You are on page 1of 3

Learning Objective !

1.
2.
3.
4.

apakah perlu dilakukan rujukan ? kalau perlu, apa saja kriteria rujukan ?
faktor pencetus rhinitis alergi ?
hubungan penyakit dengan genetic
apakah rhinitis alergi perlu dilakukan early detection ? kalau perlu apa saja yang
dilakukan ?

jawaban !
1. Kriteria Rujukan
a. Bila perlu dilakukan Prick Test untuk mengetahui jenis allergen.
b. Bila perlu dilakukan tindakan operatif.
c. Bila penyakit telah disertai dengan komplikasi misalnya polip hidung,
sinusitis paranasal, dan otitis media.
Sumber : IDI. 2014. Panduan Praktik Kllnis Bagi Dokter di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Primer. IDI; Jakarta
2.

Faktor Risiko Rinitis Alergi


a. Penyakit atopi lain (asma dan eksim)
Riwayat atopi yang diderita oleh seseorang akan meningkatkan risiko
terjadinya penyakit alergi lain, termasuk rinitis alergi. Penyakit ini sangat
berhubungan dengan riwayat atopi, baik di keluarga maupun dalam dirinya
sendiri, seperti riwayat penyakit asma dan eksim. Sekitar 40% pasien yang
mengalami rinitis akan mengalami asma, begitu pula pada kurang lebih 70%
pasien yang mengalami asma memiliki penyakit rinitis alergi.
Riwayat asma dan kejadian rinitis alergi dihubungkan dengan kejadian alergi
kronik pada sistem pernapasan, dimana asma merupakan alergi kronik pada
sistem pernapasan bagian bawah dan rinitis alergi merupakan bagian dari
kelainan alergi sistem pernapasan bagian atas.
b. Riwayat atopi dalam keluarga
Riwayat keluarga merupakan salah satu faktor risiko yang memberikan
dampak terhadap kejadian rinitis alergi. Perkembangan sistem imun sudah
dimulai sejak dalam kandungan, tidak berbeda halnya dengan kepekaan
sistem imun menghadapi benda yang dianggap alergen oleh sistem imun
orang tua. Hal ini dihubungkan dengan kromosom 5q. Dalam beberapa
referensi disebutkan bahwa jika salah satu orang tua mengalami alergi maka
anaknya memilikikecenderungan 25-40% akan mengalami alergi pula.
Namun jika kedua orang tuanya mengalami alergi maka makin meningkat
pula risiko anaknya akan mengalami alergi pula, yaitu 50%-70%.
c. Polusi udara (pajanan asap kendaraan
Iritan sistem pernapasan seperti Sulfur dioksida (SO2), nitrogen oksida
(NOX) dan partikel dari sisa pembakaran diesel menyebabkan meningkatnya
kadar IgE dengan berbagai macam mekanisme inflamasi lokal pada saluran
pernapasan, sehingga meningkatkan kontak jaringan terhadap alergen dan
dapat menimbulan reaksi alergi.
d. Pajanan asap rokok
Asap rokok dapat meningkatkan risiko seseorang menderita penyakit alergi,
tidak terkecuali rinitis alergi. Pajanan berupa asap rokok juga dapat
menyebabkan bangkitan status asmatikus seseorang yang menderita asma.

e. Pajanan asap dapur


asap dapur yang berasal dari kompor yang menggunakan bahan bakar
minyak tanah dan gas untuk memasak dapat meingkatkan respon bronkus
dan peningkatan kadar IgE total dalam darah. Bagi orang-orang yang telah
memiliki atopi respon ini dapat menjadi lebih berat.
f. Memelihara kucing atau anjing
Seseorang yang memiliki hewan peliharaan berupa kucing atau anjing
memiliki keterkaitan dengan kejadian rinitis alergi atau penyakit alergi
lainnya. Alergen yang diperoleh dari hewan peliharaan ini dapat berupa
aeroalergen yaitu dari hewan tersebut.
g. Kondisi sosial-ekonomi
Pada kota-kota metropolitan di negara maju dijumpai kejadian rinitis alergi
lebih tinggi jika dibandingkan dengan daerah yang kondisi sosialekonominya rendah. Hal ini dikarenakan pada kota- kota metropolitan di
negara maju dijumpai banyak kejadian obesitas, inaktifitas fisik, banyaknya
konsumsi minuman berkarbonasi atau diet tak sehat. Selain dilihat dari gaya
hidup yang tidak sehat yang telah disebutkan di atas, kerentanan terhadap
stress dan kesehatan yang berhubungan dengan kejiwaan seperti ADHD dan
gangguan kejiwaan lainnya sangat mempengaruhi peningkatan kejadian
rinitis alergi pada anak-anak. Namun ada penelitian yang mengatakan bahwa
negara dengan pendapatan rendah-menengah memiliki jumlah penderita
lebih besar.
h. konsumsi aspirin
Sebuah postulat mengatakan bahwa hubungan penggunaan parasetamol
terhadap kejadian rinitis alergi adalah dengan menurunkan kadar enzim
glutation pada saluran napas sehingga menyebabkan proteksi antioksidan
pada saluran napas akan inadekuat. Hal ini juga dapat meningkatkan respon
T helper sebagai respon terhadap inflamasi. Selain itu, aspirin dapat
meningkatkan respon bronkus terhadap allergen melalui beberapa
mekanisme.
Sumber : Fauci AS, Braundwald E, Kasper DL, Hauser Sl, Longo DL, Jameson
JL, et al. Allergies, Anaphylaxis, and Systemic Mastocytosis: Introduction
Allergic Rhinitis. In: Harrisons Principle of Internal Medicine 18 th ed. USA:
McGraw-Hill Companies; 2012.
3. Faktor genetik yang diturunkan adalah kecenderungan memproduksi IgE yang
berlebihan. Seseorang yang mempunyai kecenderungan ini disebut mempunyai
sifat atopi. Faktor genetik sangat menentukan seseorang menderita atopi atau
tidak. Dold, dkk. menyatakan bahwa atopi orang tua menentukan besarnya risiko
anaknya untuk menderita penyakit alergi yang sama. Peneliti ini juga
menyebutkan bahwa prevalensi asma pada anak yang tidak memiliki riwayat
alergi pada kedua orang tuanya sebesar 6%, sedangkan pada anak yang memiliki
riwayat alergi pada kedua orang tuanya didapatkan peningkatan lebih dari dua
kali lipat atau sebesar 16%
Sumber : Ludfi AS, dkk. 2012. Asosiasi Penyakit Alergi Atopi Anak dengan
Atopi Orang Tua dan Faktor Lingkungan. Jurnal Penyakit Dalam. 23(1).
4. Penentuan risiko alergi pada anak merupakan hal penting untuk menentukan
populasi yang perlu diberikan pencegahan primer.
Risiko alergi pada seorang anak ditentukan berdasarkanriwayat penyakit atopik

dalam keluargaseperti dermatitis atopik, asma, dan atau rinitis alergi,baik pada
orangtua maupun saudara kandung. Penentuan risiko alergi berdasarkan riwayat
penyakit atopik dalam keluarga memiliki sensiti tas 61% dan spesi sitas 83%.
Kartu deteksi dini UKK Alergi Imunologi IDAI memuat nilai risiko keluarga
pada ayah, ibu dan saudara kandung. Kartu deteksi dini alergidapat digunakan
untuk menentukan risiko alergi pada anak
Kartu Deteksi Dini Risiko Alergi (UKK Alergi Imunologi IDAI)
Berikan nilai terhadap semua anggota keluarga dengan tanda-tanda alergi :
Dermatitis/ Eksim/ Kemerahan/ Diare/ Muntah/ Kolik/ Pilek/ Nafas berbunyi/
Asma sesuai dengan petunjuk berikut :
Nilai Kondisi
a. 2 jika ibu, bapak dan/atau salah satu saudara sekandung anak yang dinyatakan
terkena alergi
b. 1 jika ibu, bapak dan/atau salah satu saudara sekandung anak diduga terkena
alergi
c. 0 jika ibu, bapak dan/atau salah satu saudara sekandung anak tanpa riwayat
alergi apapun
Jumlahkan nilai tersebut, kemudian gunakan tabel di bawah ini untuk memeriksa
tingkat risiko alergi : (berilah tandapada kolom yang sesuai

sumber : IDAI. 2015. Rekomendasi : Pencegahan Primer Alergi. IDAI; Jakarta.

You might also like