You are on page 1of 9

Pendahuluan

Traumatic Brain Injury (TBI) atau cedera otak traumatis adalah penyebab utama kematian dan
kecacatan di seluruh dunia. Keparahan dari TBI mempengaruhi baik morbiditas dan mortalitas.
Dengan demikian, penentuan awal TBI keparahan membantu memandu manajemen medis awal
dan berguna dalam menentukan prognosis. Tingkat keparahan TBI paling sering diklasifikasikan
berdasarkan evaluasi awal perubahan kesadaran yang diukur oleh Glasgow Coma Scale (GCS).
GCS sangat membantu dalam menentukan manajemen dan prognosis awal, namun kurang
bermanfaat dalam memprediksi hasil akhir jangka panjang dibandingkan indeks pengukur
tingkat keparahan cedera lainnya. Indeks prediksi dari hasil akhir jangka panjang untuk TBI
termasuk diantaranya time to follow commands (TFC) atau waktu untuk mengikuti perintah dan
durasi post-traumatic amnesia (PTA) atau amnesia pasca-trauma. TFC, juga disebut sebagai
length of coma (LOC) atau panjang koma, adalah interval dari cedera sampai pasien dapat
mengikuti perintah. PTA adalah interval dari cedera sampai pasien kembali berorientasi baik dan
dapat membentuk dan kemudian mengingat memori baru. Kebanyakan penelitian telah
menemukan bahwa TFC dan PTA lebih unggul dibandingkan GCS untuk memprediksi hasil
akhir jangka panjang fungsional. PTA dan TFC berkorelasi kuat, sebagian karena interval PTA
termasuk TFC. PTA tampaknya lebih akurat daripada TFC dalam memprediksi hasil akhir jangka
panjang global yang diukur dengan hasil Glasgow Skala (GOS) dan dalam memprediksi
kecacatan dalam sampel rehabilitasi.
Terdapat kontroversi mengenai validitas interval durasi yang digunakan dalam skema
untuk mengklasifikasikan keparahan cedera berdasarkan durasi PTA. Skema yang umumnya
digunakan dikembangkan oleh Russell dan Smith. Skema ini, mengklasifikasikan individu
dengan <1 jam PTA sebagai 'TBI ringan,' 1-24 h sebagai 'TBI sedang,' 1-7 hari PTA sebagai 'TBI
berat' dan> 7 hari sebagai 'TBI sangat berat'. Pembagian telah dimodifikasi sehingga 1-7 hari
PTA diklasifikasikan sebagai ' TBI sedang' dan > 7 hari sebagai 'TBI berat.' Telah dilaporkan
bahwa skema ini mengklasifikasikan banyak orang dengan cedera ringan atau sedang
berdasarkan skor GCS sebagai TBI berat (atau sangat berat) berdasarkan durasi PTA. Selain itu,
beberapa Studi menemukan bahwa interval PTA lebih dari 7 hari dapat dikaitkan dengan hasil
yang cukup baik.
Baru-baru ini, interval PTA Mississippi dikembangkan di mana keparahan cedera
dikategorikan sebagai sedang (0-14 hari), sedang-berat (15-28 hari), berat (29-70 hari) dan
sangat berat (> 70 hari) berdasarkan proporsi relatif pasien kembali ke kegiatan produktif. Hasilhasil awal penelitian menunjukkan bahwa tingkat keparahan pasien berdasarkan interval ini
memiliki perbedaan dalam produktivitas 1 tahun pasca cedera. Penelitian ini berusaha untuk
lebih memvalidasikan klasifikasi cedera Mississippi yang baru ini dan membandingkan
kemampuan prediksinya dengan kriteria interval klasifikasi Russell untuk menentukan
kembalinya produktivitas 1 tahun pasca cedera. Penelitian ini menggunakan sampel yang jauh
lebih besar dan bersifat multisenter dibandingkan dengan sampel pusat tunggal yang digunakan

dalam pengembangan skema Mississippi. Peneliti berhipotesis bahwa kelompok-kelompok


pasien berdasarkan tingkat keparahan cedera klasifikasi Mississippi akan berbeda dalam
kemungkinan kembali ke kegiatan produktif 1 tahun pasca cedera. Peneliti juga berhipotesis
bahwa skema Mississippi akan memprediksi kembalinya produktivitas pasien dengan lebih
akurat daripada klasifikasi Russell. Peneliti memilih produktivitas sebagai titik akhir karena
pentingnya kembali bekerja bagi penyandang TBI dan karena hasil ini telah berhasil digunakan
di banyak penelitian sebelumnya pada TBI.

Metode
Partisipan
Peserta didaftarkan di database multisenter nasional TBIMS, sebuah studi longitudinal cedera
otak traumatis yang didanai oleh National Institute on Disability and Rehabilitation Research
(NIDRR). Saat ini, ada 16 situs di seluruh Amerika Serikat mendaftarkan subyek dalam database,
yang telah ada sejak tahun 1988. Semua pendaftar TBIMS berusia 16 tahun atau lebih tua,
menerima perawatan medis di rumah sakit berafiliasi TBIMS dalam waktu 72 jam dari cedera
dan ditransfer langsung dari perawatan akut ke program rehabilitasi komprehensif yang disetujui
oleh TBIMS. Semua peserta menyediakan informed consent secara langsung atau dengan
perwalian kuasa hukum.
Semua peserta dalam database TBIMS yang terdaftar diantara tahun 1988 dan September
2008 dipertimbangkan untuk penelitian ini. Kriteria inklusi adalah (1) mekanisme cedera nonpenetrasi dan (2) terlibat dalam kegiatan produktif sebelum cedera. Kriteria eksklusi termasuk
(1) mekanisme cedera penetrasi; (2) follow-up 1 tahun tidak selesai; (3) follow-up status
produktivitas 1 tahun yang hilang; (4) tidak diketahui status PTA dari rumah sakit perawatan
akut; (5) meninggal sebelum 1 tahun tindak lanjut; dan (6) mekanisme cedera yang tidak
diketahui.

Pengukuran
Galveston Orientation and Amnesia Test (GOAT) adalah sebuah kuesioner dengan 10 parameter
penilaian yang menilai orientasi serta memori untuk kejadian sebelum dan sesudah TBI. Dua
pengukuran berturut-turut menggunakan GOAT dengan skor > 75 konsisten dengan adanya PTA.
Reliabilitas antar penilai telah ditemukan sangat baik (koefisien korelasi=0.99). GOAT telah
digunakan untuk menentukan durasi PTA dalam berbagai studi TBI sebelumnya.

Orientation Log
Orientation Log (O-Log) adalah pengukuran singkat yang digunakan untuk menilai orientasi
yang mencakup pertanyaan-pertanyaan berkaitan dengan tempat, waktu dan faktor-faktor situasi.
O-Log mengharuskan seseorang untuk mendapatkan 25 poin atau lebih besar pada dua kali
pemeriksaan berturut-turut dalam 72 jam agar dapat dinyatakan terbebas dari PTA. Perkiraan

reliabilitas dan validitas telah ditemukan cukup tinggi (koefisien korelasi di 0.90s) di beberapa
studi yang berbeda.

Disability Rating Scale


Disability Rating Scale (DRS) adalah skala dengan delapan parameter yang menggabungkan
GCS serta parameter lain yang menilai kemampuan untuk makan, kegiatan toilet dan berpakaian.
Parameter lainnya menilai kebutuhan pasien akan bantuan ataupun pengawasan individu lain dan
potensi bekerja. Skor yang lebih tinggi menyatakan bahwa ada tingkat kecacatan yang lebih
besar.

Glascow Coma Scale


Glascow Coma Scale (GCS) adalah upaya skrining singkat pada gangguan kesadaran. Ada tiga
parameter berbeda yang dinilai, yakni: pembukaan mata, kemampuan berbahasa spontan dan
respon motor terbaik. Pengukuran dilakukan dengan pemberian skor dari 3 sampai 15, dengan 15
adalah nilai terbaik.

Functional Independence Measure


Functional Independence Measure (FIM) terdiri dari 18 parameter yang dirancang untuk
mengukur independensi fungsional pada perawatan diri, mobilitas dan kognisi. Skor yang lebih
tinggi mewakili tingkat kemandirian yang lebih besar.

Prosedur
Asisten peneliti TBIMS yang terlatih mengumpulkan informasi tentang keparahan cedera (GCS,
TFC) dan alur tindakan medis dari rumah sakit dan catatan layanan medis darurat. Informasi
demografis seperti tanggal lahir, pendidikan dan pekerjaan dikumpulkan dalam wawancara
dengan subyek, keluarga ataupun pasangan. Munculnya PTA dinilai secara prospektif dengan
penggunaan berulang GOAT atau O-Log terpisah 24-72 h sampai dua nilai berturut-turut dicapai
pada atau di atas ambang batas untuk dinyatakan bebas PTA. Untuk orang yang dirawat
rehabilitasi karena telah bebas dari PTA, sebuah prosedur chartreview digunakan yang
mendokumentasikan dua pemeriksaan berturut-turut menunjukkan orientasi baik dalam waktu 72
jam. Untuk meminimalkan data yang hilang, panjang PTA dihitung sebagai panjang rawat inap
ditambah 1 hari untuk orang yang keluar dari rehabilitasi rawat inap masih dalam PTA.
Sementara prosedur ini tidak mengkalkulasi secara benar durasi PTA untuk banyak peserta, hal
ini memungkinkan masuknya peserta dengan luka paling parah dan telah digunakan di penelitian
sebelumnya. Eksklusi orang yang PTAnya tidak teratasi dengan saat selesainya rehabilitasi akan
menyebabkan bias sampel untuk orang-orang dengan luka kurang parah. Subyek dihubungi
melalui telepon 1 tahun pasca cedera untuk menilai tingkat fungsional termasuk status
produktivitas. Ketika peserta tidak dapat dicapai dengan telepon, pengumpulan data diupayakan
melalui kuesioner tercetak. Seseorang dinyatakan sebagai produktif jika orang dengan TBI telah

kembali penuh atau paruh pada waktu kerja yang kompetitif, penuh atau paruh waktu
pendaftaran sekolah, atau ibu rumah tangga penuh waktu , seperti yang didefinisikan sebelumnya
di sistem model outcome TBI hasil-hasil penelitian sebelumnya.

Analisis Data
Analisis hubungan antara PTA dan produktivitas diperiksa bersama dengan pengaruh variabel
prediktor lainnya dari 1 tahun hasil produktivitas. Model regresi logistik digunakan untuk
membandingkan hubungan individual antara PTA dan kembalinya produktivitas dengan asosiasi
yang disesuaikan; model individual hanya hanya memperhitungkan PTA, sedangkan model
disesuaikan memperhitungkan baik PTA dan variabel lain yang terkait dengan produktivitas.
Asosiasi individual antara produktivitas dan variabel tingkat keparahan cedera dan variabel
demografis (DRS saat masuk, GCS, FIM saat masuk dan usia di cedera) dievaluasi dengan
menggunakan model regresi logistik. Variabel yang ditemukan bermakna memiliki hubungan
dengan produktivitas dimasukkan dalam model yang disesuaikan untuk mengevaluasi PTA.
Kemungkinan kembalinya produktivitas, untuk setiap minggu tambahan berada di PTA,
dibandingkan antara model individu dan model disesuaikan untuk memverifikasi asosiasi
individu tetap signifikan setelah memperhitungkan variabel lain.
Untuk membandingkan interval Russell dengan interval Mississippi, hasil produktivitas 1
tahun paska cedera pertama-tama dievaluasi. Untuk setiap interval, model regresi logistik
dihasilkan untuk mengevaluasi seberapa baik skala keparahan cedera memodelkan produktivitas
1 tahun. Dari regresi logistik, kurva penerima operasi karakteristik (ROC) digunakan untuk
membandingkan kinerja dari kedua interval klasifikasi dengan menilai area di bawah kurva
(AUC). Area di bawah kurva dibandingkan dengan menggunakan metode pengujian nonparametrik untuk menentukan perbedaan yang signifikan secara statistik. Selain itu, tiap interval
dievaluasi terhadap pemodelan kurva ROC untuk memodelkan suatu PTA yang sebenarbenarnya. Pada umumnya, kategorisasi hasil variabel kontinu apapun menyebabkan hilangnya
informasi dan karena itu merupakan model yang lebih buruk, jadi penilaian ini mengevaluasi
seberapa baik skala keparahan dibandingkan dengan nilai PTA yang sebenar-benarnya.
Dalam penelitian Mississippi yang asli, persentase pasien yang produktif paska cedera
hanya berbeda sedikit di dua kategori pertama; Oleh karena itu, skema klasifikasi ketiga disebut
sebagai skema Mississippi yang Runtuh ditambahkan ke analisis dengan kategori sedang (0-28
hari), berat (29-70 hari) dan sangat berat (> 70 hari).

Hasil
Populasi Studi
Populasi penelitian termasuk peserta yang terdaftar dalam database TBIMS antara tahun 1988
dan September 2008. Model kriteria inklusi dan eksklusi mengacu pada model kriteria yang
dibuat oleh Gordon et al. Dari 8369 peserta yang memenuhi syarat, individu-individu yang tidak

follow-up 1 tahun pasca cedera (n=725), memiliki trauma kepala penetrasi (n=431), yang
sebelum cedera telah non-produktif (2326), meninggal selama rehabilitasi rawat inap (n=8) atau
satu tahun tindak lanjut (N=172), atau memiliki status PTA yang hilang dari catatan rumah sakit
pemberi layanan medis akut (n=541) dikeluarkan. Dari yang telah dieksklusi, 654 peserta
memiliki dua atau lebih kriteria eksklusi. Dari 4864 subyek yang memenuhi syarat, tambahan
769 hilang tidak dievaluasi ulang (15,8%). Dari 4095 peserta dengan data tindak lanjut, status
produktivitas hilang untuk 249 subyek. Jadi, 3846 subyek memenuhi kriteria inklusi dengan data
tindak lanjut lengkap yang digunakan dalam analisis. Tabel 1 memberikan informasi mengenai
data demografis dan tingkat keparahan untuk partisipan studi dan mereka yang hilang tidak
follow-up. Orang yang hilang tidak follow-up yang lebih cenderung berasal dari ras Hispanik,
tidak memiliki pasangan dan dengan skor GCS yang lebih tinggi (tingkat keparahan cedera yang
lebih ringan) dengan durasi perawatan yang lebih pendek dibandingkan sampel follow-up.

Hubungan dengan Kembalinya Produktivitas


Hasil model regresi logistik ditunjukkan pada tabel 2. Asosiasi individu antara kembali bekerja
dan keparahan cedera dan variabel demografis disajikan dalam hal dari kemungkinan kembali ke
produktivitas; misalnya, peluang disesuaikan kembali ke produktivitas menurun 16,4% (95% CI
14,6% menjadi 18,8%; p <0,0001) untuk setiap tambahan minggu PTA. Semua variabel
keparahan dievaluasi secara individual terkait dengan kembali ke produktivitas. Usia pada cedera
juga bermakna dikaitkan dengan kembali ke produktivitas; namun, pasien yang lebih muda
memiliki asosiasi yang berbeda secara signifikan dari pasien yang lebih tua (lihat tabel 2), dan
oleh karena itu asosiasi yang disajikan untuk mereka yang di bawah 30 dan orang-orang 30 dan
lebih tua. Setelah disesuaikan untuk variabel yang signifikan secara individual, kemungkinan
kembali ke produktivitas masih signifikan terkait dengan PTA; kemungkinan disesuaikan
menjadi produktif menurun 14% dengan setiap minggu tambahan PTA (95% CI 12% sampai
17%; p <0,0001). odds yang disesuaikan menjadi produktif sedikit berbeda dari kemungkinan
disesuaikan karena penambahan lainnya variabel dalam model dapat menjelaskan status
produktivitas; Namun, asosiasi tetap signifikan, dan perkiraan tidak bergeser jauh, memverifikasi
hubungan yang benar dan signifikan antara PTA dan produktivitas.

Skala Keparahan Cedera


Dari 3.846 peserta yang memenuhi syarat, 718 (17,1%) dipulangkan dari rehabilitasi rawat inap
masih dalam kondisi PTA dan dengan demikian PTA diperhitungkan menggunakan panjang
tinggal ditambah 1 hari. Secara keseluruhan, 49,4% (N=2.082) dari pasien kembali produktif 1
tahun paska cedera. Tabel 3 menunjukkan persentase pasien yang produktif 1 tahun paska cedera
berdasarkan kategori keparahan cedera untuk interval Russell dan interval Mississippi. Proporsi
pasien yang produktif tidak mencerminkan nilai-nilai yang diharapkan untuk interval Russell,
dengan pasien lebih produktif dalam kategori 'berat' daripada kategori 'ringan-sedang'. Seperti
yang diharapkan, proporsi pasien produktif menurun seiring dengan bertambahnya tingkat
keparahan cedera untuk skema Mississippi dan Collapsed Mississippi.
Nilai-nilai AUC dan 95% CI untuk tiga skema klasifikasi dan nilai-nilai PTA ditampilkan
dalam tabel 4. Daerah yang dihitung untuk interval Russell adalah yang terendah dari ketiganya,
sedangkan skema Mississippi memiliki wilayah tertinggi diantara tiga skema dengan AUC
tertinggi untuk nilai PTA kontinu. AUC untuk skema Russell secara signifikan lebih kecil dari
skema Mississippi (0,546 vs 0,666; p<0,001), menunjukkan bahwa skema Mississippi
memberikan kategorisasi yang relatif lebih akurat dari nilai-nilai PTA. AUC untuk skema
Collapsed Mississippi sebanding dengan skema Mississipp (0,650 vs 0,666; p<0,097). AUC
untuk Skema Mississippi penuh secara statistik tidak berbeda dari AUC untuk nilai-nilai PTA
yang sebenar-benarnya (0,666 vs 0,675; p<0,406), tetapi skema Collapsed MS berbeda dari nilai
PTA sebenarnya (0,650 vs 0,675; p<0,018). Temuan mendukung skema Mississippi PTA penuh
sebagai interval yang superior dibandingkan skema lain dan sebanding dengan PTA kontinu.

Diskusi
Hasil dari regresi logistik dan nilai-nilai AUC mengungkapkan bahwa skema PTA Mississippi
adalah prediktor yang lebih baik dari produktivitas pasien 1 tahun pasca cedera dibandingkan
dengan skema klasifikasi Russell. Alasan untuk ini mungkin karena klasifikasi Mississippi
dikembangkan berdasarkan pengamatan dari distribusi durasi PTA dalam sampel yang besar
secara prospektif, sedangkan klasifikasi Russell Sistem agak sewenang-wenang. Dalam
penelitian ini, durasi PTA sebenarnya sebanding dengan interval PTA Mississippi sebagai
prediktor hasil produktivitas. Hal ini konsisten dengan penelitian sebelumnya yang menunjukkan
bahwa durasi PTA terkait dengan hasil produktivitas.
Penggunaan sistem Mississippi untuk mengkategorikan keparahan cedera mungkin lebih
praktis daripada durasi PTA sebenarnya untuk dua alasan. Pertama, penilaian serial PTA dari
waktu ke waktu memerlukan upaya yang cukup besar. Penggunaan sistem klasifikasi Mississippi
memungkinkan penilaian dilakukan dengan frekuensi yang lebih sedikit, dipisahkan oleh interval
yang lebih besar sehingga menghemat waktu dan biaya. Kedua, peneliti sering dihadapkan
dengan memperkirakan PTA secara retrospektif, sering dengan catatan medis yang terbatas.
Misalnya, catatan bedah saraf dari hari cedera mungkin menunjukkan bahwa orang dengan
cedera itu mengalami disorientasi, namun catatan kemajuan berikutnya mungkin tercatat berharihari kemudian. Jika catatan kemajuan terbaru yang tersedia menunjukkan bahwa orang tersebut
berorientasi baik, interval Mississippi dapat dengan mudah dinilai, sedangkan durasi PTA
sebenarnya tidak mungkin untuk diperoleh. Dengan tidak adanya catatan medis, penyandang
cedera atau anggota keluarga mereka mungkin dapat memperkirakan durasi PTA dalam interval
Mississippi tapi mungkin tidak tahu jumlah hari PTA sebenarnya. Dengan demikian, penggunaan
sistem klasifikasi Mississippi dapat memungkinkan adanya sedikit data yang hilang berkaitan
dengan durasi PTA, sementara masih memberikan prediksi yang baik dari hasil.
Walaupun semua prediktor keparahan cedera berhubungan dengan kembalinya
produktivitas, panjang PTA menunjukkan validitas prediktif yang unik terhadap produktivitas
setelah memperhitungkan variabel individu dan keparahan cedera. Selain itu, salah satu yang
temuan klinis yang penting dari penelitian ini adalah adanya penurunan produktivitas untuk
setiap minggu bertambahnya durasi PTA. Hubungan ini penting dari perspektif klinis, karena
tidak hanya memungkinkan praktisi untuk merencanakan hasil akhir dengan cara yang sangat
linear dan langsung, tetapi juga memberikan kesempatan untuk memprediksi tingkat
produktivitas yang diharapkan dari seseorang pada suatu titik waktu yang sangat awal dalam
proses pemulihan.
Dalam penelitian ini, orang dengan cedera 'paling ringan' sesuai dengan klasifikasi
Russell (PTA <1 hari) kurang mungkin untuk menjadi produktif dalam waktu 1 tahun
dibandingkan dengan kategori berikutnya (Hari 1-7). Salah satu penjelasan untuk hasil yang
berlawanan dengan konsep awal mungkin karena dalam database TBIMS, pasien dengan PTA
yang sangat singkat mungkin memiliki sedikit cedera difus aksonal tapi cedera fokal serius,

misalnya, hematoma subdural yang mungkin atau mungkin tidak memiliki efek berkelanjutan.
Bahkan, karena semua pasien TBIMS memiliki luka yang cukup serius untuk dimasukkan ke
dalam rehabilitasi rawat inap untuk TBI, kemungkinan besar bahwa PTA dari <1 hari akan
disertai dengan cedera otak fokal yang perlu dipertimbangkan dalam estimasi prognosis. Individu
dengan PTA dari <1 dengan produktivitas yang buruk dalam waktu 1 tahun dapat dijelaskan oleh
faktor lain seperti kehadiran komorbiditas psikologis dan/atau tertunda masalah hukum. Dalam
kasus ini, interval Mississippi akan cenderung mengakibatkan kesalahan klasifikasi.
Sebuah efek diferensial pada status produktivitas tercatat untuk orang di bawah usia 30,
dibandingkan dengan mereka yang berumur lebih dari 30. Untuk orang muda dengan cedera
otak, kemungkinan menjadi produktif dalam waktu 1 tahun menurun sekitar 35% untuk setiap 5
tahun, sedangkan untuk orang yang lebih tua yang menderita cedera otak traumatis, usia
menurunkan produktivitas dengan hanya 6% per setiap 5 tahun. Perbedaan usia ini menunjukkan
bahwa bagi mereka yang lebih muda ketika terjadi cedera, ada tantangan yang lebih besar untuk
kembali ke produktivitas dan bahwa upaya rehabilitasi perlu disesuaikan dengan kebutuhan unik
dari kelompok tertentu.
Kekuatan yang signifikan dari penelitian ini adalah sampel yang besar dan representatif
dari database TBIMS. 3846 orang memiliki cedera otak traumatis rumit ringan, sedang atau
berat, dan mewakili berbagai wilayah geografis yang mencerminkan keragaman pendidikan,
sosial dan kejuruan yang signifikan. Karakteristik ini meningkatkan generalisabilitas temuan.
Ada beberapa keterbatasan yang penting untuk dipertimbangkan. Proporsi orang yang
hilang tidak follow-up cenderung Hispanik, single (belum atau tidak menikah) dan dengan
tingkat keparahan cedera yang lebih ringan ketikayang diukur dengan GCS. Selain itu, hasilnya
hanya dapat digeneralisasikan untuk orang-orang yang menerima rehabilitasi rawat inap yang
komprehensif setelah mengalami TBI. Orang yang tidak menerima rehabilitasi rawat inap
mungkin berbeda dari orang-orang yang menerimanya dalam hal keparahan cedera, status sosialekonomi, dukungan keluarga dan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi hasil
produktivitas. Sampel ini tidak memasukkan individu yang mengalami luka tembus, dan hasilnya
mungkin tidak dapat digeneralisasi ke kategori grup ini, yang mungkin berbeda dalam hal
mekanisme dan patologi cedera, faktor risiko untuk cedera, demografi dan tingkat produktivitas
sebelum terjadi cedera. Hal lain yang perlu diingat adalah bahwa 'kembalinya produktivitas'
adalah istilah luas yang mencakup berbagai hasil akhir. Akhirnya, hanya peserta yang produktif
sebelum cedera dimasukkan dalam analisis ini. PTA durasi umumnya digunakan untuk
memprediksi hasil untuk semua orang dengan TBI, generalisasi temuan saat ini bagi mereka
yang tidak produktif sebelum cedera harus didirikan. Penelitian ini memberikan bukti awal untuk
kegunaan sistem klasifikasi Mississippi. Penelitian lebih lanjut harus lebih memvalidasi sistem
klasifikasi ini dengan menilai utilitas prediktif untuk skala pengukuran outcome yang digunakan
secara luas, termasuk Glasgow Outcome Scaled Extended, Disability Rating Scale dan the
Community Integration Questionnaire. Kemampuan prediksinya juga harus dibandingkan
dengan skala lainnya yang secara luas digunakan untuk menilai keparahan cedera, termasuk GCS

dan waktu untuk ikuti perintah. Penelitian di masa depan juga harus mencakup variabel lainnya
yang mungkin mempengaruhi baik keparahan cedera dan pemulihan. Seperti tercantum dalam
review sistematis baru-baru ini, penelitian terhadap database TBIMS telah mengkonfirmasi
bahwa beberapa variabel memiliki dampak pada hasil TBI. Variabel-variabel ini meliputi umur,
pendidikan, penyalahgunaan zat dan kondisi kejiwaan lainnya, dan tingkat dukungan keluarga.
Dengan demikian, durasi PTA hanyalah satu variabel dalam proses prognosis klinis.

Simpulan
Kesimpulannya, penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan interval Mississippi untuk
mengelompokkan hasil durasi PTA memberikan prediksi yang lebih akurat dari hasil
produktivitas dibandingkan dengan interval Russell yang lebih tradisional. Selain itu,
penggunaaan sistem Mississippi memiliki keakuratan prediksi yang sedikit lebih rendah dari
penggunaan durasi PTA sebenarnya. Walaupun ada indikasi klinis untuk melakukan penilaian
serial PTA, penggunaan sistem klasifikasi Mississippi praktis untuk tujuan penelitian, khususnya
ketika catatan medis yang tersedia sangatlah terbatas.

You might also like