You are on page 1of 49

BAB V

ANALISIS PENDEKATAN DAN KONSEP PERENCANAAN DAN


PERANCANGAN

5.1 Analisa Site


5.1.1 Alternatif 1
Terletak di Jl. Raya Rinding, lokasi alternatif 1 dengan pertimbangan :
1. Masih Termasuk dalam Wilayah WP 4 Sebagai Wilayah untuk
Karakteristik Kawasan Olahraga, Rekreasi dan pusat Kawasan
Pendidikan.
2. Mudah di jangkau dengan transportasi baik umum maupun pribadi
3. Berada di samping Sungai Segah, dapat mendukung kegiatan
olahraga tradisional air seperti mendayung
4. Dekat dengan Terminal Regional
5. Dekat dengan sebuah fasilitas pendidikan (SMU)
6. Luas site kurang lebih 5 hektar

48

Gambar 5.1Gambar lokasi alternatif 1


Sumber :RTRK Kota Tanjung Redeb & dokumen Pribadi

5.1.2 Alternatif 2
Lokasi alternatif 2berada di jalan Gatot Subroto dengan pertimbangan :
1. Termasuk dalam

Wilayah WP

4 Sebagai

Wilayah untuk

Karakteristik Kawasan Olahraga, Rekreasi dan pusat Kawasan


Pendidikan.
2. Berada Dekat Dengan Pasar induk dan mudah dicapai.
3. Berada di samping Sungai Segah, dapat mendukung kegiatan
olahraga tradisional air seperti mendayung
4. Lokasi masih berupa persawahan dan hutan
5. Luas Lokasi Sekitar 5 hektar

49

Gambar 5.2.gambar lokasi alternatif 2


Sumber :RTRK Kota Tanjung Redeb & dokumen Pribadi

5.1.3 Alternatif 3
Lokasi alternatif 3berada di jalan Raya Rinding dengan pertimbangan :
1. Termasuk dalam

Wilayah WP

4 Sebagai

Wilayah untuk

Karakteristik Kawasan Olahraga, Rekreasi dan pusat Kawasan


Pendidikan.
2. Berada Dekat Dengan Bandara Kalimarau
3. Berada di samping Sungai Segah, dapat mendukung kegiatan
olahraga tradisional air seperti mendayung
4. Lokasi sekarang masih berupa lahan terbuka dan persawahan
5. Luas Lokasi Sekitar 5 hektar
6. Berada di jalur jalan antar provinsi.

50

Gambar 5.3.gambar lokasi alternatif 3


Sumber :RTRK Kota Tanjung Redeb & dokumen Pribadi

5.2 Pemilihan site


5.2.1 Analisa Pemilihan site
Sesuai dengan fingsi utama yang akan diwadahi dalam bangunan yaitu
sebagai bangunan saran sosialisasi dan penyaluran bakat bagi remaja, maka
pemilihan site yang akan digunakan untuk bangunan Berau Youth Center
harus mempertimbangkan peraturan tata kota Tanjung Redeb sesuai dengan
bagian wilayah yang sesuai dengan fungsi bangunan.
Sebagai pertimbangan lanjutan dalam pemilihan site yaitu dengan
memperhatikan beberapa pertimbangan yang berhubungan dari segi
kendala dan potensi site yang akan ditempati dan harus memiliki akses
yang mudah dicapai. Mempertimbangkan kondisi lingkungan site yang
sesuai untuk didirikan bangunan tersebut. Lahan yang dipilih juga harus
51

memiliki cakupan yang luas sehingga dapat menampung berbagai aktivitas


yang dilakukan di dalam bangunan.
Alternatif site 1 berada di Jl. Raya Rinding dengan sarana tranfortasi
yang memadai ,berada dekat dengan terminal Regional dan dekat dengan
SMU N 1 Rinding. Alternatif site 2 berada di JL.Gatot Subroto berada
dekat dengan Pasar induk dgn saran transportasi yang memadai.Sedangkan
alternatife site 3 berada di Jl. Raya Rinding juga tetapi lebih dekat dengan
bandara Kalimarau dan sarana transportasi yang memadai karena berada
dijalur transportasi darat regional.
Setelah mengetahui dari 3 alternatif site yang akan digunakan sebagai
Berau Youth Center dengan penyesuaian RTRK Kota Tanjung Redeb tahun
2008, maka alternatif lokasi yang sudah ada dianalisis agar mendapatkan
lokasi yang sesuai dengan pembanguan Berau Youth Center. Analisa site
menggunakan sistem tabel, sehingga dapat menunjukkan penilaian potensipotensi yang ada dari 3 alternatif site.

Tabel 5.1 Hasil Analisa Site


No

Kriteria

1.
2.
3.

Tata Guna Lahan


Fungsi kawasan
Terletak pada jalan
arteri

4.
5.
6.
7.
8.

Sarana Transportasi
Ketersediaan lahan
Keterdekatan dengan
fasilitas pendukung
Ekspose bangunan
Kedekatan
dengan
sungai

Alternatif 1
(JL. Raya
Rinding)
3
3

Alternatif 2
(Jl. Gatot
Subroto)
3
3

Alternatif 3
(Jl. Raya
Rinding)
3
3

3
3
3

2
3
3

3
3
3

3
3

2
3

3
2
52

Jumlah
Sumber : Analisa Penulis, 2011

24

21

23

Keterangan Pemilihan Bobot :


1. Tata guna lahan sebagai Berau Youth Center yang terletak di fasilitas
pendidikan dan pariwisata , dengan kriteria bobot :
Nilai 1 = tidak mendukung
Nilai 2 = kurang mendukung
Nilai 3 = mendukung
2. Fungsi kawasan menurut ketentuan RTRK Kota Tanjung Redeb2008,
dengan kriteria bobot :
Nilai 1 = tidak sesuai dengan pengembangan tata ruang kotaTanjung
Redeb sebagai kegiatan pendidikan dan pariwisata.
Nilai 2 = kurang dengan pengembangan tata ruang kotaTanjung Redeb
sebagai kegiatan pendidikan dan pariwisata.
Nilai 3 = sesuai dengan pengembangan tata ruang kota Tanjung Redeb
sebagai kegiatan pendidikan dan pariwisata.
3. Ketersediaan infrastruktur berupa jalan arteri (jalan utama) yang
menunjang keberadaan bangunan, dengan kriteria bobot :
Nilai 1 = tidak memadai
Nilai 2 = kurang memadai
Nilai 3 = memadai
4. Kemudahan pencapaian terhadap lokasi dengan spesifikasi :
Memiliki jalur transportasi umum dalam dan luar kota, dengan kriteria
bobot :
Nilai 1 = tidak memiliki jalur transportasi umum dalam dan luar kota
Nilai 2 = hanya memiliki jalur transportasi umum dalam kota
Nilai 3 = memiliki jalur transportasi umum dalam dan luar kota

53

5. Ketersediaan lahan yang cukup luas dan cukup untuk menampung


berbagai ruang dan aktivitas yang menunjang fungsi-fungsi di dalamnya,
dengan kriteria bobot :
Nilai 1 = kurang luas
Nilai 2 = cukup luas
Nilai 3 = luas
6. Ketersediaan infrastruktur berupa fasilitas publik sebagai fasilitas
pendukung, dengan kriteria bobot :
Nilai 1 = tidak memadai
Nilai 2 = kurang memadai
Nilai 3 = memadai
7. Ketersediaan infrastruktur berupa jalan arteri (jalan utama) yang
menunjang keberadaan bangunan, dengan kriteria bobot :
Nilai 1 = tidak memadai
Nilai 2 = kurang memadai
Nilai 3 = memadai
8. Fasade bangunan di sekitar lokasi yang mendukung fasade bangunan,
dengan kriteria bobot :
Nilai 1 = tidak mendukung
Nilai 2 = kurang mendukung
Nilai 3 = mendukung
9. Site berada dekat dengan sungai untuk mendukung olahraga air seperti
Mendayung.
Nilai 1 = berada langsung di pinggir sungai
Nilai 2 = berada dekat tapi tidak langsung dengan sungai
Nilai 3 = berada jauh dari sungai
Berdasarkan analisa di atas maka site yang paling tepat untuk
dibangun suatu fasilitas Berau Youth Center yaitu site yang berada di Jl..
Dalam RTRK kota Tanjung Redeb 2008 kawasan tersebut berada dalam
54

bagian wilayah kota yang diperuntukkan bagi fasilitas pendidikan dan


rekreasi.
5.2.2 Site Terpilih
a. Lokasi
Lokasi berada di JL. Raya Rinding yang merupakan jalan arteri
penghubung bagi transportasi darat luar kota yang menghubungkan antara
kabupaten Berau dengan ibukota Samarinda. Selain itu site ini berada
diantara terminal regional dan Bandara kalimarau sehingga menjadi lokasi
yang sangat strategis. Dengan adanya potensi ini bangunan Berau Youth
Center diharapkan dapat memenuhi segala fungsi dan aktivitas yang ada di
dalamnya.

Lokasi Site Terpilih

Gambar 5.4Gambar lokasi Site Terpilih


Sumber :RTRK Kota Tanjung Redeb

b. Kondisi Site
Site Berada di JL. Raya Rinding dan berbatasan dengan :
Utara

: Sungai Segah

Selatan

: JL. Raya Rinding


55

Timur

: Jalan kampung pemukiman

Barat

: SPBU Rinding

Gambar 5.5Foto Udara Lokasi Site


Sumber :www.googlemaps.com , 2011

5.3 Analisa dan Konsep Ruang


5.3.1 Analisa Jumlah Pengguna Bangunan
A. Pengunjung
Berau Youth Center berskala nasional.Pengunjung Berau Youth
Centeradalah remaja Berusia 15-21 tahun, yang berjumlah 29.328 orang.Di
asumsikan 40% nya setiap minggunya berkunjung ke BYC. Berarti, jumlah
remaja yang berkunjung setiap harinya adalah :(29.328 x 40%) 7 = 1676
orang
Sedangkan pengunjung non remaja diasumsikan 15% dari jumlah
pengunjung remaja :1676 x 15% = 252 orang
Maka asumsi Jumlah total Pengunjung baik dari kalangan remaja
maupun kalangan non remaja yang diasumsikan adalah :1676 + 252 = 1928
orang.

56

B. Pengelola
Jumlah pengelola dihitung berdasarkan struktur organisasi Berau
Youth Center ditambah dengan asumsi jumlah staff tiap-tiap bagian
pengelolaan, dari hasil perhitungan didapat jumlah pengelola pada
BYCadalah :62 orang.
Tabel 5.2Asumsi Jumlah Pengelola BYC

Pengelola umum
Pengelola kegiatan pendidikan
Pengelola pusat informasi
Pengelola kegiatan servis
Jumlah
Sumber : Analisa Penulis, 2011

20
28
5
9
62

Maka jumlah total pengguna bangunan Berau Youth Center adalah :


1928 + 62 = 1990 orang
5.3.2 Analisa Pendekatan Kebutuhan Ruang dan Besaran Ruang
Dasar pertimbangan
1) Pola kegiatan dan macam kegiatan
Dari pola dan macam kegiatan akan diketahui suatu tuntutan kebutuhan
ruang yang diperlukan bagi pelaku kegiatan.
2) Standart besaran ruang sebagai dasar perhitungan
Neufert Architect Data, Ernst Neufert jilid 1 dan 2 (N)
Perhitungan Asumsi (A)
3) Standart besaran flow gerak (Data Arsitek, 1996)
10%-20% untuk kebutuhan keleluasaan sirkulasi
20%-30% untuk kebutuhan kenyamanan fisik
30%-40% untuk kenyamanan psikologis
50%-60% untuk keterkaitan terhadap servis kegiatan

57

5.4 Pola Kegiatan dan Kebutuhan Ruang


Tabel 5.3 Pola Kegiatan dan Kebutuhan Ruang
Jenis
Kegiatan
Pengelola

Pengguna
Direktur

Sekertaris

Bendahara

Staf Informasi

Staf Pengajar

Staf Teknis

Aktivitas
Rapat
Menerima Tamu
Kerja/ Aktivitas Rutin
Sholat
Buang Air
Rapat
Kerja/ Aktivitas Rutin
Dokumentasi
Sholat
Buang Air
Rapat
Kerja/ Aktivitas Rutin
Sholat
Buang Air
Memberikan Informasi
Pendaftaran
Sholat
Buang Air
Mengajar
Konseling
Ganti pakaian dan
Menyimpan Barang
Istirahat
Sholat
Buang Air
Mengatur Elekrikal
dan mechanical
Melakukan
Mainterance
Penyimpanan Barang

Kebutuhan Ruang
R. Rapat
R. Tamu
R. Direktur
Mushola
Toilet
R. Rapat
R. Sekertaris
R. Arsip
Mushola
Toilet
R. Rapat
R. Bendahara
Mushola
Toilet
R. informasi
Loket Pendaftaran
Mushola
Toilet
R. Kelas / Studio
R. konseling
R. Locker
R. Pengajar
Mushola
Toilet
R. Resevoir dan
pompa air
R. AHU
R. MEE
R. Genset
Gudang
58

R. kerja
Sholat
Buang Air
Staf Pemeliharaan Memelihara Gedung
Membersihkan

Staf Keamanan

Pelayanan

Pelajar/ Remaja

Mengganti Pakaian dan


meyimpan barang
Menyiapkan Makanan
dan minuman
Sholat
Buang Air
Menjaga Keamanan
Sholat
Buang Air
Menyimpan kendaraan
Olahraga Mendayung
Menyimpan perahu
Menyumpit
Bermain Gasing
Bermain Sepak Takrau

Mushola
Toilet
Gudang
R. Kebersihan
R. sampah
R. Ganti + locker
Dapur dan Pantri

Mushola
Toilet
Pos Keamanan
Mushola
Toilet
Tempat Parkir
Sungai
Garasi Perahu
Area Menyumpit
Area Gasing
Lapangan
Sepak
Takrau
Bermain Behadang
Area
Permainan
Behadang
Bermain Tambi
Area Bermain Tambi
Belajar Tari Tradisonal Studio Tari
Belajar Seni Ukir
Studio Ukir
Olah Vokal
Studio Vokal
Belajar seni musik Studio Musik
Tradisional
Belajar Seni Lukis
Studio Gambar
Belajar Seni Peran

Studio Peran

Bimbingan Belajar
Bimbingan Konseling

Kelas
R. Konseling

59

Pengunjung

Membaca Buku dan


Internet
Pentas Seni
Seminar dan Diskusi
Bersantai / istirahat
Menyimpan Alat-alat
Permainan dan alat
Olahraga
Menonton pameran

Perpustakaan + internet

Sholat
Buang Air
Menyimpan Kendaraan
Membaca buku
Menonton Pertunjukan
Melihat Seminar dan
Diskusi
Berwisata kuliner

Mushola
Toilet
Tempat Parkir
Perpustakaan
Panggung Terbuka
Auditorium

Membeli souvenir
Menonton pameran
Sholat
Buang Air

Toko Souvenir
Exbition hall
Mushola
Toilet

Panggung Terbuka
Auditorium
Cafe & Food court
R. Peyimpanan

Exbition hall

Food court & cafe

Sumber : Analisa Penulis, 2011


5.5 Konsep Kebutuhan Ruang dan Besaran Ruang
5.5.1 Kegiatan Utama
A. Pengelola
Tabel 5.4 Pola Kegiatan dan Kebutuhan Ruang Pengelola
Kebutuhan Ruang
Lobby
R. Informasi

Kapasitas

Standart

Sumber

100 orang
Asumsi : meja
info : 1 buah,
kursi : 2 buah

0.8 m2/org

N
A

Luas
Flow
(m2)
80
6

15%
20%

Total
(m2)
92
7.5

60

R. Rapat
R. Direktur

2.5 m2/org
30 m2/org

N
N

62.5
30

1 unit

3 m2 x4 m2
12 m2/org
3x3 m
3x3 m

A
A
A
A

12
12
9
9

6 orang

3x3m
3x3 m
5.5x 3 m

A
A
N

9
9
16.5

25 orang
1 orang

R. Tamu
R. Sekertaris
R. Arsip
R. Fotocopy

1 orang

Dapur & pantri


Gudang
Toilet

62.5
30
12
12
9
9

Total

9
9
16.5
240

Sumber : Analisa Penulis, 2011


B. Pendidikan
Tabel 5.5 Pola Kegiatan dan Kebutuhan Ruang Pendidikan
Kebutuhan Ruang

Kapasitas

Standart

Sumber

lobby
Studio Tari
Studio Vokal
Studio Musik
Studio Peran
Studio Ukir

20 orang
20 orang
10 orang
20 orang
20 orang
20 orang

0.8 m2/org
6 m2/org
2.5m2/org
8 m2/org
6 m2/org
8 m2/org

N
N
N
N
N
N

R. Kelas 2x
R. Konseling

20 orang
2 orang

2.5 m2/org
2.5 m2/org

A
A

Perpustakaan

100 orang

100 m2
3x3 m
7x6 m
30 m2

N
A
A
N

Gudang
Kantin
Toilet

10 orang

Luas
Total
Flow
2
(m )
(m2)
36
36
120
120
25
25
160
160
120
120
160
160
50
100
5
25
100
9
42
30

100
9
42
30
Total 927

Sumber : Analisa Penulis, 2011

61

C. Arena Olahraga Dan Permainan


Tabel 5.6 Pola Kegiatan dan Kebutuhan Arena olahraga & permainan

Kebutuhan Ruang
R. tiket
Arena Menyumpit
Arena permainan
Gasing
Arena Permainan
Behadang
Arena Permainan
Tambi
Lapangan Sepak
Takrau
R. Garasi Perahu

Kapasitas
3 orang
25x5
10x10

Standart
1.2 m2/org

Luas
Total
2
Sumber (m ) Flow (m2)
N
3.6
3.6
A
125
125
A
100
100

9x4

36

36

Lingkaran
diameter 4m
13,5x6,1

50.2

50.2

82.3

82.3

120

1,5x20 (4
perahu)

30
m2/perahu

120
Total 442.1
Jumlah 2 unit 885

Sumber : Analisa Penulis, 2011


D. Panggung Terbuka
Tabel 5.7 Pola Kegiatan dan Kebutuhan Panggung Terbuka
Kebutuhan Ruang
Panggung
Tribun Penonton
R. Rersiapan

Kapasitas

600 orang

R. Alat

Standart
2

0.5 m /org

Sumber
A
N
A
A

Luas
Total
Flow
2
(m )
(m2)
100
100
300 20% 360
16
16
15
Total

15
491

Sumber : Analisa Penulis, 2011

62

E. Auditorium
Tabel 5.8 Pola Kegiatan dan Kebutuhan RuangAuditorium
Kebutuhan Ruang
R. Seminar& diskusi
Stage/panggung
R. persiapan
R. audio
Toilet

Standart

Sumber

Luas
(m2)

100 orang
2.5x8 m

0.8 m2/org

10 orang

30 m2

N
A
A
A
N

80
20
16
12
30

Kapasitas

Flow

Total

Total
(m2)
80
20
16
12
30
158

Sumber : Analisa Penulis, 2011


F. Exbition hall
Tabel 5.9 Pola Kegiatan dan Kebutuhan Ruang Exbition hall
Kebutuhan Ruang
Exbition hall
R. Alat
Gudang
Toilet

Kapasitas

Standart

Sumber

800

0.5 m2/org

10 orang

3x5 m
30 m2

N
A
A
N

Luas
Total
Flow
2
(m )
(m2)
400
400
15
15
15
15
30
30
Total 460

Sumber : Analisa Penulis, 2011


G. Service dan Pelayanan
Tabel 5.10 Pola Kegiatan dan Kebutuhan Arena olahraga & permainan
Kebutuhan Ruang
R. tiket parkir
R. teknisi

Kapasitas
2 ruang
4 orang

Standart

Sumber

Luas
(m2)

4 m2/ruang
2 m2/org

A
N

8
8

Flo
w
20%

Tota
l
(m2)
8
9.6
63

Gudang & loker


Pos satpam
R. MEE
R. genset
R. AHU
Reservoir
R. sampah
Toilet

2 buah

4 m /bh

6x6 m

4 orang

4x 3 m

A
N
A
N
A
A
A
A

20
8
40
36
40
40
20
12

20%

Total

24
8
40
36
40
40
20
12
240

Sumber : Analisa Penulis, 2011


5.5.2 Kegiatan Penunjang
A. Toko souvenir &
Tabel 5.11 Pola Kegiatan dan Kebutuhan ruang toko Souvenir
Kebutuhan Ruang
kasir
R. penitipan
Rak Souvenir
Gudang
Loker
Toilet

Kapasitas
2 orang

10 orang
10 orang

Standart

Sumber

Luas
(m2)

3x3 m
4x4 m
150 m2
24 m2
0.5 m2/org
30 m2

A
A
A
A
N
N

9
16
150
24
5
30

Flow

20%
Total

Total
(m2)
9
16
150
24
6
30
237

Sumber : Analisa Penulis, 2011


B. Kafe Tradisional
Tabel 5.12 Pola Kegiatan dan Kebutuhan Ruang kafe
Kebutuhan
Ruang
kasir
R. makan
Dapur/pantry

Kapasitas
2 orang
100 orang

Standart
3x3 m
5.75 m2/4
org
40 m2

Sumber Luas
(m2)
A
9
N
144
A

40

Flow

15%

Total
(m2)
9
164
40
64

Gudang
Toilet

10 orang

24 m2
30 m2

A
N

24
30

Total
Jumlah unit 2 buah

24
30
269
538

Sumber : Analisa Penulis, 2011

C. Mushola
Tabel 5.13 Pola Kegiatan dan Kebutuhan Ruang Mushola
Kebutuhan
Ruang
R. ibadah
T. wudhu

Kapasitas
40 orang

Standart
1.6 m2/org
10% r.
ibadah

Sumber
N

Luas
(m2)
64

6.4

6.4

A
N

12
30

12
30
115

R. Sound
Toilet

10 orang

12 m /unit
30 m2

Total
Flow (m2)
64

Total
Sumber : Analisa Penulis, 2011

D. Kebutuhan Parkir
Tabel 5.14 Pola Kegiatan dan Kebutuhan Parkir
Kebutuhan
Kapasitas
Ruang
Parkir pengunjung 2000 orang asumsi
50% mobil (4
orang/mobil) 50%
motor (2
orang/motor)
Parkir pengelola
dan penyewa

62 orang asumsi
50% mobil (4
orang/mobil) 50 %
motor (2
orang/motor)

Standart Sumber
22.5
N
2
m /mobil

Luas
(m2)
5625

Flow

Total
(m2)
5625

1.5
m2/motor

750

750

22.5
N
2
m /mobil
1.5
m2/mobil

174.3

174.3

23.5

23.5

Total kebutuhan parkir 6573


65

Sumber : Analisa Penulis, 2011


5.5.3 Rekapitulasi Besaran Ruang
Tabel 5.15Rekapitulasi Besaran Ruang
Kelompok Kegiatan

Luas Ruang
(M2)

Jumlah
Unit

Luas Total
(M2)

a. Pengelola

240

240

b. Pendidikan

927

927

442.1

885

d. Panggung Terbuka

491

491

e. Auditorium

158

158

f. Exbition hall

460

460

g. Service dan Pelayanan

240

240

a. Toko souvenir

237

237

b. Cafe

269

538

c. Mushola

115

115

KEGIATAN UTAMA

c. Area Olahraga Dan Permainan

KEGIATAN PENUNJANG

TOTAL LUAS RUANG

4940

TOTAL LUAS PARKIR


TOTAL LUAS
KESELURUHANBANGUNAN
Sumber : Analisa Penulis, 2011

6573
11.513

5.5.4 Perhitungan Jumlah Lantai


Berdasarkan RUTRK kota Tanjung Redeb tentang peraturan
bangunan, maka jumlah lantai dapat diketahui sebagai berikut :
Building Coverage (BC)

: 60%

Luas Site

: 50.000 m2

Luas maksimal lahan terbangun

: 0.6 x 50.000 = 30.000 m2

Kebutuhan ruang

: 11.513 m2
66

Jumlah lantai minimal PSA

: 11.513 /30.000 = 1 lt

5.6 Pola Hubungan Makro

Servis

Mushola

Toko Souvenir

Auditorium

Exbition Hall

Panggung terbuka

Cafe

Pengelola

Bangunan Pendidikan
Parkir

5.7 Organisasi Ruang


A. Pengelola

B. Remaja

67

Gudang

Masjid

Exbition Hall

Toilet

Auditorium

Cafe

Panggung
Terbuka

Perpustakaan

Arena Permainan

Studio

R. Kelas

R. Konseling

Loker

Hall

Parkir
: Pelatihan
: Non Pelatihan

C. Servis
R. Sampah

Toilet

Masjid

R. AHU

R. Genset

Resevoir

R. MEE

R. Teknisi

Pos Keamanan

Loker & gudang

Parkir

5.8 Analisa dan Konsep Site


5.8.1 Analisa dan Konsep Sirkulasi Eksternal
Analisa Pendekatan
Tujuan : mengetahui pola pergerakan lalu lintas di sekitar site sehingga
didapatkan konsep sirkulasi eksternal yang maksimal dan efisien.
Dasar pertimbangan
Pola pergerakan lalu lintas di sekitar site
Pencapaian terdekat ke lokasi (site)
Kemudahan pengunjung untuk mengakses ke lokasi site

68

Jl. Raya Rinding merupakan jalan arteri sekunder dengan jalur dua
arah dengan lebar 20m
Jl. Kampung merupakan jalur pemukiman dengan jalur dua arah
dengan lebar 8 m
Konsep Perencanaan

Hutan
Sungai

Site

Hutan
JL. kampung
SPBU
JL. Raya Rinding
U

Pemukiman

Pemukiman

Gambar 5.6analisa sirkulasi Eksternal


Sumber :analisis Penulis 2011

Secara garis besar konsep sirkulasi eksternal tidak mengubah pola


sirkulasi yang sudah ada.
Pemberian tanda penunjuk arah (sign) pada titik simpul jalan apabila
terjadi salah jalan dengan tujuan untuk memandu pengunjung untuk
mencapai lokasi.

5.8.2 Analisa dan Konsep Pencapaian


Analisa pendekatan
Tujuan : memperoleh letak pintu masuk utama (main entrance) dan letak
pintu untuk kegiatan service (side entrance).
69

Dasar pertimbangan :
Main entrance (ME)
Mudah dijangkau oleh kendaraan umum maupun pribadi dan mudah
dikenali dari jalur utama.
Menghadap langsung ke arah jalur utama agar mendapatkan nilai
ekspos terbesar.
Menyesuaikan dengan arah pergerakan lalu lintas.
Jauh dari titik kemacetan.
Side entrance (SE)
Tidak mengganggu main entrance (ME).
Letak side entrance tidak diharuskan melalui jalur utama karena
hanya berfungsi sebagai sirkulasi service dan karyawan.
Beberapa macam cara pencapaian ke bangunan menurut Ching (2000 : 231)
yaitu :
a. Langsung, yang mengarah langsung ke tempat yang di tuju melalui
jalan yang segaris lurus dengan sumbu bangunan sebagai penjelas arah
suatu bangunan.
b. Tersamar, pencapaian dengan arah jalan yang diubah untuk
memperpanjang urutan pencapaian. Hal ini dapat mempertinggi efek
perspektif pada fasade dan bentuk bangunan.
c. Berputar, pencapaian dengan jalan yang berputar, memperpanjang

urutan pencapaian dan mempertegas bentuk tiga dimensi suatu


bangunan sewaktu bergerak mengelilingi bangunan.
Konsep Perencanaan
Merespon dari pergerakan lalu lintas pada Jl. Kol. Sutarto, ME dan
SE dibuat dua agar memudahkan pencapaian ke dalam maupun
keluar site.
ME sebisa mungkin diletakkan jauh dari titik kemacetan.
70

Memaksimalkan jalur lambat yang terdapat di Jl. Kol. Sutarto


dengan tujuan menghindari kemacetan dan juga mempermudah alur
kendaraan yang masuk maupun keluar site.

Hutan
Sungai

Site

Hutan
JL. kampung
SPBU

ME
SE

JL. Raya Rinding


U

Pemukiman

Pemukiman

Gambar 5.7Konsep Letak ME dan SE


Sumber :analisis Penulis 2011

5.8.3 Analisa dan Konsep Penzoningan


Analisa pendekatan
Tujuan : untuk mengetahui zona tingkat kebisingan dalam tapak (site)
sehingga dapat ditentukan perletakkan zona-zona kegiatan berdasarkan
karakter dari kegiatan tersebut.
Dasar pertimbangan :
Kegiatan dalam tapak yang beraneka ragam
Kebutuhan kenyamanan dalam berkegiatan
Tingkat kebisingan pada lingkungan sekitar tapak.
Penzoningan secara horizontal didasarkan pada sifat kegiatan, yaitu :
Zona publik, ruang-ruang yang bersifat umum ditempatkan pada
zona yang mudah dicapai pengunjung dari pintu masuk.
71

Zona semi publik, ruang-ruang yang membutuhkan privasi lebih


sedikit.
Zona private, ruang-ruang yang membutuhkan privasi atau
ketenangan yang lebih.
Zona service, ruang-ruang service di letakkan jauh dari zona yang
sulit

dijangkau

oleh

para

pengunjung,

namun

tetap

mempertimbangkan kemudahan pencapaian bagi pengelolanya.


Penzoningan secara vertikal didasarkan pada tingkat kebisingan dari
banyaknya kegiatan, yaitu :
Zona bawah, merupakan zona yang memiliki tingkat kebisingan
tertinggi karena adanya kegiatan yang melibatkan para pengunjung.
Zona transisi, merupakan zona peralihan antara zona bawah dan
zona tenang.
Zona atas, zona paling atas dan merupakan zona tenang karena
membutuhkan banyak privasi dan ketenangan yang tinggi.
Konsep Perencanaan
Pemisahan antara zona publik, semi publik, dan private ke dalam
bentuk penzoningan horizontal dan vertikal.
Zona publik di letakkan di lantai satu dan dua dengan kegiatan
olahraga, pameran, pentas seni, diskusi, seminar dan kegiatan
penunjang lainnya yang melibatkan pengunjung.
Zona semi publik merupakan area penerimaan, parkir dan open
space.
Zona private, merupakan area yang digunakan sebagai fungsi
kegiatan utama.
Zona service, merupakan area yang digunakan kegiatan pelayanan
maupun perawatan bangunan.

72

Hutan
Sungai
servis
Privat

Area
mendayung

semi publik

Hutan

Publik

JL. kampung

SPBU
JL. Raya Rinding
U

Pemukiman

Pemukiman

Gambar 5.8Konsep Penzoningan


Sumber :analisis Penulis 2011

5.8.4 Analisa dan Konsep Tata Massa Bangunan


Analisa pendekatan
Dasar pertimbangan :
Efisiensi dan efektifitas lahan.
Kesesuaian dengan bentuk tapak, konsep orientasi, dan view.
Kebutuhan ruang kegiatan yang ditampung.
Intergritas terhadap lingkungan sekitar.
Kondisi bentuk tapak bangunan Berau Youth Center yang tidak berkontur
memungkinkan pengaplikasian semua bentuk tata masa dasar dapat
diaplikasi.

73

Konsep Perencanaan

Hutan
Massa 3

Sungai

Servis
Arena
Permainan
Area
Terbuka

Massa 1

Hutan

Massa 2

SPBU

Pemukiman

Pemukiman

Gambar 5.9Konsep Tata massa


Sumber :analisis Penulis 2011

5.8.5 Analisa dan Konsep Sirkulasi Internal


Analisa pendekatan
Tujuan : memperoleh pola sirkulasi internal yang nyaman dan tidak
membingungkan bagi pengguna bangunan serta tidak terjadi crossing antara
jalur sirkulasi pengunjung dan jalur sirkulasi service.
Dasar pertimbangan :
Kelancaran, kenyamanan dan keamanan.
Pemisahan jalur sirkulasi pengunjung dan jalur sirkulasi service.
Konsep Perencanaan
Penambahan area parkir di luar gedung (fast parking) selain parkir di
dalam basement.
Pemisahan area sirkulasi antara sirkulasi pengunjung dan sirkulasi
service.
74

Perletakan area bongkar muat barang diletakkan di area sirkulasi


service dengan tujuan efisiensi tapak.

Hutan
Sungai
Bongkar Muat
Barang
Sirkulasi Servis Dan
Karyawan,
Sirkulasi Pelatihan

Site

Hutan
Sirkulasi Pengunjung

JL. kampung

Drop In

SPBU

JL. Raya Rinding


U

Pemukiman

Pemukiman

Gambar 5.10Konsep Sirkulasi Internal


Sumber :analisis Penulis 2011

5.8.6 Analisa dan Konsep Orientasi Bangunan


Analisa pendekatan
Tujuan : menentukan arah orientasi bangunan agar didapatkan nilai view
yang optimal sehingga dapat menjadikan bangunan sebagai daya tarik bagi
para pengunjung dan pengguna jalan.
Dasar pertimbangan :
Orientasi bangunan diarahkan keseluruh arah yang strategis yang
memudahkan pengenalan dan menangkap massa.
Sebagai focal point pada awal ruas jalan.

75

Letak ME dan SE.


Orientasi tertinggi dapat dilihat dari arah Jl. Raya Rinding
Konsep Perencanaan
Secara garis besar, orientasi utama bangunan diarahkan ke Jl. Raya
Rinding dan Sungai segahuntuk alternative orientasi bangunan jika
dilihat dari Sungai Segah.

Hutan
Sungai

Site

Hutan
JL. kampung
SPBU
JL. Raya Rinding
U

Pemukiman

Pemukiman

Gambar 5.11Konsep Orientasi


Sumber :analisis Penulis 2011

5.8.7 Analisa dan Konsep View


Analisa pendekatan
Tujuan : mendapatkan arah pandang (view) yang terbaik, baik view dari
dalam keluar atau dari luar ke dalam sehingga dapat menjadikan point of
interest kawasan.
Dasar pertimbangan :
View dari dalam site
View dari luar site
76

Situasi lingkungan sekitar site

Hutan
Sungai

Site

Hutan
JL. kampung
SPBU
JL. Raya Rinding
U

Pemukiman

Pemukiman

Gambar 5.12analisa View


Sumber :analisis Penulis 2011

Konsep Perencanaan
View keluar bangunan merespon tuntutan dari analisa konsep yaitu
ke arah jalan arteri dan ke arah sungai sehingga diharapkan nilai
ekspose bangunan dapat menarik perhatian pengunjung.
Pada bagian belakang diberikan pagar pembatas antara tapak
bangunan dengan permukiman dan juga sebagai batas site.

77

Hutan
Sungai

Site

Hutan
JL. kampung
SPBU
JL. Raya Rinding
U

Pemukiman

Pemukiman

Gambar 5.13Konsep View


Sumber :analisis Penulis 2011

5.8.8 Analisa dan Konsep Kebisingan


Analisa pendekatan
Tujuan : mereduksi tingkat kebisingan yang berasal dari luar site dengan
tujuan mendapatkan kenyamanan dalam berkegiatan di dalam bangunan.
Dasar pertimbangan :
Sumber bunyi yang berasal dari luar site dan dalam Site
Intergritas terhadap konsep view.

78

Sungai
tingkat Kebisigan jg
berasal dari kendaraan
air yang bermotor

Site

SPBU
tingkat Kebisigan
berasal dari kendaraan
bermotor

Gambar 5.14 Analisa kebisingan


Sumber :analisis Penulis 2011

Konsep Perencanaan

Hutan
Sungai

Site

Hutan
JL. kampung
SPBU
JL. Raya Rinding
U

Pemukiman

Pemukiman

Gambar 5.15Konsep Kebisingan


Sumber :analisis Penulis 2011

79

5.8.9 Analisa dan Konsep Klimatologi


Analisa pendekatan
Tujuan : bagaimana memanfaatkan potensi alam (iklim) guna menunjang
kegiatan dalam bangunan dan juga sebagai upaya mendukung konsep green
building.
Dasar pertimbangan :
Arah edar matahari.
Arah edar tiupan angina.
Curah hujan

Hutan
Sungai

Site

JL. kampung
SPBU
JL. Raya Rinding
U

Gambar 5.16Analisa Klimatalogi


Sumber :analisis Penulis 2011

80

Konsep Perencanaan

Gambar 5.17Konsep iklim


Sumber: analisis penulis. 2011
Penggunaan sun shading sebagai pereduksi sinar matahari yang
masuk ke dalam bangunan.
Penggunaan over hang pada bangunan dengan tujuan mengurangi
tampiasan air hujan. Selokan berfungsi mengalirkan air hujan ke riol.
Penggunaan vegetasi sebagai upaya membelokkan arah angin
dengan tujuan mengurangi beban angin pada bangunan dan juga
sebagai upaya memberikan kenyamanan dalam berkegiatan di dalam
bangunan.
5.8.10 Analisadan Konsep Lanscape
Analisa pendekatan
Tujuan : menentukan jenis vegetasi dan menempatkan vegetasi sesuai
dengan fungsinya agar tercipta nilai estetika pada bangunan.
81

Dasar pertimbangan :
Vegetasi sebagai fungsi estetis
Vegetasi yang mampu memberikan nilai tersendiri sebagai vegetasi
yang dapat memberikan keindahan.
Vegetasi sebagai fungsi teknis
Vegetasi yang berfungsi melindungi bangunan dari pengaruh iklim
yang berlebihan.
Vegetasi sebagai fungsi pendukung
Vegetasi yang berfungsi sebagai pengarah jalan dan juga sebagai
batas pandang.
Tanaman hias
Sifat dan fungsinya : sebagai penambah faktor estetika pada bangunan,
dapat menyerap sinar matahari dan sebagai pengarah jalan (pohon palm,
cemara, bunga-bungaan).
Tanaman peneduh
Sifat dan fungsinya : sebagai penghalang pandangan, pereduksi panas dan
juga sebagai peneduh dengan karakteristik berdaun lebat.(pinus, cemara,
hibiscus).
Tanaman penutup tanah/ground cover
Sifat dan fungsinya : sebagai penutup tanah ruang luar, berkesan hijau dan
sejuk, mudah tumbuh dan tahan terhadap cuaca kering (carpet grass, zaysia,
begonia, bougenville).

5.9 Konsep Estetika Bangunan Dengan Pendekatan Arsitektur Lamin


Konsep Berau Youth Center dengan pendekatan Arsitektur Lamin dibatasi
pada pengolahan visualisasi bentuk bangunan/ eksterior. Konsep bentuk dasar
bangunan menggunakan bentuk rumah panggung suku dayak. Arsitektur Lamin

82

dapat dilihat dari pengaplikasian ukiran khas suku Dayak sebagai ornamen pada
bangunan.

5.9.1 Konsep Bentuk Dasar Bangunan


Konsep bentuk dasar bangunan Berau Youth Center mengacu pada bentuk
dasar rumah Laminyaitu bentukan yang linear, terdiri dari ruang-ruang
persegi panjang yang saling berhubungan.Bentuk persegi panjang inilah
yang akan dijadikan konsep bentuk dasar bangunan.

Persegi Panjang menjadi


konsep bentuk dasar
bangunan

Gambar 5.18 Konsep Bentuk Dasar Bangunan


Sumber: analisis penulis. 2011
5.9.2 Konsep tampilan eksterior
a. Tampak
Tampak dari bangunan mengacu pada bentuk Lamin suku Dayak
Kenyah dengan beberapa penambahan dibeberapa bentukan. Bentukan yang
diterapkan didalam rancangan adalah bentuk yang menarik.
Agar main entrance memberikan kesan yang ramah, diletakkan ornamen
Keleubet yaitu perisai khas suku Dayak dan ukiran Dayak yang biasa
Menhiasi dinding luar ruamh Lamin.Agar terlihat seperti rumah panggung
maka lantai paling atas di buat lebih menjorok keluar dari lantai
dibawahnya.

83

Gambar 5.19 Konsep tampak


Sumber: analisis penulis. 2011
b. Atap
Bentuk atap mengacu pada bentuk asli dari lamin, lengkap dengan ornamen
atap berupa ukiran dayak kenyah. Motif ukiran naga diletakkan pada sisi
sudut atap kiri dan kanan sedangkan untuk bagian tengah atap bermotif
manusia, burung Enggang dan harimau. Bahan yang diaplikasikan pada atap
berbeda dengan atap rumah lamin yang menggunakan sirap, pada bangunan
akan diaplikasikan atap multiroof.

Gambar 5.20 Konsep Atap


Sumber: analisis penulis. 2011
c. Dinding
Pada dinding Lamin dihias dengan ukiran. Biasanya Lamin yang dipenuhi
dengan ukiran yang indah dihuni oleh bangsawan dan kepala adat. Tetapi

84

ukiran ini disini digunakan untuk


menujukkan

keterbukaan

dan

pesamaan derajat.

Gambar 5.21 Konsep Dinding


Sumber: analisis penulis. 2011
d. Kolom
Bentukan kolom akan diberi ukiran khas dayak seperti pada rumah Lamin
pada umumnya.

Gambar 5.22 Konsep Kolom


Sumber: analisis penulis. 2011
e. Tugu Blawing
Blawing selalu ada pada Halaman Lamin untuk menujukkan keindahan
sebuah Lamin sebagai tanda maupun tugu berdirinya sebuah Lamin. Tugu
ini akan diterapkan kedalam rancangan rancangan sebagai Gapura Selamat
datang datang.

85

Gambar 5.23Gapura selamat datang


Sumber: analisis penulis. 2011
5.9.3 Analisa dan Konsep Interior Bangunan
Analisa Pendekatan
Dasar pertimbangan :
Karakter masing-masing ruang.
Suasana yang ingin ditampilkan.
Luasan tiap ruang.
Pemakaian bahan dalam ruang.
Pemilihan ruang untuk masing-masing ruang.
Bentuk interior pada bangunan akan sangat berpengaruh pada suasana
yang ingin ditampilkan. Tujuan yang ingin dicapai adalah memberi suasana
yang nyaman bagi pengunjung. Factor-faktor yang berpengaruh terhadap
interior bangunan adalah :
a. Warna, yang dapat memberikan efek psikologi terhadap suasana yang
diinginkan. Penerapan pada lantai, dinding, plafon, furniture, ornament
dan lainnya.

86

Tabel 5.16 Karakter Psikologis warna


Warna

Karakter

merah

Menggairahkan (memacu ekspresi),kuat, menonjol

biru

Tentram, nyaman, damai, bersih

putih

Riang, netral, bercahaya, mengandung harapan, ringan

kuning

Menghibur, gembira

hijau

Alami, sehat, pembaharuan

orange

Energi, keseimbangan, harapan

Sumber : Tugas akhir Titto Wijawa


b. Elemen ruangan, sebagai penambah daya tarik dan kelengkapan ruangan
diantaranya lantai, furniture, kusen pintu dan jendela, serta tata cahaya
dan sebagainya.
Konsep perencanaan
a. Warna
Konsep warna disesuaikan dengan fungsi karakter ruang, secara global
menggunakan warna dasar putih yang memiliki karakter bersih dan luas.
b. Lantai
Area parkir kendaraan menggunakan material keramik dengan tekstur
kasar.
Area umum menggunakan material keramik dengan pemberian motifmotif agar lebih terlihat atraktif.
Area private seperti kantor pengelola, studio menggunakan material
keramik berwarna putih.
c. Dinding
Padadinding lamin akan dihias dengan ukiran tradisional untuk
memperkuat karakter arsitektur Lamin.
d. Plafond
87

Perbedaan ketinggian plafond yang diberi efek lampu sehingga


terkesan seperti melayang.
5.10 Pendekatan Struktur
Analisa pendekatan
Lamin Suku Dayak tidak jauh dengan berbeda dengan Lamin Dayak
lainnya, hanya perbedaanya pada meriahnya ukiran yang menghiasi Lamin
tersebut dengan ornamen yang khasn dan dinamis. Lamin umumnya
menggunakan kayu Ulin sebagai bahan kolom karena sangat kuat dan tahan
terhadap kondisi cuaca apapun. Selain itu pada dinding biasanya menggunakan
kayu meranti atau kayu kapur.Sedangkan pada atap terbuat dari sirap
kayu.Tiang-tiang lamin ditanamkan kedalam tahan hingga mencapai 2 meter
dari permukaan tanah.
Pendekatan struktur
Pada bangunan nantinya direncanakan akan mirip dengan struktur pada
rumah Lamin akan tetapi bahan yang digunakan akan berbeda untuk
menyesuaikan kebutuhan luasan ruang yang diperlukan untuk mewadahi suatu
fingsi kegiatan.
Sedangkan untuk bangunan yang membutuhkan luasan ruang yg cukup
luas strukturnya seperti auditorium dan exbition hall akan menerapkan sistem
struktur bangunan bentang panjang modern.
5.11 Analisa dan Konsep Utilitas
5.11.1 Transportasi vertical
Analisa pendekatan
Dasar pertimbangan :
Kemudahan pemakai
Efisiensi dan efektifitas dalam penggunaan waktu
Estetika

88

Di dalam transportasi vertical terdapat beberapa bagian dalam


penerapannya terhadap bangunan, diantaranya :
a. Elevator (lift)
Merupakan alat transportasi vertical yang digunakan untuk mengangkut
manusia maupun barang.
b. Tangga
Tangga adalah sistem transportasi vertical pada bangunan yang
mempunyai pijakan dan ketinggian yang dipergunakan untuk mencapai
ketinggian tertentu.
Tangga statis ada dua macam, yaitu tangga umum dan tangga darurat.
Tangga berjalan, yaitu tangga yang bisa bergerak dengan bantuan mesin.
c. Ramp
Adalah jalan melintas miring (8-10) untuk gerak manusia pada
bangunan kurang dari lima lantai, yang memadukan jarak horizontal dan
vertical, dipergunakan untuk mempermudah gerakan melintas pada
bangunan umum, agar mudah dalam aksesibilitas.
Fungsi dari ramp adalah :
1. mengurangi kepadatan pengguna.
2. mengangkut dalam jumlah besar dengan cepat dan mudah.
Jenis ramp ada dua macam, yaitu :
1. Ramp mekanik, yaitu ramp yang digerakkan oleh mesin
2. Ramp statis, yaitu ramp tanpa bantuan alat penggerak.
Konsep transportasi vertical
Pada bangunan Berau Youth Center ini menggunakan sistem transportasi
vertical berupa lift baik diperuntukkan memundahkan pengunjung
berpindah tempat dari lantai ke lantai berikutnya dan juga diperuntukkan
memudahkan perpindahan barang. Selain sistem transportasi lift,
bangunan ini menggunakan sistem transportasi berupa ramp dan tangga.
89

5.11.2 Sistem air bersih


Analisa pendekatan
Dasar pertimbangan :
Standar peraturan plumbing
Standar kebutuhan air bersih
Sumber air bersih
Sistem pendistribusian
Sistem suplai air
Sistem suplai air bersih adalah air bersih yang berasal dari ground
reservoir (tangki bawah tanah) dimana airnya disuplai dari PDAM dan
sumur pompa.
Sistem distribusi air adalah sistem distribusi down feed (down feed
sistem).
Konsep suplai air bersih
Sistem suplai air bersih adalah air bersih berasal dari ground reservoir
(tangki bawah tanah) dimana airnya disuplai dari PDAM dan air
bawah tanah.
Sistem distribusi yang digunakan adalah sistem down feed.

90

Air PAM

2.50
Air PAM

Meteran Air
Air sumur
Air PAM

Tangki Air
Ground
Reservoir PAM

Ground
Reservoir
air sumur

Gambar 5.24Distribusi Air Bersih


Sumber: Azizah, Ronim, TKA 215 Utilitas, 2007
5.11.3 Sistem Drainase
Analisa pendekatan
Dasar pertimbangan :
Pembuangan air kotor tidak menimbulkan pencemaran terhadap
lingkungan dan tidak mengurangi keindahan lingkungan.
Jarak dari sumber air bersih dan air kotor tidak kurang dari 10 m.
Konsep drainase
Utilitas air kotor dibedakan menjadi 2, air kotor dalam bangunan
yang berasal dari limbah rumah tangga (dapur, KM/WC, dan
wastafel). Yang dialirkan melalui saluran shaft yang selanjutnya
dialirkan ke luar bangunan.
Air kotor dari luar bangunan yang berasal dari air hujan, dialirkan
dari talang menuju selokan ke bak kontrol yang selanjutnya mengalir
ke riol kota.

91

5.11.4 Jaringan Listrik


Analisa pendekatan
Sumber aliran listrik pada bangunan berasal dari :
Aliran listrik dari PLN.
Aliran listrik dari genset sebagai sumber listrik cadangan.
Konsep jaringan listrik
Sumber tenaga listrik yang digunakan adalah dari PLN dengan generator
(genset) sebagai sumber listrik cadangan dalam keadaan darurat. Dalam
penggunaannya menggunakan sistem automatic Switch yang berfungsi
secara otomatis menghidupkan genset pada waktu listrik yang berasal
dari PLN mengalami pemadaman. Sedangkan untuk jaringan listrik yang
berhubungan dengan komputer, dilengkapi dengan UPS.
5.11.5 Pencahayaan
Analisa pendekatan
Dasar pertimbangan :
Pencahayaan alami
Pencahayaan alami melalui bukaan jendela ataupun atap (sky light).
Pencahayaan buatan
Pencahayaan buatan dengan lampu yang penggunaannya sesuai
dengan kebutuhan ruang, untuk area pameran pencahayaan buatan
dipakai untuk menimbulkan kesan tertentu.
Konsep pencahayaan
Jenis pencahayaan yang digunakan :
Fluorescense
Digunakan pada ruang-ruang yang menuntut kuat penerangan tinggi.
Sehingga dipilih fluorescence jenis daylight atau white deluxe
dengan berbagai kuat penerangansesuai dengan kebutuhan, seperti
koridor, ruang pameran, hall, ruang perpustakaan, caf.
92

Lampu pijar
Digunakan pada ruang-ruang yang menuntut kuat penerangan
sedang, seperti lavatory, shaft, sanitor.
Special lighting (spot light, armature arcilite)
Digunakan pada ruang-ruang yang membutuhkan kuat penerangan
khusus untuk menciptakan suasana khusus, seperti ruang pameran,
ruang seminar dan hall.
5.11.6 Sistem Penangkal Petir
Analisa pendekatan
Petir merupakan gejala listrik. Bila proses kondensi di angkasa dan
udara naik ke atas pada kecepatan angina tertentu akan melahirkan titiktitik air yang bergesekan dan menimbulkan muatan-muatan listrik.
Sambaran petir mempunyai kemampuan merusak yang sangat berat dan
merugikan bagi obyek-obyek di bumi :
1. Merusak secara mekanik berupa hancurnya bangunan-bangunan
tinggi maupun bangunan-bangunan rendah.
2. Meledakkan, membakar dan memanaskan pada tangki minyak atau
gas maupun bahan peledak serta kebakaran hutan.
Macam-macam sistem penangkal petir :
1. sistem Franklin (sistem konvensional)
sebuah batang runcing dari bahan cooper spit yang dipasang pada
paling atas bangunan, dan dihubungkan dengan batang tembaga
menuju elektroda tanah (mencapai permukaan air). Daerah yang
dilindungi dari sambaran petir berbentuk segitiga kerucut dengan
ujung

penyalur

petir

pada

puncaknya.

Sistem

ini

hanya

93

menggunakan sebuah spit penangkal petir yang dipasang pada


tempat tertinggi.
2. sistem Faraday (sangkar faraday)
pada prinsipnya seperti franklin tetapi dibuat memanjang atau
berbentuk sangkar sehingga jangkauan lebih luas. Sistem ini dipakai
pada bangunan yang mempunyai atap yang luas. Dalam satu
bangunan menggunakan lebih dari 4 spit sebagai penangkal petir.
3. sistem Radio Aktif
sistem ini sangat cocok jika digunakan pada bangunan tinggi. Satu
bangunan cukup menggunakan sebuah penangkal petir. Alatnya
disebut preventor, yang bekerja berdasarkan reaksi netralisasi ion
dengan menggunakan bahan radio aktif.
Konsep penangkal petir
Sistem penangkal petir yang digunakan adalah sistem Faraday, yang
terdiri dari :
alat penerima setinggi 30cm pada jarak setiap 8 m di atas bangunan.
Kawat horizontal dan vertikal menuju tanah.
5.11.7 Sistem Pencegahan Kebakaran
Analisa pendekatan
Tujuan adanya sistem pencegahan kebakaran adalah :
a. Memberikan rasa aman dan nyaman bagi pengunjung.
b. Memberikan proteksi dan peringatan dini terhadap bahaya kebakaran
bagi pemakai bangunan.
c. Memberikan sistem penyelamatan yang efektif bila terjadi
kebakaran.
d. Melindungi alat-alat maupun barang-barang di dalam bangunan dari
bahaya kebakaran.
Sistem deteksi awal terdiri dari (Poerbo, 1995 : 72-73) :
94

a. Alat deteksi asap (Smoke Detector)


Mempunyai kepekaan yang tinggi dan akan membunyikan alarm
bila terjadi asap di ruang tempat alat itu terpasang.
b. Alat deteksi nyala api (Flame Detector)
Dapat mendeteksi adanya nyala api yang tidak terkendali dengan
cara menangkap sinar ultra violet yang dipancarkan nyala api
tersebut.
c. Alat deteksi panas (Heat Detector)
Dapat membedakan adanya bahaya kebakaran dengan cara
membedakan kenaikan temperatur yang terjadi di ruangan.
Sistem deteksi awal bahaya (Early Warning Fire Detection),
yang secara otomatis memberikan alarm bahaya atau langsung
mengaktifkan alat pemadam, dibagi atas 2 bagian yaitu sistem otomatis
dan sistem semi otomatis. Cara kerja pemadam kebakaran instalasi
tetap :
1. Sistem otomatis
Api

Alat deteksi

Panel alarm

Sistem start

Alat pemadam
aktif

Sistem
start

Alat pemadam
aktif

2. Sistem Manual
Api

Alat
deteksi

Manusia

Panel
alarm

Konsep pemadam kebakaran


Sistem pengamanan terhadap bahaya kebakaran
Sistem pengamanan yang digunakan adalah :
Fire alarm sistem
Splinker sistem
95

Exhauser
Fire extinghuiser
Hydrant
Tangga darurat

96

You might also like