You are on page 1of 19

PERCOBAAN V

BIOASSAY EKSTRAK BAHAN ALAM (Cymbopogon nardus L)


A. Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah :
1. Untuk mengetahui prinsip dasar pengujian ekstrak bahan
alam.
2. Untuk

mengetahui

proses

uji

bioassay

dengan

menggunakan metode Brine Shrimp Lethality Test (BST).


B. Tinjauan Pustaka
Uji toksisitas akut adalah suatu pengujian untuk menetapkan potensi
toksisitas akut LD50, menilai berbagai gejala toksik, spektrum efek toksik, dan
mekanisme kematian. Tujuan uji toksisitas akut adalah untuk mendeteksi adanya
toksisitas suatu zat, menentukan organ sasaran dan kepekaannya, memperoleh
data bahayanya setelah pemberian suatu senyawa secara akut dan untuk
memperoleh informasi awal yang dapat digunakan untuk menetapkan tingkat
dosis yang diperlukan untuk uji toksisitas selanjutnya (Soeksmanto dkk 2010).
Metode uji toksisitas dilakukan secara in vitro maupun in vivo. Salah satu
metode toksisitas in vitro yang sering digunakan adalah metode Brine Shrimp
Letality Test (BSLT). Metode BSLT merupakan salah satu cara yang cepat dan
murah untuk skrining toksisitas dari ekstrak tanaman dengan menggunakan hewan
laut yaitu larva udang Artemia salina Leach. Uji toksisitas dengan metode BSLT
ini memiliki spektrum aktivitas farmakologi yang luas, prosedurnya sederhana,
cepat dan tidak membutuhkan biaya yang besar, serta hasilnya dapat dipercaya. Di
samping itu, metode ini sering dikaitkan dengan metode penapisan senyawa
antikanker. Dengan alasan-alasan tersebut, maka uji ini sangat tepat digunakan
dalam mengawali penelitian bahan alam (Frengki dkk., 2014).
Beberapa obat tradisional melibatkan penggunaan ekstrak tanaman mentah
yang mungkin mengandung keragaman yang luas dari molekulnya, sering dengan
efek biologis terbatas. Namun, sebagian besar informasi yang tersedia mengenai
potensi obat tanaman ini tidak dilengkapi dengan data ilmiah yang kredibel.

Untuk alasan ini, beberapa penelitian telah dilakukan untuk menentukan toksisitas
tanaman obat. Sebuah bioassay umum yang muncul mampu mendeteksi spektrum
yang luas dari bioaktivitas kini dalam ekstrak mentah tanaman adalah Brine
Shrimp (Artemia sp.) Lethality Assay (BSLA). BSLA digunakan sebagai indikator
toksisitas umum dan juga sebagai panduan untuk mendeteksi antitumor dan
senyawa pestisida. Biaya rendah dan kemudahan melakukan pengujiannya dan
ketersediaan komersial telur udang air asin murah membuat BSLA sebuah tempat
top metode yang sangat berguna. Pengujian ini telah tercatat sebagai alat yang
berguna untuk isolasi senyawa bioaktif dari ekstrak tumbuhan (Olowa, 2013).
Senyawa yang diduga memiliki aktivitas anti kanker, harus diujikan
terlebih dahulu pada hewan percobaan. Penelitian ini menerapkan metode Brine
Shrimp Lethality Test (BST) dengan menggunakan larva udang Artemia salina
leach sebagai hewan uji. Metode ini merupakan salah satu metode yang banyak
digunakan untuk pencarian senyawa anti kanker baru yang berasal dari tanaman.
(Mutia, 2010).
Uji toksisitas dilakukan sebagai tes awal untuk menentukan potensi
produk alami biologis aktif dalam pengembangan obat-obatan. Brine Shrimp
Lethality Test (BSLT) dianggap sebagai screening awal untuk kehadiran antitumor
atau antikanker. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui toksisitas, antikanker,
dan potensi antioksidan (Utami dkk., 2014).
Uji BST dilakukan dengan sedikit modifikasi. Telur Artemia salina (sekitar
30 mg) ditempatkan ke dalam penetasan ruang dan disimpan di bawah aerator
konstan selama 24 jam. Setelah menetas, nauplii aktif dikumpulkan dengan pipet
Pasteur yang digunakan untuk pengujian. Sampel uji yang dibuat sebagai berikut.
Dua puluh miligram setiap senyawa disintesis ditimbang, dilarutkan, dan
diencerkan mengikuti prosedur pengenceran dijelaskan oleh McLaughlin untuk
memberikan berbagai jumlah sampel sesuai dengan 1.000 ppm, 100 ppm, 10 ppm,
1 ppm, dan 0,1 ppm, masing-masing dalam rangkap tiga. Berdasarkan criterium
Meyer bahwa zat murni dianggap beracun jika nilai LC 50 kurang dari 30 ppm
(Rudyanto dkk., 2014).

C. Alat dan Bahan


1

Alat
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah:

Aerator

Botol vial

Gelas kimia 100 ml dan 250 ml

Gelas ukur 10 ml

Keranjang

Lampu pijar

Oven

Pipet tetes

Senter

Spoit 1 ml dan 5 ml

Wadah penetas

Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu:
a

Akuades

Air laut pantai nambo

Ekstrak serei (Cymbopogun nardus.L)

Etil asetat

Fraksi ekstrak etil asetat

Fraksi ekstrak metanol

Fraksi ekstrak N-heksan

n-Heksan

Larva udang Artemia salina Leach

Metanol

Tissu

DMSO (Dimethyl Sufoxide)

D. Prosedur Kerja
1). Penetasan Larva
Telur udang Artemia SalinaE.Leach

ambil telur udang Artemia Salina Leach secukupnya dan direndam


dalam air suling selama 10 menit
-

pisakan telur udang yang terapung dan yang tenggelam. Telur udang yang terapung dibuang karena tidak berisi, sedangkan ya

masukkan dalam wadah plastik berbentuk kerucut, lalu ditambahkan air laut

masukkan aerotor kedalam wadah penetes dan berikan cahaya lampu pijar

diamkan selama 48 jam larva siap digunakan untuk penggujian.

Larva udang

2. Pembuatan Larutan Stok


Fraksi
Di timbang masing-masing fraksi heksan, fraksi etil asetat dan fraksi metanol sebanyak 15 mg

Di larutkan masing-masing fraksi dengan pelarut DMSO sebanyak 15 ml dalam tabung reaksi y
Di aduk hingga larut dan homogen

Konsentrasi 1000 ppm


Di ambil 7,5 ml larutan stok 1000 ppm (untuk masing-masing fraksi)
Di cukupkan dengan air laut 15 ml
Konsentrasi 500 ppm
Di ambil 7,5 ml larutan stok 500 ppm (untuk masing-masing fraksi)
Di cukupkan dengan air laut 15 ml
Konsentrasi 250 ppm
Di ambil 7,5 ml larutan stok 250 ppm (untuk masing-masing fraksi)
Di cukupkan dengan air laut 15 ml
Konsentrasi 125 ppm
Di ambil15 ml DMSO (untuk kontrol negatif)
Konsentrasi 0 ppm

3. Pelaksanaan Uji
Fraksi

1000 ppm pppppm 500 ppm

250 ppm

125 ppm

0 ppm

Di ambil 1 ml, di masukkan dalam vial, dan di lakukan secara triplo


Di masukkan 10 ekor larva, di cukupkan 5 ml air laut
Di diamkan selama 24 jam
Di amati

Hasil pengamatan?

E. Hasil Pengamatan
1. % Kematian (Mortalitas)
No.

1.

2.

3.

4.
F.

Sampel

Pelarut
metanol

Pelarut etil
asetat

Pelarut nheksan

Kontrol
negatif

Jumlah Larva
Mati/Replikasi
1
2
3

%
Mortalitas

1000 ppm

27

500 ppm

37

250 ppm

23

125 ppm

17

50 ppm

30

1000 ppm

60

500 ppm

23

250 ppm

30

125 ppm

13

50 ppm

20

1000 ppm

27

500 ppm

30

250 ppm

30

125 ppm

17

50 ppm

20

0 ppm

Konsentrasi

2. Nilai Probit
Log
% Mortalitas Probit
Konsentrasi
4,39
1000 ppm 3,0
27
2,7
500 ppm
37
4,67

Sampel

Konsentrasi

Pelarut
metanol

250 ppm

2,4

23

4,26

125 ppm

2,1

17

4,05

50 ppm

1,7

30

4,48

1000 ppm

3,0

60

5,25

500 ppm

2,7

23

4,26

250 ppm

2,4

30

4,48

125 ppm

2,1

13

3,87

50 ppm

1,7

20

4,16

1000 ppm

3,0

27

4,39

500 ppm

2,7

30

4,48

250 ppm

2,4

30

4,48

125 ppm

2,1

17

4,05

50 ppm

1,7

20

4,16

0 ppm

Pelarut etil
asetat

Pelarut nheksan

Kontrol
negatif

3. Hasil Analisis Regresi

Probit vs Log Concentration


5
f(x) = 0.12x + 4.09
R = 0.07

4
3

Probit of Mortality 2

Linear ()

1
0
0

0.5

1.5

2.5

3.5

Log Concentration

a. Fraksi Metanol

Probit vs Log Concentration


5
f(x) = 0.77x + 2.56
R = 0.57

4
3

Probit of Mortality 2

Linear ()

1
0
0

0.5

1.5

2.5

Log Concentration

b. Fraksi etil asetat

3.5

Probit vs Log Concentration


f(x) = 0.27x + 3.66
R = 0.5

Probit of Mortality

Linear ()
0

0.5

1.5

2.5

3.5

Log Concentration

c. Fraksi n-Heksan

4. Nilai LC50
G. Samp
el

Konsentrasi

% Mortalitas

Probit

1000 ppm

27

4,39

500 ppm

37

4,67

250 ppm

23

4,26

125 ppm

17

4,05

50 ppm

30

4,48

1000 ppm

60

5,25

500 ppm

23

4,26

250 ppm

30

4,48

125 ppm

13

3,87

50 ppm

20

4,16

1000 ppm

27

4,39

500 ppm

30

4,48

Pelarut n-heksan 250 ppm

30

4,48

125 ppm

17

4,05

50 ppm

20

4,16

Pelarut metanol

Pelarut etil
asetat

LC50

53,951
mg/ml

2,69.1
021
g/ml

4,886
g/ml

F. Perhitungan
1

Pelarut Metanol
% Jumlah larva mati
a

1000 ppm
4+2+2
=2,66
3

500 ppm
2+5+4
=3,66
3

250 ppm
3+ 3+1
=2,33
3

125 ppm
1+1+3
=1,66
3

50 ppm
3+ 4+ 2
=3
3

Pelarut Etil Asetat


% Jumlah larva mati
a

1000 ppm
6 +6+6
=6
3

500 ppm

2+3+ 2
=2,33
3
c

250 ppm
3+ 3+3
=3
3

125 ppm
2+ 0+2
=1,33
3

50 ppm
2+2+2
=2
3

Pelarut n-heksan
% Jumlah larva mati
a

1000 ppm
4+3+1
=2,66
3

500 ppm
4+3+ 2
=3
3

250 ppm
5+ 3+1
=3
3

125 ppm
1+2+2
=1,66
3

50 ppm

3+ 2+ 1
=2
3

G. Pembahasan
Toksisitas adalah potensi dari suatu senyawa kimia untuk dapat
menyebabkan kerusakan ketika senyawa tersebut mengenai atau masuk
kedalam tubuh makhluk hidup. Toksisitas menandakan adanya efek
toksik/racun yang terdapat pada bahan sebagai sediaan single dose atau
campuran. Uji toksisitas umumnya bertujuan untuk menilai risiko yang
mungkin ditimbulkan dari suatu zat kimia toksikan.
Uji toksisitas dari suatu senyawa kimia biasanya dibagi menjadi
tiga kategori yakni uji toksisitas akut yang dilakukan dengan
memberikan bahan kimia yang sedang diuji sebanyak satu
kali atau beberapa kali dalam jangka waktu 24 jam. Uji
toksisitas

jangka

pendek

(dikenal

dengan

subkronik)

dilakukan dengan memberikan bahan tersebut berulangulang, biasanya setiap hari atau 5 x

seminggu, selama

jangka waktu kurang lebih 10% dari masa hidup hewan,


yaitu 3 bulan untuk tikus dan 1 atau 2 tahun untuk anjing
sedangkan uji toksisitas jangka panjang (kronik), dilakukan
dengan memberikan bahan kimia berulang-ulang selama
masa

hidup

hewan

coba

atau

sekurang-kurangnya

sebagian besar dari masa hidupnya, misalnya 18 bulan


untuk mencit, 24 bulan untuk tikus, dan 7-10 tahun untuk
anjing dan monyet.

Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui efek toksik dari ekstrak


rimpang jahe merah menggunakan hewan coba berupa larva udang. Uji
toksisitas akut dilakukan untuk mengukur derajat efek toksik suatu
senyawa yang terjadi dalam waktu singkat, yaitu 24 jam setelah
pemberiannya dalam dosis tunggal. Jumlah kematian hewan uji dipakai
sebagai ukuran untuk efek toksik suatu bahan (kimia) pada sekelompok
hewan uji jika dalam hal ini hewan uji dipandang sebagai subjek, respon
berupa kematian tersebut merupakan suatu respon diskretik. Berarti hanya ada
dua macam respon yaitu ada atau tidak ada kematian.
Metode yang digunakan pada percobaan ini adalah metode BSLT
(Brine Shrimp Lethality Test). Metode BSLT merupakan uji toksisitas yang
digunakan sebagai uji permulaan untuk mengetahui aktivitas dari suatu zat
atau senyawa yang terkandung dalam suatu ekstrak atau suatu isolat murni.
Uji toksisitas dengan metode BSLT ini memiliki spektrum aktifitas
farmakologi yang luas, prosedurnya sederhana, cepat dan tidak membutuhkan
biaya yang besar, serta hasilnya dapat di percaya. BSLT juga merupakan salah
satu metode yang banyak digunakan untuk pencarian senyawa antikanker
baru yang berasal dari tanaman. Metode BSLT telah terbukti memiliki
korelasi dengan aktivitas antikanker.
Larva udang yang digunakan adalah jenis Artemia salina L. Proses
pembenihan telur udang dilakukan dalam media air laut. Hal ini dilakukan
sebagai simulasi dari habitat asli larva udang yaitu air laut. Ekstrak yang
digunakan adalah ekstrak rimpang jahe merah yang dibuat larutan dengan 11
variasi konsentrasi yang berbeda (ppm) hal ini bertujuan untuk mengetahui
pada kadar berapa ekstrak rimpang jahe merah dapat memberikan efek toksik
pada larva udang. Selain itu, untuk masing-masing konsentrasi ekstrak
dilakukan dua kali pengulangan
prosedur yang dilakukan.

yakni untuk memastikan keefektifan

Pada prakteknya dilakukan perlakuan yang sama untuk semua variasi


konsentrasi yang telah dibuat. Larutan ekstrak yang dimasukkan dalam botol
vial dilarutkan terlebih dahulu dengan sedikit air laut. Kemudian dimasukkan
10 larva udang kedalamnya. Proses pengambilan larva udang dilakukan harus
dengan cermat. Hal ini dikarenakan ukuran larva udang yang sangat kecil
sehingga diperlukan kehati-hatian dalam proses pemindahannya. Botol vial
yang telah berisi 10 larva udang kemudian dicukupkan dengan air laut hingga
batas tera yang telah ditentukan. Masa inkubasi dilakukan selama 24 jam
untuk melihat respon dari larva udang terhadap masing-masing konsentrasi.

Hasil yang diperoleh berdasarkan pengujian yang dilakukan, nilai


LC50 fraksi metanol sebesar 53,951 mg/ml, fraksi etil asetat sebesar
2,69.1021 g/ml dan fraksi n-heksan sebesar 4,886 g/ml. Suatu ekstrak
dikatakan toksik jika memiliki nilai LC50 (Konsentrasi yang mampu
membunuh 50% larva udang) kurang dari 1000 g/ml setelah waktu
kontak 24 jam. Olehnya itu, berdasarkan hal tersebut, maka hasil yang
diperoleh untuk fraksi n-heksan ekstrak sereh (Cymbopogon nardus L.)
bersifat toksik, sedangkan fraksi metanol dan fraksi etil asetat yang
diperoleh bersifat tidak toksik.
Hasil

pengamatan

selama

24

jam

perlakuan

menunjukkan adanya hewan coba yang mati dan yang tetap


bertahan hidup. Pemeriksaan toksisitas senyawa aktif atau bahan dapat

digunakan sebagai syarat uji keamanan suatu obat baru, sehingga dapat
diketahui jumlah takaran yang tepat berdasarkan tingkat toksisitas dari
bahan yang digunakan

H. Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh berdasarkan percobaan yang telah
dilakukan yaitu:
1. Prinsip dasar pengujian ekstrak bahan alam dengan pengujian
bioassay adalah suatu test atau uji yang menggunakan organisme
hidup untuk mengetahui efektifitas suatu bahan hidup ataupun bahan
organik dan anorganik terhadap suatu organisme hidup dan daya
bunuh in vivo dari senyawa bioaktif terhadap organisme hewan yang
dapat digunakan untuk menapis ekstrak tumbuhan yang mempunyai
bioaktivitas dan juga memonitor fraksi bioaktif selama fraksinasi dan
pemurnian.
2. Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) dapat dilakukan dengan
menggunakan senyawa bahan alam terhadap larva udang Artemia
Salina Leach. Hasil dari percobaan ini yaitu nilai LC50 fraksi metanol
sebesar 53,951 mg/ml, fraksi etil asetat sebesar 2,69.1021 g/ml dan
fraksi n-heksan sebesar 4,886 g/ml, untuk fraksi n-heksan ekstrak
sereh (Cymbopogon nardus L.) bersifat toksik, sedangkan fraksi
metanol dan fraksi etil asetat yang diperoleh bersifat tidak toksik.

DAFTAR PUSTAKA
Frengki, Roslizawaty dan Desi P., 2014, Uji Toksisitas Ekstrak Etanol Sarang
Semut Lokal Aceh (Mymercodia sp.) dengan Metode BSLT terhadap Larva
Udang Artemia salina Leach, Jurnal Medika Veterinaria, Vol. 8, No. 1.
Mutia, D., 2010, Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol Buah Anggur (Vitis vinifera)
terhadap Larva Artemia salina Leach dengan Metode Brine Shrimp
Lethality Test (BST), Skripsi.
Olowa , L.F., dan O.M. Nueza, 2013, Brine Shrimp Lethality Assay of the
Ethanolic Extracts of Three Selected Species of Medicinal Plants from
Iligan City, Philippines, International Research Journal of Biological
Sciences, Vol. 2, No. 11.
Rudyanto, M., J. Ekowati, T. Widiandani dan T. Honda, 2014, Synthesis and Brine
Shrimp Lethality Test of Some Benzoxazine and Aminomethyl Derivatives
Of Eugenol, Int J Pharm Pharm Sci, Vol. 6, No. 2.
Soeksmanto, A., Partomuan S., dan Muhammad, A.S., 2010, Uji Toksisitas Akut
Ekstrak Air Tanaman Sarang Semut (Myrmecodia pendans) Terhadap
Histologi Organ Hati Mencit, Jurnal Natur Indonesia, Vol. 12, No. 2.
Sunanto, H., 2009, 100 Resep Sembuhkan Hipertensi, Asam Urat,
dan Obesitas, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta.
Utami, A.W., A. T. Wahyudi, dan I. Batubara, 2014, Toxicity, Anticancer and
Antioxidant Activity of Extracts From Marine Bacteria Associated With
Sponge Jaspis sp., International journal of Pharma and Bio Sciences, Vol.
5, No. 4.

LAPORAN FITOKIMIA I
PERCOBAAN VI
BIOASSAY EKSTRAK BAHAN ALAM (Orthosiphon aristatus)

OLEH :
NAMA

: DEWI SARTIKA H

NIM

: O1A114072

KELAS

:B

KELOMPOK

: VII (TUJUH)

ASISTEN

: RAHMI ARDANI

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2016

You might also like