You are on page 1of 10

POTENSI EFEK ANSIOLITIK HERBAL PASSIFLORA

SEBAGAI AGEN FITOTERAPEUTIK TERHADAP


GANGGUAN CEMAS MENYELURUH
Lomba Esai Ilmiah MedSCo 2016

Muh. Zuhal Darwis


11020140085

PENDIDIKAN DOKTER
KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2016

POTENSI EFEK ANSIOLITIK HERBAL PASSIFLORA SEBAGAI AGEN


FITOTERAPEUTIK TERHADAP GANGGUAN CEMAS MENYELURUH
Muh. Zuhal Darwis
I. Pendahuluan
Ansietas (Cemas) didenifisikan sebagai suatu sinyal yang menyadarkan, ia
memperingatkan adanya bahaya yang mengancam dan memungkinkan seseorang
mengambil tindakan untuk mengatasi ancaman.1 Sensasi ansietas sering dialami
oleh hampir semua manusia. Perasaan tersebut ditandai oleh ketakutan yang difus,
tidak menyenangkan, seringkali disertai oleh gejala otonomik, seperti nyeri
kepala, berkeringat, palpitasi, gelisah, dan sebagainya. Kumpulan gejala tertentu
yang ditemui selama kecemasan cenderung bervariasi, pada setiap orang tidak
sama. Ansietas yang patologik biasanya merupakan kondisi yang melampaui batas
normal terhadap satu ancaman yang sungguh-sungguh dan maladaptif.2,3
Gangguan ansietas memiliki beberapa bentuk, antara lain gangguan
ansietas fobik, gangguan panik, gangguan ansietas menyeluruh, gangguan
campuran ansietas dan depresi, gangguan obsesif-kompulsif dan gangguan stress
pasca trauma. Dari semua gangguan ansietas, gangguan ansietas menyeluruh
(Generalized anxiety disorder, GAD) merupakan gangguan cemas yang paling
sering dijumpai pada klinik psikiatri. Angka prevalensi untuk gangguan ansietas
menyeluruh 3-8%, dengan prevalensi pada wanita > 40 tahun sekitar 10%. Rasio
antara perempuan dan laki-laki sekitar 2:1. Onset penyakit biasanya muncul pada
usia pertengahan hingga dewasa akhir, dengan insidens yang cukup tinggi pada
usia 35-45 tahun.4 Di Amerika Serikat prevalensi GAD seumur hidup ialah sekitar
5,1-11,9%. Berdasarkan studi epidemiologi di Eropa menemukan prevalensi GAD
selama 12 bulan ialah 1,7-3,4%, dan prevalensi seumur hidup sebesar 4,3-5,9%. 5
Pasien gangguan ansietas menyeluruh sering mengalami komorbiditas dengan
gangguan mental lainnya seperti Gangguan Panik, Gangguan Obsesif Kompulsif,
Gangguan Stres Pasca Trauma, dan Gangguan Depresi Berat.2

II. Isi
Berdasarkan

definisinya,

gangguan

ansietas

menyeluruh

(GAD)

merupakan kondisi gangguan yang ditandai dengan kecemasan dan kekhawatiran


yang berlebihan dan tidak rasional bahkan terkadang tidak realistik terhadap
berbagai peristiwa kehidupan sehari-hari. Kondisi ini dialami hampir sepanjang
hari, berlangsung sekurang-kurangnya selama 6 bulan. Kecemasan yang dirasakan
sulit untuk dikendalikan dan berhubungan dengan gejala-gejala somatik seperti
ketegangan otot, iritabilitas, kesulitan tidur, dan kegelisahan sehingga
menyebabkan penderitaan yang jelas dan gangguan yang bermakna dalam fungsi
sosial dan pekerjaan.6
GAD ditandai dengan kecemasan dan khawatir yang berlebihan tentang
peristiwa-peristiwa kehidupan sehari-harinya tanpa alasan yang jelas untuk
khawatir. Kecemasan ini tidak dapat dikontrol sehingga dapat menyebabkan
timbulnya stres dan mengganggu aktivitas sehari-hari, pekerjaan dan kehidupan
sosial.6,7
Ada beberapa teori yang mendasari etiologi dari GAD, yaitu teori biologi,
teori genetik, teori psikoanalitik, dan teori kognitif-perilaku. Teori yang paling
sering digunakan berdasarkan terapinya ialah teori psikoanalitik dan teori biologi.
Pada teori psikoanalitik menghipotesiskan bahwa ansietas adalah gejala dari
konflik bawah sadar yang tidak terselesaikan, sedangkan pada teori biologi
menyatakan bahwa area otak yang diduga terlibat pada timbulnya GAD adalah
lobus oksipitalis yang mempunyai reseptor benzodiazepin tertinggi di otak. Basal
ganglia, sistem limbik, dan korteks frontal juga dihipotesiskan terlibat pada
etiologi timbulnya GAD. Pada pasien GAD juga ditemukan sistem serotonergik
yang abnormal. Neurotransmiter yang berkaitan dengan GAD adalah GABA
(asam -aminobutirat), serotonin, norepinefrin, glutamat, dan kolesistokinin. Pada
pasien ansietas ditemukan terjadinya penurunan aktivitas dari GABA yang
merupakan neurotransmitter inhibitorik. Pemeriksaan PET (Positron Emision
Tomography) pada pasien GAD ditemukan penurunan metabolisme di ganglia
basal dan massa putih otak.6,7

Terapi Gangguan Cemas Menyeluruh dan Potensi Herbal Passiflora


Terapi untuk gangguan cemas menyeluruh ialah dengan menggunakan
obat ansiolitik (anti-cemas), benzodiazepin merupakan terapi pilihan pertama
untuk gangguan cemas, dimulai dengan dosis terendah dan ditingkatkan sampai
mencapai respon terapi. Namun benzodiazepin dapat menimbulkan depresi SSP
dalam penggunaannya. Efek samping akibat depresi susunan saraf pusat berupa
kantuk dan ataksia merupakan kelanjutan efek farmakodinamik obat-obat ini.
Efek antiansietas diazepam dapat diharapkan terjadi bila kadar dalam darah
mencapai 300-400 ng/mL; pada kadar yang sama terjadi pula efek sedasi dan
gangguan psikomotor. Intoksikasi SSP yang menyeluruh terjadi pada kadar di atas
900-1000 ng/mL. Kadar terapi klordiazepoksid mendekati 750-1000 ng/mL. Efek
samping lainnya ialah rash, mual, nyeri kepala, gangguan fungsi seksual, vertigo
dan kepala rasa ringan.8 Untuk mengurangi efek samping pengobatan dengan tetap
efektif sebagai terapi, dibutuhkan novel terapi yang minim akan efek samping.
Salah satunya ialah dengan pemanfaat tanaman herbal, banyak tanaman herbal
yang berpotensi dalam terapi gangguan cemas, seperti : Piper methysticum,
Valeriana officinalis, serta herbal genus Passiflora. Herbal genus Passiflora
merupakan tanaman obat yang berpotensi sebagai agen terapeutik dalam berbagai
penyakit psikiatri, seperti: insomnia, opiate withdrawal, serta kecemasan.
Menurut beberapa penelitian Passiflora memiliki efek ansiolitik karena bekerja
pada reseptor GABA, seperti halnya benzodiazepin.
Herbal genus Passiflora terdiri dari sekitar 520 spesies tanaman, tanaman
ini berasal dari famili Passifloraceae. Genus Passiflora yang paling sering
digunakan untuk agen terapeutik ialah Passiflora edulis (Markisa) dan Passiflora
incarnata (Passionflower). Passiflora edulis biasanya dibudidaya pada daratan
tinggi, terutama pada daerah Sumatra Utara dan Sulawesi Selatan yang menjadi
sentra produksi markisa.9 Ekstrak bunga Passiflora memiliki banyak kandungan
yang berpotensi menimbulkan efek ansiolitik, seperti: vitexin, isovitexin, orientin
dan isoorientin. Selain itu ekstrak bunga Passiflora juga mengandung GABA
(asam -aminobutirat) yang merupakan neurotransmitter yang berperan dalam
mekanisme terjadinya gangguan cemas.10

Mekanisme Kerja Passiflora Sebagai Agen Fitoterapeutik Terhadap


Gangguan Cemas Menyeluruh

Passiflora

Gambar 1. Mekanisme terapeutik Passiflora Dalam menginduksi efek ansiolitik11


Herbal Passiflora memiliki mekanisme kerja yang mirip dengan
benzodiazepin, yaitu bekerja pada reseptor GABA A. Pada awalnya GABA yang
berikatan dengan reseptor GABA pada celah sinaptik akan menyebabkan kanal
ion klorida terbuka, hal ini menyebabkan hiperpolarisasi pada sel. Kandungan
pada Passiflora seperti vitexin, isovitexin, orientin dan isoorientin akan berikatan
dengan reseptor benzodiazepin yang berada pada subunit pada reseptor GABA.
Hal tersebut dapat memperkuat ikatan GABA pada reseptornya sehingga
menyebabkan lebih banyak ion klorida yang masuk ke dalam sel. Cl - yang masuk
membuat sel menjadi hiperpolarisasi sehingga lebih sulit untuk mengalami
depolarisasi, dan oleh sebab itu mengurangi eksitabilitas neuron, mengakibatkan
tidak terbentuknya aksi potensial. Selain itu Passiflora juga mengandung GABA
sehingga dapat menambah efek hiperpolarisasi.10,12

Menurut penelitian oleh Grundmann et al, terhadap efek dari Passiflora


terhadap sistem GABAergik pada tikus ditemukan bahwa Passiflora memiliki
aktivitas ansiolitik yang diukur dengan elevated plus maze test, tes ini memiliki
metode yang menggunakan aparatus yang ditinggikan berbentuk tanda postitif
(+), terdiri dari dua lengan tertutup dan dua lengan terbuka. Model perilaku
didasarkan pada keengganan umum pada tikus untuk berada di ruang terbuka.
keengganan ini mengarah ke perilaku disebut thigmotaxis, preferensi untuk tetep
berada di ruang tertutup atau dekat dengan tepi dalam ruang yang terbatas.
Pengurangan kecemasan ditunjukkan dengan peningkatan proporsi waktu yang
dihabiskan di lengan terbuka (waktu di lengan terbuka / total waktu di lengan
terbuka atau tertutup), dan peningkatan proporsi masuknya tikus ke dalam lengan
terbuka (jumlah masukan ke lengan terbuka / total masukan ke lengan terbuka
atau tertutup).13 Pada penelitian ini ditemukan bahwa terjadi peningkatan yang
signifikan dari proporsi waktu yang dihabiskan di lengan terbuka dan masukan
tikus ke dalam lengan terbuka pada pemberian ekstrak Passiflora dengan dosis
375 mg/kgBB, bahkan lebih efektif kadarnya daripada pemberian diazepam 1,5
mg/kgBB yang merupakan terapi lini pertama dari gangguan cemas.14

Passiflora

Grafik 1. Efek pemberian ekstrak Passiflora dan diazepam terhadap aktivitas


ansiolitik pada tikus yang diukur dengan elevated plus maze test14

Pada penelitian lainnya oleh Coleta et al. mengenai efek samping dari
herbal Passiflora, menunjukkan bahwa tidak terjadi efek samping sedasi serta
gangguan motorik setelah pemberian 230 mg/kgBB ekstrak Passiflora, berbeda
dengan pemberian diazepam 1 mg/kgBB menunjukkan adanya gangguan motorik
serta efek relaksasi otot sebagai efek sampingnya. Efek samping pemberian terapi
diukur dengan menggunakan tes horizontal-wire dan chimney.15 Pada tes
horizontal-wire digunakan untuk mengevaluasi efek relaksan otot, yang terdiri
dari kawat tembaga ditempatkan 20 cm di atas tanah kemudian hewan coba
diletakkan diatas kawat dengan cakar kedepan dan dihitung waktu yang
dibutuhkan hewan coba untuk mencapai kawat dengan bagian belakang badan
atau ekornya. Hewan coba yang gagal melakukannya dalam waktu 5 detik
dianggap gagal dalam tes dan hal ini dianggap identik dengan efek relaksasi otot.16
Sedangkan pad tes chimney, berfungsi untuk menilai koordinasi motorik. Tes yang
terdiri dari tabung gelas sederhana di mana tikus coba masuk dan ketika mencapai
ujung lainnya, tabung ditempatkan dalam posisi vertikal. Reaksi normal hewan
coba adalah untuk mendaki tabung secara mundur. Kinerja hewan dievaluasi oleh
waktu yang dibutuhkan untuk mencapai tepi atas kaca tabung. Jika teradapat
penurunan motorik, maka akan terlihat ketidakmampuan tikus untuk memanjat
mundur ke atas tabung dalam waktu 30 detik.15
60
50
40
30
20
10
0
Horizontal-wire test
Chimney test

Grafik 2. Perbandingan efek samping (gangguan motorik dan efek relaksan otot)
pada pemberian diazepam 1 mg/kgBB dan ekstrak Passiflora 320 mg/kgBB15

III. Penutup
Kesimpulan
Gangguan ansietas menyeluruh (GAD) merupakan kondisi gangguan yang
ditandai dengan kecemasan dan kekhawatiran yang berlebihan dan tidak rasional
bahkan terkadang tidak realistik terhadap berbagai peristiwa kehidupan seharihari. Kondisi ini dialami hampir sepanjang hari, berlangsung sekurang-kurangnya
selama 6 bulan. Kecemasan ini menunjukkan gejala somatik, seperti : ketegangan
otot, iritabilitas, kesulitan tidur, dan kegelisahan sehingga menyebabkan
penderitaan yang jelas dan gangguan yang bermakna dalam fungsi sosial dan
pekerjaan.
Terapi lini pertama untuk GAD adalah benzodiazepin, namun obat ini
dapat menimbulkan depresi SSP yang mengakibatkan kantuk dan ataksia. Efek
samping lainnya ialah rash, mual, nyeri kepala, gangguan fungsi seksual, vertigo
dan kepala rasa ringan. Untuk mengurangi efek samping pengobatan dengan tetap
efektif sebagai terapi, dibutuhkan novel terapi yang minim akan efek samping.
Salah satunya ialah dengan pemanfaat tanaman herbal, salah satu tanaman herbal
yang berpotensi sebagai ansiolitik ialah Passiflora. Passiflora mengandung
GABA, vitexin, isovitexin dll yang bereperan dalam mekanisme terapinya.
Passiflora memiliki dua mekanisme utama sebagai ansiolitik, yaitu meningkatkan
konsentrasi GABA pada celah sinaptik, dan berikatan dengan reseptor
benzodiazepin, kedua mekanisme tersebut menyebabkan hiperpolarisasi sel
sehingga depolarisasi sulit terjadi, hal ini mengakibatkan tidak terbentuknya
potensial aksi dalam sel. Hal inilah yang mengurangi rasa cemas.
Berdasarkan penelitian mengenai efek ansiolitik Passiflora secara in vivo,
ditemukan bahwa dosis efektif untuk ekstrak bunga Passiflora ialah 375
mg/kgBB, bahkan lebih efektif dibandingkan dengan diazepam 1,5 mg/kgBB.
Dilihat dari segi efek sampingnya, Passiflora tidak menunjukkan adanya efek
samping gangguan koordinasi motorik, berbeda dengan diazepam yang memiliki
efek samping sedasi dan gangguan motorik.

Daftar Pustaka
1. Sylvia D Elvira, Gitayanti Hadisukanto. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: FKUI.
2010. H: 235-241
2. Kaplan HI, Saddock BJ. Gangguan Kecemasan. In : Wiguna M, editor.
Sinopsis Psikiatri. Edisi ketujuh Jilid Satu : Phyladelphia. Hal. 1-8.
3. Hutagalung, Evalina Asnawi. Tatalaksana Diagnosis dan Terapi Gangguan
Anxietas. [Internet] 2007 [cited 2016 November 26]. Available from :
http://gangguan_anxietas.htm
4. Shear, Katherine M. Anxiety Disorders Generalized Anxiety Disorder in :
Dale DC, Federman DD, editors. ACP Medicine. 3rd Edition. Washington:
WebMD Inc. : 2007.
5. Kessler RC, Gruber M, Hettema JM, et al. Co-morbid major depression and
generalized anxiety disorders in the National Comorbidity Survey follow-up.
Psychol Med 2008; 38:365.
6. Kaplan HI, Saddock BJ. Gangguan Kecemasan. In : Wiguna M, editor.
Sinopsis Psikiatri. Edisi ketujuh Jilid Dua : Phyladelphia. Hal. 60-66
7. Sadock, Benjamin James; Sadock, Virginia Alcott. Generalized Anxiety
Disorder in : Kaplan & Sadocks Synopsis of Psychiatry : Behavioral
Sciences/Clinical Psychiatry, 10th Edition. New York: Lippincott Williams &
Wilkins: 2007. p. 623-7
8. Gunawan, Sulista Gan, dkk. 2012. Farmakologi dan Terapi. Ed 5. Departemen
Farmakologi Dan Terapeutik FK UI: Jakarta.
9. Sunarjono, Hendro. Berkebun 21 Jenis Tanaman Buah. Niaga Swadaya. ISBN
979-489-843-0.
10. Traub, Michael. 2012. Passionflower: An overview of the research and clinical
indications. Gaia Herbs
11. Shiloh, Roni et al. 2006. Atlas of Psychiatric Pharmacotherapy
12. Harvey, Richard A, et al. 2013. Farmakologi Ulasan Bergambar. Ed 4. EGC:
Jakarta
13. Hogg S.A. (1996). "Review of the validity and variability of the elevated plusmaze as an animal model of anxiety". Pharmacol. Biochem. Behav. 54: 2130.
doi:10.1016/0091-3057(95)02126-4
14. Oliver Grundmann, et al. 2008. Anxiolytic Activity of a Phytochemically
Characterized Passiflora incarnata Extract is Mediated via the GABAergic
System. Planta Med 2008; 74: 17691773
8

15. Miguel Coleta, et al. Neuropharmacological Evaluation of the Putative


Anxiolytic Effects of Passiflora edulis Sims, its Sub-fractions and Flavonoid
Constituents. Phytother. Res. 20, 10671073 (2006)
HG, Vogel WH. 1997. Drug Discovery

16. Vogel

and

Evaluation,

Pharmacological Assays. Springer: Berlin, 211212.

You might also like