You are on page 1of 3

PERTUMBUHAN JANIN TERHAMBAT

PENDAHULUAN
Pertumbuhan janin terhambat (PJT) kini merupakan suatu entitas penyakit yang
membutuhkan perhatian bagi kalangan luas, mengingat dampak yang ditimbulkan jangka
pendek berupa risiko kematian 6-10 kali lipat lebih tinggi jika dibandingkan dengan bayi
normal.1 Pertumbuhan janin yang buruk dapat dipengaruhi oleh kondisi kesehatan ibu. 2
Di Jakarta dalam suatu survey ditemukan prevalensi PJT lebih tinggi (14%) pada
golongan ekonomi rendah jika dibandingkan degan golongan ekonomi menengah atas
(5%).1 Faktor risiko PJT dapat dideteksi sebelum maupun selama kehamilan diantaranya
adalah riwayat PJT sebelumnya, riwayat penyakit kronis, riwayat antiphospholipid
syndrome, IMT yang rendah, hipoksia maternal, kadar MSAFP/hCG yang meningkat,
riwayat minum obat-obatan tertentu, perdarahan pervaginam, kelainan plasenta, partus
prematur, kehamilan ganda, dan penambahan berat badan yang kurang.3
KASUS
Pasien wanita berusia 41 tahun dengan G5P5A0 hamil 37 minggu datang ke IGD dengan
keluhan mules sejak 20 jam sebelum datang ke rumah sakit. Mules dirasakan setiap satu
jam sekali dengan intensitas yang tidak terlalu kuat. Keluhan keluar lendir atau darah
disangkal. Pada pemeriksaan fisik keadaan umum baik, kesadaran composmentis,
tekanan darah 130/80 mmHg, frekuensi nadi 80x/menit, frekuensi napas 20x/menit, dan
suhu 36,4oC. Pada pemeriksaan obstetri didapatkan letak bayi memanjang dengan
presentasi kepala, TFU 28cm, TBJ 2635 gram, DJJ 144x/menit regular dengan his (+).
Pada pemeriksaan dalam didapatkan pembukaan 1-2cm, portio tebal, kepala pada hodge I
dan ketuban (+). Hasil CTG saat masuk IGD menunjukkan non reaktif. Selama perawatan
di bangsal tekanan darah pasien sempat meningkat hingga 160/100 mmHg. Pasien
dilakukan persalinan secara caesarian section dengan berat badan lahir bayi 2310 gram,
panjang badan lahir 44 cm, lingkar kepala 30 cm, dan lingkar perut 27 cm.
Riwayat kehamilan pertama dan kedua pasien cukup bulan melahirkan dengan persalinan
normal jenis kelamin perempuan. Riwayat kehamilan ketiga pasien melahirkan pada usia
kehamilan 34 minggu gemelli persalinan secara normal, jenis kelamin keduanya adalah
perempuan dengan BBL 1200 gram namun hanya dapat bertahan beberapa hari karena
berat badan lahir rendah. Riwayat kehamilan ke-empat cukup bulan laki-laki lahir dengan
persalinan normal. Pada hamil saat ini, pasien mengaku rutin melakukan antenatal care di
puskesmas. Riwayat penyakit dahulu: hipertensi (-)
Berat badan pasien sebelum hamil 33 kg, berat badan pasien selama kehamilan saat ini 45
kg dengan tinggi badan 150 cm. Pasien mengatakan dalam sehari pasien makan 2x
sebanyak 6-7 sendok makan. Makanan sehari-hari pasien tidak mengandung 5 sehat 4
sempurna, yaitu hanya nasi, tahu, dan tempe. Pasien mengaku sangat jarang memakan
daging dan ikan. Merokok (-) Narkoba (-)
DISKUSI
Pertumbuhan janin terhambat merupakan kurangnya taksiran berat janin <10% dari berat

yang seharusnya dicapai pada usia kehamilan tersebut, karena terhambatnya potensi
pertumbuhan secara genetik yang patologis.1,3 Penyebab PJT diantaranya adalah
hipertensi dalam kehamilan, gemeli, anomali janin/trisomi, sindrom antifosfolipid, SLE,
infeksi (rubella, sifilis, dll), penyakit jantung, asma, gaya hidup buruk (merokok atau
narkoba), dan kekurangan gizi (biasanya pada ekonomi rendah). 1 Seperti yang
disebutkan, salah satu fakor risiko terjadinya pertumbuhan janin terhambat adalah
kekurangan gizi dan pada kasus ini pasien memiliki pola makan yang buruk dengan BMI
pasien sebelum kehamilan dibawah normal yaitu 14,6 dan kenaikan BB selama
kehamilan sebanyak 12 kg. Hal tersebut menunjukkan faktor risiko terjadinya
pertumbuhan janin terhambat pada kasus ini karena kurangnya nutrisi atau gizi.
Pertumbuhan janin terhambat dibagi menjadi dua klasifikasi yaitu PJT simetrik dan PJT
asimetrik. PJT simetrik adalah janin secara proporsional berukuran kecil, gangguan
pertumbuhan terjadi sebelum usia kehamilan 20 minggu, sering disebabkan karena
infeksi atau kelainan kromosom.3 Sedangkan PJT asimetrik adalah janin yang berukuran
tidak proporsional yaitu lingkar perut yang jauh lebih kecil daripada lingkar kepala,
gangguan pertumbuhan terjadi pada kehamilan trimester III dan sering disebabkan karena
insufisiensi plasenta misalnya pada preeklampsia. PJT asimetrik memiliki prognosis lebih
baik.1,3 Pada awal kehamilan, PJT simetris terjadi akibat gangguan pertumbuhan pada
fase hiperplasia, sedangkan PJT asimetris terjadi akibat gangguan pertumbuhan pada fase
hipertrofi.4 Pada pasien ini, setelah dilakukan caesarian section didapatkan berat badan
lahir bayi 2310 gram, panjang badan lahir 44 cm, lingkar kepala 30 cm, dan lingkar perut
27 cm. Berdasarkan lingkar perut bayi yang lebih kecil dibandingkan dengan lingkar
kepala maka dapat diduga bahwa pasien mengalami pertumbuhan janin terhambat
asimetrik. Penyebab terjadinya PJT asimetrik pada pasien ini adalah karena terdapatnya
kemungkinan preeklampsia karena tekanan darah pasien selama di bangsal sempat
mencapai 160/100 mmHg. Pada pasien preeklampsia dengan insufisiensi plasenta, terjadi
penurunan transfer glukosa dan penyimpanan hepar yang akan berpengaruh pada ukuran
sel, bukan jumlah, dan lingkar perut janin yang berkurang.4
Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mendeteksi adanya pertumbuhan janin
terhambat adalah pengukuran tinggi fundus uteri (kurang dari 2-3 cm dari usia kehamilan
yang seharusnya), pengukuran berat janin melalui USG, pengukuran volume cairan
amnion yang berkurang, dan gambaran doppler yang abnormal. 3,4 Selain itu, skrining
lebih baik dilakukan secara serial dan dibutuhkan tanggal yang akurat, serta mencakup
kajian riwayat menstruasi ibu dan hasil pemeriksaan yang terkait pada trimester pertama
maupun awal trimester kedua.2,5 Pada pasien ini dilakukan pemeriksaan USG, namun
pemeriksaan tidak dilakukan secara serial sehingga dari pemeriksaan USG hanya dapat
dilihat taksiran berat janin saat pemeriksaan dan tidak dapat melihat pertumbuhan janin.
Penapisan PJT dapat dilakukan jika terdapat 1 tanda ini, yaitu: gerak janin berkurang,
TFU < 3 cm dari seharusnya, pertambahan BB < 5 kg pada usia kehamilan 24 minggu
atau < 8 kg pada usia kehamilan 32 minggu untuk ibu dengan BMI < 30, TBJ <10%, AC
(abdominal circumference) > 1, atau volume cairan ketuban berkurang (ICA < 5 cm atau
cairan amnion kantung tunggal terdalam < 2 cm). 3 Pada kasus ini terdapat tanda-tanda

kemungkinan pertumbuhan janin terhambat, yaitu: TFU pasien 28 cm yaitu kurang 4 cm


dari usia kehamilannya, dan TBJ pasien 2635 gram yaitu <10% dari seharusnya. Hal
tersebut menunjang diagnosa pasien yaitu pertumbuhan janin terhambat.
KESIMPULAN
Pertumbuhan janin terhambat merupakan salah satu penyumbang angka morbiditas dan
mortalitas neonatus. Oleh karena itu, pemeriksaan antenatal care yang rutin sangat
penting untuk deteksi dini adanya gangguan pertumbuhan janin sehingga dapat dilakukan
pencegahan dan pengobatan yang tepat.
REFERENSI
1. Winkjosastro GH. Pertumbuhan Janin Terhambat dalam Ilmu Kebidanan ed.IV.
Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2014. hal.696-701.
2. Jayasundara. Fetal Growth Restriction (FGR) Identification and Management.
Sri Lanka Journal of Obstetrics and Gynaecology; 2015. hal.27-9.
3. Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia. Pengelolaan Kehamilan dengan
Pertumbuhan Janin Terhambat. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran. 2016.
hal.5-20.
4. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, et al. Fetal Growth Disorders. Williams
Obstetrics ed.XXIV; 2014. hal.874-84
5. Lausman A, Kingdom J. Intrauterine Growth Restriction: Screening, Diagnosis,
and Management. SOGC Clinical Practice Guideline; 2013. hal.744-5

You might also like