Professional Documents
Culture Documents
PEMBAHASAN
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
I. SECTIO CAESARIA
1. Pengertian Sectio Caesaria
Seksio sesarea ialah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka
dinding perut dan dinding uterus. ( Prawirohardjo, 1999)
Seksio sesarea adalah melahirkan janin melalui insisi pada dinding abdomen dan
dinding uterus. (Cunningham dkk, 1990)
Seksio sesarea adalah sebuah bentuk melahirkan anak
dengan
melakukan
sebuah irisan pembedahan yang menembus abdomen seorang ibu dan uterus untuk
mengeluarkan satu bayi atau lebih. Cara ini biasanya dilakukan ketika
kelahiran
melalui vagina akan mengarah pada komplikasi-komplikasi, kendati cara ini semakin
umum sebagai pengganti kelahiran normal. (Yusmiati, 2007)
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa seksio sesarea adalah
pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding
uterus.
2. Jenis Sectio Caesarea Berdasarkan Teknik Penyayatan
a.
kandung
kemih
tertarik,
dan
sayatan
bisa
dengan
melakukan
bawah rahim (low servikal transversal) kira-kira 10 cm. Kelebihan dari sectio
caesarea
ismika, antara
dengan reperitonealisasi yang baik, tumpang tindih dari peritoneal flop baik
untuk menahan penyebaran isi uterus ke rongga peritoneum, dan kemungkinan
Dalam hal ini kita bersikap mencoba menunggu kelahiran biasa, bila tidak ada
kemajuan persalinan, baru dilakukan seksio sesarea.
c. Seksio Sesarea Ulang
Ibu pada kehamilan lalu mengalami seksio sesarea dan pada kehamilan
selanjutnya dilakukan seksio sesarea ulang.
d. Seksio Sesarea Postmortem
Seksio sesarea yang dilakukan segera pada ibu hamil cukup bulan yang
meninggal tiba-tiba sedangkan janin masih hidup.
4. Indikasi Sectio Caesarea
a.
b.
Plasenta previa
c.
Gawat janin
d.
e.
f.
Hipertensi
g.
h.
i.
j.
Distosia serviks
k.
l.
Malpresentasi janin
Letak lintang
-Bila ada kesempitan panggul maka secsio sesarea adalah cara yang terbaik dalam
segala letak lintang dengan janin hidup dan besar biasa.
-Semua primigravida dengan letak lintang harus ditolong dengan secsio sesarea
walau tidak ada perkiraan panggul sempit.
-Multipara dengan letak lintang dapat lebih dulu ditolong dengan cara-cara lain.
Letak bokong
Secsio sesarea dianjurkan pada letak bokong bila ada :
Panggul sempit
Primigravida
Presentasi dahi dan muka (letak defleksi) bila reposisi dan cara-cara lain tidak
berhasil.
Gawat janin
5. Komplikasi Sectio Caesarea
a. Infeksi puerpuralis (nifas)
Sedang : Dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi, disertai dehidrasi atau
perut sedikit kembung
Berat : Dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik. Hal ini sering kita
jumpai pada partus terlantar dimana sebelumnya telah terjadi infeksi
intrapartal karena ketuban yang telah pecah terlalu lama.
Atonia uteri
c. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila
reperitonialisasi terlalu tinggi.
d. Kemungkinan rupture uteri spontan pada kehamilan mendatang.
6. Penatalaksanaan Pasca Operasi Sectio Caesarea
Penatalaksanaan post operasi sectio caesarea, antara lain :
1) Periksa dan catat tanda - tanda vital setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan 30
2)
3)
4)
5)
Mobilisasi.
Pada hari pertama setelah operasi penderita harus turun dari tempat tidur
dengan dibantu, paling sedikit 2 kali. Pada hari kedua penderita sudah dapat
berjalan ke kamar mandi dengan bantuan.
6)
Pemulangan
Jika tidak terdapat komplikasi penderita dapat dipulangkan pada hari kelima
setelah operasi. (Mochtar Rustam, 2002)
II. CEPHALOPELVIK DISPROPORSI (CPD)
1. Pengertian Cephalopelvik Disproporsi
CPD adalah tidak ada kesesuaian antara kepala janin dengan bentuk dan ukuran
panggul.
Disproporsi
sefalopelvik
adalah
keadaan
yang
menggambarkan
ketidaksesuaian antara kepala janin dan panggul ibu sehingga janin tidak dapat
keluar melalui vagina. (Manuaba, 2000)
Disproporsi
sefalopelvik
adalah
keadaan
yang
menggambarkan
ketidaksesuaian antara kepala janin dan panggul ibu sehingga janin tidak dapat
keluar melalui vagina. Disproporsi sefalopelvik disebabkan oleh panggul sempit,
janin yang besar ataupun kombinasi keduanya.
Panggul sempit dapat didefinisikan secara anatomi dan secara obstetri. Secara
anatomi berarti panggul yang satu atau lebih ukuran diameternya berada di bawah
angka normal sebanyak 1 cm atau lebih. Pengertian secara obstetri adalah panggul
yang satu atau lebih diameternya kurang sehingga mengganggu mekanisme
persalinan normal.
2. Anatomi Panggul
Menurut morfologinya, jenis-jenis panggul dibedakan menjadi 4, yaitu :
1)
dengan diameter
transversal
yang
lebih
panjang
sedikit
daripada
Tulang-tulang
ini satu dengan lainnya berhubungan. Di depan terdapat hubungan antara kedua os
pubis kanan dan kiri, disebut simfisis. Dibelakang terdapat artikulasio sakro- iliaka
yang menghubungkan os sakrum dengan os ilium. Dibawah terdapat artikulasio
sakro-koksigea yang menghubungkan os sakrum (tulang panggul) dan os koksigis
(tulang tungging).
Pada wanita, di luar kehamilan artikulasio ini hanya memungkinkan pergeseran
sedikit, tetapi pada kehamilan dan waktu persalinan dapat bergeser lebih jauh dan
lebih longgar, misalnya ujung koksigis dapat bergerak kebelakang sampai sejauh
lebih kurang 2,5 cm. Hal ini dapat dilakukan bila ujung os koksigis menonjol ke
depan pada saat partus, dan pada pengeluaran kepala janin dengan cunam ujung os
koksigis itu dapat ditekan ke belakang.
Secara fungsional, panggul terdiri dari dua bagian yaitu pelvis mayor dan
pelvis minor. Pelvis mayor adalah bagian pelvis yang terletak diatas linea terminalis,
disebut juga dengan false pelvis. Bagian yang terletak dibawah linea terminalis
disebut pelvis minor atau true pelvis. Pada ruang yang dibentuk oleh pelvis mayor
terdapat organ-organ abdominal selain itu pelvis mayor merupakan tempat perlekatan
otot-otot dan ligamen ke dinding tubuh. Sedangkan pada ruang yang dibentuk oleh
pelvis minor terdapat bagian dari kolon, rektum, kandung kemih, dan pada wanita
terdapat uterus dan ovarium. Pada ruang pelvis juga kita temui diafragma pelvis yang
dibentuk oleh muskulus levator ani dan muskulus koksigeus.
Adapun ukuran panggul adalah sebagai berikut :
1) Pintu Atas Panggul
Pintu atas panggul dibentuk oleh promontorium corpus vertebra sacrum,
linea innominata, serta pinggir atas simfisis. Konjugata diagonalis adalah jarak
dari pinggir bawah simfisis ke promontorium, Secara klinis, konjugata
diagonalis dapat diukur dengan memasukkan jari telunjuk dan jari tengah yang
dirapatkan menyusur naik ke seluruh permukaan anterior sacrum, promontorium
teraba sebagai penonjolan tulang. Dengan jari tetap menempel pada
promontorium, tangan di vagina diangkat sampai menyentuh arcus pubis dan
ditandai dengan jari telunjuk tangan kiri. Jarak antara ujung jari pada
promontorium sampai titik yang ditandai oleh jari telunjuk merupakan panjang
konjugata diagonalis.
Konjugata vera yaitu jarak dari pinggir atas simfisis ke promontorium yang
dihitung dengan mengurangi konjugata diagonalis
interspinarum merupakan jarak panggul terkecil yaitu sebesar 10,5 cm. Diameter
anteroposterior setinggi spina isciadica berukuran 11,5 cm. Diameter sagital
posterior, jarak antara sacrum dengan garis diameter interspinarum berukuran
4,5 cm.
3. Pintu Bawah Panggul
Pintu bawah panggul bukanlah suatu bidang datar namun terdiri dari dua
segitiga dengan dasar yang sama yaitu garis yang menghubungkan tuber
isciadikum kiri dan kanan. Pintu bawah panggul yang dapat diperoleh melalui
pengukuran klinis adalah jarak antara kedua tuberositas iscii atau distansia
tuberum (10,5 cm), jarak dari ujung sacrum ke tengah-tengah distensia tuberum
atau diameter sagitalis posterior (7,5 cm), dan jarak antara pinggir bawah
simpisis ke ujung sacrum (11,5 cm).
Gambar 2.1. Anatomi Panggul Wanita
Kelainan kekuatan (power) yaitu kontraktilitas uterus dan upaya ekspulsif ibu.
Kelainan his : inersia uteri / kelemahan his
Kekuatan mengejan yang kurang misalnya pada hernia atau sesak nafas.
Kelainan yang melibatkan janin (passenger), misalnya letak lintang, letak dahi,
hidrosefalus.
3) Kelainan jalan lahir (passage), misalnya panggul sempit, tumor yang mempersempit
jalan lahir.
Panggul dengan ukuran normal tidak akan mengalami kesukaran kelahiran
pervaginam pada janin dengan berat badan yang normal. Ukuran panggul dapat menjadi
lebih kecil karena pengaruh gizi, lingkungan atau hal lain sehingga menimbulkan
kesulitan
pada
persalinan
pervaginam.
Panggul
sempit
yang
penting pada obstetric bukan sempit secara anatomis namun panggul sempit secara
fungsional artinya perbandingan antara kepala dan panggul.
Selain panggul sempit dengan ukuran yang kurang dari normal, juga terdapat
panggul sempit lainnya. Panggul ini digolongkan menjadi empat, yaitu :
1) Kelainan karena gangguan pertumbuhan intrauterine : panggul naegele, panggul
robert, split pelvis, panggul asimilasi.
2) Kelainan karena kelainan tulang dan/ sendi: rakitis, osteomalasia, neoplasma, fraktur,
atrofi, nekrosis, penyakit pada sendi sakroiliaka dan sendi sakrokoksigea.
3) Kelainan panggul karena kelainan tulang belakang : kifosis, skoliosis, spondilolistesis.
4) Kelainan panggul karena kelainan pada kaki : koksitis, luksasio koksa, atrofi atau
kelumpuhan satu kaki.
Setiap penyempitan pada diameter panggul yang mengurangi kapasitas panggul
dapat menyebabkan distosia saat persalinan. penyempitan dapat terjadi pada pintu atas
panggul, pintu tengah panggul, pintu bawah panggul, atau panggul yang menyempit
seluruhnya, yaitu sebagai berikut :
1) Penyempitan pintu atas panggul
Pintu atas panggul dianggap sempit apabila diameter anterioposterior
terpendeknya (konjugata vera) kurang dari 10 cm atau apabila diameter transversal
terbesarnya kurang dari 12 cm. Diameter anteroposterior pintu atas panggul sering
diperkirakan dengan mengukur konjugata diagonal secara manual yang biasanya lebih
panjang 1,5 cm. Dengan demikian, penyempitan pintu atas panggul biasanya
didefinisikan sebagai konjugata diagonal yang kurang dari 11,5 cm.Mengert (1948)
dan Kaltreider (1952) membuktikan bahwa kesulitan persalinan meningkat pada
diameter anteroposterior kurang dari 10 cm atau diameter transversal kurang dari 12
cm.
Distansia spinarum ( 24-26 cm), jarak anatar kedua spina iliaka anterior
kemaluan hingga promotorium untuk mengetahui ukuran pintu atas panggul dan
pintu tengah panggul. Pemeriksaan ini mendapatkan konjugata diagonal. (Aflah
Nur, 2010).
c. Pelvimetri roentgenologik
Untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang bentuk panggul dan
ditemukan angka-angka mengenai ukuran-ukuran dalam ketiga bidang panggul.
Janin yang besar
Normal berat neonatus pada umumnya 4000 gram dan jarang ada yang melebihi
5000 gram. Berat badan neonatus lebih dari 4000 gram dinamakan bayi besar.
Frekuensi berat badan lahir lebih dari 4000 gram adalah 5,3%, dan berat badan lahir
yang melihi 4500 gram adalah 0,4%. Pada panggul normal, biasanya tidak
menimbulkan terjadinya kesulitan dalam proses melahirkan janin yang beratnya
kurang dari 4500 gram. Kesulitan dalam persalinan biasanya terjadi karena kepala
janin besar atau kepala keras yang biasanya terjadi pada postmaturitas tidak dapat
memasuki pintu atas panggul, atau karena bahu yang lebar sulit melalui rongga
panggul.
4. Penatalaksanaan Chepalopelvik Disproporsi
1) Persalinan Percobaan
Prognosis persalinan dengan panggul sempit tergantung berbagai faktor,
antara lain : bentuk panggul, ukuran panggul, pergerakan sendi-sendi panggul,
besarnya kepala janin, persentasi dan posisi kepala, serta his. Secara pasti, sebelum
persalinan berlangsung hanya dapat ukuran-ukuran panggul. Oleh karena itu, jika
tidak ada keberatan untuk melakukan kleidotomi (memotong klavikula) pada satu atau
kedua klavikula.
5. Pemeriksaan Penunjang
Untuk Pelvimetri dibuat 2 buah foto :
-
Foto lateral
7. Patofisiologi
Tulang tulang panggul terdiri dari os koksa, os sakrum, dan os koksigis. Os
koksa dapat dibagi menjadi os ilium, os iskium, dan os pubis. Tulang tulang ini satu
dengan lainnya berhubungan. Di depan terdapat hubungan antara kedua os pubis kanan
dan kiri, disebut simfisis. Dibelakang terdapat artikulasio sakro- iliaka yang
menghubungkan os sakrum dengan os ilium. Dibawah terdapat artikulasio sakro-koksigea
yang menghubungkan os sakrum (tl panggul) dan os koksigis (tl.tungging).
Pada wanita, di luar kehamilan artikulasio ini hanya memungkinkan pergeseran sedikit,
tetapi pada kehamilan dan waktu persalinan dapat bergeser lebih jauh dan lebih
longgar,misalnya ujung koksigis dapat bergerak kebelakang sampai sejauh lebih kurang
2,5 cm.
Hal
ini
dapat
dilakukan
bila
ujung
os
koksigis
menonjol ke depan pada saat partus, dan pada pengeluaran kepala janin dengan cunam
ujung os koksigis itu dapat ditekan ke belakang. Secara fungsional, panggul terdiri dari
dua
bagian
yaitu
pelvis
mayor
dan
pelvis
minor.
Pelvis
mayor
adalah bagian pelvis yang terletak diatas linea terminalis, disebut juga dengan false
pelvis. Bagian yang terletak dibawah linea terminalis disebut pelvis minor atau true
pelvis. Pada ruang yang dibentuk oleh pelvis mayor terdapat organ organ abdominal
selain itu pelvis mayor merupakan tempat perlekatan otot otot dan ligamen ke dinding
tubuh. Sedangkan pada ruang yang dibentuk oleh pelvis minor terdapat bagian dari kolon,
rektum, kandung kemih, dan pada wanita terdapat uterus dan ovarium. Pada ruang pelvis
juga
kita
temui
diafragma
pelvis
yang
dibentuk
oleh
Cemas
Post partum
Adaptasi
fisiologis
Trauma
jaringan
Efek
anestesi
Luka bekas
insisi
Proses
laktasi
Supresi SSP
Diskontin
u itas
jaringan
Medulla
oblongata
Invasi
Gangguan
pada pons
Resti
infeks
I
Nyeri
Pola napas
tak efektif
Kelemahan
fisik
Sumber : Bobak, 2004
Adaptasi
psikologis
Respon mual
muntah
Resti kekurangan
volume cairan dan
elektrolit
Gg. Mobilitas
fisik
Mempengaruhi
tonus uteri
Isapan bayi
Atonia uteri
Stimulasi
Hip.anterior
Resti
perdarahan
Ineffective breast
feeding
Taking in
Stimulasi
Hip.
Posterior
Sekresi oksitosin
Sekresi
prolaktin
Putting inverte
Stimulasi duktus
alveoli Kelj.
Mamae
Produksi ASI
sedikit
Menghambat
sekresi
oksitosin
Pressure the
ejection of breast
feeding
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1.
Pengkajian
a.
Identitas
Pada tahap ini perawat perlu mengetahui tentang nama, umur, alamat rumah,
agama atau kepercayaan, suku bangsa, bahasa yang dipakai, status pendidikan dan
pekerjaan pasien dan suaminya.
b.
Riwayat Kesehatan
1.
Keluhan utama
Keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong pasien mencari
pertolongan atau berobat ke rumah sakit. Biasanya pada pasien dengan post operasi
sectio caesarea hari 1-3 adalah adanya rasa nyeri.
2.
3.
4.
c.
dijawab oleh klien atau di suruh untuk melakukan perintah. Variasi tingkat
kesadaran dimulai dari siuman sampai ngantuk, harus di observasi dan penurunan
tingkat kesadaran merupakan gejala syok.
2. Sistem pernafasan
Respirasi bias meningkat atau menurun . Pernafasan yang ribut dapat
terdengar tanpa stetoskop. Bunyi pernafasan akibat lidah jatuh kebelakang atau
akibat terdapat secret. Suara paru yang kasar merupakan gejala terdapat secret
pada saluran nafas . Usaha batuk dan bernafas dalam dilaksalanakan segera pada
klien yang memakai anaestesi general.
3. Sistem perkemihan
Retensi urine paling umum terjadi setelah pembedahan ginekologi, klien
yang hidrasinya baik biasanya kencing setelah 6 sampai 8 jam setelah
pembedahan. Jumlah autput urine yang sedikit akibat kehilangan cairan tubuh saat
operasi, muntah akibat anestesi.
4. Sistem pencernaan
Fungsi gastrointestinal biasanya pulih pada 24-74 jam setelah pembedahan,
tergantung pada kekuatan efek narkose pada penekanan intestinal. Ambulatori
perlu diberikan untuk menghilangkan gas dalam usus.
5. Integritas ego
6. Eliminasi
9. Keamanan
10. Seksualitas
1
2
2. Diagnosa Keperawatan
Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontuinitas jaringan akibat insisi post operasi.
Ansietas berhubungan dengan kesulitan dalam persalinan, kurang pengetahuan tentang tindakan
Intervensi Keperawatan
No
1
Diagnosa
Keperawatan
Nyeri
Rencana Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
akut NOC
NIC
Pain level
Management nyeri
berhubungan
Pain control
1. Lakukan pengkajian nyeri
dengan terputusnya Comfort level
secara komprehensif termasuk
kontuinitas jaringan Setelah dilakukan tindakan lokasi, karakteristik, durasi,
keperawatan, Pasien tidak frekuensi, kualitas, dan factor
akibat insisi post mengalami
nyeri
dengan presipitasi.
kriyeria hasil:
2. Observasi reaksi nonverbal
operasi.
Mampu mengontrol nyeri dari ketidaknyamanan.
(tahu penyebab nyeri, mampu
3. Bantu pasien dan keluarga
menggunakan
teknik untuk mencari dan menemukan
nonfarmakologik
untuk dukungan.
mengurangi nyeri)
4. Control lingkungan yang dapat
Melaporkan
bahwa
nyeri mempengaruhi nyeri seperti
berkurang
dengan suhu ruangan, pencahayaan dan
menggunakan
manajemen kebisingan.
nyeri.
5. Kurangi factor presipitasi
Mampu mengenali nyeri (skala nyeri.
intensitas, frekuensi dan tanda
6. Kaji tipe dan sumber nyeri
nyeri)
untuk menentukan intervensi
Menyatakan rasa nyaman
7. Ajarkan tentang teknik non
setelah nyeri berkurang
farmakologik napas dalam,
Tanda vital dalam rentan relaksasi, distraksi, kompres
normal
hangat/dingin.
Tidak mengalami gangguan
8. Berikan
analgetik
untuk
tidur
mengurangi nyeri
9. Tingkatkan instirahat
10. Berikan informasi tentang
nyeri seperti penyebab nyeri
11. Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgetik
pertama kali
Ansietas
NOC
NIC
Control
kecemasan
Anciety Reduction (penurunan
berhubungan
Koping
kecemasan)
dengan
kesulitan Setelah dilakukan tindakan,
1. Gunakan pendekatan yang
kecemasan
klien
teratasi
menenangkan
dalam persalinan,
dengan kriteria hasil:
2. Nyatakan dengan jelas harapan
kurang pengetahuan Klien mampu mengidentifikasi terhadap pelaku pasien
3. Jelaskan semua prosedur dan
tentang
tindakan dan mengungkapkan gejala
cemas
apa yang dirasakan selama
operasi
sectio
Mengidentifikasi,
prosedur
caecarea.
mengungkapkan
dan
4. Temani
pasien
untuk
menunjukkan teknik untuk memberikan keamanan dan
mengotrol cemas
mengurangi takut
Vital sign dalam batas normal5. Berikan informasi factual
Postur tubuh, ekspresi wajah, mengenai diagnosis, tindakan
bahasa tubuh dan tingkat diagnosis
aktivitas
menunjukkan
6. Libatkan
keluarga
untuk
berkurangnya kecemasan
mendampingi klien
7. Instruksikan pada pasien untuk
4. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan adalah asuhan keperawatan secara nyata berupa serangkaian kegiatan
yang sistematis berdasarkan perencanaan untuk mencapai hasil yang optimal. Sebelum
melakukan rencana tindakan keperawatan, perawat hendaklah menjelaskan tindakan
keperawatan yang dilakukan terhadap pasien. Dalam pelaksanaan, perawatan melakukan
fungsinya sebagai independent, interdependent dan dependent.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi, yaitu penilaian hasil dan proses. Penilaian hasil menentukan seberapa
jauh keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran dari tindakan. Penilaian proses
menentukan apakah ada kekeliruan dari setiap tahapan proses mulai dari pengkajian,
diagnosa, perencanaan, tindakan, dan evaluasi itu sendiri. (Ali, 2009)
Evaluasi dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya dalam
perencanaan, membandingkan hasil tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan
dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dan menilai efektivitas proses
keperawatan mulai dari tahap pengkajian, perencanaan dan pelaksanaan. (Mubarak, dkk.,
2011)