You are on page 1of 19

A.

Definisi
Tumor adalah massa padat dan berukuran lebih dari 2 cm (Corwin, 2000).
Tumor ovarium adalah benjolan yang terdapat dalam ovarium. Tumor padat
ovarium merupakan neoplasma. Tumor ini dapat mencapai diameter 2 sampai
30 cm, dan beratnya dapat mencapai 20 kilogram, dengan 90% unilateral.
Permukaannya tidak rata, konsistensinya keras, terdiri dari dari jaringan ikat,
jaringan kolagen dan terkadang ada degerasi hialin, berwarna merah jambu
keabu-abuan. Tentang kepadatan tumor, ada yang konsistensinya memang
betul-betul keras disebut fibroma durum; sebaliknya ada yang cukup lunak
dan disebut fibroma molle.
Tumor ovarium merupakan poliferasi sel yang abnormal tanpa
terkendali dan bisa bersifat benigna dan maligna ( Brooken, 2001: 435).
Tumor jinak ovarium adalah bentuk padat atau kista yang dapat tumbuh secara
alami. Tumor ovarium biasanya asimtomatis sampai mereka besar yang dapat
menyebabkan tekanan pada pelvic ini merupakan deteksi dini dari keganasan
(Jovand : 2009)
B. Klasifikasi Tumor Ovarium
1. Tumor Non Neoplastik
a. Tumor akibat radang , termasuk abses ovarial, abses tuba ovarial, dan kista
tubo-ovarial.
b. Tumor Lain
1. Kista folikel
Kista ini berasal dari folikel de Graaf yang tidak sampai
berovulasi, namun tumbuh terus menjadi kista folikel, atau dari beberapa
folikel primer yang stelah bertumbuh dibawah pengaruh estrogen tak
mengalami proses atresia yang lazim, melainkan membesar menjadi kista.

Cairan dalam kista jernih dan seringkali mengandung estrogen; oleh sebab
itu kista kadang-kadang menyebabkan gangguan haid.
2. Kista korpus luteum
Kista korpus luteum dapat menimbulkan gangguan haid, berupa
amenorea diikuti oleh perdarahan tidak teratur.
3. Kista Lutein
Kista biasanya bilateral dan bisa menjadi sebesar tinju. Pada
pemeriksaan mikroskopik terlihat luteinisasi sel-sel teka. Sel-sel granulosa
dapat pula menunjukkan luteinisasi, akan tetapi seringkali sel-sel
menghilang karena atresia.
4. Kista inklusi germinal
Kista ini terjadi karena invaginasi dan isolasi bagian-bagian kecil
dari epitel germinativum pada permukaan ovarium.
5. Kista endometrium
Kista ini berlokasi di ovarium tepatnya pada bagian endometrium.
Sama seperti jenis tumor lainnya, tumor ini dapat menyebabkan nyeri
hebat dan terjadinya pendarahan.
6. Kista Stein-Leventhal
Disebabkan oleh gangguan keseimbangan hormonal. Umumnya
pada penderita terdapat gangguan ovulasi; oleh karena endometrium
hanya dipengaruhi oleh estrogen, hiperplasia endometris sering
ditemukan.
2. Tumor Ovarium Neoplastik Jinak
a. Tumor Kistik
1. Kistoma Ovarii simpleks
Kista yang permukaannya rata dan halus biasanya bertangkai
seringkali bilateral dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis berisi cairan
jernih yang serosa dan berwarna kuning.

2. Kistadenoma musinosum
Asal tumor ini belum diketahui dengan pasti, menurut meyer, ia
mungkin berasal dari suatu teratoma dimana dalam pertumbuhannya suatu
elemen mengalahkan elemen-elemen yang lain.
3. Kistadenoma ovarii serosum
Kista berasal dari epitel germinativum, bentuk kista unilokular, kista
ini dapat membesar.
4. Kista dermoid
Teratoma kistik jinak dengan struktur ektodermal berdiferensiasi
sempurna dan lebih menonjol daripada mesoderm dan entoderm. Dinding
kista keabu-abuan dan agak tipis, konsistensi sebagian kistik kenyal dan
padat.
b. Tumor Solid (Tumor ovarium yang padat dan jinak)
1. Fibroma Ovarii
Semua tumor ovarium yang padat adalah neoplasma. Akan tetapi, ini
tidak berarti bahwa mereka itu semuanya neoplasma yang ganas, meskipun
semuanya mempunyai potensi maligna. Potensi menjadi ganas ini sangat
berbeda pada berbagai jenis, umpamanya sangat rendah pada fibroma ovarii
dan sangat tinggi pada teratoma embrional yang padat. Fibroma ovarii
berasal dari elemen-elemen fibroblastik stroma ovarium atau dari beberapa
sel mesenkim yang multipoten.
2. Tumor Brenner
Satu neoplasma ovarium yang sangat jarang ditemukan, biasanya
pada wanita dekat atau sesudah menopause. Angka frekuwnsinya ialah 0,5%
dari semua tumor ovarium. Penyelidikan yang terkhir memberi petunjuk
bahwa sarang-sarang tumor brenner dari epitel selonik duktus mulleri.

C. Etiologi
Tumor ovarium merupakan kumpulan tumor dengan histiogenesis yang
beranekaragam, dapat berasal dari ketiga dermoblast (ektodermal, entodermal
dan mesodermal) dengan sifat-sifat histologis maupun klasifikasinya masih
sering menjadi perdebatan. Relatif sering ditemukan pada wanita usia lanjut.
Pemakaian obat yang menyuburkan kandungan bagi wanita yang sulit hamil
justru dapat mengakibatkan tumbuhnya tumor ovarium, karena ada perubahan
pembuluh darah akibat ovulasi berlebihan yang dipicu obat penyubur
kandungan. Tetapi penyebab tumor ovarium disebabkan oleh multifaktor.
Tumor ovarium dapat tumbuh karena berbagai sebab antara lain karena
pertumbuhan yang abnormal dijaringan yang terdapat di tempat ovarium
misalnya pertumbuhan abnormal dari folikel ovarium, korpusluteum, sel telur
atau dapat juga karena endometriosis, kista folikel, kista tekalitein,
teratomatistik benigna, kista demoid, kista demoid, kista denokarsinoma, kista
ovarium dapat juga terjadi karena jaringan disekitar sel oleh sebab tertentu,
tumbuh abnormal dan membungkus sel telur tersebut sehingga membentuk
kista (Hanifa, 2007 : 350).
D. Manifestasi Klinis
Tanda-tanda dan gejala-gejala termasuk haid tidak teratur, ketegangan
menstrual yang terus meningkat, darah menstrual yang terus meningkat, darah
menstrual yang banyak (menoragia) dengan nyeri tekan pada payudara,
menopause dini, rasa tidak nyaman pada abdomen, dispepsia, tekanan pada
pelvis, dan sering berkemih. Gejala-gejala ini biasanya samar, tetapi setiap
wanita dengan gejala-gejal gastrointestinal dan tanpa diagnosis yang diketahui
harus dievaluasi. Flatulens, rasa begah setelah makan makanan kecil, dan
lingkar abdomen yang terus meningkat merupakan gejala-gejala signifikan.

Sebagian sel kanker mengeluarkan penanda-penanda (marker) sel.


Penanda-penanda tersebut adalah zat spesifik yang dikeluarkan oleh tumor ke
dalam darah, urin, atau cairan spinalis pada seseorang yang mengidap kenker.
Penanda sel tumor merupakan antigen spesifik yang terdapat di sel kanker.
Sebagian antigen tumor serupa dengan antigen janin dan disebut antigen
onkofetal (onko berarti tumor). Karena sering tidak merangsang respons imun,
maka antigen-entigen janin tersebut sering menyamarkan tumor dari sistem
imun penjamu (Corwin, 2000).
Adanya tumor di dalam perut bagian bawah bisa menyebabkan
pembenjolan perut. Tekanan terhadap alat-alat di sekitarnya disebabkan oleh
besarnya tumor atau posisinya dalam perut. Misalnya, sebuah kista dermoid
yang tidak seberapa besar, tetapi di depan uterus dapat menekan kandung
kencing dan dapat menimbulkan gangguan miksi, sedang suatu kista yang
lebih besar tetapi terletak bebas di rongga perut. Selain gangguan miksi,
tekanan tumor dapat mengakibatkan obstipasi, edema pada tungkai. Pada
tumor yang besar dapat terjadi tidak nafsu makan, rasa sesak dan lain-lain.
Pada umumnya tumor ovarium tidak mengubah pola haid, kecuali jika
tumor itu sendiri mengeluarkan hormon. Sebuah tumor sel granulosa dapat
menimbulkan hipermenorea, dan arhenoblastoma dapat menyebabkan
amenorea.
E. Patofisiologi
Fungsi ovarium yang normal tergantung kepada sejumlah hormone dan
kegagalan pembentukan salah satu hormone tersebut bias mempengaruhi
fungsi ovarium. Ovarium tidak akan berfungsi secara normal jika tubuh wanita
tidak menghasilkan hormone hipofisa dalam jumlah yang tepat.

Fungsi ovarium yang abnormal kadang menyebabkan penimbunan folikel


yang berbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium karena itu terbentuk
tumor di dalam ovarium. Setiap hari ovarium normal akan membentuk
beberapa kista kecil yang di sebut folikel de graff. Pada pertengahan siklus
folikel dominan dengan diameter lebih dari 2,8 cm akan melepaskan oosit
mature. Folikel yang rupture akan menjadi korpus luteum yang pada saat
matang memiliki struktur 1,5 2 cm dengan kista di tengah-tengah.
Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit, korpus luteum akan mengalami
fibrosis dan pengerutan secara progresif. Namun bila terjadi fertilisasi, korpus
luteum mula mula akan membesar kemudian secara gradual akan mengecil
selama kehamilan. Kista ovary yang berasal dari proses ovulasi normal disebut
kista fungsional dan selalu jinak. Kista dapat berupa kista folikular dan luteal
yang kadang kadang disebut kista theca-lutein. Kista tersebut dapat di
stimulasi oleh gonadotropin, termasuk FSH dan HCG.
Kista fungsional multiple dapat terbentuk karena stimulasi gonadotropin
atau sensitifitas terhadap gonadotropin yang berlebih. Kista folikel dan luteal,
kelainan yang tidak berbahya ini berasal dari folikel graff yang tidak pecah
atau folikel yang sudah pecah dan menutup kembali. Kista deemikian
seringnya adalah multiple dan timbul langsung di bawah serosa yang menutupi
ovarium biasanya kecil dengan diameter 1 1,5 cm dan berisi cairan serosa
yang bening tetapi ada kalnya penimbunan cairan cukup banyak sampai
mencapai diameter 4 5 cm, sehingga teraba massa dan menimbulkan sakit
pada daerah pelvis.
Pada

neoplasia

tropoblastik

gestasional

(hydatidiform

mole

dan

choriocharcinoma) dan kadang kadang pada kehamilan multiple dengan


diabetes, HCG menyebabkan kondisi yang disebut hiperaktif lutein. Pasien
pada terapi interfilitas, induksi ovulasi dengan menggunakan gonadotropin

(FSH dan LH) atau terkadang clomiphene citarate, dapat menyebabkansindrom


hiperstimulasi ovary, terutama bila disertai dengan pemberian HCG.
Kista neoplasia dapat tumbuh dari proliferasi sel yang berlebih dan tidak
terkontrol dalam ovarium serta dapat bersifat ganas atau jinak. Neoplasia yang
ganas dapat berasal dari semua jenis sel dan jaringan ovarium. Sejauh ini
keganasan yang paling sering berasal dari epitel permukaan dan sebagian besar
lesi kistik parsial. Jenis kista jinak yang serupan dengan keganasan ini adalah
kistadenoma serosa dan mucinous. Tumor ovary ganas yang lain dapat terdiri
dari area kisti, termasuk jenis ini adalah tumor sel granulose dari sex cord sel
dan germ sel tumor dari germ sel primodial. Teratoma berasal dari tumor germ
sel yang berisi elemen dari 3 lapisan germinal embrional, ektodermal,
endodermal, dan mesoderma.
F. Pemerikaan Penunjang
Setiap pembesaran ovarium harus diselidiki. Melihat topografi ovarium
hampir tak memungkinkan kita melakukan deteksi dini tumor ganas ovarium
oleh karena letaknya sangat tersembunyi. Diagnosis didasarkan atas 3
gejala/tanda yang biasanya muncul dalam perjalanan penyakitnya yang sudah
agak lanjut :
1. Gejala desakan yang dihubungkan dengan pertumbuhan primer dan
infiltrasi ke jaringan sekitar.
2. Gejala diseminasi/ penyebaran yang diakibatkan oleh implantasi
peritoneal dan bermanifestasi adanya ascites.
3. Gejala hormonal yang bermanifestasi sebagai defeminisasi,
maskulinisasi atau hiperestrogenisme; intensitas gejala ini sangat
bervariasi dengan tipe histologik tumor dan usia penderita.
Pemeriksaan ginekologik dan palpasi abdominal akan mendapatkan
tumor atau masa, di dalam panggul dengan bermacam-macam konsistensi

mulai dari yang kistik sampai yang solid (padat). Kondisi yang sebenarnya dari
tumor jarang dapat ditegakkan hanya dengan pemeriksaan klinik. Pemakaian
USG (Ultrasonography) dan CT-Scan (Computerised axial Tomography
Scanning) dapat memberi informasi yang berharga mengenai ukuran tumor dan
perluasannya sebelum pembedahan. Pemeriksaan penunjang lain yang dapat
dilakukan diantaranya :
1. Laparoskopi
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah
tumor berasal dari ovarium atau tidak, dan untuk menentukan sifatsifat tumor itu.
2. Ultrasonografi
Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor,
apakah tumor berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kemih,
apakah tumor kistik atau solid, dan dapat dibedakan pula antara
cairan dalam rongga perut yang bebas dan yang tidak.
3. Foto Rontgen
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrothoraks.
Selanjutnya, pada kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat
adanya gigi dalam tumor. Penggunaan foto Rontgen pada pielogram
intravena dan pemasukan bubur barium dalam kolon sudah disebut
diatas.
4. Parasentetis
Telah disebut pada pungsi asites berguna untuk menentukan sebab
asites.

Perlu

diingatkan

bahwa

tindakan

tersebut

dapat

mencemarkan kavum peritoneum dengan isi kista bila dinding kista


tertusuk.
5.

Hitung Darah Lengkap

Penurunan Hb dapat menunjukan anemia kronis jika ditemukan


adanya massa, maka kemungkinan adalah keganasan ovarium.
G. Penatalaksanaan
Dapat dipakai sebagai prinsip bahwa tumor ovarium neoplastik
memerlukan operasi dan tumor nonneoplastik tidak. Jika menghadapi tumor
ovarium yang tidak memberi gejala/ keluhan pada penderita dan yang besarnya
tidak melebihi jeruk nipis dengan diameter kurang dari 5cm, kemungkinan
besar tumor tersebut adalah kista folikel atau kista korpus luteum, jadi tumor
nonneoplstik. Tidak jarang tumor-tumor tersebut mengalami pengecilan secara
spontan dan menghilang, sehingga pada pemeriksaan ulangan setelah beberapa
minggu dapat ditemukan ovarium kira-kira besarnya normal.
Oleh sebab itu, dalam hal ini hendaknya diambil sikap menunggu selama 2
sampai 3 bulan, sementara mengadakan pemeriksaan ginekologik berulang.
Jika selama waktu observasi dilihat peningkatan dalam pertumbuhan tumor
tersebut, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa kemungkinan besar tumor
itu bersifat neoplastik, dan dapat dipertimbangkan satu pengobatan operatif.
Tindakan operatif pada tumor ovarium neoplastik yang tidak ganas ialah
pengangkatan tumor dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium yang
mengandung tumor. Akan tetapi, jika tumornya besar atau ada komplikasi,
perlu dilakukan pengangkatan ovarium, biasanya disertai dengan pengangkatan
tuba (salpingo-ooforokistektomi). Pada saat operasi kedua ovarium harus
diperiksa untuk mengetahui apakah tumor ditemukan pada satu atau pada dua
ovarium. Pada operasi tumor ovarium yang diangkat harus segera dibuka,
untuk mengetahui apakah ada keganasan atau tidak. Jika keadaan meragukan,
perlu pada waktu operasi dilakukan pemeriksaan sediaan yang dibekukan
(frozen section) oleh seorang ahli patologi anatomik untuk mendapat kepastian
apakah tumor ganas atau tidak.

Jika terdapat keganasan, operasi yang tepat ialah histerektomi dan


salpingo-ooforokistektomi bilateral. Akan tetapi, pada wanita muda yang masih
ingin mendapat keturunan dan dengan tingkat keganasan tumor yang rendah
(misalnya tumor sel granulosa), dapat dipertanggungjawabkan untuk
mengambil resiko dengan melakukan operasi yang tidak seberapa radikal
(Prawirohardjo, 1999).
F. Komplikasi
Perdarahan ke dalam kista biasanya terjadi sedikit-sedikit, sehingga
berangsur-angsur menyebabkan pembesaran kista, dan hanya menimbulkan
gejala-gejala klinik yang minimal. Akan tetapi, apabila perdarahan terjadi
dalam jumlah yang banyak, akan terjadi distensi cepat dari kista yang
menimbulkan nyeri perut mendadak.
Putaran tangkai dapat terjadi pada tumor bertangkai dengan diameter 5 cm
atau lebih akan tetapi yang belum amat besar sehingga terbatas gerakannya.
Kondisi yang mempermudah terjadinya torsi ialah kehamilan karena pada
kehamilan uterus yang membesar dapat mengubah letak tumor, dan karena
sesudah persalinan dapat terjadi perubahan mendadak dalam rongga perut.
Putaran tangkai menyebabkan gangguan sirkulasi meskipun gangguan ini
jarang bersifat total. Adanya putaran tangkai menimbulkan tarikan melalui
ligamentum infudibulopelvikum terhadap peritoneum parietal dan ini
menimbulkan rasa sakit. Hal ini perlu diperhatikan pada pemeriksaan, karena
akibat pembesaran tumor dan terjadinya perdarahan di dalamnya. Jika tidak
diambil tindakan, dapat terjadi robekan dinding kista dengan terjadi perlahanlahan, tumor dapat melekat pada omentum, yang membuat sirkulasi baru untuk
tumor tersebut. Tumor mungkin melepaskan diri dari uterus dan menjadi tumor
parasit.

Infeksi pada tumor terjadi jika dekat pada tumor ada sumber kuman
patogen, seperti appendisitis, divertikulitis, atau salpingitis akuta. Kista
dermoid cenderung mengalami peradangan disusul dengan pernanahan.
Robek dinding kista terjadi pada torsi tangkai, akan tetapi dapat pula
sebagai akibat trauma, seperti jatuh, atau pukulan pada perut, dan lebih sering
pada waktu persetubuhan. Kalau kista hanya mengandung cairan serus, rasa
nyeri akibat robekan pada kista disertai hemoragi yang timbul secara akut,
maka perdarahan bebas dapat berlangsung terus ke dalam rongga peritoneum,
dan menimbulkan rasa nyeri terus-menerus disertai tanda-tanda abdomen akut.
Robekan dinding pada kistadenoma musinosum dapat mengakibatkan
implantasi sel-sel kista pada peritoneum. Sel-sel tersebut mengeluarkan cairan
musin yang mengisi rongga perut dan menyebabkan perlekatan-perlekatan
dalam rongga perut. Keadaaan ini dikenal dengan nama pseudomiksoma
peritonei.
Perubahan keganasan dapat terjadi pad beberapa kista jinak, seperti
kistadenomaovarii serosum, kistadenoma ovarii musinosum, dan kista
dermoid. Oleh sebab itu, setelah tumor-tumor tersebut diangkat pada operasi,
perlu dilakuka pemeriksaan mikroskopik yang seksama terhadap kemungkinan
perubahan keganasan. Adanya asites dalam hal ini mencurigakan; adanya anak
sebar (metastasis) memperkuat diagnosis keganasan.

Asuhan Keperawatan Pada Kasus Tumor Ovarium


1.

Pengkajian
Melaksanakan pengkajian secara lengkap yang berhubungan dengan kista
ovarium kepada klien, kemudian dari hasil pengkajian tersebut dapat
disimpulkan analisa guna menentukan perawatan selanjutnya.

a. Data Biografi
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama dan
alamat, diagnosa medis serta data penanggung jawab. Wanita yang rentang
terkena tumor ovarium berkisar antara usia 20 40 tahun. Wanita dengan
pekerjaan berat mempengaruihi terjadinya tumor ovarium.
b. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
Biasanya klien merasa nyeri pada daerah perut.
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Merupakan data yang diperlukan untuk mengetahui kondisi kesehatan klien
saat

ini.

Keluhan

yang

dirasakan

klien

seperti nyeri

perut, perut

buncit, gangguan fungsi saluran cerna, berat badan turun secara nyata,rasa
tertekan pada rongga panggul, siklus menstruasi yang memanjang dan
memendek, nyeri pinggul pada waktu bersenggama atau pada waktu
berjalan atau bergerak, gangguan saluran kencing, nyeri pinggul pada waktu
menstruasi, mual muntah dan infertilitas ( tidak subur).
3. Riwayat kesehatan dahulu
Merupakan data yang diperlukan untuk mengetahui kondisi kesehatan klien
sebelum menderita penyakit sekarang, seperti pernah mengalami opname,
kanker atau tumor pada organ lain.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah keluarga klien ada yang menderita penyakit seperti yang diderita
klien, dan untuk menentukan apakah ada penyebab herediter atau tidak.

5. Riwayat kehamilan
Hamil dan persalinan berapa kali, anak yang dilahirkan hidup atau mati,
sehat atau tidak dan pada saat melahirkan normal atau melalui pembedahan.
c. Kebutuhan bio-psiko-sosial-spritual atau kebutuhan sehari-hari
1. Pola makan
Anoreksia, mual / muntah.intoleransi makanan, perubahan pada berat badan
penurunan BB, perubahan pada kelembaban / turgor kulit, edema.
2. Pola eliminasi
Perubahan pada pola defekasi misal:darah pada feces,nyeri pada defekasi,
perubahan eliminasi urinarius misalnya: nyeri, perubahan pada bising usus.
3. Pola aktifitas dan latihan
Kelemahan atau keletihan. perubahan pola istirahat dan jam kebisaan tidur,
adanya factor -faktor yang mempengaruhi tidur misal : nyeri, ansietas,
keterbatasan, partisipasi dalam hobi dan latihan.
4. Riwayat penggunaan zat
Kebiasaan dan lama penggunaan rokok, minuman alkohol, dan obat
obatan mempengaruhi terbentuknya kista.
5. Integritas ego
Factor stress dan cara mengatasi stress, masalah tentang perubahan dalam
penampilan

insisi

pembedahan,

perasaan

tidak

berdaya,

putus

asa,depresi,menarik diri.
6. Neurosensori
Pusing, sinkop
7. Nyeri / kenyamanan
Terdapat nyeri dengan derajat bervariasi misalnya : ketidaknyamanan ringan
sampai nyeri berat ( dihubungkan dengan proses penyakit ).

8. Keamanan
Pemajanan pada kimia toksik, karsinogen, pemajanan matahari lama,
berlebihan, demam, ruam kulit / ulserasi.
9. Seksualitas
Perubahan pada tingkat kepuasan karena nyeri yang di rasakan pada waktu
bersenggama.
10. Interaksi social
Ketidak adekuatan / kelemahan system pendukung, riwayat perkawinan,
masalah tentang fungsi / tanggung jawab peran.
( Marlyn. E. Dongoes, 1999)
d. Pemeriksaan fisik
Kaji keadaan umum, kesadaran, berat badan atau tinggi badan dan tanda
tanda vital.
1.

Kepala
Adanya keluhan pusing atau sakit kepala, serta kaji warna rambut, keadaan,
distribusi rambut, dan kebersihan rambut.

2. Mata
Mata berkunag kunang dan penglihatan kabur.
3. Hidung
Tidak ada kelainan jadi perlu di kaji kesimetrisan, keadaan kehersihan
hidung, dan fungsi penciuman.
4. Mulut
Mukosa mulut dan bibir kering, fungsi pengecapan berkurang, keadaan
mulut dan fungsi menelan berkurang karena mual muntah dan anoreksia.
5. Telinga
Tidak ada kelainan tapi perlu dikaji adanya kelainan bentuk, keadaan, dan
fungsi pendengaran.
6. Leher

Pembekakan, pembesaran kelenjar tiroid, distensi vena jugularis, pebesaran


kelenjar getah bening.
7. Daerah dada
Adanya keluhan sesak nafas, bentuk, nyeri dada, auskultasi suara jantung,
bunyi jantung, frekuensi nadi, dan tekanan darah.
8. Abdomen
Adanya massa pada abdomen, distensi, bising usus, bekas luka, nyeri tekan,
karakteristik nyeri, kondisi hepar dan kandung kemih.
9. Genitalia Eksterna
Adanya pengeluaran sekret dan perdarahan, warna, bau, keluhan gatal dan
kebersihan.
10. Anus
Adanya keluhan konstipasi, dan inspeksi adanya hemoroid eksterna.
11. Ektremitas
Nyeri panggul saat beraktivitas, kontraktur pada persendian dan kesulitan
pergerakan.
e. Pemeriksaan penunjang
1.
2.
3.
4.
5.

Laparaskopi
Ultrasonografi
Foto Rontgen
Parasentetis
Hitung Darah Lengkap

2. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan terdapatnya tumor (benda asing) pada
ovarium.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan nyeri
berkurang, dengan kriteria hasil :

o
o
o
o

Klien tampak tenang.


Klien melaporkan nyeri berkurang
Ekspresi wajah tampak rileks
TTV dalam rentang normal TD : > 110/70 mmHg; S : 36-37C; N :
80-100 x/menit; RR : 18-24 x/menit.

Intervensi :
a. Kaji ulang lokasi, sifat, karakteristik, tipe, dan durasi nyeri
R : Menentukan intervensi yang tepat
b. Hilangkan faktor-faktor yang menghasilkan nyeri
R : Ansietas yang berlebihan dapat mengakibatkan nyeri
c. Ajarkan teknik relaksasi napas dalam
R : Mengurangi nyeri secara non farmakologis
d. Pantau TTV
R : Mengidentifikasi nyeri akut
e. Kolaborasi pemberian anlgetik
R : Mengurangi nyeri secara farmakologis
2. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan dan kurangnya informasi
tentang proses perjalanan penyakit
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan kecemasan
berkurang, dengan kriteria hasil :
o Ekspresi muka klien tampak rileks dan tenang
o Klien mendapatkan informasi yang benar tentang proses perjalanan
penyakitnya
o Klien melaporkan kecemasan berkurang
o TTV dalam rentang normal : TD : > 110/70 mmHg; S : 36-37C; N
: 80-100 x/menit; RR : 18-24 x/menit.
Intervensi :
a. Kaji ulang tingkat dan penyebab ansietas

R : Menentukan intervensi sesuai tingkat dan faktor penyebab


b. Pantau respon verbal dan non verbal
R : Menandakan tingkat rasa takut yang sedang dialami klien
c. Berikan informasi dalam bentuk verbal dan non verbal, beri
kesempatan pada klien untuk mengajukan pertanyaan
R : Pengetahuan akan membantu mengatasi apa yang sedang terjadi
d. Pantau TTV
R : Stress mengaktifkan sistem adrenokortikal yang meningkatkan
retensi reabsorbsi Na dan meningkatkan ekskresi K
3. Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan menurunnya aliran
darah (O2 ) ke jaringan ditandai dengan hipotensi, peningkatan frekuensi
nadi, peningkatan pernapasan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan kondisi TTV
klien membaik, dengan kriteria hasil :
o TTV dalam rentang normal : TD : > 110/70 mmHg; S : 36-37C;
N : 80-100 x/menit; RR : 18-24 x/menit.
o Input dan output cairan adekuat
Intervensi :
a. Evaluasi, laporkan dan catat jumlah serta sifat kehilangan darah
R : Perkiraan kehilangan darah membantu membedakan diagnosa.
b. Kaji TTV
R : Peningkatan frekuensi nadi dan suhu, TD dapat menandakan
penurunan volume sirkulasi
4. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan terdapatnya
tumor pada ovarium
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan kebutuhan
nutrisi klien terpenuhi, dengan kriteria :

o Hb / Ht : normal
o Nafsu makan meningkat
o Tingkat energi tepat
Intervensi :
a. Anjurkan makan makanan tinggi protein, zat besi dan vitamin C bila
masukan oral tidak dibatasi
R : Protein membantu meningkatkan pemulihan dan regenerasi
jaringan baru zat besi untuk sintesis Hb, Vit.C memudahkan absorbsi
zat besi
b. Tingkatkan masukan sedikitnya 2000ml/hari, jus, sup, cairan nutrisi lain
R : Memberikan kalori dan nutrien lain untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme serta menggantikan kehilangan cairan
c. Anjurkan makan makanan sedikit tapi sering
R : Mengurangi nyeri / rasa sakit pada abdomen
d. Anjurkan tidur / istirahat adekuat
R : Menurunkan lagu metabolisme memungkinkan nutrien dan O2
untuk digunakan dalam proses pemulihan
e. Kolaborasi pemberian preparat zat besi dan atau vitamin sesuai indikasi
R : Bermanfaat dalam memperbaiki anemia atau defisiensi bila ada
5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan proses penyakit
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan pola tidur
klien membaik, dengan kriteria :
o Pasien melaporkan perbaikan dalam pola tidur / istirahat
o Kelelahan / kelemahan berkurang
o Pasien tidur dengan jumlah jam yang cukup
Intervensi :
a. Kaji kebiasaan tidur klien
R : Menentukan intervensi yang tepat

b. Mengurangi kebisingan
R : Klien dapat tidur dengan nyaman
c. Anjurkan menggunakan teknik relaksasi napas dalam
R : Membantu memberi kenyamanan saat tidur

You might also like