Professional Documents
Culture Documents
Jenazah yang akan dimintakan visum et repertumnya harus diberi label yang memuat identitas
mayat, dilak dengan diberi cap jabatan, diikatkan pada ibu jari kaki atau bagian tubuh lainnya.
Pada surat permintaan visum et repertum harus jelas tertulis jenis pemeriksaan yang diminta,
apakah pemeriksaan luar (pemeriksaan jenazah) atau pemeriksaan dalam/autopsi
(pemeriksaan bedah jenazah).
Jenis visum et repertum pada orang mati atau mayat:
Pemeriksaan luar jenazah yang berupa tindakan yang tidak merusak keutuhan jaringan
jenazah secara teliti dan sistematik.
Pemeriksaan dalam atau bedah jenazah, pemeriksaan secara menyeluruh dengan
membuka rongga tengkorak, leher, dada, perut, dan panggul. Kadangkala dilakukan
pemeriksaan penunjang yang diperlukan seperti pemeriksaan histopatologi, toksikologi,
serologi, dan sebagainya.
(M. Rintongga: 2011)
1. Berdasarkan KUHAP Pasal 133 ayat 1 yang berhak membuat visum yaitu
Ahli kedokteran kehakiman
Dokter atau ahli lainnya
Hal tersebut sesuai dengan pasal 133 KUHAP yang berbunyi:
Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka,
keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia
berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau
dokter dan atau ahli lainnya.
(Dedi Afendi: 2010)
Yang berhak meminta visum
Adapun Pejabat yang Berhak mengajukan Permintaan Visum Et Repertum
1. Penyidik adalah Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia tertentu yang sekurangkurangnya berpangkat Pembantu Letnan Dua Polisi (P.P.R.I. No.27 Th 1983)
2. Dalam hal di suatu sektor kepolisian tidak ada pejabat penyidik sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) huruf a, maka Komandan Sektor Kepolisian yang berpangkat Bintara di
bawah Pembantu Letnan Dua Polisi, karena jabatannya adalah penyidik
3. Penyidik Pembantu adalah :
4. Pejabat kepolisian Negara Republik Indonesia tertentu sekurangkurangnya berpangkat
Sersan Dua Polisi
5. Dalam perkara perdata, hakim perdata dapat minta sediri
6. Dalam perkara agama, hakim agama dapat minta sendiri (undang-undang No.1 Th 1970
pasal 10)
7. Dalam hal orang yang luka atau mayat itu seorang anggota ABRI maka untuk meminta
Visum Et Repertum hendaknya menghubungi polisi militer setempat dari kesatuan si
korban (instruksi Kapolri No.Pol:Ins/P/20/IX/74
Menurut Ahmad Rahmawan, 2009, yang berhak meminta visum adalah sebagai berikut.
(1) Penyidik, sesuai dengan pasal I ayat 1, yaitu pihak kepolisian yang diangkat negara untuk
menjalankan undang-undang
(2) Di wilayah sendiri, kecuali ada permintaan dari Pemda Tk II.
(3) Tidak dibenarkan meminta visum pada perkara yang telah lewat.
(4) Pada mayat harus diberi label, sesuai KUHP 133 ayat C
4. Apa landasan hukum yang mengatur tentang visum?
Jawab:
Dasar Hukum Visum et Repertum diatur dalam:
1. Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) pasal 133
(2) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik
luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak
pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kedokteran kehakiman
atau dokter dan atau ahli lainnya.
(1) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dilakukan secara 1
tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau
pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.
2. KUHAP pasal 6
1. Penyidik adalah pejabat Polisi Negara Republik Indonesia.
2. Pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang.
3. Staatsblad Tahun 1937 no. 350
Visa reperta seorang dokter yang dibuat baik atas sumpah dokter yang diucapkan pada waku
menamatkan pelajaran di Negeri Belanda atau di Indonesia, maupun atas sumpah khusus
dalam pasal 2, mempunyai daya bukti yang sah dalam perkara pidana, selama Visa reperta
tersebut berisi keterangan mengenai hal yang dilihat dan ditemukan pada benda yang
diperiksa.
4. KUHAP pasal 184
Alat bukti yang sah adalah:
a.
b.
c.
d.
a. Keterangan saksi. Keterangan saksi agar dapat menjadi alat bukti yang sah harus
memenuhi beberapa persyaratan yaitu:
Keterangan saksi yang diberikan harus diucapkan diatas sumpah, hal ini diatur dalam Pasal
160 ayat (3) KUHAP.
Keterangan saksi yang diberikan dipengadilan adalah apa yang saksi lihat sendiri, dengar
sendiri dan dialami sendiri oleh saksi. Hal ini diatur dalam Pasal 1 angka 27 KUHAP.
Keterangan saksi harus diberikan di sidang pengadilan, hal ini sesuai dalam Pasal 185 ayat
(1) KUHAP.
Keterangan seorang saksi saja dianggap tidak cukup, agar mempunyai kekuatan pembuktian
maka keterangan seorang saksi harus ditambah dan dicukupi dengan alat bukti lain. Hal ini
sesuai dengan Pasal 185 ayat (2)KUHAP.
e. Keterangan para saksi yang dihadirkan dalam sidang pengadilan mempunyai saling
hubungan atau keterkaitan serta saling menguatkan tentang kebenaran suatu
keadaan atau kejadian tertentu, hal ini sesuai dengan Pasal 185 ayat (4) KUHAP.
b. Keterangan ahli
c. Surat
d. Petunjuk
e. Keterangan terdakwa
5. KUHAP Pasal 186
Keterangan ahli ialah apa yang seorang ahli nyatakan di sidang pengadilan
Jawab :
(i)
UU menentukan bahwa yang berhak menandatangani surat hasil visum adalah dokter.
Setiap berkas keterangan ahli harus diberi paraf oleh dokter. Jika korban ditangani
oleh beberapa dokter, maka idealnya yang menandatangani visumnya adalah setiap
dokter yang terlibat langsung dalam penanganan atas korban. Dalam hal dokter
pemeriksa sering tidak lagi ada di tempat (luar kota) atau sudaj tidak bekerja pada
Rumah Sakit tersebut, maka visum et repertum ditandatangani oleh dokter
penanggung jawab pelayangan forensik klinik yang ditunjuk oleh Rumah sakit atau
oleh Direktur Rumah Sakit tersebut.
(ii)
Penyerahan surat keterangan ahli/visum et repertum
Surat keterangan ahli/visum et repertum juga hanya boleh diserahkan pada pihak
penyidik yang meminta saja. Dapat terjadi dua instanti penyidik sekaligus yang
meminta surat visum et repertum.
(i)
(ii)
(iii)
(iv)
(v)
(vi)
menerapkan norma-norma hukum pada perkara pidana yang menyangkut tubuh dan jiwa
manusia.
INFORMED CONSENT
1. Apa itu informed consent?
Jawab:
Informed Consent, yaitu persetujuan yang diberikan pasien setelah diberikan
penjelasan. Hal yang harus diperhatikan adalah bahwa yang berhak memberikan persetujuan
adalah pasien yang sudah dewasa (di atas 21 tahun atau sudah menikah dan dalam keadaan
sehat mental). Untuk pasien dibawah 21 tahun, dan pasien gangguan jiwa maka yang
menandatangani orangtua/ wali/ keluarga terdekat / Induk semangat. Untuk pasien dalam
keadaan tidak sadar, tidak ada keluarga terdekat dan memerlukan tindakan medik segera,
tidak perlu persetujuan dari siapapun (Pasal 11 bab IV Permenkes No. 585).
Dalam UUPK tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran dan Kedokteran Gigi, informasi atau
penjelasan ini dinyatakan bahwa dalam memberikan penjelasan sekurang-kurangnya
mencakup:
a.
b.
c.
d.
e.
Indikasi medik
Pilihan pasien
Kualitas hidup
Gambaran kontekstual
(Hardjosastro, D : 2006 )
RUJUKAN
1. Apa itu rujukan?
Jawab:
Rujukan adalah upaya melimpahkan wewenang dan tanggung jawab penanganan kasus
penyakit yang sedang ditangani oleh seorang dokter kepada dokter lain yang sesuai. Rujukan
Medis merupakan Pelimpahan wewenang dan tanggung jawab untuk masalah kedokteran.
2. Apa tujuan rujukan?
Jawab:
Adapun tujuan dari rujukan medis yaitu untuk menyembuhkan penyakit dan atau memulihkan
status kesehatan pasien. Rujukan Kesehatan merupakan Pelimpahan wewenang &
tanggungjawab untuk masalah kesehatan masyarakat.Adapun tujuan rujukan kesehatan adalah
untuk meningkatkan derajat kesehatan dan ataupun mencegah penyakit yang ada di
masyarakat.
3. Bagaimana cara merujuk pasien?
Jawab:
5. Apa yang harus diperhatikan dalam merujuk pasien ke rumah sakit lain?
Jawab: Menurut Pasal Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta No. 59 tahun
2012, syarat rujukan adalah:
1. Pembuat rujukan:
a) Pembuat rujukan harus:
Mempunyai kompetensi dan wewenang merujuk;
Mempunyai kompetensi dan wewenang sasaran / tujuan rujukan;
Mengetahui kondisi serta kebutuhan objek rujukan.
b) Surat rujukan harus mencantumkan:
Unit yang mempunyai tanggungjawab dalam rujukan, baik yang merujuk
atau yang menerima rujukan;
Alasan tindakan rujukan;
Pelayanan medis dan rujukan medis yang dibutuhkan;
Tanda tangan persetujuan pasien atau keluarga.
SUMPAH DOKTER
1. Lafal Sumpah Hippokrates
Sumpah Hippokrates jika diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia berbunyi sebagai
berikut.
a) Saya bersumpah demi Apollo dewa penyembuh, dan Aesculapius, dan Hygeia,
dan Panacea, dan semua dewa-dewa sebagai saksi, bahwa sesuai dengan
kemampuan dan pikiran saya, saya akan mematuhi janji-jani berikut ini.
b) Saya akan memperlakukan guru yang telah mengajarkan ilmu ini dengan pnuh
kasih sayang sebagaimana terhadap orang tua saya sendiri, jika perlu akan saya
bagikan harta saya untuk dinikmati bersamanya
c) Saya akan memperlakukan anak-anaknya sebagai saudara kandung saya dan saya
akan mengajarkan ilmu yang telah diperoleh dari ayahnya, kalau mereka
memang mau mempelajarinya, tanpa imbalan apapun
d) Saya akan meneruskan ilmu pengetahuan ini kepada anak-anak saya sendiri, dan
kepada anak-anak guru saya, dan kepada mereka yang telah mengingkatkan diri
dengan janji dan sumpah untuk mengabdi kepada ilmu pengobatan, dan tidak
kepada hal-hal lainnya
e) Saya akan mengikuti pengobatan yang mengikuti pengetahuan dan kemampuan
saya akan membawa kebaikan bagi pasien, dan tidak akan merugikan siapa pun
f) Saya tidak akan memberikan obat yang mematikan kepada siapa pun meskipun
diminta, atau menganjurkan kepada mereka untuk tujuan itu. Atas dasar yang
sama, saya tidak akan memberikan obat untuk menggurkan kandungan
g) Saya ingin menempuh hidup yang saya baktikan kepada ilmu saya ini dengan
tetap suci dan bersih
h) Saya tidak akan melakukan pembedahan terhadap seseorang, walaupun ia
menderita penyakit batu, tetapi akan menyerahkannya kepada mereka yang
berpengalaman dalam pekerjaan ini
i) Rumah siapa pun yang saya masuki, kedatangan saya itu saya tujukan untuk
kesembuhan yang sakit dan tanpa niat-niat buruk atau mencelakakan, dan lebih
jauh lagi tanpa niat membuat cabul terhadap wanita ataupun pria, baik merdeka
maupun hamba sahaya
j) Apapun yang saya dengar ataupun lihat tentang kehidupan seseorang yang tidak
patut untuk disebarluaskan, tidak akan saya ungkapkan karena saya harus
merahasiakannya
k) Selama saya tetap mematuhi sumpah saya ini, izinkanlah saya menikmati hidup
dalam mempraktikkan ilmu saya ini, dihormati oleh semua orang, di sepanjang
waktu! Akan tetapi, jika sampai saya mengkhianati sumpah saya ini, balikkanlah
nasib saya
1. Lafal Sumpah Dokter Indonesia
Pada zaman Belanda Lafal Sumpah Dokter Indonesianadlah berdasarkan Reglement
op de Dienst de Volsgezondheid Staatsblad 1882 No. 97 pasal 36 sebagai berikut:
Saya bersumpah / berjanji, bahwa saya akan melakukan pekerjaan ilmu kedokteran,
Ilmu Bedah, dan Ilmu Kebidanan dengan pengetahuan dan tenaga saya yang sebaikbaiknya, menurut peraturan yang telah ditetapkan undang-undang dan saya tidak akan
memberitahukan kepada siapa pun juga segala sesuatu yang dipercayakan kepada saya
dan segala sesuatu yang saya ketahui ketika melakukan pekerjaan saya sebagai dokter,
kecuali jika di depan hakim atau atas Undang-undang saya diharuskan memberi
keterangan yang tidak bertentangan dengan azas-azas jabatan.
Pada MusyawarahKerja Nasional Etika kedokteran ke-2 yang diselenggarakan di
Jakarta pada tanggal 14-16 Desember 1981 oleh Departemen Kesehatan RI, telah
disepakati beberapa perubahan dan penyempurnaan lafal sumpah dokter sehubungan
dengan berkmbangnya bidang kesehatan masyarakat. Lafal sumpah dokter terakhir
diperbarui dengan SK Menkes R>I. 434/menkes/SK/X/1938 dan berbunyi sebagai
berikut.
Demi allah saya bersumpah bahwa :
a. Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan prikemanusiaan
b. Saya akan menjalankan tugas dengan cara yang terhormat dan bersusila sesuai
dengan martabat pekerjaan saya sebagai dokter
c. Saya akan memelihara dengan sekuat tenaga martabat dan tradisi luhur profesi
kedokteran
d. Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karena profesi saya
e. Saya tidak akan menggunakan pengetahuan saya untuk sesuatu yang
bertentangan dengan perikemanusiaan, sekalipun diancam
f. Saya akan menghormati setiap hidup insani mulai saat pembuahan
g. Saya akan senantiasa mengutamakan kesehatan pasien, dengan meperhatikan
kepentingan masyarakat
h. Saya akan berikhtiar sungguh-sungguh spaya saya tidak terpengaruh oleh
pertimbangan keagamaan, kebangsaan, kesukuan, gender, politik, kedudukan
sosial dan jenis penyakit dalam menunaikan kewajiban terhadap pasien
i. Saya akan memberi kepada guru-guru saya penghormatan dan pernyataan
terimakasih yang selayaknya
j. Saya akan perlakukan teman sejawat saya seperti saudara kandung
k. Saya akan menaati dan mengamalkan kode etik kedokteran indonesia
l. Saya ikrarkan sumpah ini dengan sungguh-sungguh dan dengan
mempertaruhkan kehormatan diri saya
Sebelum para dokter baru mengucapkan butir-butir lafal sumpah tersebut, bagi yang
beragam Islam mengucapkan Wallahi, Wabillahi, Wathallahi, Demi Allah, saya
bersumpah, bagi yang beragama Katolik mengucapkan juga Demi Allah saya
bersumpah, bagi yang beragama Buddha mengucapkan Om Atah Parama Wisesa Om
Shanti Shanti Shanti Om, bagi yang beragama Hindu mengucapkan Mai Kasm
Khanahan. Setelah para dokter baru mngucapkan lafal sumpahnya, mereka
menandatangani berita acara sumpah dokter beserta saksi-saksi.
Yang wajib mengucapkan lafal sumpah dokter adalah semua dokter warga negara
Indonesia baik lulusan pendidikan dalam negeri maupun luar negeri. Mahasiswa asing
yag belajar di Fakultas Kedokteran di Indonesia diharuskan juga mengucapkan lafal
sumpah dokter Indonesia. Dokter asing yang bertugas di Indonesia tidak harus diambil
sumpahnya karena ia menjadi tanggung jawab instansi yang mempekerjakannya, namun
dokter asing tersebut harus tunduk pada Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI).
(M. Jusuf Hanafiah dan Amri Amir: 2008)