You are on page 1of 8

PENINGKATAN EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATA KULIAH

ALGORITMA DAN PEMROGRAMAN MELALUI PENGGABUNGAN


STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH,
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR, SERTA KOOPERATIF
Yulia1, Rudy Adipranata2
Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Kristen Petra Surabaya
Telp. (031) 2983455
yulia@petra.ac.id, rudya@petra.ac.id

ABSTRAK
Jurusan Teknik Informatika merupakan suatu jurusan yang mempunyai fokus pada bidang teknologi
informasi dimana kemampuan berpikir logis dan kemampuan dalam pemrograman sangat dibutuhkan.
Algoritma dan Pemrograman (AP) merupakan mata kuliah dasar di jurusan ini yang mengajar tentang
logika berpikir serta teknik-teknik dasar pemrograman. AP akan menjadi dasar bagi hampir sebagian besar
mata kuliah di jurusan Teknik Informatika. Data hasil kelulusan AP dari tahun ke tahun menunjukkan bahwa
tingkat kelulusan mata kuliah ini rendah. Pada penelitian ini akan dilakukan penerapan strategi
pembelajaran yang tepat guna mengatasi permasalahan tersebut dan membuat proses pembelajaran menjadi
efektif.
Pengembangan model sistem pembelajaran yang akan dilakukan merupakan penerapan dari ketiga
macam strategi pembelajaran yaitu peningkatan kemampuan berpikir, pembelajaran berbasis masalah, dan
pembelajaran kooperatif. Proses pembelajaran mata kuliah Algoritma dan Pemrograman sendiri terdiri dari
3 jenis yaitu kuliah, responsi serta praktikum. Untuk pertemuan kuliah serta responsi dilakukan
pengelompokan sesuai dengan kelompok yang telah dibentuk dari hasil tes awal, sedangkan pada praktikum,
peserta didik akan bekerja secara mandiri.
Hasil pembelajaran menunjukkan peningkatan prestasi akademik. Hal ini terbukti dari tercapainya
performance indicator bahkan melebihi target yaitu terdapat peningkatan persentase kelulusan dari 51%
menjadi 80% serta peningkatan nilai rata-rata peserta didik dari 60 menjadi 69.
Kata kunci: Algoritma dan Pemrograman, Berbasis Masalah, Pembelajaran Kooperatif, Peningkatan
Kemampuan Berpikir

1.

PENDAHULUAN

Jurusan Teknik Informatika merupakan suatu jurusan yang mempunyai fokus pada bidang teknologi
informasi dimana kemampuan berpikir logis dan kemampuan dalam pemrograman sangat dibutuhkan.
Peserta didik dari jurusan ini diharapkan akan mempunyai kemampuan berpikir yang logis, kristis dan
kreatif. Algoritma dan Pemrograman (AP) merupakan mata kuliah dasar di jurusan ini yang mengajar tentang
logika berpikir serta teknik-teknik dasar pemrograman. Melalui mata kuliah ini peserta didik diharapkan
mempunyai kemampuan untuk berpikir algoritmis dan dapat menggunakan pengetahuannya dalam
menyelesaikan berbagai masalah pemrograman, khususnya dengan menggunakan bahasa C. AP akan menjadi
Semester 1

Algoritma dan
Pemrograman

Semester 2

Pemrograman
berorientasi
Objek

Semester 3

L.AP,K.PBO

Struktur Data

Desain dan
Analisa
Algoritma

Basis Data
Lanjutan

K
Basis Data

Semester 5

Semester 4

Sistem
Informasi

Pengantar
Kecerdasan
Buatan

Analisis dan
Desain SI
K

Semester 7

Semester 6

Interaksi
Manusia
Komputer
K

Analisis dan
Desain
Berorientasi
Objek
Rekayasa
Perangkat
Lunak

Manajemen
Proyek TI

Gambar 1. Alur Mata Kuliah yang Berhubungan dengan AP

dasar bagi hampir sebagian besar mata kuliah di jurusan Teknik Informatika. Hal ini dapat dilihat dalam
gambar alur studi pada gambar 1. berikut dimana AP menjadi prasyarat dasar bagi banyak mata kuliah yang
lain.

Selain mata kuliah yang digambarkan pada alur di gambar 1, hampir semua mata kuliah di jurusan, baik
mata kuliah wajib maupun pilihan membutuhkan membutuhkan keterampilan dalam logika berpikir dan
pembuatan program.
AP mempunyai satuan kredit semester (sks) sebesar 4 sks dengan pembagian 2 sks kuliah, 1 sks responsi
dan 1 sks praktikum. Pada perkuliahan AP, metode pembelajaran yang digunakan saat ini adalah ceramah dan
disertai dengan contoh-contoh soal yang dibahas bersama selama 100 menit (2 sks kuliah = 100 menit).
Sedang pada responsi diberikan soal-soal latihan kemudian peserta didik diberi kesempatan untuk
mengerjakan dan bertanya jika ada persoalan. Baik kuliah maupun responsi diadakan di ruang kuliah.
Praktikum AP diadakan di laboratorium dan diajar oleh seorang dosen dan dua orang asisten selama 100
menit (1sks praktikum = 100 menit).
Data hasil kelulusan AP dari tahun ke tahun menunjukkan bahwa tingkat kelulusan mata kuliah ini
rendah yaitu 50.24% (Tabel 1). Begitu pula dengan nilai rata-rata mata kuliah ini pada semester genap
2006/2007 juga cukup rendah yaitu 1,65 untuk rata-rata keseluruhan nilai serta 2,68 untuk rata-rata nilai yang
dianggap lulus saja (nilai C ke atas) (Tabel 2). Selain itu terdapat beberapa peserta didik yang harus
mengulang mata kuliah ini lebih dari satu kali. Akibat mengulang AP maka menyebabkan kesulitan
meneruskan perkuliahan karena seperti yang terlihat pada gambar 1 di atas, AP menjadi prasyarat dasar bagi
banyak perkuliahan. Hal ini menyebabkan masa studi menjadi panjang.
Tabel 1. Tingkat Kelulusan Mata Kuliah Algoritma dan Pemrograman
Tingkat Kelulusan

Semester

Jumlah
1
Genap 04/05
Gasal 05/06
Genap 05/06
Gasal 06/07
Genap 06/07

2.

2
39
73
54
84
46

Tingkat Ketidak- lulusan

Total

Prosentase

Jumlah

Prosentase

Jumlah

Prosentase

37.5
41.7
63.5
57.5
51

4
65
102
31
122
44

5
62.5
58.3
36.5
42.5
49

6
104
175
85
146
90

7
100
100
100
100
100

PERMASALAHAN
Disadari oleh para dosen pengajar AP bahwa proses pembelajaran telah diupayakan secara baik
tetapi
hasil
Tabel 2. Nilai Rata-rata Mata Kuliah AP Semester Genap 2006/2007
yang
Rata-rata
Grade (jumlah mahapeserta didik)
Rata-rata nilai
Kelas
nilai lulus
keseluruhan
(>=C)
A
B+
B
C+
C
D
E
1
A
B
C
Total

2
2
1
0
3

3
4
3
1
8

4
4
3
2
9

5
3
4
4
11

6
6
5
6
17

7
10
6
4
20

8
10
6
6
22

9
2,82
2,72
2,42
2,68

10
1,63
1,77
1,54
1,65

didapat serta tujuan perkuliahan belum tercapai secara maksimal dan tingkat kelulusan masih rendah. Hal ini
ditunjukkan dengan hasil penilaian kinerja dosen yang dilakukan oleh para peserta didik didapat bahwa
kinerja dosen Algoritma dan Pemrograman mencapai rata-rata nilai 2,77 dari skala 4. Berdasarkan
identifikasi masalah melalui pengamatan tidak terstruktur dan hasil releksi peneliti selama mengajar, peneliti
menemukan beberapa permasalahan:
1.
Peserta didik terbiasa dengan pola pikir selama sekolah yang terpola, terstruktur dan hanya sebagai
penerima informasi. Informasi hanya diingat dan ditimbun tapi tidak dikelola dan dihubungkan dengan
kehidupan sehari-hari. Akibatnya peserta didik pintar secara teoretis tetapi miskin aplikasi. Sedangkan
permasalahan yang ada pada mata kuliah AP serba tidak terpola, tidak terstruktur dan aplikatif. Sehingga
perlu kreatifitas dalam berpikir dan memecahkan persoalan.
2.
Ketika peserta didik diberikan tugas atau suatu masalah yang harus diselesaikan, peserta didik tidak
tahu bagaimana dan menggunakan cara apa untuk menyelesaikan masalah tersebut. Hal ini dikarenakan
mereka tidak mengetahui dengan pasti gambaran besar persoalan.

3.

Pengajar kesulitan menciptakan suatu lingkungan belajar yang dapat membawa peserta didik
menjadi lebih kreatif dan logis. Pembelajaran cenderung berpusat pada dosen (teacher centered teaching
method). Pembelajaran seperti ini cenderung menghambat kreatifitas berpikir peserta didik.
4.
Peserta didik tidak terbiasa dengan latihan mandiri di rumah.
5.
Peserta didik takut untuk bertanya atau bahkan cenderung tidak tahu apa yang harus ditanyakan. Hal
ini khususnya terjadi pada peserta didik dengan kemampuan berpikir kurang karena mereka malu untuk
bertanya dan takut untuk berkompetisi.
Permasalahan-permasalahan ini selanjutnya secara simultan mengakibatkan :
1.
Tingkat kelulusan rendah (Tabel 1)
2.
Nilai rata-rata hasil belajar rendah (Tabel 2)
3.
Nilai mengajar dosen rendah (dari angket dosen yang dibagikan ke peserta didik pada akhir
semester)
4.
Peserta didik tidak aktif.

3.

PERUMUSAN MASALAH

Merujuk dari latar belakang serta permasalahan di atas, maka pada penelitian ini akan dilakukan
penerapan strategi pembelajaran yang tepat guna mengatasi permasalahan tersebut dan proses pembelajaran
menjadi efektif. Dari studi literatur mengenai berbagai macam strategi pembelajaran, peneliti akan
melakukan penggabungan dari strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir, pembelajaran
berbasis masalah (problem based learning) dan pembelajaran kooperatif (cooperative learning) untuk dapat
mengatasi permasalahan yang ada sehingga proses pembelajaran AP menjadi efektif.
Dengan demikian, rumusan permasalahan yang akan dipecahkan pada penelitian ini adalah:
1.
Bagaimana mengembangkan model pembelajaran yang merupakan penerapan gabungan strategi
pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir, pembelajaran berbasis masalah dan pembelajaran
kooperatif untuk meningkatkan efektifitas pembelajaran AP dengan parameter tingkat rata-rata kelulusan
menjadi meningkat ?
2.
Apakah dengan menerapkan gabungan strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir,
pembelajaran berbasis masalah dan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan rata-rata kelulusan
peserta didik peserta mata kuliah AP ?
3.
Bagaimana melakukan penerapan gabungan strategi pembelajaran peningkatan kemampuan
berpikir, pembelajaran berbasis masalah dan pembelajaran kooperatif sehingga dapat menciptakan
lingkungan belajar yang berorientasi pada tujuan dan dapat membangkitkan motivasi belajar peserta
didik dan motivasi mengajar dosen dalam pembelajaran AP ?

4.

PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Pembelajaran Kooperatif / Cooperative Learning (CL) adalah proses belajar kelompok dimana setiap
anggota menyumbangkan informasi, pengalaman, ide, sikap, pendapat, kemampuan dan keterampilan yang
dimilikinya, untuk secara bersama-sama saling meningkatkan pemahaman seluruh anggota.[2] Metode CL
memungkinkan setiap peserta didik untuk memahami seluruh bagian pembahasan, tidak seperti pada
kelompok belajar yang kita kenal, yang menyebabkan hanya peserta didik tertentu yang memahami materi
tertentu. Metode CL juga membuat seluruh peserta didik akan memiliki pemahaman yang setara untuk suatu
pembahasan.
Karakteristik Cooperative Learning (CL)
Adapun karakteristik dalam CL adalah:[1]
o
Pembelajaran secara tim
Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus bisa membuat peserta didik
belajar. Semua anggota harus saling membantu untuk mencapai tujuan. Untuk itu, kriteria keberhasilan
pembelajaran ditentukan oleh keberhasilan tim. Setiap kelompok harus heterogen agar dapat saling
memberikan pengalaman, saling memberi dan menerima, sehingga setiap anggota dapat memberikan
kontribusi terhadap keberhasilan kelompok.
o
Didasarkan pada manajemen kooperatif
Seperti manajemen yang mempunyai empat fungsi pokok, yaitu perencanaan, fungsi organisasi, fungsi
pelaksanaan dan fungsi kontrol, demikian pula CL.
o
Kemauan untuk bekerja sama
Keberhasilan CL ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok. Karena itu prinsip kerja sama dan saling
membantu harus ditekankan dalam proses CL.
o
Keterampilan bekerja sama

Kemauan bekerja sama itu kemudian dipraktikkan melalui aktivitas dan kegiatan yang tergambarkan
dalam ketrampilan bekerja sama.

5.

PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

Pembelajaran Berbasis Masalah / Problem Based Learning (PBL) merupakan metode belajar yang
menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru
[3]. Seperti halnya CL, metode ini juga berfokus pada keaktifan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran.
Peserta didik tidak lagi diberikan materi belajar secara satu arah seperti pada metode pembelajaran
konvensional. Dengan metode ini, diharapkan peserta didik dapat mengembangkan pengetahuan mereka
secara mandiri. PBL juga memberi kesempatan peserta didik untuk mempelajari teori melalui praktek.
Peserta didik bukan hanya perlu mencari konklusi tetapi juga perlu menganalisis data.[4]
Sesuai dengan tujuan Strategi PBL adalah untuk menumbuhkan sikap ilmiah, secara umum strategi PBL
bisa dilakukan dengan langkah-langkah:
1.
Identifikasi masalah
2.
Analisa masalah
3.
Hipotesis/penjelasan logik sistematik
4.
Identifikasi pengetahuan
5.
Identifikasi pengetahuan yang telah diketahui
6.
Penentuan sumber pembelajaran
7.
Identifikasi pengetahuan baru
8.
Sintesis pengetahuan lama dan baru untuk diterapkan pada masalah
9.
Pengulangan kegiatan
10.
Menyimpulkan hal yang tidak terpelajari
11.
Perangkuman hasil / penyusunan laporan
12.
Penerapan ke masalah berikutnya
Tidak selamanya proses belajar dengan metode PBL berjalan dengan lancar. Ada beberapa hambatan
yang dapat muncul. Yang paling sering terjadi adalah kurang terbiasanya peserta didik dan pengajar dengan
metode ini. Peserta didik dan pengajar masih terbawa kebiasaan metode konvensional, dimana pemberian
materi terjadi secara satu arah. Faktor penghambat lain adalah kurangnya waktu. Proses PBL terkadang
membutuhkan waktu yang lebih banyak. Peserta didik terkadang memerlukan waktu untuk menghadapi
persoalan yang diberikan. Sementara, waktu pelaksanaan PBL harus disesuaikan dengan beban kurikulum.

6.

STRATEGI PEMBELAJARAN PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR

Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir (SPPKB) merupakan strategi pembelajaran


yang menekankan kepada kemampuan berpikir peserta didik[1]. Dalam SPPKB, materi pelajaran tidak
disajikan begitu saja kepada peserta didik. Akan tetapi, peserta didik dibimbing untuk menemukan sendiri
melalui proses dialog dengan memanfaatkan pengalaman peserta didik. SPPKB adalah model pembelajaran
yang bertumpu pada pengembangan kemampuan berpikir, dimana tujuan yang ingin dicapai dengan SPPKB
adalah peserta didik bukan sekedar menguasai materi pelajaran, tetapi bagaimana mengembangkan gagasan
dan ide melalui bahasa verbal. SPPKB bukan model pembelajaran yang hanya menuntut peserta didik
sekadar mendengar dan mencatat, tetapi menghendaki aktivitas peserta didik dalam proses berpikir.
Sebagai strategi pembelajaran yang diarahkan untuk mengembangkan kemampuan berpikir, SPPKB memiliki
tiga karakteristik sebagai berikut:
1.
Proses pembelajaran SPPKB menekankan pada prsoes mental peserta didik secara maksimal.
SPPKB bukan model pembelajaran yang hanya menuntut peserta didik untuk sekedar mendengar dan
mencatat tetapi menghendaki aktivitas peserta didik dalam proses berpikir.
2.
SPPKB dibangun dalam nuansa dialogis dan proses tanya jawab secara terus-menerus.
3.
SPPKB adalah model pembelajaran yang menyandarkan kepada dua sisi yang sama pentingnya,
yaitu proses dan hasil belajar. Proses belajar diarahkan untuk meningkatkan kemampuan berpikir,
sedangkan sisi hasil belajar diarahkan untuk mengkontruksi pengetahuan.

7.

INDIKATOR KINERJA

Untuk mengetahui apakah penggabungan strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir,


pembelajaran berbasis masalah dan pembelajaran kooperatif berhasil atau tidak dalam proses pembelajaran
mata kuliah Algoritma dan Pemrograman, maka hal-hal yang akan menjadi indikator keberhasilan adalah:
Tabel 3. Indikator Kinerja
Indikator kinerja
Baseline
Target
Tingkat
51 %
70 %

kelulusan peserta
didik
Rata-rata
nilai
kelulusan peserta
didik

8.

60

70

METODE PENGEMBANGAN GABUNGAN STRATEGI PEMBELAJARAN

Pengembangan model sistem pembelajaran yang akan dilakukan merupakan penerapan dari ketiga
macam strategi pembelajaran seperti telah dijabarkan di atas. Proses pembelajaran mata kuliah Algoritma dan
Pemrograman sendiri terdiri dari 3 jenis yaitu kuliah sebanyak 2 sks (100 menit per minggu), responsi 1 sks
(50 menit per minggu) serta praktikum 1 sks (50 menit per minggu). Untuk pertemuan kuliah serta responsi
nantinya akan dilakukan pengelompokan sesuai dengan kelompok yang telah dibentuk dari hasil tes awal di
atas, sedangkan pada praktikum, peserta didik akan bekerja secara mandiri.
8.1. Tes Awal
Pada strategi pembelajaran kooperatif / cooperative learning (CL), salah satu karakteristik CL adalah
setiap kelompok harus heterogen sehingga dapat saling memberikan pengalaman, saling memberi dan
menerima, dan setiap anggota dapat memberikan kontribusi terhadap keberhasilan kelompok. Untuk itu pada
saat pertama kali memulai pembelajaran, akan dilakukan tes awal (pre-test) terlebih dahulu guna
mengevaluasi kemampuan peserta didik untuk memecahkan permasalahan logika. Materi yang akan diujikan
pada tes awal adalah soal-soal logika dasar yang diasumsikan dapat dimengerti oleh seluruh peserta didik dan
tidak membutuhkan pengetahuan ataupun keterampilan khusus. Dari hasil tes awal tersebut dapat diketahui
kemampuan dasar masing-masing peserta didik sehingga dapat dikelompokkan secara heterogen dimana
masing-masing kelompok mempunyai jumlah peserta dengan kemampuan tinggi, menengah dan rendah
secara merata.
8.2. Pelaksanaan Kuliah
Pada pertemuan kuliah ini, materi secara garis besar terdiri dari dua jenis yaitu berupa pembuatan
diagram alir yang merupakan penggambaran proses berpikir logis untuk memecahkan sebuah masalah, serta
pembuatan program untuk memecahkan sebuah masalah. Untuk dapat melakukan pembuatan program,
dibutuhkan kemampuan berpikir logis, penggunaan diagram alir sebagai sarana serta pengetahuan terhadap
bahasa pemrograman dimana bahasa pemrograman yang digunakan adalah bahasa C. Permasalahan yang ada
sekarang ini adalah peserta didik kurang mampu untuk berpikir logis guna memecahkan masalah, sehingga
dengan menerapkan strategi pembelajaran ini diharapkan peserta didik mampu berpikir logis guna
memecahkan masalah yang ada. Strategi yang akan diterapkan untuk memacu peserta didik agar dapat
berpikir logis adalah strategi peningkatan kemampuan berpikir (SPPKB). Dalam SPPKB ini peserta didik
akan dibimbing untuk dapat memecahkan permasalahan menggunakan dialog dengan pengajar yang
membimbing untuk meningkatkan kreatifitas berpikir peserta didik. Pengajar di sini hanya berperan sebagai
fasilitator dalam membimbing peserta didik memecahkan permasalahan. Dalam dialog tersebut, pengajar
dapat memberikan langkah awal untuk penyelesaian persoalan dengan tujuan memancing kreativitas berpikir
peserta didik guna memikirkan langkah-langkah selanjutnya. Jika terjadi kebuntuan pada langkah-langkah
selanjutnya, maka pengajar dapat memberikan bantuan berupa hint agar peserta didik dapat mengembangkan
kembali kemampuan berpikirnya sehingga pada akhirnya permasalahan dapat diselesaikan. Selain berupa
dialog, proses pembimbingan dapat dilakukan dengan menunjukkan contoh kode program yang sudah
dikembangkan sebelumnya oleh pengajar dimana kode program ini berisi penyelesaian terhadap
permasalahan yang sejenis, sehingga peserta didik dapat melihat kode program tersebut dan terpacu
kreativitasnya untuk dapat menyelesaikan persoalan yang dihadapinya.
8.3. Pelaksanaan Responsi
Untuk pertemuan responsi yang merupakan pertemuan untuk melakukan latihan-latihan pemecahan
persoalan, pengajar tidak lagi menyampaikan materi. Sehingga pada responsi ini, peserta dibentuk menjadi
kelompok sesuai yang telah ditentukan, dan dilakukan pencarian masalah untuk tiap kelompok dengan
menggunakan materi yang telah mereka dapatkan pada pertemuan kuliah. Jadi di sini terjadi perubahan
dimana pada proses pembelajaran selama ini, pengajar memberikan permasalahan yang akan diselesaikan
oleh peserta didik, tetapi dengan penerapan strategi PBL, permasalahan dicari oleh peserta didik sehingga
peserta didik terpacu untuk dapat menyelesaikan permasalahan yang dirancang oleh mereka sendiri. Setelah
mengemukakan sebuah permasalahan, maka peserta didik per kelompok diharap untuk dapat menyelesaikan
permasalahan tersebut, dan jika terjadi kesulitan, maka pengajar akan memberikan bimbingan berupa
rangsangan untuk memikirkan langkah-langkah yang seharusnya dapat dilakukan guna memecahkan masalah

tersebut. Tetapi juga terdapat kemungkinan dimana kelompok tidak dapat menemukan permasalahan yang
akan diselesaikan, disini peranan dosen pengajar untuk membimbing ataupun memberikan sebuah
permasalahan yang dapat diselesaikan oleh kelompok.
Sebenarnya pertemuan responsi ini merupakan kelanjutan dari pertemuan kuliah dimana pada kuliah waktu
yang ada terpakai sebagian untuk menyampaikan materi dasar kepada peserta didik, sehingga waktu untuk
melakukan latihan penyelesaian persoalan-persoalan yang dikembangkan menjadi sedikit dan hal ini
dilanjutkan di pertemuan responsi.
8.4. Pelaksanaan Praktikum
Pada praktikum ini akan diuji kemampuan peserta dalam menyelesaikan materi sesuai dengan apa yang
telah dialaminya pada saat perkuliahan serta responsi.

9.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Model pembelajaran yang dikembangkan ini telah diujicobakan pada dua kelas AP yaitu kelas A dan B
semester Gasal 2007/2008 yang diasuh oleh dua orang pengajar, yaitu Yulia M.Kom untuk kelas A dan Rudy
Adipranata, M.Eng untuk kelas B. Kelas A berisi 27 mahasiswa dan kelas B berisi 28 mahasiswa.
Setelah dilakukan tes awal maka terbentuk 6 kelompok untuk masing-masing kelas, dimana
pengelompokan berdasarkan hasil tes awal dengan menggabungkan mahasiswa dengan nilai tes rendah,
sedang dan tinggi.
9.1

Proses Evaluasi Akhir


Proses evaluasi dilakukan dengan cara:
1.
Nilai harian perkuliahan dan Responsi 15%
2.
Proyek 20 %
3.
Ujian Tengah Semester (UTS) 20%
4.
Ujian Akhir Semester (UAS) 25%
5.
Praktikum 20 %
Tabel berikut ini merupakan hasil rangkuman evaluasi kelas A dan B
Tabel 4. Rangkuman Hasil Evaluasi
Kelas A
Nilai
Jumlah
Prosentase
A
7
28
B+
4
16
B
2
8
C+
4
16
C
4
16
D
3
12
E
1
4
Dari Tabel 4 di atas tampak bahwa
kelulusan kelas A adalah sejumlah 84%
dengan rata-rata nilai kelulusan 69.
Tabel 5. Rangkuman Hasil Evaluasi
Kelas B
Nilai
Jumlah
Prosentase
A
6
21
B+
5
18
B
4
14
C+
4
14
C
4
14
D
5
18
E
0
0
Dari Tabel 5 di atas tampak bahwa kelulusan kelas B adalah sejumlah 82% dengan rata-rata nilai kelulusan
69.
9.2
Umpan Balik
Berikut adalah pendapat dari mahasiswa berdasarkan hasil umpan balik yang dibagikan kepada
mahasiswa:
o
Dengan berkelompok membuat peserta didik lebih mudah mengerti mengenai materinya karena bisa
saling membantu dan berbagi pengetahuan

o
o
o
o
o
o
o
o
o

Masih merasa kesulitan untuk menganalisa permasalahan


Bisa kerjasama dalam kelompok dan bisa lebih saling mengenal
Pembahasan/penjelasan materi dan konsep sudah baik dan detil sehingga tahu cara membuat
programnya
Sistem perkuliahannya enak, menyenangkan
Pemberian contoh soal cukup variatif dan beranjak dari yang mudah ke lumayan
Tugasnya banyak
Persaingan antar kelompok sudah baik
Selama kuliah, sudah mengerti logikanya tetapi masih sulit mengimplementasikannya ke dalam
program
Kerja kelompok sangat bermanfaat tetapi ada individu yang tidak mau diajari atau pasif

Sedangkan saran dari para peserta didik adalah:


o
Sebaiknya perkuliahan langsung dilaksanakan di laboratorium, karena bisa langsung dapat
mengecek dimana kesalahan pada program
o
Penjelasan jangan terlalu cepat
o
Soal diperbanyak supaya semua kelompok dapat bagian
o
Soal dari yang mudah dulu
9.3

Hasil dan Target


Seperti yang disebutkan pada sub bagian 7 bahwa yang menjadi indikator untuk mengukur keberhasilan
penggabungan strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir, pembelajaran berbasis masalah dan
pembelajaran kooperatif ini adalah tingkat kelulusan dengan target 70 % dan rata-rata nilai sebesar 70.
Berdasarkan tingkat kelulusan peserta didik untuk kelas A telah memenuhi target (84% dari target 70%)
dan untuk kelas B juga telah memenuhi target (82% dari target 70%). Sedang dari rata-rata nilai untuk kelas
masih di bawah target (69 dari target 70) dan untuk kelas B juga masih di bawah target (69 dari target 70).

10.

KESIMPULAN

Dari hasil implementasi pengembangan metode pembelajaran yang inovatif berbasis teknologi informasi
yang telah diuji cobakan pada mahasiswa Algoritma dan Pemrograman semester ganjil 2007-2008, terbukti
bahwa dengan melakukan penggabungan strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir, berbasis
masalah serta kooperatif dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran pada mata kuliah Algoritma dan
Pemrograman. Hal ini terbukti dari tercapainya performance indicator bahkan melebihi target yaitu terdapat
peningkatan persentase kelulusan dari 51% menjadi 80% serta peningkatan nilai rata-rata peserta didik dari
60 menjadi 69.
Dari umpan balik dapat disimpulkan bahwa sebagian besar peserta didik merasa senang dengan sistem
berkelompok. Peserta didik juga berharap penjelasan bertahap dengan disertai banyak contoh kasus dari yang
sederhana sampai kompleks. Sistem pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir dan berbasis kasus juga
membuat peserta didik mampu menyelesaikan suatu kasus secara bertahap dan detil sehingga membantu
melatih logika berpikir untuk diimplementasikan dalam suatu program.
Sedikit kekurangan dari metode pembelajaran yang diterapkan khususnya pembelajaran kooperatif
adalah jika terdapat mahasiswa yang bersifat pasif dalam kelompok dan menggantungkan diri pada anggota
kelompoknya yang lain. Hal ini menyebabkan nilai mahasiswa bersangkutan yang didapat dari kelompok
adalah baik tetapi nilai yang didapat dari pribadi adalah jelek.

11.

SARAN

Hasil dari pengembangan metode pembelajaran yang telah dilakukan pada Algoritma dan Pemrograman
dapat diimplementasikan pada mata kuliah lain yang berbasis pada pemrograman seperti Pemrograman
Berorientasi Obyek, Struktur Data dan lainnya.

12.
[1]

REFERENSI

Sanjaya, W (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta.


Kencana Prenada Media Group
[2]
Proyek Development for Undergraduate Education (DUE) - Like Universitas Indonesia (2002).
Panduan Pelaksanaan Collaborative Learning & Problem Based Learning. Depok: Universitas
Indonesia

[3]

Utami, A. (2004). Pengaruh Metode Collaborative Learning dan Problem-Based Learning terhadap
Pemahaman Materi Kuliah. Tidak diterbitkan
[4]
http://www.queensu.ca/ctl/goodpractice/case/. Akses terakhir: 3 Agustus 2007

You might also like