You are on page 1of 3

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pleksus brachialis merupakan pangkal dari serabut-serabut saraf yang berasal dari
medulla spinalis C5-Th 1, dan mempersarafi ekstremitas superior. Pleksus brakialis (plexus
brachialis) juga merupakan pleksus saraf somatik dibentuk oleh intercommunications antara
rami ventral (akar) dari saraf serviks 4 lebih rendah (C5-C8) dan saraf dada pertama (T1).
Lesi pada pleksus brachialis dapat diklasifisikasikan sesuai dengan derajat kerusakan saraf
dan secara anatomi dibagi menjadi cedera pleksus brachialis atas dan bawah. Pleksus
brakialis merupakan sumber penting nyeri bahu dan lengan.
Trauma berkekuatan tinggi pada ekstremitas atas dan leher bias menyebakan berbagai
cidera pada Plexus Brachialis. Yang paling sering adalah cedera traksi/tarikan. Selain itu juga
bisa karena penekan anantara klavikula dan costa pertama, luka tertembus, atau hantaman
langsung. Cidera ini mungkin tidak akan segera disadari karena dihalangi cidera lain,
terutama cidera pada medulla spinalis dan kepala. Cidera seperti ini biasanya sangat
mengancam kualitas hidup penderita karena sering kali terjadi kehilangan fungsi-fungsi
ekstremitas atas yang sangat penting. Tapi dengan pembedahan rekonstruksi untuk memper
baiki cidera ini, kehilangan fungsi itu bisa diatasi.
Pleksus brachialis injury dapat menyebabkan disabilitas fisik yang berat. Lesi ini
dapat menyebabkan hilangnya kemampuan fungsional anggota gerak atas, nyeri yang
mengganggu, stress

psikologis,

kesulitan

sosioekonomi dan

mengurangi

kualitas

hidup pasien secara umum.


Pleksus brakhialis injury dapat terjadi pada bayi maupun dewasa. Prevalensi tertinggi
pada usia dewasa muda 19 34 tahun dengan angka kejadian pada laki laki sebesar 89%.
Penyebab tersering cedera pleksus brachialis adalah trauma. Pada bayi, cedera biasanya
terjadi selama proses persalinan. Sedangkan pada orang dewasa dapat disebabkan oleh
berbagai mekanisme, meliputi luka tembus, terjatuh, serta kecelakaan kendaraan bermotor.
Seringkali trauma yang terjadi berupa trauma multipel. Pasien mungkin juga
menderita cedera yang lain seperti trauma skeletal atau traumatik brain injury yang
memerlukan tambahan upaya spesifik dalam proses rehabilitasinya untuk masalah ini.
Penatalaksanaan pasien dengan cedera pleksus brakhialis merupakan masalah
kompleks yang memerlukan kerjasama yang erat dari sebuah tim terdiri dari dokter-dokter
ahli dari bagian yang berbeda dan diperlukan juga kolaborasi dengan bidang lain seperti dari

bagian rehabilitasi medik. Pasien yang tidak mendapatkan penanganan yang tepat dapat
memperburuk kondisinya, dengan adanya kontraktur sendi, subluksasi sendi bahu serta
bertambahnya kelemahan dan atrofi otot akibat disuse.
B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana anatomi dan fisiologi plexus brachialis?
b. Bagaimana etiologi dan gejala klinis dari plexus brachialis injury?
c. Bagaimana pemeriksaan yang dilakukan pada pasien plexus brachialis injury?
d. Bagaimana penatalaksanaan pasien dengan plexus brachialis injury?
C. Tujuan
a. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi plexus brachialis.
b. Untuk mengetahui etiologi dan gejala klinis dari plexus brachialis injury.
c. Untuk mengetahui pemeriksaan yang dilakukan pada pasien plexus brachialis
injury.
d. Untuk mengetahui penatalaksanaan pasien dengan plexus brachialis injury.
D. Manfaat
Memberi pengalaman belajar dan pengetahuan dalam melakukan penulisan
referat mengenai plexus brachialis injury dengan penatalaksaan dalam bidang
rehabilitasi medik.

BAB IV
KESIMPULAN
Cedera pleksus brakhialis mengakibatkan penurunan kemampuan fisik seorang
pasien. Lesi ini dapat berakibat hilangnya fungsi, nyeri yang mengganggu, stres psikologis
yang merugikan pasien secara finansial dan mengurangi kualitas hidup pasien secara umum.
Rehabilitasi pasien dengan cedera pleksus brakhialis memerlukan kerjasama yang erat dari
sebuah tim terdiri dari dokter-dokter ahli dari bagian yang berbeda dan diperlukan juga
kolaborasi dengan bidang lain seperti okupasional terapis, fisioterapis, psikolog, pekerja
sosial dan konselor vokasional. Strategi rehabilitasi harus disusun secara khas dan spesifik
untuk tiap-tiap pasien, dan hal ini hanya bisa dilakukan setelah dilakukan evaluasi
menyeluruh kondisi pasien

You might also like