Professional Documents
Culture Documents
NPM. 1406650046
Kelompok 2 Gerbong A RSF
Keperawatan Medikal Medah
LAPORAN PENDAHULUAN
GAGAL JANTUNG
A. Patofisiologi
1. Definisi
Gagal jantung ialah suatu kondisi fisiologis dimana jantung memompa darah
namun tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh. Hal ini terjadi
karena perubahan fungsi sistolik dan diastolik ventrikel kiri (Black & Hawks,
2014). Ciri penting yang dapat mendefinisikan gagal jantung adalah gagal
memenuhi kebutuhan metabolic tubuh dan gagal melakukan fungsi pompa jantung
secara keseluruhan (Price & Wilson, 2006).
2. Etiologi
Menurut Black & Hawks, 2014 ada beberapa etiologi dari gagal jantung, yaitu:
Kondisi pembebanan abnormal
- Kondisi yang meningkatkan preload
Regurgitasi katup mitral dan tricuspid
Hypervolemia
Defek kongenital (pirai kiri ke kanan)
Defek septum ventrikel
Defek septum atrium
Patent ductus arteriosus
- Kondisi yang meningkatkan afterload
Hipertensi, pulmonal maupun sistemik
Stenosis pulmonal atau aorta
Tahanan vaskuler perifer tinggi
Fungsi otot abnormal
Infark miokardium
Miokarditis
Kardiomiopati
Aneurisma ventrikel
Konsumsi alcohol jangka panjang
Penyakit jantung coroner
Penyakit jantung metabolik
Pengisian ventrikel yang terbatas
Stenosis mitral atau tricuspid
Tamponade jantung
Pericarditis konstriktif
4. Pathways
5. Manifestasi klinik
6. Penatalaksanaan
Menurut Mansjoer,
Triyanti,
Savitri,
Wardhani
&
Setiowulan,
2009
dan aritmia.
Digitalisasi
Dosis digitalis:
Digoksin oral untuk digitalisasi cepat 0,5-2 mg dalam 4-6 dosis selama
yang berat:
Digoksin: 1-1,5 mg iv perlahan-lahan.
Cedilanid> 0,4-0,8 mg iv perlahan-lahan
Menurunkan beban jantung
Diet rendah garam
Pada gagal jantung NYHA kelas IV, penggunaan diuretic, digoksin,
dan penghambat angiotensin converting enzyme (ACE) diperlukan.
Sedangkan gagal jantung kelas II dan III diberikan:
o Diuretic dalam dosis rendah atau menengah (furosemide 40-80 mg)
o Digoksin pada pasien dengan fibrilasi atrium maupun kelainan
irama sinus
o Penghambat ACE (kaptopril mulai dari dosis 2x6,25 mg atau setara
penghambat ACE yang lain, dosis ditingkatkan secara bertahap
dengan memperhatikan tekanan darah pasien); isosorbid dinitrat
(ISDN) pada pasien dengan kemampuan aktivitas yang terganggu
atau adanya iskemia yang menetap, dosis dimulai 3x10-15 mg.
7. Data Penunjang
a. Pemeriksaan foto toraks dapat mengarah ke kardiomegali, corakan vascular
paru menggambarkan kranialisasi, garis kerley A/B, infiltrate precordial kedua
paru, dan efusi pleura (Mansjoer, Triyanti, Savitri, Wardhani & Setiowulan,
2009). Bayangan mencerminkan dilatasi/hipertrofi bilik, atau perubahan dalam
pembuluh darah mencerminkan peningkatan tekanan pulmonal. Kontur
abnormal mus bulging pada perbatasan jantung kiri, dapat menunjukkan
aneurisma ventrikel (Doenges, Moorhouse, & Geissler, 2000).
b. Elektrokardiografi (EKG) untuk melihat penyakit yang mendasari seperti
infark miokard dan aritmia. Hipertrofi atrial atau ventricular, penyimpangan
aksis, iskemia, dan kerusakan pola mungkin terlihat. Disritmia, mis takikardia,
fibrilasi atrial. Kenaikan ST/T persisten 6 minggu atau lebih setelah infark
miokard menunjukkan adana aneurisme ventricular (dapat menyebabkan
gagal/disfungsi jantung). (Doenges, Moorhouse, & Geissler, 2000 dan
Mansjoer, Triyanti, Savitri, Wardhani & Setiowulan, 2009).
c. Sonogram (ekokardiogram, ekokardiogram dopple) dapat menunjukkan
dimensi pembesara bilik, perubahan dalam fungsi/struktur katup, atau area
penurunan kontraktilitas ventricular (Doenges, Moorhouse, & Geissler, 2000).
d. Skan jantung (Multigated acquisition {MUGA}): tindakan penyuntikan fraksi
dan memperkirakan gerakan dinding (Doenges, Moorhouse, & Geissler,
2000).
e. Kateterisasi jantung: tekanan abnormal merupakan indikasi dan membantu
membedakan gagal jantung sisi kanan versus sisi kiri, dan stenosis katup atau
insufisiensi. Tindakan ini juga dapat mengkaji patensi arteri coroner. Zat
kontras disuntikkan ke dalam ventrikel menunjukkan ukuran abnormal dan
ejeksi fraksi/perubahan kontraktilitas (Doenges, Moorhouse, & Geissler,
2000).
f. Enzim hepar: meningkat dalam gagal/kongesti hepar
g. Elektrolit: dapat berubah karena perpindahan cairan/penurunan fungsi ginjal,
terapi diuretic.
h. Oksimetri nadi: Saturasi oksigen mungkin rendah, terutama jika gagal jantung
memperburuk PPOM,
i. AGD: gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkalosis respiratorik ringan atau
hipoksemia dengan peningkatan pCO2.
Tanda: Berbagai manifestasi perilaku, mis : ansietas, marah, ketakutan dan mudah
tersinggung.
Eliminasi
Gejala: Penurunan berkemih, urine berwana gelap, berkemih malam hari (nokturia),
diare/konstipasi.
Makanan/cairan
Gejala: Kehilangan nafsu makan, mual/muntah, penambhan berat badan signifikan,
pembengkakan pada ekstremitas bawah, pakaian/sepatu terasa sesak, diet tinggi
garam/makanan yang telah diproses dan penggunaan diuretic.
Tanda: Penambahan berat badan cepat dan distensi abdomen (asites) serta edema
(umum, dependen, tekanan dn pitting).
Higiene
Gejala: Keletihan/kelemahan, kelelahan selama aktivitas Perawatan diri.
Tanda: Penampilan menandakan kelalaian perawatan personal.
Neurosensori
Gejala: Kelemahan, pening, episode pingsan.
Tanda: Letargi, kusut pikir, diorientasi, perubahan perilaku dan mudah tersinggung.
Nyeri/Kenyamanan
Gejala: Nyeri dada, angina akut atau kronis, nyeri abdomen kanan atas dan sakit pada
otot.
Tanda: Tidak tenang, gelisah, focus menyempit danperilaku melindungi diri.
Pernapasan
Gejala: Dispnea saat aktivitas, tidur sambil duduk atau dengan beberapa bantal, batuk
dengn/tanpa pembentukan sputum, riwayat penyakit kronis, penggunaan bantuan
pernapasan.
Tanda:
1)
Pernapasan; takipnea, napas dangkal, penggunaan otot asesori pernpasan.
2)
Batuk: Kering/nyaring/non produktif atau mungkin batuk terus menerus
dengan/tanpa pemebentukan sputum.
3)
Sputu ; Mungkin bersemu darah, merah muda/berbuih (edema pulmonal)
4)
Bunyi napas ; Mungkin tidak terdengar.
5)
Fungsi mental; Mungkin menurun, kegelisahan, letargi.
6)
Warna kulit; Pucat dan sianosis.
Keamanan
Gejala: Perubahan dalam fungsi mental, kehilangankekuatan/tonus otot, kulit lecet.
Interaksi sosial
Gejala: Penurunan keikutsertaan dalam aktivitas sosial yang biasa dilakukan.
Pembelajaran/pengajaran
Gejala: menggunakan/lupa menggunakan obat-obat jantung, misalnya : penyekat
saluran kalsium.
Tanda: Bukti tentang ketidak berhasilan untuk meningkatkan (Doenges, Moorhouse,
& Geissler, 2000).
2. Diagnosa Keperawatan
Penurunan curah jantung
berhubungan
dengan
Perubahan
kontraktilitas
EKG
Perubahan tekanan darah (hipotensi/hipertensi).
Bunyi ekstra (S3 & S4)
Penurunan keluaran urine
Nadi perifer tidak teraba
Kulit dingin kusam
Ortopnea,krakles, pembesaran hepar, edema dan nyeri dada.
Intervensi
a. Auskultasi nadi apical ; kaji frekuensi, iram jantung
Rasional : Biasnya terjadi takikardi (meskipun pada saat istirahat) untuk
mengkompensasi penurunan kontraktilitas ventrikel.
b. Catat bunyi jantung
Rasional : S1 dan S2 mungkin lemah karena menurunnya kerja pompa. Irama
Gallop umum (S3 dan S4) dihasilkan sebagai aliran darah kesermbi yang disteni.
Murmur dapat menunjukkan Inkompetensi/stenosis katup.
c. Palpasi nadi perifer
Rasional : Penurunan curah jantung dapat menunjukkan menurunnya nadi radial,
popliteal, dorsalis, pedis dan posttibial. Nadi mungkin cepat hilang atau tidak
teratur untuk dipalpasi dan pulse alternan.
d. Pantau TD
Rasional : Pada GJK dini, sedng atu kronis tekanan drah dapat meningkat. Pada
HCF lanjut tubuh tidak mampu lagi mengkompensasi danhipotensi tidak dapat
norml lagi.
e. Kaji kulit terhadp pucat dan sianosis
Rasional : Pucat menunjukkan menurunnya perfusi perifer ekunder terhadap tidak
dekutnya curh jantung; vasokontriksi dan anemia. Sianosis dapt terjadi sebagai
refrakstori GJK. Area yang sakit sering berwarna biru atu belang karena
peningkatan kongesti vena.
f. Berikan oksigen tambahan dengan kanula nasal/masker dan obat sesuai indikasi
(kolaborasi)
Rasional : Meningkatkn sediaan oksigen untuk kebutuhan miokard untuk
melawan
efek
hipoksia/iskemia.
Banyak
obat
dapat
digunakan
untuk
kerja
Rasional: Terapi diuretic dapat disebabkan oleh kehilangan cairan tibatiba/berlebihan (hipovolemia) meskipun edema/asites masih ada.
c. Pertahakan duduk atau tirah baring dengan posisi semifowler selama fase akut.
Rasional: Posisi tersebut meningkatkan filtrasi ginjal dan menurunkan produksi
ADH sehingga meningkatkan diuresis.
d. Pantau TD dan CVP (bila ada)]
Rasional: Hipertensi dan peningkatan CVP menunjukkan kelebihan cairan dan
dapat menunjukkan terjadinya peningkatan kongesti paru, gagal jantung.
e. Kaji bisisng usus. Catat keluhan anoreksia, mual, distensi abdomen dan
konstipasi.
Rasional: Kongesti visceral (terjadi pada GJK lanjut) dapat mengganggu fungsi
gaster/intestinal.
f. Pemberian obat sesuai indikasi (kolaborasi)
g. Konsul dengan ahli diet.
Rasional : perlu memberikan diet yang dapat diterima klien yang memenuhi
kebutuhan kalori dalam pembatasan natrium (Doenges, Moorhouse, & Geissler,
2000).
DAFTAR PUSTAKA
Black, J. M., & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan medical bedah: Manajemen klinis untuk
hasil yang diharapkan Ed 8 (Penerjemah: dr. Rixsl Ashari Nampira, dr. udhistira,
Ns. Shanti Citra Eka). Jakarta: Elsevier.
Doenges, M. E., Moorhouse, M. F., & Geissler, A. C. (2000). Rencana asuhan keperawatan:
Pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien.
(Penerjemah: I Made Kariasa, Ni Made Sumarwati). Jakarta: EGC.
Mansjoer, A., Triyanti, K., Savitri, R., Wardhani, W. I. & Setiowulan, W. (2009). Kapita
selekta kedokteran Ed 3. Jakarta: Media Aesculapius.
Price, S. A., & Wilson, L. M. (2006). Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses
penyakit(Penerjemah: Brahm U. Pendit). Jakarta: EGC.