Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
Azamat Agus S.
G99151049/ A-16
Miftah Nurizzahid P.
G99151050/ A-17
Pembimbing:
dr. Endang Dewi Lestari, Sp.A(K), MPH
HALAMAN PENGESAHAN
Presentasi kasus ini disusun untuk memenuhi persyaratan kepaniteraan klinik
Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret / RSUD
Dr,. Moewardi. Presentasi kasus dengan judul:
Hari/tanggal
Januari 2016
Oleh:
Azamat Agus S.
G99151049/ A-16
Miftah Nurizzahid P.
G99151050/ A-17
BAB I
STATUS PASIEN
A.
IDENTITAS PASIEN
Nama
: An. R
Tanggal lahir
: 15 November 2005
Usia
: 10 tahun 2 bulan
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Alamat
: Jatikuwung, Karanganyar
BB
: 25 kg
TB
: 128 cm
Tanggal masuk
: 8 Januari 2015
: 01325808
ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
Demam 5 hari sebelum masuk rumah sakit.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
I
Minggu 02.30
II
Senin
III
Selasa
IV
rabu
V
Kamis
VI
VI
Jumat
: disangkal
: disangkal
Riwayat mondok
: disangkal
: disangkal
keluhan serupa dalam jangka waktu sebulan ini. Tetangga pasien dirawat
dengan diagnosis demam berdarah, Pasien dan keluarganya tinggal dekat
dengan sawah dan perkebunan.
9. Status Imunisasi
Jenis
0
I
II
III
IV
Hepatitis B 0 bulan
2 bulan
3 bulan
4 bulan
Polio
0 bulan
2 bulan
3 bulan
4 bulan
BCG
1 bulan
DPT
2 bulan
3 bulan
4 bulan
Campak
9 bulan
Kesan : imunisasi dasar telah lengkap sesuai jadwal Depkes
ASI diberikan sejak lahir sampai 2 tahun. Pada usia 2 bulan pasien
sudah mulai diberikan makanan tambahan berupa bubur halus. Saat ini
pasien makan 3x sehari dengan lauk pauk: nasi, tempe,tahu, telur, dan
daging secara bergantian. Pasien makan dengan porsi dewasa dan selalu
habis.
Kesan : kualitas dan kuantitas asupan gizi cukup.
11. Riwayat Sosial
Pasien merupakan anak pertama dari Tn T yang bekerja sebagai
wiraswasta, sedangkan ibu pasien bekerja sebagai karyawan pabrik.
Ayah Ibu pasien merupakan suku jawa. Ayah, Ibu, dan pasien beragama
Islam. Pasien memeriksakan diri ke RSDM menggunakan layanan BPJS.
12. Pohon Keluarga
I
II
Tn.T, 42 th
Ny.S, 38 th
III
An. R, 10 th
C.
PEMERIKSAAN FISIK
1. KeadaanUmum
Sikap / keadaan umum
Derajat kesadaran
Status gizi
: baik
2. Tanda vital
BB
: 25 kg
TB
: 128 cm
TD
: 100/60 mmHg
SiO2
: 99%
Nadi
: 94 x/menit, reguler
Pernafasan
: 22 x/menit, reguler
Suhu
P3<BB/U<P10(wasted)
P3<TB/U<P10 (stunted)
bening tidak
membesar
10. Toraks
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: sonor/sonor
Auskultasi
suara
dasar:
vesikuler
(+/+),
suara
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
11. Abdomen
Inspeksi
: timpani
Palpasi
12. Ekstremitas
Akral dingin
edema
ADP Kuat
CRT < 2 detik
Uji Torniquet (+) (Rumple leed)
Petekie (-)
D.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan
8/1/16
HEMATOLOGI RUTIN
Hemoglobin
14.0
Hematokrit
40.0
Leukosit
6.2
Eritrosit
4.96
Trombosit
21
Satuan
Rujukan
g/dl
%
ribu/ul
juta/ul
ribu/ul
10.8 15.6
33 45
4.5 14.5
3.80 - 5.80
150 450
INDEX ERITROSIT
MCV
80.9
MCH
28.2
MCHC
34.9
RDW
11.9
PDW
18
HITUNG JENIS
Eosinofil
5.00
Basofil
0.00
Neutrofil
14.00
Limfosit
77.00
Monosit
4.00
Golongan darah
B
Kesan:1. Hemokonsentrasi
/um
Pg
g/dl
%
%
80.0 - 96.0
28.0 - 33.0
33.0 - 36.0
11.6 - 14.6
25-65
%
%
%
%
%
04
01
29 72
33 48
06
2. Hematokrit meningkat
3. Trombositopenia
E.
RESUME
Pasien mengeluhkan demam sejak 5 hari sebelum masuk rumah
sakit. Demam dirasakan terus-menerus tidak turun setelah diberi obat.
Pasien juga sempat mengeluhkan nyeri kepala, nyeri otot, dan nyeri
pada kedua mata. Pasien tidak mengeluhkan mual muntah, tidak
ditemukan batuk, pilek, keluar cairan dari telinga, mimisan, dan gusi
berdarah, serta BAB dan BAK tidak ada keluhan. Pasien kemudian
dibawa periksa ke bidan setempat dan diberi obat penurun demam.
Karena keluhan tidak kunjung berkurang, 2 hari sebelum masuk
rumah sakit, pasien dibawa ke puskesmas kemudian dirawat inap serta
9
DAFTAR MASALAH
1. Demam mendadak 5 hari, tidak ada muntah, tidak ada gusi berdarah
2. Nyeri kepala,nyeri kedua mata, nyeri otot
3. Edema palpebra
4. Hepatomegali
5. Riwayat tetangga dirawat dengan demam dengue
6. Uji tourniquet (+)
7. Hemokonsentrasi, trombositopenia
G.
DIAGNOSIS BANDING
1. Dengue hemorrhagic fever derajat 1 dd dengue fever, infeksi virus
10
DIAGNOSIS KERJA
1. Dengue hemorrhagic fever derajat I
2. Gizi baik, wasted, normoheight (antropometri)
I.
PENATALAKSANAAN
1. Rawat inap di bangsal infeksi anak
2. Diet nasi lauk 2000kkal/hari
3. Infus asering (5ml/kgBB/jam) ~ 125 ml /jam
4. Paracetamol 3 x 250mg per oral
J.
PLAN
1. darah lengkap
2. Urin dan feces rutin
3. Ig G, Ig M anti dengue
K.
MONITORING
Keadaan umum, tanda vital, balance cairan dan diuresis tiap 8 jam.
L.
EDUKASI
1. Mengenai penyakit pasien.
2. Mengenai pengobatan dan kesembuhan pasien.
M.
PROGNOSIS
Ad vitam
: bonam
Ad sanam
: bonam
Ad fungsionam : bonam
11
N. FOLLOW UP
1. Follow up status pasien
Follow
up
S
O
Tanda
Vital
Kepala
Telinga
Mata
Hidung
Mulut
Tenggor
ok
Thorax
Cor
Pulmo
Abdom
en
09/9/15
10/9/15
Plan
Monitori
ng
- KUVS/TD 8 jam
- Balance cairan, diuresis setiap 8
jam
- Awasi tanda-tanda perdarahan
dan syok
Hasil Ig G, Ig M anti dengue:
Ig G(+), Ig M (+)
- KUVS/TD 8 jam
- Balance cairan, diuresis setiap 8
jam
- Awasi tanda-tanda perdarahan
dan syok
- Pasien pada hari minggu tanggal
10 januari 2016 pukul 10.00
pasien diperbolehkan pulang
MCV
MCH
MCHC
RDW
INDEX ERITROSIT
81.2
83.3
27.6
26.8
34.0
32.2
12.1
13.4
Satuan
Rujukan
g/dl
%
ribu/ul
juta/ul
ribu/ul
10.8 15.6
33 45
4.5 14.5
3.80 - 5.80
150 450
/um
Pg
g/dl
%
80.0 - 96.0
28.0 - 33.0
33.0 - 36.0
11.6 - 14.6
13
PDW
19
17
HITUNG JENIS
Eosinofil
2.10
4.00
Basofil
2.50
0.00
Neutrofil
33.70
21.00
Limfosit
49.80
61.70
Monosit
11.90
8.50
Golongan darah
B
BAB II
25-65
%
%
%
%
%
04
01
29 72
33 48
06
ANALISIS KASUS
Pada pasien ini dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan demam
tinggi mendadak dan terus menerus selama lima hari tidak berkurang dengan obat
penurun panas, nyeri kepala, nyeri otot, nyeri pada kedua mata, tidak didapatkan
mual dan muntah. Selain itu pasien tidak mengeluh batuk, pilek, mimisan ataupun
gusi berdarah. Menurut pengakuan keluarga pasien, di sekitar lingkungan pasien
terdapat tetangga yang dirawat dengan demam berdarah 1 bulan terakhir ini. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan pasien dalam kondisi lemas dan adanya oedem
palpebra pada kedua mata saat pasien datang dan nyeri tekan pada perut region
hipokondriaka dekstra dan epigastrium. Menurut WHO tahun 2009 salah satu
penyakit dengan gejala klinis demam mendadak kurang dari 7 hari adalah infeksi
yang disebabkan oleh virus dengue. Infeksi dengue memiliki gejala demam tinggi
mendadak 2-7 hari. Selain itu diikuti pula dengan adanya gejala klinis lain berupa
myalgia (nyeri pada otot), arthralgia (nyeri pada sendi-sendi) , dan sakit kepala.
Pada pasien ini didapatkan beberapa gejala infeksi dengue yaitu adanya demam
tinggi mendadak kurang dari 7 hari, disertai dengan gejala klinis lain yaitu nyeri
kepala, nyeri otot dan nyeri pada kedua mata.
Pada awal perjalanan penyakit infeksi dengue terkadang susah dibedakan
dengan penyakit yang memiliki gejala klinis demam lainnya sehingga diperlukan
suatu tes yaitu uji torniket untuk menunjang diagnosis penyakit ke arah infeksi
dengue. Pada pasien ini dilakukan uji tourniquet untuk melihat apakah adanya
manifestasi kebocoran plasma yang biasanya terdapat pada infeksi dengue. Hasil
14
uji torniket pada pasien ini positif yang ditandai dengan adanya peteki pada
lengan pasien yang menunjukan adanya manifestasi kebocoran plasma. Selain uji
tourniquet dilakukan pemeriksaan fisik. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan
oedem pada palpebra kedua mata. Oedem palpebra merupakan salah satu tanda
adanya kebocoran plasma pada pasien dengan infeksi dengue. Selain oedem
palpebra ditemukan adanya nyeri tekan pada perut pasien di region hipokondriaka
dektra dan epigastrium.
Selain dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik dilakukan uji
laboratorium dengan menggunakan sample darah pasien. Hasil uji lab saat pasien
datang ke IGD menunjukkan kadar trombosit pasien yang turun dibawah 100.000
u/l yaitu 25.000 u/l. Hematokrit dan sel darah putih pasien juga mengalami
peningkatan.Penurunan trombosit dan kenaikan hematokrit pada pasien ini terjadi
akibat proses kebocoran plasma. Plasma darah yang normalnya berada didalam
pembuluh darah keluar menuju ke jaringan interstisial. Akibat keluarnya plasma
darah
menyebabkan
darah
menjadi
lebih
kental
dan
menyebabkan
dengue hemorraghic fever grade I dapat dengan memenuhi kriteria klinis dan
laboratories. Kriteria klinis dapat berupa demam tinggi mendadak, terus menerus
selama 2-7 hari, manifestasi perdarahan (setidaknya dengan uji torniket positif),
hepatomegali, dan syok. Kriteria laboratories yaitu trombositopenia < 100.000
sel/mm3 dan adanya hemokonsentrasi. Apabila terdapat 2 atau lebih tanda klinis
15
Pada
16
ini dengan berat badan 25 kg adalah 2850 ml dalam waktu 24 jam sehingga dalam
1 jam diperlukan kurang lebih 118,75 ml cairan. Selain dengan pemberian cairan
melewati infus pasien juga dianjurkan untuk minum yang cukup terutama minum
cairan yang mengandung elektrolit. Pemberian cairan harus diawasi supaya tidak
terjadi overload cairan
Pemberian obat simtomatis pada pasa pasien ini dapat diberikan antipiretik
dengan pilihan parasetamol 10-15mg/ kgBB/ kali. Berat pasien 25 kg sehingga
untuk dosis parasetamol yang diberikan sebanyak 250 mg sekali minum.
Parasetamol sebaiknya diberikan dengan interval 6 jam. Pemberian aspirin atau
golongan NSAID serta ibuprofen tidak dianjurkan karena akan memperparah
manifestasi perdarahan pada pasien.
Asupan nutris pada pasien ini dapat diperkirakan dengan menentukan
diagnosis masalaah nutrisi, menentukan kebutuhan gizi, cara pemberian, bentuk
sediaan, dan evaluasi atau pengkajian. Berdasarkan masalah nutrisi pasien
mengalami gizi baik, wasted, dan stunted. Untuk menghitung kebutuhan gizi
pasien menggunakan acuan RDA dan RDI. Berdasarkan penghitungan dengan
menentukan status gizi pasien maka pasien kurang lebih mendapatkan 2240
kkal/kg dalam 1 hari. Pasien tidak mengeluhkan kesulitan makan dan minum
sehingga pemberian kalori diberikan secara oral dengan sedian padat seperti nasi.
Untuk selanjutnya dilakukan evaluasi pemberian nutrisi.
Selama dirawat selama 3 hari di rumah sakit, dilakukan pemeriksaan dan
follow up pada pasien. Pada hari ke 3 dirawat pasien menunjukan tanda-tanda
perbaikan klinis dan laboratories. Pasien sudah tidak mengalami oedem pada
palpebra dan pasien sudah tidak demam lagi selama kurang lebih 24 jam tanpa
parasetamol. Nafsu makan pasien juga sudah membaik. Selain itu secara umm
pasien dalam keadaan umum yang baik. Selain itu hasil pemeriksaan lab pada hari
ke 3 dirawat pasien, kadar trombosit mengalami peningkatan menjadi 52.000
sel/mm3 dan penurunan hematokrit.Dengan kondisi tersebut menurut WHO 2011
pasien dapat dipulangkan ke rumah. Menurut WHO 2011 pasien dapat
dipulangkan dengan beberapa kriteria seperti tidak ada demam minimal 24 jam
tanpa anti piretik, nafsu makan membaik, perbaikan klinis yang jelas, jumlah urin
17
cukup, tidak tampak distress pernafasan yang disebakan efusi pleura atau asites,
dan jumlah trombosit > 50.000 sel/mm3 , trombosit akan kembali ke kadar normal
dalam waktu 3-5 hari.
18
Pulang
Kriteria memulangkan pasien :
1. Tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretik
2. Nafsu makan membaik
3. Secara klinis tampak perbaikan
4. Hematokrit stabil
5. Tiga hari setelah syok teratasi
6. Jumlah trombosit lebih dari 50.000/ml
7. Tidak dijumpai distress pernafasan
19
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
I. DEFINISI
Demam berdarah dengue adalah demam akut yang disebabkan oleh empat
serotype virus dengue dan ditandai dengan empat gejala klinis utama yaitu demam
yang tinggi, manifestasi perdarahan, trombositopenia, peningkatan hematokrit,
dan dapat disertai dengan atau tanpa hepatomegali. Infeksi virus dengue dapat
menyebabkan Demam Dengue (DD), Dengue Hemorrhagic Fever (DHF), dan
Dengue Shock Syndrom (DSS).2
II. ETIOLOGI
Virus dengue termasuk group B Arthropod borne virus (Arboviruses) dan
sekarang dikenal sebagai genus flavivirus, famili flaviviridae yang mempunyai 4
jenis serotype yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Infeksi dengan salah
satu serotype akan menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotype yang
bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotype yang lain. Serotipe
DEN-3 merupakan serotype yang dominan dan banyak berhubungan dengan
kasus berat.3
III. EPIDEMIOLOGI
Penyakit ini terdapat di daerah tropis, terutama di negara ASEAN dan
Pasifik Barat. Penyakit ini disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh
nyamuk Aedes, di Indonesia dikenal 2 jenis nyamuk Aedes, yaitu Aedes aegypti
dan Aedes albopictus.4
Di Indonesia DBD pertama kali dicurigai di Surabaya pada tahun 1968,
tetapi konfirmasi virologis baru diperoleh pada tahun 1970. Pada tahun 1993 DBD
telah menyebar ke seluruh provinsi di Indonesia dan endemis di banyak kota-kota
besar. Angka morbiditas rata-rata DBD di Indonesia
mencapai angka tertinggi pada tahun 1998 yaitu 35 orang per 100.000 penduduk
dengan jumlah penderita sebanyak 72.133 orang.1
20
21
22
Replikasi Virus
Agregasi Platelet
Aktivasi komplemen
Trombositopenia
Koagulopati Konsumtif
Perdarahan Hebat
Kinin
Anafilatoksin
(C3a dan C5a)
Perembesan Plasma
Shock
23
V. MANIFESTASI KLINIK
Seperti pada infeksi virus yang lain, maka infeksi virus dengue juga
merupakan suatu self limiting infecting disease yang akan berakhir sekitar 2-7
hari.4
Gambaran klinis yang terjadi diantaranya adalah sebagai berikut :
1.
Panas
DBD didahului oleh panas tinggi yang timbul mendadak dan terus
menerus dengan sebab yang tidak jelas dan hampir tidak bereaksi terhadap
pemberian antipiretik (mungkin hanya turun sedikit kemudian naik kembali).
Panas ini biasanya berlangsung 2-7 hari. Bila tidak disertai syok maka panas
akan turun dan penderita sembuh sendiri.5
24
2.
Tanda perdarahan
a.
b.
Perdarahan spontan
-
Petekie
Perdarahan gusi
Epistaksis
3. Pembesaran hepar
Hepar yang membesar pada umumnya dapat diraba pada permulaan
penyakit dan pembesaran hepar ini tidak sejajar dengan berat penyakit. Nyeri
tekan seringkali ditemukan tanpa disertai ikterus.3
4. Syok
Manifestasi syok pada anak terdiri atas :
a. Kulit pucat, dingin, dan lembab terutama pada ujung jari kaki, tangan, dan
hidung, sedangkan kuku menjadi biru. Hal ini disebabkan oleh sirkulasi
yang insufisien yang menyebabkan peninggian aktivitas simpatikus secara
reflek.
25
b. Anak yang semula rewel, cengeng, dan gelisah lambat laun kesadarannya
menurun menjadi apati, sopor, dan koma. Hal ini disebabkan kegagalan
sirkulasi serebral
c. Perubahan nadi, baik frekuensi maupun amplitudonya. Nadi menjadi cepat
dan lembut sampai tidak teraba oleh karena kolaps sirkulasi.
d. Tekanan nadi menurun menjadi 20 mmHg atau kurang
e. Tekanan sistolik anak menurun menjadi 80 mmHg atau kurang
f. Oliguria sampai anuria karena menurunnya perfusi darah yang melalui arteri
renalis.3
Untuk gambaran laboratoris biasanya kelainan hematologis yang
paling sering adalah kenaikan hematokrit 20 % atau lebih melebihi nilai
hematokrit penyembuhan, tombositopenia, leukositosis ringan, perpanjangan
waktu perdarahan dan penurunan kadar protrombin. Kadar fibrinogen
mungkin subnormal dan produk-produk pecahan fibrin naik.5
VI. DIAGNOSIS
3. Hepatomegali
4. Kegagalan sirkulasi (syok) yang ditandai dengan
-
Akral dingin
Kulit lembab
B. Kriteria Laboratoris
1. Trombositopenia (AT <100.000/ul)
2. Hemokonsentrasi ditandai dengan nilai hematokrit lebih dari atau sama
dengan 20% dibandingkan dengan masa konvalesen yang dibandingkan
dengan nilai Hct sesuai umur, jenis kelamin dari populasi.
Ditemukannya dua atau tiga patokan klinis pertama disertai
trombositopenia dan hemokonsentrasi sudah cukup untuk klinis membuat
diagnosis DBD. Dengan patokan ini, 87 % kasus tersangka DBD dapat
didiagnosis dengan tepat, yang dibuktikan oleh pemeriksaan serologis.3
Adanya efusi pleura ( X-ray thoraks atau USG) adalah bukti yang
paling
obyektif
menunjukkan
adanya
kebocoran
plasma,
sementara
27
dasar hematokrit; kenaikan hemtokrit sampai < 20% karena terapi intravena
awal.6
Mengingat derajat beratnya penyakit yang bervariasi dan sangat erat
kaitannya dengan pengelolaan dan prognosis maka WHO (1997) membagi
DBD dalam beberapa derajat setelah kriteria laboratorik terpenuhi yaitu :
Derajat I
28
IX. KOMPLIKASI
Beberapa komplikasi DBD yang perlu diwaspadai adalah :
a. Syok ringan/berat, syok berulang
b. Enselophati dengue
Terjadi akibat gangguan metabolik seperti hipoksemia, hiponatremi, atau
perdarahan. Kemungkinan juga oleh trombosis pembuluh darah otak akibat dari
koagulasi intra vaskuler yang menyeluruh.
c. Kelainan ginjal
Pada syok berat yang tidak teratasi dengan baik dapat terjadi gagal ginjal akut.
d. Efusi pleura
e. Sepsis
X. PENATALAKSANAAN
Terdapat 5 hal yang harus dievaluasi yaitu keadaan umum, renjatan,
kebocoran plasma, perdarahan terutama perdarahan gastrointestinal dan
komplikasi. Pada dasarnya terapi DBD bersifat suportif yaitu mengatasi
kehilangan cairan plasma akibat peningkatan permeabilitas kapiler dan akibat
perdarahan. Adapun penatalaksanan DBD menurut derajatnya adalah sebagai
berikut :
29
Demam tinggi, mendadak, terus-menerus, < 7 hari tidak disertai ISPA, badan l
Ada kedaruratan
Jumlah trombosit
< 100.000/ul
Rawat Inap
Rawat jalan
Jumlah trombosit
> 100.000/ulParasetamol
Kontrol tiap hari sampai demam hilang
Rawat Jalan
Minum banyak,
Parasetamol bila perlu
Kontrol tiap hari sp demam turun.
Bila demam menetap periksa Hb.Ht, Trombosit.
Perhatikan untuk orang tua pesan bila timbul tanda syok : gelisah, lemah, kaki tangan dingin, sakit perut, berat hitam,
30
Pulang
Kriteria memulangkan pasien :
8. Tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretik
9. Nafsu makan membaik
10. Secara klinis tampak perbaikan
11. Hematokrit stabil
12. Tiga hari setelah syok teratasi
13. Jumlah trombosit lebih dari 50.000/ml
14. Tidak dijumpai distress pernafasan
31
Perbaikan
Tidak gelisah
Nadi kuat
Tek Darah stabil
Diuresis cukup
(1 ml/kgBB/jam)
Ht Turun
(2x pemeriksaan)
Tetesan dikurangi
5 ml/kgBB/jam
Ht meningkat
Gelisah
Distres pernafasan
Fre. nadi naik
Ht tetap tinggi/naik
Tek. Nadi < 20 mmHg
Diuresis kurang/tidak
ada
Tetesan dinaikkan
10-15 ml/kgBB/jam
(bertahap)
Perbaikan
Evaluasi 12-24 jam
Perbaikan
Tanda vital tidak stabil
Sesuaikan tetesan
3 ml/kgBB/jam
IVFD stop setelah 24-48 jam
apabila tanda vital/Ht stabil dan
diuresis cukup
Distress pernafasan
Ht Naik
Koloid
20-30 ml/kgBB
Ht turun
Keterangan : 1 CC = 15 Tetes
Perbaikan
32
Syok teratasi
Kesadaran membaik
Nadi teraba kuat
Tekanan nadi > 20 mmHg
Tidak sesak nafas / Sianosis
Ekstrimitas hangat
Diuresis cukup 1 ml/kgBB/jam
Cairan & tetesan disesuaikan
10 ml/kgBB/jam
Lanjutkan cairan
15-20 ml/kgBB/jam
Tambahan koloid/plasma
Dekstran 40/FFP
10-20 (max 30) ml/kgBB
Koreksi Asidosis
evaluasi 1 jam
Evaluasi ketat
Tanda vital
Tanda perdarahan
Diuresis
Hb, Ht, Trombosit
Kesadaran menurun
Nadi lembut / tidak teraba
Tekanan nadi < 20 mmHg
Distres pernafasan / sianosis
Kulit dingin dan lembab
Ekstrimitas dingin
Periksa kadar gula darah
Syok teratasi
Syok belum teratasi
Ht turun
Transfusi darah segar 10
ml/kgBB
Dapat diulang sesuai kebutuhan
Ht tetap tinggi/naik
Koloid
20 ml/kgBB
X. MONITORING
Tanda vital dan kadar hematokrit harus dimonitor dan dievaluasi secara
teratur untuk menilai hasil pengobatan. Hal-hal yang harus diperhatikan pada
monitoring adalah :
-
Nadi, tekanan darah, respirasi, dan temperatur harus dicatat setiap 15-30
menit atau lebih sering sampai syok teratasi.
Kadar hematokrit harus diperiksa tiap 4-6 jam sampai keadaan klinis
pasien stabil.
34
35
Gambar 3. CDC growth chart untuk anak laki-laki usia 2-20 tahun
Gambar 4. CDC growth chart untuk anak laki-laki usia 2-20 tahun
36
37
:deficit
:kelebihan
80-120%
: gizi baik
60-80%
:gizi kurang
<60%
:gizi buruk
Persentil
Jika 100 anak dengan usia dan jenis kelamin yang sama diurutkan
berdasarkan tingginya.
TB/U < persentil 5
:defisiensi berat
38
90-110%
:tinggi baik
70-90%
:tinggi kurang
<70%
>120%
:obes
110-120%
90-110%
: gizi baik
70-90%
:gizi kurang
<70%
:gizi buruk10
39
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang, pasien tersebut didiagnosis dengan dengue hemorrhagic
fever (demam berdarah dengue) dan gizi baik.
2. Pada pasien tersebut telah dilakukan penanganan yang tepat sesuai
dengan Pedoman Pelayanan Medis IDAI 2010
B. Saran
1. Setelah pasien diperbolehkan pulang, sebaiknya dilakukan follow up
kembali untuk mengevaluasi hasil pengobatan.
2. Perlu edukasi pada keluarga pasien untuk menjaga kebersihan
lingkungan dan diri sendiri untuk mencegah terjadinya sakit yang
berulang.
40
DAFTAR PUSTAKA
1. Soegeng, S., 2002. Ilmu Penyakit Anak : Demam Berdarah Dengue.
Jakarta: Salemba Medika.
2. Depkes RI. Pencegahan dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue.
Jakarta: Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan; 2006.
3. Sumarmo,S., 2002. Infeksi dan Penyakit Tropis : Infeksi Virus Dengue.
Jakarta: IDAI.
4. Rampengan, T.H., 1997. Penyakit Infeksi Tropik pada Anak : Demam
Berdarah Dengue. Jakarta: EGC.
5. Behrmen RE, Kliegman RM. 2000. Nelson Texbook of Pediatrics, Vol II
E/15 WB Saunders, Philadelphia.
6. WHO. 2011. Comprehensive Guidelines for Prevention and Control of
Dengue and Dengue Haemmorhagic Fever: Revised and Expanded.
http://apps.searo.who.int/pds_docs/B4751.pdf. Diakses pada 14 Januari
2015.
7. Centers for Disease Control and Prevention (2009). Dengue and Dengue
Hemorrhagic Fever: Information for Helath Care Practitioners.
http://www.cdc.gov/Dengue/resources/Dengue&DHF%20Information
%20for%20Health%20Care%20Practitioners_2009.pdf. Diakses pada 14
Januari 2015.
8. Komite Medik RSDM, 2004. Standar Pelayanan Medis Kelompok Staf
Medis Fungsional Anak. RSUD Dr.Moewardi, Surakarta.
9. Wilmana, F., Gan, S. 2007. Farmakologi dan Terapi : AnalgesikAntipiretik, Analgesik Anti-Inflamasi Nonsteroid, dan Obat Gangguan
Sendi Lainnya. Jakarta: Balai Pustaka FK UI, hal 237-239.
10. Centers for Disease Control and Prevention. 2013.Use and Intepretation of
the WHO and CDC Growth Charts for Children from Birth to 20 Years in
the United States. CDC
41