You are on page 1of 8

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hospitalisasi adalah suatu keadaan krisis pada anak, saat anak sakit dan
dirawat di rumah sakit sehingga anak harus beradaptasi dengan lingkungan rumah
sakit (Wong, 2000). Reaksi hospitalisasi pada anak bersifat individual dan sangat
bergantung pada tahapan usia perkembangan anak, pengalaman sebelumnya di
rumah sakit, sistem pendukung yang tersedia dan kemampuan koping yang
dimiliki anak (Supartini, 2004).
Reaksi hospitalisasi pada anak usia sekolah sudah sedikit menerima
perpisahan dengan orang tua dan sudah dapat membentuk rasa percaya dengan
orang lain yang lebih berarti ataupun teman sebaya, akan tetapi anak usia sekolah
tetap masih membutuhkan perlindungan dari orang tua. Anak usia sekolah merasa
cemas karena tidak bisa masuk sekolah, lingkungan rumah sakit yang dirasakan
terpencil, kesepian, asing dan rumah sakit bisa sangat membosankan (Smet,
1994). Dari reaksi- reaksi yang timbul diatas akan memunculkan kecemasan dan
ketakutan anak di rumah sakit (Supartini, 2004)
Kecemasan pada anak usia sekolah adalah kecemasan karena berpisah
dengan kelompok sosial dan keluarganya, mengalami luka pada tubuh, dan rasa
nyeri. Perubahan citra diri, integritas, dan kehilangan kontrol juga dapat
menimbulkan kecemasan (Wong, 2000). Ada juga muncul ketakutan pada anak
yaitu ketakutan pada perawat dan dokter, serta lingkungan yang asing bagi anak.
Anak merasa takut bila ada seorang perawat yang datang menghampirinya, tidak
peduli apa yang perawat lakukan sekalipun tidak akan menyakitinya. Mereka
menganggap perawat akan melukainya dengan membawa suntikan atau peralatan
yang lainnya. Anak berusaha untuk menolak perawat, tidak mau ditinggalkan
orang tuanya, memegang erat tangan orang tuanya, anak meminta pulang,
menangis kuat-kuat dan memukuli perawat, serta anak berlari- lari.
Dirawat di rumah sakit dapat membuat anak usia sekolah menunjukkan
berbagai tanda permasalahan lain seperti depresi, perasaan gugup yang mengarah
pada insomni, mimpi buruk, dan ketidakmampuan untuk berkonsentrasi (Smet,
1994). Adanya kecemasan memungkinkan anak akan bertambah panik bahkan

sampai stres sehingga anak sulit untuk diajak berperan dalam menjalani perawatan
pengobatan. Karakteristik anak usia sekolah adalah suka berkelompok dengan
teman sebaya sesuai jenis kelaminnya (Ngastiyah, 2005) sehingga anak merasa
cemas pada saat dirawat dirumah sakit karena merasa kehilangan kelompok
sosialnya dan takut dengan lingkungan rumah sakit. Ia sudah ingin dianggap
sebagai seorang pribadi, akan tetapi masih tergantung dengan orang lain dan anak
perlu merasakan dirinya nyaman dalam kasih sayang orang dewasa di
lingkungannya. Anak senang diajak berbicara tentang apa saja yang dapat
menyenangkan hatinya. Dalam merawat pasien anak usia sekolah, harus dapat
merasakan suasana anak, suasana bermain supaya anak bereaksi baik terhadap
pendekatan perawat kepadanya (Gunarso, 1995). Salah satu alternatif untuk
mengalihkan perhatian anak yang dirawat di rumah sakit adalah dengan adanya
dukungan sarana bermain yang dapat memfasilitasi anak untuk mengurangi
kecemasan dan ketakutan anak usia sekolah yang dirawat di rumah sakit,karena
anak usia sekolah juga masih senang bermain - main dengan anak seusianya
(Ngastiyah, 2005). Sarana bermain bertujuan agar tumbuh kembang anak tidak
terhambat walaupun anak sedang dirawat di rumah sakit serta permainan yang
diberikan juga tidak memperberat sakit yang diderita anak, maka disesuaikan
dengan kemampuan anak dan kesukaan anak tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dapat dirumuskan suatu masalah
Bagaimana Cara Pendekatan Perawat Dalam Mengatasi Kecemasan Pada Anak
Usia Sekolah Akibat Hospitalisasi
1.3 Tujuan
1. mendiskripsikan penyebab kecemasan pada anak usia sekolah masa
hospitalisasi
2. mendiskripsikan diagnosa keperawatan pada anak usia sekolah masa
hospitalisasi
3. mendiskripsikan analisa data pada anak usia sekolah masa hospitalisasi
4. mendiskripsikan intervensi keperawatan pada anak usia sekolah masa
hospitalisasi

1.4 Manfaat
1. sebagai masukan dalam mengatasi kecemasan dan ketakutan pada anak
usia sekolah akibat hospitalisasi dengan cara memberikan pelayanan pada
anak sehingga dapat memberikan perawatan yang komprehensif.
2. sebagai referensi dalam penelitian lanjutan dan bahan pertimbangan bagi
yang berkepentingan untuk melanjutkan penelitian sejenis dan sebagai
tambahan dalam teori keperawatan anak.

BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Penyebab kecemasan pada anak usia sekolah pada masa hospitalisasi

Lingkungan baru dan asing, pengalaman yang menyakitkan dengan


petugas, prosedur tindakan keperawatan, diagnostik dan terapi, berpisah
dengan orang tua dalam arti sementara, perpisahan dengan sekolah, teman
sebaya dan orang tua, kehilangan kontrol pada ketrampilan sebelumnya,
cedera tubuh dan nyeri.
2.2 Diagnosa
Kecemasan pada anak usia sekolah berhubungan dengan perawatan masa
hospitalisasi
2.3 Analisa data
DS
:
1. Anak mengatakan merasa takut ketika mau disuntik oleh perawat
2. Anak mengatakan tidak nafsu makan, saat makan tidak pernah habis
karena mual dan bosan ketika makan di rumah sakit
3. Ibu pasien mengatakan anak mudah tersinggung dan mudah marah apabila
dipaksa untuk minum obat dan makan
4. Ibu pasien mengatakan pasien susah tidur ketika malam hari dan sering
terbangun
5. Ibu pasien mengatakan anaknya ingin selalu ditemani dengan ibunya
6. Anak mengatakan dirinya belum siap dan merasa takut ketika dipasang
infuse
DO
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Peningkatan frekuensi nadi


Peningkatan tekanan darah, peningkatan frekuensi nafas
Diaporesis. gemetar, palpitasi
Nyeri kepala, berkeringat, tremor, gelisah,
Menggigit bibir dan memegang sesuatu dengan erat ketika disuntik
Minta dipeluk saat merasa takut dan cemas
Berusaha menghindar dan menolak treatment yang diberikan petugas
Bersikap tidak kooperatif kepada petugas medis

2.4 Intervensi keperawatan


1. Mempersiapkan anak

saat

masuk

rumah

sakit.

Perawat

medis

dapat

mempersiapkan kamar yang sesuai dengan usia anak sekolah dan diagnosa
penyakit.
2. Melakukan orientasi kepada pasien dan keluarga mengenai lingkungan
perawatan dan peraturan-peraturan yang ada.
3. Mencegah atau meminimalkan perpisahan dengan cara tidak membatasi
kunjungan orang tua kepada anak untuk menemani pasien. Hal ini dapat

dilakukan dengan menerapkan prinsip rooming in dengan melibatkan


partisipasi orang tua dalam perawatan anak.
4. Meminimalkan kehilangan kontrol pada anak. Hal ini dapat dilakukan
dengan mengusahakan kebebasan bergerak, mempertahankan kegiatan
rutin anak, dan dorongan untuk independen.
5. Mencegah atau meminimalkan ketakutan dan perlukaan tubuh
6. Perawat dapat mempersiapkan anak terhadap prosedur yang menimbulkan
rasa nyeri dengan memberikan penjelasan mengenai apa yang akan
dilakukan.
7. Mengenalkan perawat kepada anak dan keluarga. Perkenalkan perawat
yang merawatnya, perkenalkan dengan dokter atau petugas kesehatan lain.
Kenalkan anak dan keluarga dengan teman sekamar beserta keluarganya.
8. Pengenalan lingkungan perawatan. Orientasikan anak dan keluarga dengan
fasilitas yang ada di ruangan rawat inap meliputi cara penggunaan
peralatan yang ada (televisi, telepon jika ada), letak kamar mandi, cara
memanggil petugas, letak ruang bermain dan ruang tindakan.
9. Penjelasan peraturan-peraturan yang berlaku. Jam berkunjung, siapa yang
boleh berkunjung, kebijakan merokok, jam makan dan aturan membawa
makan, waktu istirahat, mandi, dan lain-lain, pelaksanaan kegiatan rutin :
observasi tanda-tanda vital dan hal-hal yang lain, peraturan mengenai
peran keluarga dalam perawatan anak.
10. Mengalihkan perhatian. Misalnya membaca buku cerita saat di rumah
sakit, menonton televisi saat dipasang infus, bermain mainan yang disukai.

BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hospitalisasi adalah suatu keadaan krisis pada anak, saat anak sakit dan
dirawat di rumah sakit sehingga anak harus beradaptasi dengan lingkungan rumah
sakit (Wong, 2000). Reaksi hospitalisasi pada anak bersifat individual dan sangat
bergantung pada tahapan usia perkembangan anak, pengalaman sebelumnya di
rumah sakit, sistem pendukung yang tersedia dan kemampuan koping yang
dimiliki anak (Supartini, 2004).
Hospitalisasi merupakan pengalaman yang menyakitkan bagi anak usia
sekolah, karena proses perawatan dirumah sakit merupakan trauma tersendiri bagi
anak usia sekolah karena dirumah sakit anak anak sering bertemu dengan dokter,
perawat dan tim medis yang lain, berpisah dengan orang tua sementara
dikarenakan membutuhkan perawatan oleh tim medis.

3.2 Saran
Sebagai seorang perawat sangat berperan terhadap

DAFTAR PUSTAKA

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-rohmanig2a5289-2-bab1.pdf. diakses tanggal 10 maret 2016

You might also like