentik dan melaporkan ke Kantor Kelurahan.
5. Puskesmas Kelurahan/Kecamatan menganalisa dan melaporkan bulanan ke
Sudin Kesmas
Kegiatan pemeriksaan yang dilakukan oleh NON JUMANTIK adalah :
1. Pelaksana adalah petugas Puskesmas Kelurahan/Kecamatan
2. Menentukan sasaran RW lokasi sekaligus data jumlah rumah/bangunannya
masing-masing
3. Mencatat dan menganalisa hasil pemeriksaan jentik dan per RW
4. Penyelidikan epidemiologi (PE)
Penyelidikan epidemiologi (PE) adalah kegiatan pencarian penderia DBD
atau tersangka DBD lainnya dan pemeriksaan jentik nyamuk penularan DBD di
tempat tinggal penderita dan rumah/bangunan sekitarnya, termasuk tempat-tempat
umum dalam radius sekurang-kurangnya 100 meter.
Bila terdapat laporan Kasus DBD yang diterima Petugas Puskesmas maka
akan ditindaklanjuti dalam waktu 2 x 24 jam.
Tabel 1.11. Rekapitulasi Kasus DBD (+) Bulanan Perkelurahan
Di Kecamatan Pademangan Januari - Oktober Tahun 2016
No

Puskesmas

Angka Kejadian

Jumlah

49

Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli AgusSept Okt

Kecamatan
Pademangan
Kelurahan
Pademangan Barat
Kelurahan Ancol
Total

13 16 33 16

106

10 38 58 69 43 36 14 15

296

120

24 12

522

20 23 24 19

17 71 97 126 78 52 21 24

Catatan: Kasus DBD (+) adalah jumlah kasus tersangka DBD Non DBD
Sumber data: Hasil Surveillans DBD Puskesmas Kecamatan Pademangan
2016
Berdasarkan Tabel 1.11 didapatkan jumlah rekapitulasi kasus DBD (+)
bulan Januari - Oktober 2016 yang terbanyak adalah di wilayah Kelurahan
Pademangan Barat sebanyak 296 kejadian.
Tabel 1.12. Rekapitulasi Data PE Perkelurahan Kecamatan Pademangan
bulan Januari Mei 2016
N

Puskesmas

Kelurahan Ancol

Kelurahan

PE(+

PE(-

Buka

Tidak

Jumla

Ditemu

DBD

kan

42

66

32

177

11

76

77

19

Pademangan Barat
3

Kecamatan

120

296

106

50

Pademangan
Total

44

296

20

161

522

Sumber: Bagian Surveillans Puskesmas Kecamatan Pademangan Tahun 2016


Berdasarkan Tabel 1.12 didapatan jumlah rekapitulasi data PE (+) terbanyak
terdapat di wilayah Kelurahan Pademangan Barat sebanyak 32 kejadian.
Tabel 1.13. Data Insidens Rate Penderita DBD Perkelurahan Wilayah
Kecamatan Pademangan Januari - Oktober 2016

N
o

Angka Kejadian DBD

Seluruh

Kecamatan

Penduduk

Pademangan

(a)

Kelurahan Ancol
Kelurahan
Pademangan Barat
Kecamatan
Pademangan
Total

IR /100.000

Penderit
a DBD
(b)

Penduduk
Target IR /
100.000

(b/a

100.000)

27.693

120

<50

433

88.868

296

<50

333

41.992

106

<50

252

158.553

522

<50

339

Sumber: Bagian Surveillans Puskesmas Kecamatan Pademangan 2016


Berdasarkan Tabel 1.13 didapatkan Insidens Rate penderita DBD tertinggi
di wilayah Kelurahan Pademangan Barat yaitu 333 per 100.000 penduduk dan
terendah di wilayah Kecamatan Pademangan yaitu 252 per 100.000 penduduk.

51

1) Fogging Fokus DBD kasus (+)


Fogging fokus dilakukan jika hasil PE (+), kegiatan yang dilakukan adalah :
a. Fogging Fokus dilakukan setelah hasil PE (+) / 2x24 Jam
b. Radius Pengasapan 200 meter
c. Jumlah Pengasapan 2 siklus (2x) dengan interval 7 hari
Tabel 1.14. Rekapitulasi Data Fogging Focus Perkelurahan Kecamatan
Pademangan Januari Oktober 2016
Jumla
h
Kasus

Total PE

DBD

Buka

Tidak

Cakupa

ditemuk Jumla n

DBD

an

terhadap

Foggi kasus

Puskesmas

ng

DBD

Focus
(a)

PE

+ (b)

(c)

(d)

(e)

(f)

Ancol

120

296

32

106

Kelurahan
Pademang
an Barat

42

17
7

n
Foggin
g Fokus
terhada
p

PE

(b+c+e)/ (+)
(a-d)x
100%

Kelurahan

Cakupa

(f/b)x10
0%

66

100 %

100 %

11

76

27

100 %

84 %

19

100 %

100 %

Kecamatan
Pademang

77

an
Sumber: Bagian Surveillans Puskesmas Kecamatan Pademangan Tahun 2016

52

Berdasarkan Tabel 1.14 didapatkan Cakupan Fogging Focus tertinggi di


wilayah Kelurahan Pademangan Barat dengan jumlah 27 dan terendah di wilayah
Kecamatan Pademangan dengan jumlah 6.
Tabel 1.15. Rekapitulasi ABJ dan CI Wilayah Kerja Puskesmas
Se-Kecamataan Pademangan Bulan Januari Oktober 2016
N

Puskesmas

o
1

Kelurahan

Ancol
Kelurahan
Pademangan

Jumlah rumah / TTU


Diperi
ABJ

Jumlah container
Diperik
+
CI (%)

ksa

Jentik

(%)

sa

Jentik

466

450

96.48

1004

11

3.51

413

392

94.84

Barat
Kecamatan

2557 2243 85.98


Padamangan
Total
3436 3085 89.78
1004
1
Sumber : Laporan PSN Puskesmas Kecamatan Pademangan 2016

3.51

Jumlah rekapitulasi ABJ tertinggi pada Puskesmas Kelurahan Ancol yaitu


96.48%.
Catatan :

1.5

ABJ

: Angka Bebas Jentik (Target: >95%)

CI

: Container index (Target :<5%)

Tdk

: Tindakan (Target :100%)

Identifikasi Masalah
Setelah didapatkan identifikasi masalah dari program PSN (Pemberantasan

Sarang Nyamuk) di Puskesmas Kecamatan Pademangan maka dengan cara


menghitung dan membandingkan nilai kesenjangan antara apa yang diharapkan
(expected) dengan apa yang telah terjadi (observed) akan dipilih satu masalah
yang menjadi prioritas utama untuk diselesaikan.
Dari hasil pemeriksaan (angka bebas jentik) pada Program Kesehatan
Lingkungan, kasus DBD, dan fogging focus yang dievaluasi di Puskesmas

53

Kecamatan Pademangan periode Januari Oktober 2016, maka didapatkan


identifikasi masalah pertama sebagai berikut :
1. Cakupan Angka Bebas Jentik
2. Angka Insidence Rate Kasus DBD
3. Angka cakupan fogging focus terhadap PE (+)
1.6

Rumusan Masalah
Setelah mengidentifikasi masalah dari program wajib Puskesmas se-

Kelurahan Pademangan maka dipilih program yang menjadi masalah, dengan cara
menghitung dan membandingkan nilai kesenjangan antara apa yang diharapkan
(expected) dengan apa yang telah terjadi (observed), selanjutnya dilakukan
perumusan masalah untuk membuat perencanaan yang baik sehingga masalah
yang ada dapat diselesaikan.
Rumusan masalah dari Program P2B2 di Puskesmas adalah sebagai berikut:
1. Cakupan Angka Bebas Jentik Kelurahan Pademangan Barat pada periode
Januari Oktober 2016 yaitu 94,84 % kurang dari target sebesar >95%
2. Cakupan Angka Bebas Jentik Kecamatan Pademangan pada periode Januari
Oktober 2016 yaitu 85,98 % kurang dari target sebesar >95%
3. Angka Insidence Rate Kasus DBD se-Kecamatan Pademangan pada periode
Januar Oktober 2016 yaitu 339/100.000 lebih dari target yaitu <50/100.000
4. Angka cakupan fogging focus terhadap PE (+) pada kelurahan Pademangan
Barat yaitu 84% yang masih kurang dari target yaitu 100%.

54

You might also like