You are on page 1of 16

KASUS 2

STROKE ISKEMIK

A. IDENTITAS PASIEN
1. Nama Pasien : Tn. MS
2. Tanggal Lahir : 3 Juni 1954 (60 tahun)
3. No. RM :
4. Tinggi Badan : 165 cm
5. Berat Badan : 65 kg
6. Tanggal Masuk RS :
a. 07 Desember 2014 jam 22:59 Masuk IGD
b. 08 Desember 2014 jam 06:35 Masuk Rawat Inap Lantai 6 PU
7. Riwayat Penyakit Dahulu : Hipertensi
8. Riwayat Penyakit Keluarga : Ibu dan adik menderita hipertensi dan adik
meninggal karena stroke
9. Riwayat Pengobatan : Minum obat hipertensi tapi tidak tahu nama obatnya
10. Ketergantungan/kebiasaan : Makan gorengan, sate kambing dan minum teh
11. Riwayat Alergi : 12. Anamnesa :
Pasien datang dengan keluhan lemah pada sisi kiri badan kurang lebih 5 jam
sebelum masuk rumah sakit.
13. Diagnosa : Stroke infark + pleuropneumonia

20

B. DATA SUBJEKTIF PASIEN


Perkembangan Keluhan Pasien
Keluhan Pasien

7/12
(22:39)

08/12
(09:10)

Lemah sisi kiri


badan
Kepala pusing
Batuk
Tidak ada keluhan
Skala nyeri

09/12

10/12

11/12

12/12
(07:00)

12/12
(08.45)

13/12

13/12
(16:00)

14/12
(09:00)

14/12
(16:00)

<

<

<

<

14/12
(22:00)

15/12
(09.00)

15/12
(20:00)

16/12

17/12
(08.00)

17/12
(20:00)

18/12

Keterangan :
-

Tanggal 08/12 jam 09:10 Nyeri akut di kepala, nyeri hilang jika minum obat, istirahat dan berubah posisi tidur

21

C. DATA OBJEKTIF PASIEN

1. Data Fisiologi
Perkembangan Tanda-tanda Vital Pasien
Parameter

TD
Nadi
Pernafasan
Suhu

7/12
(22:39)

08/12
(09:10)

09/12

10/12

11/12

12/12
(07:00)

12/12
(08.45)

12/12
(10:30)

13/12

13/12
(16:00)

14/12
(09:00)

14/12
(16:00)

Ket.

150/100
80
24
36,7

170/100
78
20
36

160/87
77
20
36

150/100
80
20
36

159/104
99
18
36,5

150/100
80
20
36

185/98
105
24
36,5

134/98

154/98
90
20
36

167/101
93
22
36,5

147/100
94
20
36

155/102
86
20
36

mmHg
x/menit
x/menit
0
C

14/12
(22:00)

15/12
(09.00)

15/12
(20:00)

16/12

17/12
(08.00)

17/12
(20:00)

18/12

Ket.

164/91
101
20
36

147/91
109
20
36

138/82
87
20
36

151/90
80
20
36

150/98
120
20
36,5

140/97
96
22
36

140/100
88
16
36

mmHg
x/menit
x/menit
0
C

Perkembangan Tanda-tanda Vital Pasien


Parameter

TD
Nadi
Pernafasan
Suhu
Keterangan :
-

Pengukuran tanda vital pada tanggal 18/12, dilakukan saat pasien dari fisioterapi

22

2. Hasil Pemeriksaan Penunjang Lain


Tanggal
08/12-2014
(Jam 15.00)

Pemeriksaan
CT-Scan

08/12-2014

Radiologi (Radiografi
Thorax)

10/12-2014
(Jam 14:00)

Pengkajian Awal
Rehabilitasi Medik

11/12-2014
(Jam 09.00)
12/12-2014
(Jam 13:45)

Pengkajian
Rehabilitasi Medik
Konsul Paru

Hasil
Infark multiple subkortikal lobus frontal, parietal
kanan dan pons sisi kiri
Morbiditas bilateral
Perselubungan inhomogen diapikal paru dan hilus
kanan dsertai deviasi trakea ke kanan, suspek
ateletaksis lobus superior dan media paru kanan
dd/massa
Infiltrat lapangan paru kanan dan lapangan atas tengah
paru kiri
Efusi pleura kanan
CVD (Cerebrovascular Disease) Stroke
Diagnose :
Impairment Stroke iskemik
Disability Hemiparesin
Handicap Imobilisasi
Pemeriksaan susunan saraf pusat terdapat disfagia

- Riwayat TB paru, batuk (+), lender (-)

23

3. Data Laboratorium
Parameter

Hasil
(07/12, jam 23:51)

Nilai Normal / Rujukan

16,6
48
6,3**
9.430
207.000
77*
26*
34

13 18 g/dL
40 52 %
4,3 6,0 juta/L
4.800 10.800 /L
150.000 400.000 L
80 96 fL
27 32 pg
32 36 g/dL

25
0,8
148**
4,0
105
123

20 50 mg/dL
0,5 1,5 mg/dL
135 147 mg/dL
3,5 5,0 mg/dL
95 105 mg/dL
< 140 mg/dL

HEMATOLOGI
Hematologi Rutin
Hemoglobin
Hematokrit
Eritrosit
Leukosit
Trombosit
MCV
MCH
MCHC
KIMIA KLINIK
Ureum
Kreatinin
Natrium (Na)
Kalium (K)
Klorida (Cl)
Glukosa Darah Sewaktu
Keterangan :
* Hasil laboratorium < dari nilai normal
** Hasil laboratorium > dari nilai normal
Implikasi Klinik :

- Peningkatan eritrosit Terjadi pada keadaan dehidrasi, kerusakan paru-paru kronik,


polisitemia dan syok (Kemkes, 2011:9)
- Penurunan MCV dan MCH Terjadi pada keadaan anemia kekurangan zat besi (Kemkes,
2011:13-14)
- Peningkatan natrium Terjadi pada keadaan dehidrasi, aldosteronism, diabetes insipidus
dan diuretic osmotic (Kemkes, 2011:28)

24

4. Profil Pengobatan
Nama Obat

Kekuatan

Rute

RL
NaCl 0,9%

500 cc
500 cc

Infus
Infus

Aspilet
Neurodex
Citicolin
Ranitidin
Piracetam
Simvastatin
Amlodipin
Codein

80 mg
1000 mg
50 mg
3000 mg
20 mg
5 mg
20 mg

Oral
Oral
IV
IV
IV
IV
Oral
Oral

Kekuatan

Rute

NaCl 0,9%

500 cc

Infus

Aspilet
Neurodex
Citicolin
Ranitidin
Piracetam
Simvastatin
Amlodipin
Codein

80 mg

Oral
Oral
IV
IV
IV
IV
Oral
Oral

Nama Obat

1000 mg
50 mg
3000 mg
20 mg
5 mg
20 mg

Aturan
Pakai

07/12
P

08/12
S

20 tpm
Tiap 8
jam
2 x sehari
2 x sehari
2 x sehari
2 x sehari
3 x sehari
1 x sehari
1 x sehari
1 x sehari

Aturan
Pakai
Tiap 8
jam
2 x sehari
2 x sehari
2 x sehari
2 x sehari
2 x sehari
1 x sehari
1 x sehari
1 x sehari

09/12

10/12

18.00
18.00
12.00
12.00

06.15

17.30

06.15

06.00

18.00

06.00

24.00
17.00
18.00
20.00

12.00
06.00

01.00

24.00
17.00

12.00

17.30
18.00
12.00

06.00
24.00

12.00

20.00

06.00

06.00

24.00
17.00
18.00
20.00

24.00

06.00

06.00

11/12

12/12

13/12

14/12

06.15
06.00

17.30
18.00
12.00

06.00
12.00

06.15
06.00
24.00

17.00
18.00

12.00
06.00

24.00

12.00

20.00
06.00

17.30
18.00

06.15
06.00
24.00

17.00
18.00

12.00
06.00

24.00

12.00

20.00
06.00
18.00

17.30
18.00

06.15
06.00
24.00

17.00
18.00

12.00
06.00

24.00

12.00

20.00
06.00
06.00

17.30
18.00
24.00
17.00
18.00

24.00

20.00
06.00

18.00

25

Continu tabel...
Nama Obat

Kekuatan

Rute

NaCl 0,9%

500 cc

Infus

Aspilet
Neurodex
Citicolin
Ranitidin
Piracetam
Simvastatin
Amlodipin
Codein

80 mg

Oral
Oral
IV
IV
IV
IV
Oral
Oral

1000 mg
50 mg
3000 mg
20 mg
5 mg
20 mg

Aturan
Pakai
Tiap 8
jam
2 x sehari
2 x sehari
2 x sehari
2 x sehari
2 x sehari
1 x sehari
1 x sehari
1 x sehari

15/12

16/12

17/12

06.15
06.00

17.30
18.00
12.00

06.00
12.00

06.15
06.00
24.00

17.00
18.00
20.00

17.30
18.00
12.00

06.00
24.00

06.00

12.00
06.00

06.15
06.00
24.00

17.00
18.00
20.00

17.30
18.00
12.00

06.00
24.00

12.00

24.00
17.00
18.00
20.00

24.00

06.00

Keterangan :
- Sediaan ranitidin 2 mL untuk 1 ampul dengan kekuatan 25 mg/mL 1 ampul = 50 mg/2 mL
-

Obat Pulang (18/12 Jam 12.00)


Nama Obat
Citicolin
Neurodex
Aspilet
Simvastatin

Aturan Pakai
2 x 1000 mg
2 x 1 Tablet
2 x 80 mg
2 x 10 mg

Rute
Oral
Oral
Oral
Oral

26

D. ASSESSMENT AND PLAN (IDENTIFIKASI, MANAJEMEN AND PLAN DRP)

Obat

Assessment (Identifikasi DRP)

Nama Obat

Rute

Aturan
Pakai

Problem
P 1.4
Indikasi
tidak
diobati

Causes
C 1.8 Obat yang sinergis/
pencegahan yang
diperlukan dan tidak
diberikan
Berdasarkan diagnosa
dokter paru bahwa pasien
mengalami pneumonia,
namun tidak diobati.

Simvastatin

Oral

1 x 20 mg

P 1.2
Efek terapi
obat tidak
optimal

C 1.7 Lebih cost-effective


obat yang tersedia
Penggunaan atorvastatin
lebih baik pada pasien
troke dibanding
simvastatin (PERDOSSI,
2011; AHA, 2013).

Plan / Rekomendasi
Intervensi

Outcome

I 1.2 Penulis resep

O 1.0 Masalah benar-benar terpecahkan

Melakukan diskusi
dengan DPJP
mengenai
pneumonia yang
belum diobati

Menurut DPJP pada pasien stroke fase akut


penambahan antibiotik dapat memperburuk
outcome klinis pasien.
Hal ini coba diatasi secara non farmakologi,
dengan mempertimbangkan kondisi pasien.
Setelah kondisi pasien pasca stroke membaik,
dapat diperiksa lagi mengenai pneumonia tersebut
untuk diterapi.
O 1.0 Masalah benar-benar terpecahkan

I 1.2 Penulis resep


Melakukan diskusi
dengan DPJP
mengenai
penggunaan
atorvastatin pada
pasien stroke.

Menurut DPJP penggunaan atorvastatin memang


lebih baik, namun kemungkinan tidak didukung
oleh manajemen (pasien peserta BPJS). Oleh
karena itu digunakan simvastatin. Simvastatin juga
memiliki manfaat pada pasien stroke.

Keterangan

Intervensi
dilakukan
pada dokter
penanggung
jawab pasien
(DPJP)

Intervensi
dilakukan
pada dokter
penanggung
jawab pasien
(DPJP)

(Dalam PERDOSSI, 2011:107, pada studi SARCL


(Stroke Prevention by Aggressive Reduction in
Cholesterol Levels), terapi dengan atorvastatin
akan mengurangi kejadian stroke berulang,
sementara pada HEART Protection Study,
simvastatin mengurangi kejadian gangguan
vaskuler pada pasien dengan riwayat stroke, dan
mengurangi kejadian stroke pada pasien dengan
riwayat vaskuler lainnya).

27

Continu tabel
Obat
Nama Obat

Rute

Citicolin
Piracetam

Oral
Oral

Assessment (Identifikasi DRP)


Aturan
Pakai
2 x 1000 mg
3 x 3000 mg

Problem
P 3.2
Tidak perlu
obat pengobatan

Causes
C 1.6 Terlalu banyak obat yang
diresepkan
Citicolin dan Piracetam
merupakan agen neuroprotektif
pada pasien stroke. Penggunaan
agen neuroprotektif masih
kontroversi karena belum
memiliki cukup bukti
(PERDOSSI, 2007; PERDOSSI,
2011; AHA, 2013).

Plan / Rekomendasi
Intervensi

Outcome

I 1.2 Penulis resep

O 1.0 Masalah benar-benar terpecahkan

Melakukan diskusi
dengan DPJP
mengenai penggunaan
kedua agen
neuroprotektif secara
bersamaan pada pasien
selama perawatan di
rumah sakit (07/12
sampai 17/12).

Menurut DPJP penggunaan dua agen


neuroprotektif lebih menguntungkan dan
memberi efek sinergis daripada
digunakan salah satu saja terlebih pada
pasien yang pertama mengalami stroke.
Outcome pasien akan lebih baik.

Keterangan
Intervensi
dilakukan
pada dokter
penanggung
jawab pasien
(DPJP)

Pasien pulang tanggal 18/12 dan hanya


diresepkan salah satu agen neuroprotektif
yaitu citikolin.
(Dalam PERDOSSI 2011:80, lebih
merekomendasikan penggunaan
citikolin).

28

E. PEMBAHASAN

Definisi Stroke Iskemik

(Sumber : Sacco, et.al., 2013:2066)

Klasifikasi Stroke Iskemik

(Sumber : Adams, et.al., 1993:37)

29

Penatalaksanaan Stroke Iskemik Akut


Penurunan tekanan darah yang tinggi pada stroke akut sebagai tindakan rutin
tidak dianjurkan, karena kemungkinan dapat memperburuk outcome neurologis.
Pada sebagian besar pasien, tekanan darah akan turun dengan sendirinya dalam 24
jam pertama setelah awitan serangan stroke. Berbagai Gudeline (AHA/ASA, 2007
dan ESO, 2009) merekomendasikan penurunan tekanan darah yang tinggi pada
stroke akut agar dilakukan secara hati-hati.
Pada pasien stroke iskemik akut, tekanan darah diturunkan sekitar 15%
(sistolik maupun diastolik) dalam 24 jam pertama setelah awitan apabila tekanan
darah sistolik (TDS) > 220 mmHg atau tekanan darah diastolik (TDD) > 120
mmHg. Pada pasien stroke iskemik akut yang akan diberi terapi trombolitik (rtPA),
tekanan darah diturunkan hingga TDS < 185 mmHg dan TDD < 110 mmHg
(AHA/ASA, Class I, Level of evidence B). Selanjutnya, tekanan darah harus
dipantau hingga TDS < 180 mmHg dan TDD < 105 mmHg selama 24 jam setelah
pemberian rtPA. Obat antihipertensi yang digunakan adalah labetalol, nitropaste,
nitroprusid, nikardipin, atau diltiazem intravena. Untuk menghindari kerusakan
organ lain, maka target tekanan darah dapat diturunkan sampai 160/90 mmHg pada
6 jam pertama (PERDOSSI, 2011:42-44).

(Sumber : JNC 8, 2013:88)

30

Pasien dirawat sejak tanggal 07 Desember sampai 17 Desember. Tekanan


darah pasien rata-rata TDS < 180 mmHg dan TDD < 105 mmHg, hanya pada
tanggal 12/12-2014 jam 08:45 TDS pasien mencapai 185 mmHg dan TDD 98
mmHg, setelah diukur 2 jam kemudian TDS 134 mmHg dan TDD 98 mmHg.
Dengan demikian, pasien ini tidak memerlukan antihipertensi injeksi. Pasien diberi
amlodipin 5 mg 1 x sehari, sedangkan pada saat tekanan darah naik mencapai TDS
185 mmHg maka dosis obat dinaikkan 10 mg (instruksi dokter penanggung jawab
pasien bahwa berikan amlodipin dosis ekstra yaitu 10 mg).

(Sumber : JNC 8, 2013:52)

(Sumber : JNC 8, 2013:52)

Pada diskusi dengan dokter penanggung jawab pasien, dikatakan bahwa pada
kasus stroke tekanan darah tidak boleh diturunkan secara mendadak dan berlebih
bahkan bila tekanan darah sistolik < 160 mmHg tidak perlu diturunkan lagi karena
pada pasien stroke peningkatan tekanan darah merupakan respon untuk
menyalurkan oksigen pada daerah penumbra agar tidak mengalami kematian sel.
Terapi antikoagulan urgent pada pasien stroke iskemik akut tidak
direkomendasikan karena akan meningkatkan risiko komplikasi perdarahan

31

intrakranial. Terapi antiplatelet aspirin dengan dosis awal 325 mg dalam 24 jam
sampai 48 jam setelah awitan stroke iskemik akut dianjurkan. Sedangkan kombinasi
aspirin dengan trombolitik tidak dianjurkan atau aspirin dengan clopidogrel pun
tidak dianjurkan kecuali pasien mempunyai indikasi angina pektoris tidak stabil,
STEMI dan NSTEMI (PERDOSSI, 2011:78-79).
Pasien ini menerima terapi antiplatelet aspirin dengan dosis 2 x 80 mg sehari.
Dosis antiplatelet untuk stroke iskemik yaitu 75 mg 1 x sehari dalam BNF edisi 61
(2009:153) sedangkan dalam PERDOSSI 2004 dan 2011 direkomendasikan 50-325
mg tiap hari.
Terapi inhibitor reseptor H2 (ranitidin) diberikan untuk mencegah timbunya
perdarahan lambung (PERDOSSI, 2011:61). Pasien ini memperoleh terapi ranitidin
dengan dosis 2 x 50 mg (injeksi IV). Dosis yang digunakan termasuk adekuat,
dalam BNF edisi 61 (2009:53) untuk mereduksi asam lambung (mencegah
pengeluaran asam lambung), injeksi intravena lambat (2 menit), 50 mg diencerkan
dengan 20 mL diberikan tiap 8 jam. Dapat dilanjutkan dengan penggunaan oral 2 x
sehari 150 mg. Dosis yang digunakan pasien 2 x 1 ampul, sediaan ranitidin 2 mL
untuk 1 ampul dengan kekuatan 25 mg/mL jadi 1 ampul = 50 mg/2 mL. Setelah
pasien pulang diganti dengan ranitidin tablet 2 x 150 mg. Penyesuaian dosis
ranitidin diperlukan pada pasien dengan eGFR < 50 mL/minute/1.73m2 (BNF edisi
61, 2009:53). Pada pasien ini dosis ranitidin tidak disesuaikan karena pasien tidak
mengalami gangguan ginjal, berdasarkan hasil serum kreatinin 0,8 mg/dL, usia 60
tahun, berat badan 65 kg, maka dihitung klirens kreatinin = 90,28 (stage 1/normal;
KDIGO, 2012:5).
Penggunaan statin dengan efek penurunan lipid yang efektif direkomendasikan
untuk mengurangi risiko stroke dan penyakit kardiovaskuler untuk pasien yang
menderita stroke iskemik dan TIA yang juga disertai aterosklerosis, Low Density
Lipoprotein Cholesterol (LDL C) 100 mg/dl, dan tanpa menderita penyakit
jantung koroner (AHA/ASA, Class IIA, Level of evidence B). Untuk pasien dengan
stroke iskemik aterosklerosis atau TIA tanpa penyakit jantung koroner, target
penurunan LCL C sekurang-kurangnya 50% atau sasaran tingkat LDL C <70 mg/dl,
untuk mencapai manfaat yang optimum (AHA/ASA, Class IIA, Level of evidence
B). Pasien dengan stroke iskemik atau TIA disertai dengan peninggian kadar
32

kolesterol atau menderita penyakit jantung koroner harus ditanggulangi sesuai


dengan guideline NCEP III, termasuk didalamnya modifikasi gaya hidup, tuntutan
diit dan obat-obatan yang direkomendasikan (AHA/ASA, Class I, Level of evidence
A). Pasien dengan stroke atau TIA dengan High Density Lilpoprotein Cholesterol
(HDL C) rendah dapat dipertimbangkan pengobatan dengan niasin atau gemfibrozil
(AHA/ASA,

Class

IIA,

Level

of

evidence

B).

Terapi

dengan

statin

direkomendasikan pada subjek dengan stroke nor kardioemboli (AHA/ASA, Class I,


Level of evidence A). Pada studi SPARCL (Stroke Prevention by Aggresive
Reduction in Cholesterol Level ), terapi statin dengan atorvastatin akan mengurangi
kejadian stroke berulang (HR 0,84; CI 0,71-0,99), sementara pada HEART
protection study, simvastatin mengurangi kejadian gangguan vaskuler pada pasien
riwayat stroke, dan mengurangi stroke pada pasien dengan penyakit vaskuler
lainnya (RR 0,76) (PERDOSSI, 2011:106-107).
Pasien ini menerima terapi simvastatin 1 x 20 mg (malam). Dalam BNF edisi
61 (2009:164) dosis yang direkomendasikan untuk pencegahan kejadian
kardiovaskular, dosis inisial 20-40 mg 1 x malam hari, penyesuaian dalam 4
minggu, maksimum 80 mg 1 x malam hari.
Diagnosa yang tidak diobati pada pasien ini yaitu pneumonia. Selama
perawatan di rumah sakit, pasien ini direkomendasikan oleh dokter penanggung
jawab pasien untuk dilakukan pemeriksaan paru, hasilnya pasien ini memiliki
indikasi pneumonia. Dokter paru telah menginstruksikan untuk menggunakan terapi
ceftriaxone, tapi tidak dikerjakan. Dokter penanggung jawab pasien berpendapat
bahwa apabila terapi antibiotik tersebut akan ditambahkan dalam pengobatan stroke
maka hal tesebut akan mengganggu outcome klinis neurologi pasien pada stroke
fase akut dan dapat diminimalkan dengan penatalaksanaan non farmakologis,
pertimbangan lainnya jumlah leukosit dalam batas normal dan pasien tidak ada
keluhan badan terasa panas.
Menurut PERDOSSI (2011:58-60) pemberian antibiotik profilaksis tidak
dianjurkan karena dapat memperburuk kondisi pasien saat fase akut stroke. Adapun
pneumonia akibat disfagia atau gangguan reflex menelan, erat hubungannya dengan
aspirasi pneumonia.

33

F. ASUHAN KEFARMASIAN
1. Pemantauan Terapi Obat Pasien
a. Melakukan visite ke pasien untuk mengetahui kondisi pasien sehubungan
dengan penentuan/pemastian terapi obat pasien
b. Melakukan visit ke pasien untuk memastikan obat infuse yang diberikan
benar dan kebutuhan cairan terpenuhi
2. Konseling Pengobatan Pasien
a. Memberikan informasi pada pasien bahwa sebaiknya minum aspilet setelah
makan agar tidak menyebabkan iritasi lambung
b. Simvastatin sebaiknya diminum malam hari
c. Sebaiknya pasien tidak minum jus buah bersamaan dengan minum obat
d. Sebaiknya pada saat minum obat yang diresepkan dokter, pasien tidak
minum obat lainnya

34

G. DAFTAR PUSKATA
Adams HP., Bendixen BH., Kappelle LJ., Biller J., Love BB., Gordon DL., Marsh
EE. Classification of Subtype of Acute Ischemic Stroke. Definitions for Use
in a Multicenter Clinical Trial. TOAST. Trial of Org 10172 in Acute Stroke
Treatment. Stroke. 1993;24:35-41. Doi: 10.1161/01.STR.24.1.35. Diakses
melalui http://stroke.ahajournals.org/ by guest on September 14, 2014.
British National Formulary 61th Edition March 2011. Royal Pharmaceutical Society.
James PA, Oparil S, Carter BL, Cushman WC, Himmelfarb CD, Handler .
Supplement to 2014 EvidenceBased Guideline for the Management of High
Blood Pressure in Adults: Report by the Panel Appointed to the Eighth Joint
National Committee (JNC 8). http://jama.jamanetwork.com.
KDIGO 2012 Clinical Practice Guideline for the Evaluation and Management of
Chronic Kidney Disease. Kidney International. Supplements (2013) 3, 514;
doi:10.1038/kisup.2012.77.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Pedoman Interpretasi Data
Klinik.
Lacy CF, Amstrong LL, Goldman MP and Lance LL. 2008-2009. Drug Information
Handbook. 17th Edition. American Pharmacists Association.
Sacco RL., Kasner SE., Broderick JP., Caplan LR., Connors JJ., Culebras A., Elkind
MSV., George MG., Hamdan AD., Higashida RT., Hoh BL., Janis LS., Kase
CS., Kleindorfer DO., Lee JM., Moseley ME., Peterson ED., Turan TN.,
Valderrama AL., Vinters HV. An Updated Definition of Stroke for the 21st
Century: A Statement for Healthcare Professionals From the American Heart
Association/American Stroke Association. Stroke. 2013;44:2064-2089;
Originally
Published
Online
May
7,
2013;
DOI:
10.1161/STR.0b013e318296aeca. Diakses melalui http://stroke.ahajournals.
org/by guest on September 14, 2014.
Taler SJ, Agarwal R, Bakris GL, Flynn JT, Nilsson PM, Rahman M, Sanders PW,
Textor SC, Weir MR, Townsend RR. KDOQI US Commentary on the 2012
KDIGO Clinical Practice Guideline for Management of Blood Pressure in
CKD. Am J Kidney Dis. 62(2):201-213. 2013 by the National Kidney
Foundation, Inc
The Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection,
Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure. U.S. Department OF
Health and Human Services, National Institutes of Health, National Heart,
Lung, and Blood Institute, National High Blood Pressure Education
Program. NIH Publication No. 04-5230 August 2004.

35

You might also like