Professional Documents
Culture Documents
SEKTOR JASA
(Studi Kasus Nasabah Bank Negara Indonesia di Kota Bandung)
Diajukan sebagai syarat untuk tugas mata kuliah Seminar Manajemen Pemasaran
Program Studi S1 Manajemen FEB Unpad
Dosen:
Popy Rufaidah, SE., MBA., PhD.
Disusun oleh:
KELOMPOK 10
Dilla Naufilla N 120310130039
Resya Octaviani 120310130015
Arta Dewadrajad Herisputra 120310130093
Faisal Abdi Khairin 120310130067
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2016
(..)
Foto
(..)
Nilai Presentasi
Anggota Kelompok
Individu
Nama: Dilla Naufilla N
NPM: 120310130039
No HP: 082217491854
Email: dillanaufilla@gmail.com
Nama: Resya Octaviani
NPM: 120310130015
No HP: 08112229504
Email:octavianiresya@gmail.com
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kepada Allah SWT atas berkat
rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini
sebagai salah satu tugas untuk memenuhi mata kuliah seminar manajemen
pemasaran dengan judul APPLICATION OF BRAND EQUITY MEASURES
IN SERVICE MARKET (Studi Kasus pada Bank Negara Indonesia di Kota
Bandung).
Penulis ingin mengutarakan rasa terima kasih kepada seluruh pihak yang
terlibat dalam menyusun makalah penelitian ini, khususnya kepada:
1. Ibu Popy Rufaidah, SE., MBA., PhD. sebagai dosen pembimbing
dalam mata kuliah seminar manajemen pemasaran atas segala
masukan dan bimbingannya selama ini.
2. Para pihak yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian
ini.
3. Teman - teman manajemen angkatan 2013 atas segala dukungannya
selama ini.
4. Dan pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu per
satu.
Demikian kata pengantar ini dapat disampaikan, semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat kepada semua pihak yang membacanya.
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PENILAIAN................................................................................i
KATA PENGANTAR..................................................................................ii
2
DAFTAR GAMBAR..................................................................................iv
BAB I...........................................................................................................1
PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah.................................................................1
1.2
Rumusan Masalah..........................................................................3
1.3
Tujuan Penulisan............................................................................3
1.4
Manfaat Penulisan..........................................................................4
BAB II..........................................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................5
2.1 Merek (Brand)................................................................................5
2.2
2.2.1
2.2.2
2.2.3
2.2.4
2.3
Jasa (Service)................................................................................13
2.4
Bank..............................................................................................14
BAB III......................................................................................................15
METODOLOGI PENELITIAN.................................................................15
3.1 Objek Penelitian...........................................................................15
3.2
3.3
3.4
3.5
Operasionalisasi Variabel.............................................................16
3.6
3.6
3.6
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................31
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2 1 The Awareness Pyramid by Aaker (1991, p.59).......................7
Gambar 2 2 The Value of Brand Associations Aaker (1991, p.96)..............8
Gambar 2 3 The Value of Perceived Quality Aaker (1991, p.77)................9
Gambar 2 4 The Loyalty Pyramid Aaker (1991, p.42)...............................11
Gambar 3 1 Tahap-tahap dalam SEM
DAFTAR TABEL
Tabel 3 1 Operasional Variabel Consumer Based Brand Equity................16
Tabel 3 2 Parameter Keabsahan Uji Validitas (Pearson Correlation)........22
Tabel 3 3 Notasi LISREL...........................................................................25
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
teknologi memberikan dampak pada persaingan pasar semakin kompetitif di Indonesia maupun
global, perusahaan dituntut untuk memiliki daya saing yang kuat diantara berbagai bidang usaha.
Demikian halnya dalam bidang perbankan, tak terhindarkan dari kompetisi antar bank.
Persaingan yang sangat ketat ini menuntut bank-bank untuk senantiasa melakukan inovasi
produk agar dapat tetap bertahan di industri perbankan.
Berdasarkan data Statistik Perbankan Indonesia bulan agustus 2016 yang diterbitkan oleh
Otoritas Jasa Keuangan jumlah bank umum ada 118 dan terdapat 1,634 bank perkreditan rakyat.
Devlin (1998) Menitikberatkan bahwa pencitraan merek adalah hal yang penting untuk bidang
jasa, dan merek itu memainkan peran khusus dalam pemasaran pada semua bidang jasa,
termasuk perbankan dan lembaga keuangan. (Pinar et al 2016, p.530). Dengan demikian,
menjadi hal yang penting untuk lembaga jasa keuangan, termasuk bank, untuk mengembangkan
merek yang kuat agar tidak hanya untuk bertahan, tapi juga untuk tumbuh dan berkembang di
situasi persaingan yang menantang (Pinar et al 2016). Suatu merek sebagai aset yang memiliki
pengaruh besar yang dapat menggambarkan nilai dari suatu perusahaan, oleh sebab itu
perusahaan harus cermat dalam membangun dan mengelolanya (Aaker 1996 dalam Pinar et al
2014, p.1). Dalam hal ini, yang menggambarkan nilai dari suatu perusahaan adalah konsumen.
Kotler dan Keller (2006 dalam Pinar et al 2014, p.1) suatu merek dapat merepresentasikan
persepsi dan perasaan dari konsumen tentang produk dan performanya. Merek merupakan suatu
logo, simbol atau nama yang dikaitkan dengan produk. Suatu merek yang memiliki pengaruh
pada pembelian atau persepsi dari konsumen terhadap suatu produk biasa disebut dengan brand
equity (DeVault 2016). Koththagoda mengatakan brand equity dianggap sebagai konsep yang
sangat penting dalam praktik bisnis dan juga dalam penelitian akademis karena marketers dapat
meningkatkan keunggulan kompetitif dari pada suatu merek (2016, p.1). Dalam Koththagoda
(2016, p.1) terdapat pernyataan bahwa tingkat brand equity yang tinggi diketahui menyebabkan
1
preferensi konsumen yang tinggi dan juga niat untuk membeli (Cobb-Walgren et al., 1995)
demikian juga tingkat pengembalian saham yang tinggi (Aaker and Jacobson, 1994). Dalam
Krishnan & Hartline (2001, p. 330-331) terdapat pernyataan brand equity lebih penting untuk
bidang jasa karena didominasi oleh atribut experience dan atribut credence (Bharadwaj et al.
1993), dimana atribut experience, seperti kesenangan, emosi atau nilai dari hiburan, dimana
karakter produk baru bisa dibedakan dan dievaluasi hanya setelah melakukan pembelian atau
saat mengonsumsi. Pada atribut credence, karakter produk tidak bisa ditentukan dan dievaluasi
oleh konsumen meskipun setelah pembelian atau saat mengkonsumsi (Darby and Karni 1973).
Di dalam Laporan Tahunan Bank Negara Indonesia tahun 2015 yang akan dibahas
didalam paragraf ini, dapat diketahui bahwa Bank Negara Indonesia yang selanjutnya akan
disingkat BNI merupakan salah satu bank milik pemerintah dan sebagai bank pertama yang
dimiliki Pemerintah Indonesia yang didirikan pada tahun 1946 untuk mengatur pengeluaran dan
peredaran mata uang Rupiah yang kemudian diubah statusnya menjadi bank umum pada tahun
1955. Kegiatan usaha BNI dibagi menjadi beberapa segmen usaha yaitu Perbankan Bisnis yang
melayani para nasabah di segmen korporasi, menengah dan kecil, kemudian Perbankan
Konsumer yang fokus kepada nasabah ritel atau masyarakat umum seperti produk kredit
consumer, simpanan nasabah dan berbagai jaringan elektronik serta adanya layanan untuk
nasabah prioritas yang disebut dengan BNI Emerald. Saat ini BNI menyediakan lebih dari
16.000 terminal ATM di berbagai lokasi di seluruh Indonesia. Dan kemudian yang terakhir
adalah Perbankan Internasional dan Tresuri Perbankan Internasional memberikan layanan
terlengkap dan menyeluruh bagi nasabah yang berkepentingan dengan perdagangan
internasional. Sebagai satu-satunya bank yang dapat beroperasi secara penuh di beberapa negara,
BNI didukung oleh 6 (enam) Kantor Cabang Luar Negeri yaitu Singapura, Tokyo, Hong Kong,
London, New York, dan Seoul serta satu sub cabang di Osaka dan lebih dari 1.600 jaringan bank
koresponden di 104 negara.
Dengan memerhatikan pemaparan bahwa banyaknya jumlah bank yang ada di Indonesia,
ditambah dengan dampak globalisasi, perdagangan bebas dan perkembangan teknologi
menyebabkan semakin ketatnya kompetisi di industri perbankan. BNI perlu mengetahui
pengukuran dari brand equity untuk meningkatkan keunggulan kompetitif dari merek BNI itu
sendiri. Karena suatu merek yang memiliki brand equity yang tinggi berbanding lurus dengan
2
preferensi dan minat untuk menabung yang tinggi dari nasabah. Sehingga penulis tertarik untuk
melakukan penelitian yang berjudul Analisis Elemen-Elemen Brand Equity pada Pasar Jasa
(Studi Kasus Nasabah Bank Negara Indonesia di Kota Bandung.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian umum diatas, masalah yang akan dirumuskan yaitu:
1. Bagaimana tingkat brand awareness Bank Negara Indonesia di Kota Bandung ?
2. Bagaimana tingkat brand association Bank Negara Indonesia di Kota Bandung ?
3. Bagaimana tingkat perceived quality Bank Negara Indonesia di Kota Bandung ?
4. Bagaimana tingkat brand loyalty Bank Negara Indonesia di Kota Bandung ?
5. Elemen-elemen brand equity manakah yang berpengaruh pada pembentukan brand
equity Bank Negara Indonesia di Kota Bandung ?
1.3
Tujuan Penulisan
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dijelaskan di atas, tujuan penelitian ini
dimaksudkan untuk:
1. Mengetahui tingkat brand awareness Bank Negara Indonesia di Kota Bandung.
2. Mengetahui tingkat brand association Bank Negara Indonesia di Kota Bandung.
3. Mengetahui tingkat perceived quality Bank Negara Indonesia di Kota Bandung.
4. Mengetahui tingkat brand loyalty Bank Negara Indonesia di Kota Bandung.
5. Menganalisis elemen-elemen brand equity yang berpengaruh pada pembentukan brand
1.4
Manfaat Penulisan
Penelitian ini pada nantinya diharapkan dapat memberikan manfaat kepada :
1. Bagi Pihak Bank Negara Indonesia
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan mengenai brand
equity BNI di Kota Bandung.
2. Bagi pembaca
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan menjadi bahan referensi dalam
melakukan kajian dan penelitian terkait.
3. Bagi penulis
Penelitian ini dapat memperkaya ilmu dan wawasan mengenai brand equity, khususnya pada
sektor perbankan. Juga sebagai sarana untuk mengaplikasikan teori-teori yang diperoleh selama
masa perkuliahan, khususnya ilmu manajemen pemasaran, serta sebagai bekal di masa depan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Merek (Brand)
Merek adalah nama dan atau simbol yang bersifat membedakan (seperti sebuah logo, cap
atau kemasan) untuk mengidentifikasikan barang atau jasa dari seorang penjual atau kelompok
4
penjual tertentu, serta membedakannya dari barang atau jasa yang dihasilkan para pesaing
(Aaker 1991, p.20).
2.2
a brand, its name and symbol, that add to or subtract from the value provided by a product or
service to a firm and/or to that firms customers. Berdasarkan definisi tersebut dapat
diterjemahkan brand equity adalah seperangkat asset dan liabilitas merek yang berkaitan dengan
suatu merek, nama dan simbolnya yang menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh
sebuah barang atau jasa kepada perusahaan atau para pelanggan. Definisi terebut juga didukung
oleh jurnal penelitian dari (Rodrigues 2016, p.5; Pappu et al 2005, p.144; Koththagoda 2016, p.
98).
Amraoui & Morales (2006) mendefinisikan brand equity sebagai hasil dari gabungan
aktivitas pemasaran yang terarah dari perusahaan sehingga konsumen mengasosiasikan gagasan
ide dan citra yang baik dan hal itu membangun suatu persepsi, seperti sikap yang positif tentang
suatu merek (Rodrigues 2016, p. 6). Yoo & Donthu (2001) menyatakan brand equity adalah
jawaban yang berbeda dari konsumen diantara suatu brand dengan suatu produk tanpa merek,
dimana keduanya sama-sama memiliki rangsangan pemasaran dan atribut-atribut. Aaker (1991)
mengusulkan bahwa model dimensi brand equity meliputi empat dimensi yaitu brand loyalty,
brand awareness, perceived equity, dan brand association. (Azadi et al 2015, p. 68). Kemudian
dengan menggabungkan konsep brand equity dari peneliti terkini menurut Aaker (1991) and
Keller (1993) berdasarkan kepada persepsi konsumen kedalam 4 dimensi consumer-based brand
equity dengan urutan brand awareness, brand associations, perceived quality dan brand loyalty
(Pappu et al 2005, p.145).
2.2.1
Aaker (1996 dalam Kazemi & Touli 2013, p.22) mengemukakan bahwa brand awareness
represents the strength of the brands presence in the mind of the target audience along a
continuum.
Kotler & Keller (2006) juga mendefinisikan brand awareness sebagai kemampuan
konsumen untuk mengidentifikasi suatu merek dalam setiap kondisi yang berbeda, sebagai
cerminan dari kinerja brand recognition dan brand recall dari merek (Dib & Alhaddad 2014, p.
184).
Dalam jurnal Dib & Alhaddad (2014, p. 184) menyatakan langkah pertama dalam
membangun brand equity adalah dengan menciptakan brand awareness (Aaker, 1991) dan
brand awareness adalah sumber dari brand equity (Tong and Hawley 2009). Aaeker (1991, p.59)
mengklasifikasikan tingkat brand awareness dapat digambarkan sebagai suatu piramida seperti
berikut :
p.59)
merek dalam ingatan. Aaker (1996) menyatakan konsep brand awareness harus mendahului
brand associations (Lee & Leh 2011, p.3). Menurut Keller (1998 dalam Severi & Ling 2013, p.
127), brand association dapat tercipta melalui asosiasi dari masing-masing sikap, atribut dan
manfaat dari merek.
Berdasarkan Heydari et al (2016, p.107) associate the brand can be 5 acres two ways
have an impact on brand equity: helping to process information, differentiation / positioning a
reason to buy the brand, motivation and positive feel to be spreading.
keunggulan suatu produk atau jasa (Aaker 1991, p.77) dan segala keunggulan yang pada
akhirnya memotivasi pelanggan untuk membeli suatu produk (Aaker and Jacobson, 1994 dalam
Lee & Leh 2011, p.3)
2.2.4
customer has to a brand. Oliver (1999 dalam Tabaku & Zerellari 2015, p.94) menyatakan brand
loyalty is a deeply held commitment to re buy or re patronize a preferred brand consistently in
the future, thereby causing repetitive same brand or same brand set purchasing, despite
situational influences and marketing efforts having the potential to cause switching behavior.
brand loyalty adalah sikap memegang teguh komitmen untuk kembali membeli atau terus
berlangganan pada merek yang disukai secara konsisten dimasa yang akan datang, sehingga
menyebabkan pengulangan yang sama pada merek atau penetapan pembelian merek yang sama,
meskipun pengaruh situasi dan usaha pemasaran memicu perilaku berpindah.
1. Switcher (Berpindah-Pindah)
10
Pelanggan yang berada pada tingkat loyalitas ini dikatakan sebagaivpelanggan yang
berada pada tingkat paling dasar. Semakin tinggi frekuensi pelanggan untuk
memindahkan pembeliannya dari suatu merek ke merek-merek yang lain
mengindikasikan mereka sebagai pembeli yang sama sekali tidak loyal atau tidak
tertarik pada merek tersebut. Pada tingkatan ini merek apapun mereka anggap
memadai serta memegang peranan yang sangat kecil dalam keputusan pembelian.
2. Habitual Buyer (Pembeli Yang Bersifat Kebiasaan)
Pembeli yang berada pada tingkat ini dapat dikategorikan sebagai pembeli yang puas
dengan merek produk yang dikonsumsikannya atau setidaknya mereka tidak
mengalami ketidakpuasan dalam mengkonsumsi merek produk tersebut. Pembeli
membeli suatu merek didasarkan atas kebiasaan mereka selama ini.
11
Jasa (Service)
Pengertian jasa menurut Kotler & Keller (2012, p. 356) merupakan setiap tindakan atau
kinerja yang ditawarkan oleh satu pihak ke pihak lain yang secara prinsip tidak berwujud dan
tidak menyebabkan perpindahan kepemilikan. Kotler & Keller (2012, p. 356) menyatakan bahwa
a good part of the business sector, with its airlines, banks, hotels, insurance companies, law
firms, management consulting firms, medical practices, motion picture companies, plumbing
repair companies, and real estate firms, is in the service business. Pernyataan tersebut
menjelaskan bahwa sektor perbankan termasuk kedalam bidang usaha jasa.
Kotler & Keller (2012, p. 356-361) membedakan 4 karakter dalam bidang jasa sebagai
berikut :
1. Tak Berwujud (Intangibility)
Tidak seperti barang, jasa tidak dapat dilihat, dicicipi, dirasakan, didengar atau
dihirup aromanya sebelum konsumen membelinya.
2. Tak Terpisahkan (Inseperability)
Dalam bidang jasa, proses produksi dan proses konsumsi dilakukan secara
bersamaan.
3. Bervariasi (Variability)
Kualitas dari jasa tergantung pada siapa yang menyediakannya, kapan, dimana
dan untuk siapa. Penyedia jasa dalam sektor usaha yang sama bahkan dapat
memberikan layanan yang berbeda.
4. Tidak Dapat Disimpan (Perishability)
12
Jasa tidak dapat disimpan atau dengan kata lain di simpan di gudang, sehingga
sifat perishability itu menjadi masalah pada permintaan yang berfluktuasi.
2.4
Bank
Didalam UU No. 10 Tahun 1998 Pasal 1 ayat 2 terkandung pengertian bahwa bank adalah
badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam
rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
13
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah PT Bank Negara Indonesia Tbk. yang bergerak di sektor jasa
khusunya di jasa perbankan. Bank BNI dipilih sebagai objek penelitian ini karena untuk
mengukur elemen-elemen dari brand equity berdasarkan pandangan kosumen atau disebut
nasabah dalam bank. Penelitian ini mengukur elemen-elemen manakah yang memiliki pengaruh
3.2
mahasiswa aktif Bank Negera Indonesia. Lokasi penelitian yaitu dengan menyebarkan kuisioner
online ke kerabat yang merupakan penduduk Bandung dan juga penyebaran kuisioner offline di
Kantor Wilayah BNI Bandung yang dapat merepresentasikan nasabah aktif BNI di Bandung dan
beberapa ATM BNI yang ada di sekitar Bandung. Pemilihan lokasi dilakukan dengan secara
purposive sampling yaitu pengambilan sampel secara sengaja sesuai dengan persyaratan sampel yang
diperlukan dengan menggunakan kuisioner online dan kuisioner offline. Penelitian dilapangan
dilaksanakan pada bulan November 2016.
3.3
primer merupakan data kualitatif yang dikuantitatifkan dengan menggunakan skala yang
diperoleh dari hasil survei yang dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner offline dan
online. Data sekunder diperoleh dari berbagai literatur pada penelitian terdahulu, perpustakaan,
dan tulisan-tulisan yang berkaitan dengan topik yang diteliti, serta jurnal-jurnal pemasaran.
14
3.4
3.5
Operasionalisasi Variabel
15
Variable
Brand Equity
Aaker (1991,
p.26) brand
equity is a set
of
brand
assets
and
liabilities
linked to a
brand,
its
name
and
symbol, that
add to or
subtract from
the
value
provided by a
product
or
service to a
firm and/or to
that
firms
customers.
Definisi
terebut juga
didukung oleh
jurnal
penelitian dari
(Rodrigues
2016,
p.5;
Pappu et al
2005, p.144;
Koththagoda
2016, p. 98).
Dimensi
Indikator
Brand
Awareness
Aaker
(1991,
p.58)
brand
awareness is the
ability of a
potential buyer
to recognize or
recall that a
brand
is
a
member of a
certain product
category.
Kotler &
Keller
(2006)
juga
mendefinisikan
brand
awareness
sebagai
kemampuan
konsumen untuk
mengidentifikas
i suatu merek
dalam
setiap
kondisi
yang
berbeda, sebagai
cerminan dari
kinerja brand
recognition dan
brand
recall
dari merek (Dib
&
Alhaddad
2014, p. 184).
Brand
Association
Aaker
(1991,
p.96)
brand
association
adalah
segala
hal
yang
berkaitan
tentang merek
dalam ingatan.
Menurut
Keller
(1998
dalam Severi &
Ling 2013, p.
127),
brand
association
Top of Mind
Item
Brand Recall
Brand Recognition
Help
Process/Retrieve
Information
Differentiation/Posi
tion
16
3.6
hasil input dari kuesioner untuk melakukan Analisis Frekuensi, Analisis Validitas, Analisis
Reliabilitas, dan Uji Normalitas. Sedangkan untuk melihat pengaruh masing-masing dimensi
terhadap variabel laten, digunakan software LISREL 8.8 dengan metode analisis SEM. Data
yang sudah diinput kedalam masing-masing software akan diolah dengan beberapa metode
analisis yang dapat menjadi data acuan dalam penentuan keputusan dalam penelitian. Metode
analisis yang digunakan adalah sebagai berikut:
Analisis Frekuensi
Dalam Modul Praktikum Sistem Informasi Pemasaran tahun 2015 terdapat penjelasan
bahwa analisis frekuensi digunakan untuk mengetahui frekuensi jawaban responden atas setiap
pertanyaan.
Analisis Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu
instrument (Mawadati 2015, p.37). Dalam Modul Praktikum Sistem Informasi Pemasaran tahun
2015 terdapat penjelasan mengenai validitas sebagai berikut, analisis ini digunakan untuk
mengetahui sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi
ukurnya. Dalam arti lain analisis ini untuk melihat hubungan item pertanyaan (alat ukur) dengan
sebuah variable. Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau tidaknya suatu kuesioner.
Suatu kuesioner dikatakan valid jika pernyataan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan
sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Untuk mengetahui validitas setiap item
pertanyaan dalam kuesioner, dapat dilihat pada tabel keputusan mengenai validitas di bawah ini:
17
Keputusan Validitas
Keterangan
r=+
Valid
r 0.30
Valid
r+
Tidak valid
r < 0.30
Tidak valid
Analisis Reliabilitas
Dalam Mawadati (2015, p.37) menyatakan uji realibilitas adalah indeks yang
menunjukkan sejauh mana alat ukur itu dapat diandalkan atau dipercaya. Menurut Mahardika
(2010 dalam Mawadati 2015, p.37) Reliabilitas adalah suatu nilai yang menunjukkan konsistensi
suatu alat pengukur didalam mengukur gejala yang sama. Setiap alat pengukur memiliki
kemampuan untuk memberikan hasil pengukuran yang konsisten.
Maholtra (2010:319) menyatakan bahwa metode cronbachs alpha diukur berdasarkan
skala cronbachs alpha 0 sampai 1. Menurut Kaplan dan Saccuzzo (2005:123) dinyatakan bahwa
sekumpulan pertanyaan untuk mengukur suatu variabel dikatakan reliabel dan berhasil mengukur
variabel tersebut jika koefisien reliabilitasnya lebih dari atau sama dengan (>) 0.7. Maholtra
(2010:319-320) mengungkapkan bahwa interpretasi nilai alpha sebagai berikut:
3.6
19
satu faktor laten memiliki beberapa indikator, dimana indikator-indikator tersebut dapat dikur
secara langsung. Tetapi apabila indikator-indikator tersebut tidak dapat diukur secara langsung
maka memerlukan beberapa indikator lain yang disebut Second Order Confirmatory Factor
Analysis. Namun, untuk teknik interpretasi hasil data tetap sama dengan teknik interpretasi First
Order Confirmatory Analysis.
Tabel 3 3 Notasi LISREL
3.6
lengkap dari sekelompok konstruk (construct) yang berbentuk oval dan sekelompok
indikator/observasi yang berbentuk persegi (dalam SEM). Garis lurus dengan panah
menunjukkan bahwa variabel sumber panah adalah variabel independen dan variabel yang
dikenai panah adalah variabel dependen.
2. Menterjemahkan Diagram Jalur (Path Diagram) ke dalam Persamaan
Dalam Simbolon (2008:44), teknik di dalam pembentukan persamaan dalam
model SEM secara umum terbagi menjadi dua, yaitu :
21
22
23
Keterangan :
Variabel Brand Equity (ekuitas merek) terdiri dari empat variabel Laten:
1. Asosiasi Merk (Brand Associations) terdiri atas dua variabel indikator.
X11 = Thoughts
X12 = Ideas
2. Kesadaran Merek (Brand Awareness) terdiri atas dua variabel indikator.
X21 = Recognize
X22 = Recall
3. Perceived Quality terdiri atas satu variabel indikator.
X31 = Overall Excellence or Superiority
4. Brand Loyalty terdiri atas satu variabel indikator.
X41 = Rebuy or Repatronize
24
25
DAFTAR PUSTAKA
28