Professional Documents
Culture Documents
HYPERPLASIA ENDOMETRIUM
Lapkas ini disusun sebagai salah satu persyaratan mengikuti kepaniteraan klinik senior
SMF ILMU KANDUNGAN DAN GINEKOLOGI di RSUD DR R.M Djoelham Binjai
Disusun OLeh:
Elisabet Mei WL
09310085
Pembimbing:
dr. Eka Handayani Sp.OG
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan yang telah memberikan rahmat-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan lapkas ini yang berjudul Hyperplasia Endometrium.
lapkas ini dibuat sebagai tugas Kepaniteraan Klinik Senior di bagian Obgyn yang
dilaksanakan di RSUD DR.RM.Djoelham Binjai.
Dalam menyelesaikan jurnal ini, penulis banyak menerima bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu penulis dengan segala kerendahan hati mengucapkan terima kasih
sebesar-besarnya kepada dr.Eka Handayani, Sp.OG yang telah memberikan bimbingan
dan pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan lapkas ini.
Penulis menyadari lapkas ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan dan
kesempurnaan lapkas ini.
Penulis
DAFTAR ISI
Hal.
Cover ................................................................................................................
Kata Pengantar..................................................................................................
ii
iii
Hyperplasia Endometrium
BAB I
PENDAHULUAN...
TINJAUAN PUSTAKA.
BAB II
2.3.1
2.3.2
2.3.3
2.3.4
2.3.5
2.3.6
Definisi .......................................................................
Klasifikasi ...................................................................
Patogenesis ..................................................................
Gejala Klinis.................................................................
Faktor resiko ................................................................
Diagnosis .....................................................................
6
6
7
7
8
8
2.5 Penatalaksanaan............................................................................
10
11
BAB 1
12
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Hyperplasia endometrium adalah keadaan dimana endometrium tumbuh secara
berlebihan. Kelainan ini bersifat benigna ( jinak ), akan tetapi pada sejumlah kasus dapat
berkembang kearah keganasan uterus. Sejumlah wanita berada pada resiko tinggi
menderita hiperplasia endometrium. Penebalan pada lapisan dinding dalam rahim atau
yang disebut dengan hyperplasia endometrium terjadi karena kerja hormon estrogen.
Makanya, jika terjadi penebalan berlebih itu menunjukkan adanya peningkatan berlebih
dari kadar hormon estrogen itu sendiri.3
Pada kasus umum, peningkatan hormon estrogen bisa terjadi akibat dipicu oleh
tumbuhnya kista. Pada kasus lain, penebalan dinding rahim juga terjadi karena faktor
ketidakseimbangan hormonal dimana peningkatan hormon estrogen tak diimbangi oleh
peningkatan progesteron. Kondisi ini juga biasanya dialami oleh wanita yang tergolong
berbadan gemuk karena produksi estrogennya berlebihan. Jadi, hiperplasia endometrium
sebenarnya bisa dialami siapa pun, baik yang sudah memiliki anak maupun belum3
BAB II
TINJAUN PUSTAKA
2.1 Anatomi dan Fisiologi Endometrium
Uterus adalah organ muscular yang berbentuk buah pir yang terletak di
dalam pelvis dengan kandung kemih di anterior dan rectum di posterior.Uterus
biasanya terbagi menjadi korpus dan serviks. Korpus dilapisi oleh endometrium
dengan ketebalan bervariasi sesuai usia dan tahap siklus menstruasi.1
lapisan
terdalam pada
torak
dan
tinggi.
Kelenjar
berlekuk-lekuk
dan
getah yang semakin nyata. Dalam endometrium telah tersimpan glikogen dan kapur
yang kelak diperlukan sebagai makanan untuk telur yang dibuahi. Memang, tujuan
perubahan ini adalah untuk mempersiapkan endometrium untuk menerima telur
yang dibuahi. Fase ini terbagi menjadi dua, yakni :
a) Fase sekresi dini
Dalam fase ini endometrium lebih tipis dari sebelumnya karena
kehilangan cairan. Pada saat ini, endometrium dapat dibedakan menjadi
beberapa lapisan yakni :
1. Stratum basale, yakni lapisan endometrium bagian dalam yang
berbatasan dengan miometrium. Lapisan ini tidak aktif, kecuali
mitosis pada kelenjar.
2. Stratum spongiosum, yaitu lapisan tengah berbentuk anyaman seperti
spons.Ini disebabkan oleh banyaknya kelenjar yang melebar,
berkelok-kelok dan hanya sedikit stroma di antaranya.
3. Stratum kompaktum, yaitu lapisan atas yang padat. Saluran-saluran
kelenjar sempit, lumennya berisi sekret dan stromanya edema.
b) Fase sekresi lanjut
Endometrium pada fase ini tebalnya 5-6 mm. dalam fase ini terdapat
peningkatan dari fase sekresi dini, dengan endometrium sangat banyak
mengandung pembuluh darah yang berkelok-kelok dan kaya akan
glikogen. Fase ini sangat ideal untuk nutrisi dan perkembangan
ovum.Sitoplasma sel-selstroma bertambah. Sel stroma ini akan berubah
menjadi seldesidua jika terjadi pembuahan.
Defenisi
Klasifikasi
kompleks
tanpa
atipia
(hiperplasia
sedang/hiperplasia
2.3.3
Pathogenesis
Gejala Klinis
Siklus menstruasi tidak teratur, tidak haid dalam jangka waktu lama
(amenorrhoe) atau punmenstruasi terus-menerus dan banyak (metrorrhagia).Selain
itu, akan sering mengalami flek bahkan muncul gangguan sakit kepala, mudah
lelah dan sebagainya. Dampak berkelanjutan dari penyakit ini, adalah penderita
bisa mengalami kesulitan hamil dan terserang anemia berat.Hubungan suami-istri
pun terganggu karena biasanya terjadi perdarahan yang cukup parah.4
2.3.5
Faktor Risiko
Hiperplasia Endometrium seringkali terjadi pada sejumlah wanita yang
Diagnosis
Pemeriksaan penunjang
dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosa
hyperplasia endometrium dengan cara USG, Dilatasi dan Kuretase, lakukan
pemeriksaan Hysteroscopy dan dilakukan juga pengambilan sampel untuk pemeriksaan
PA.Secara mikroskopis sering disebut Swiss cheese patterns.7
1. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)
2. Biopsy
Diagnosis hiperplasia endometrium dapat ditegakkan melalui pemeriksaan biopsi
yang dapat dikerjakan secara poliklinis dengan menggunakan mikrokuret.Metode ini
juga dapat menegakkan diagnosa keganasan uterus.
2.4
Diagnosis Banding
Hiperplasia mempunyai gejala perdarahan abnormal oleh sebab itu dapat dipikirkan
kemungkinan: 6
1) karsinoma endometrium,
2) abortus inkomplit
3) leiomioma
4) polip
2.5 Terapi
Terapi atau pengobatan bagi penderita hiperplasia, antara lain sebagai
berikut:7
1) Tindakan kuratase selain untuk menegakkan diagnosa sekaligus sebagai terapi
untuk menghentikan perdarahan.
BAB III
KESIMPULAN
Hiperplasia Endometrium adalah suatu kondisi di mana lapisan dalam rahim
(endometrium) tumbuh secara berlebihan.Kondisi ini merupakan proses yang jinak
(benign), tetapi pada beberapa kasus (hiperplasia tipe atipik) dapat menjadi kanker rahim.
Endometrium merupakan lapisan paling dalam dari rahim. Lapisan ini tumbuh dan
menebal setiap bulannya dalam rangka mempersiapkan diri terhadap terjadinya kehamilan,
agar hasil konsepsi bisa tertanam. Jika tidak terjadi kehamilan, maka lapisan ini akan
keluar saat menstruasi.
Pada saat mendekati menopause, kadar hormon-hormon ini berkurang. Setelah
menopause wanita tidak lagi haid, karena produksi hormon ini sangat sedikit sekali.Untuk
mengurangi keluhan/gejala menopause sebagian wanita memakai hormon pengganti dari
luar tubuh (terapi sulih hormon), bisa dalam bentuk kombinasi estrogen + progesteron
ataupun estrogen saja. Estrogen tanpa pendamping progesteron (unopposed estrogen)akan
menyebabkan penebalan endometrium. Pada beberapa kasus sel-sel yang menebal ini
menjadi tidak normal yang dinamakan Hiperplasis atipik yang merupakan cikal bakal
kanker rahim.
Risiko terjadinya hiperplasia endometrium bisa tinggi pada: usia sekitar
menopause, menstruasi yang tidak beraturan atau tidak ada haid sama sekali, over-weight,
diabetes, SOPK (PCOS), mengonsumsi estrogen tanpa progesteron dalam mengatasi gejala
menopause. Gejalanya yang biasa/sering adalah perdarahan pervagina yang tidak normal
(bisa haid yang banyak dan memanjang).
Berikut ini beberapa pemeriksaan yang biasa dilakukan pada hiperplasia
endometrium: USG, Biopsi, Dilatasi dan Kuretase (D&C), Hysteroscopy. Pada
kebanyakan kasus hiperplasisa dapat diobati dengan obat-obatan yaitu dengan memakai
progesteron.Progesteron menipiskan/menghilangkan penebalan serta mencegahnya tidak
menebal lagi.Namun pemakain progesteron ini menimbulkan bercak (spotting).
Setelah mengkonsumsi progeteron dalam waktu tertentu, dilakukan evaluasi
kembali endometriumnya dengan cara di biopsi atau metode sampling lainnya. Jika tidak
ada perbaikan, dilakukan dapat diberikan obat lagi.Histerektomi atau pengangkatan rahim
dilakukan jika anak sudah cukup atau hiperplasia nya jenis atipik.Namun jika masih ingin
punya anak maka masih ada pilihan dilakukan terapi hormonal.
DAFTAR PUSTAKA