Professional Documents
Culture Documents
TUBERKULOSIS PARU
Presentan
dr. Tanya Ramadhani
Dokter Pendamping
Dr. Tri Endangwati
Dr. Frans Otto Hasibuan
Dokter DPJP
dr. Emilia Afif Sp.P
No.
Berita
acara
ini
ditulis
dan
Tanda Tangan
disampaikan
sesuai
dengan
yang
FRANS
OTTO
sesungguhnya.
Pendamping
(dr.
BORANG PORTOFOLIO
Nama Peserta :
Nama Wahana :
Topik :
Paru - TB Paru
Ny. R
No RM :
Tanggal
Oktober
Nama
2016
Pendamping :
dr.
Presentasi
:
Tempat
16.93.09
Frans
Otto
Hasibuan
AULA RUMKIT TK III DR. REKSODIWIRYO
Presentasi :
Objektif
Presentasi :
Keilmua
Keterampila
Penyegaran
Tinjauan Pustaka
n
Diagnos
n
Manajemen
Masalah
Istimewa
tik
Neonatus
Deskripsi :
Bay
i
Pasien
Anak Remaja
perempuan
usia
Dewasa
27
tahun
Lansi
a
datang
Bumil
bersama
meninggal
1 hari sebelumnya, Os dirawat di Yos Sudarso dan
minta pulang paksa karena merasa tidak ada
perbaikan, Ro Thorak di RS Yos Sudarso kesan : TB
ini
pernah
Tujuan :
Bahan
Bahasan :
Cara
Pustaka
Diskusi
Membaha
s:
Data
Presentasi
Kasus
Audit
Pos
dan
Diskusi
Ny. R
Nama :
Pasien
Nama Klinik : Rumkit TK III Telp :
Nomor
Registrasi :
Terdaftar sejak :
Reksodiwiryo
Data utama untuk bahan diskusi :
1. Diagnosis / Gambaran Klinis :
Diagnosis
16.93.09
7 Agustus 2016
Gambaran Klinis :
Keluhan Utama :
Penyakit Sekarang :
Sesak nafas sejak 1 hari ini, nafas berbunyi menciut
Os sebelumnya mengeluh sesak nafas sejak 4 yang lalu dan
longgar
Riwayat minum obat 6 bulan tidak ada
Kontak dengan keluarga yang batuk2 lama (+) yaitu ayah
pasien, beliau minum obat paket 6 bulan sewaktu Os masih
yang lalu
2. Riwayat Pengobatan :
1 hari sebelumnya, Os dirawat di Yos Sudarso dan minta
pulang paksa karena merasa tidak ada perbaikan, Ro Thorak
di RS Yos Sudarso kesan : TB Paru Lama + Efusi Pleura Sinistra
3. Riwayat Kesehatan / Penyakit :
Riwayat sesak nafas /asma (+) sejak kecil, pencetusnya :
yang lalu
4. Riwayat keluarga :
Riwayat atopi dikeluarga ada. Orang tua perempuan pasien
menderita
penyakit
yang
sama
dengan
pasien
(asma
bronkial).
5. Riwayat Pekerjaan :
Pasien adalah ibu rumah tangga
6. Riwayat Lingkungan Sosial dan Fisik : Pasien tinggal di lingkungan
padat penduduk
7. Riwayat Imunisasi (disesuaikan dengan pasien dan kasus) :
Pasien tidak mengetahui apakah pernah di imunisasi
Lain-lain:
Status generalis :
Keadaan umum : sakit sedang
Kesadaran
: compos mentis
TD
: 110/80 mmHg
Nadi
: 90 x/ menit
Nafas
: 39 x/ menit
Suhu
: 37,3C
TB
: 155 cm
BB
: 38 kg
BMI
: 15,83 (kurang)
Mata
Inspeksi
Palpasi
Auskultasi
Cor
: dbn
Abdomen
: dbn
Ekstremitas
: 13,7 gr/dl
Leukosit
Hematokrit
: 43 %
Trombosit
: 305.000 / mm3
BTA
Rontgen Thorak
Daftar Pustaka :
1. Aditama TY, Basri C, Surya A, dkk. 2014. Pedoman Nasional
Penanggulangan Tuberkulosis edisi ke-2. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta.
2. Guyton. 2008. Fisiologi Kedokteran edisi ke-9. Jakarta: EGC.
3. Isbaniyah F, Thabrani Z, Priyanti S, dkk. 2011. Tuberkulosis;
Pedoman
Diagnosis
dan
Penatalaksanaan
di
Indonesia.
Penyakit Sekarang :
Sesak nafas sejak 1 hari ini, nafas berbunyi menciut
Os sebelumnya mengeluh sesak nafas sejak 4 yang lalu dan dirasa
longgar
Os tampak pucat
Demam (-), sering keringat malam (+)
Nyeri dada (-)
Mual (+), muntah (-), nyeri ulu hati (-)
1 hari sebelumnya, Os dirawat di Yos Sudarso dan minta pulang
paksa karena merasa tidak ada perbaikan, Ro Thorak di RS Yos
lalu
Riwayat sesak nafas /asma (+) sejak kecil, pencetusnya : debu dan
makanan udang
2. Objektif :
Status generalis :
: compos mentis
TD
: 110/80 mmHg
Nadi
: 90 x/ menit
Nafas
: 39 x/ menit
Suhu
: 37,3C
TB
: 155 cm
BB
: 38 kg
BMI
: 15,83 (kurang)
Inspeksi
Palpasi
Auskultasi
Cor
: dbn
Abdomen
: dbn
Ekstremitas
: 13,7 gr/dl
Leukosit
Hematokrit
: 43 %
Trombosit
: 305.000 / mm3
BTA
Rontgen Thorak
Gejala klinis (Sesak nafas sejak 1 hari ini, nafas berbunyi menciut, sesak
nafas tidak dipengaruhi aktivitas, batuk berdahak sejak 5 bulan ini, BB
turun tidak tau jumlahnya tapi os merasa celana lebih longgar, sering
keringat malam)
Pemeriksaan fisik : fremitus kiri = kanan, auskultasi ditemui ekspirasi
Ziel Neelsen atau Kinyoun Gabbet. BTA dikatakan positif bila BTA
dijumpai
setidaknya
pada
dua
dari
tiga
pemeriksaan BTA.
Hasil
pemeriksaan BTA sputum pasien positif pada BTA I, II, III. Pemeriksaan
laju endap darah yang meningkat menandakan adanya peradangan pada
pasien ini.
Terminologi tipe penderita Tb dibagi menjadi enam kelompok, yaitu kasus
baru, kasus kambuh, kasus gagal, kasus pindahan, kasus berobat setelah
lalai, dan kasus kronik. Terminologi diagnosis dibagi dalam 3 kelompok,
yaitu Tb paru BTA positif, Tb paru BTA negatif dan bekas Tb paru. Yang
termasuk Tb paru BTA positif apabila sputum BTA positif 2 kali, sputum
BTA positif 1 kali dengan kultur positif atau sputum BTA positif 1 kali
dengan klinis/radiologist sesuai dengan Tb paru. Tb paru negatif apabila
klinis dan radiologist sesuai dengan Tb paru, sputum BTA negatif dan
kultur negatif atau positif. Bekas Tb paru apabila sputum dan kultur
negatif,
gejala
klinis
tidak
menunjang
dan
gambaran
radiologis
berupa
tidak
ditemukan
sisi
paru
yang
tertinggal,
tidak
Pengobatan :
Non-farmakologis
Ambroxol 3 x 1 tablet
Setelah keluar hasil BTA 11 Agustus 2016 (BTA +++), Os boleh pulang
lalu kontrol di Poliklinik Paru dan mendapat obat pulang :
OAT kategori 1 fix drug combination (4FDC) 1 x 3 tablet
Ambroxol 3 x 1 tablet
Curcuma 3 x 1 tablet
Cefixime 2 x 1 tablet
Lansoprazol 1 x 1 tablet
Vitamin B6 1 x 1 tablet
LAPORAN KASUS
IDENTIFIKASI
Nama
: Ny. R
No. RM
: 16.93.09
Umur
: 27 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Alamat
Status
: Sudah Menikah
Pekerjaan
Agama
ANAMNESIS
Keluhan utama
Sesak nafas sejak 1 hari ini, nafas berbunyi menciut
Riwayat Penyakit Sekarang :
longgar
Os tampak pucat
Demam (-), sering keringat malam (+)
Nyeri dada (-)
Mual (+), muntah (-), nyeri ulu hati (-)
lalu
Riwayat sesak nafas /asma (+) sejak kecil, pencetusnya : debu dan
makanan udang
Kontak dengan keluarga yang batuk2 lama (+) yaitu ayah pasien,
beliau minum obat paket 6 bulan sewaktu Os masih kecil sekarang
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum
Keadaan umum
Keadaan sakit
Kesadaran
TD
Nadi
Nafas
Suhu
TB
BB
BMI
: tampak sakit
: tampak sakit sedang
: compos mentis
: 110/80 mmHg
: 90 x/ menit
: 39 x/ menit
: 37,3C
: 155 cm
: 38 kg
: 15,83 (gizi kurang)
Status Lokalis
Paru-paru
Bagian anterior
I : Statis : simetris antara kanan dan kiri
dinamis : gerakan paru kanan dan kiri simetris
sela iga tidak melebar
P : Stemfremitus kanan dan kiri normal
P : Sonor pada kedua lapangan paru
A:
Cor
: dbn
Abdomen
: dbn
Ekstremitas
: 13,7 gr/dl
Leukosit
Hematokrit
: 43 %
Trombosit
: 305.000 / mm3
Rontgen Thorak
DIAGNOSIS KERJA
Suspek TB Paru + efusi pleura sinistra
PENATALAKSANAAN
Konsul via telepon dengan dr. Nilas Sp.P anjuran :
Non-farmakologis
Farmakologis
O2 3 liter/menit
IVFD Asering 12 tts/i
Nebu combivent 4 x 1
Inj. Cefepime 2 x 1gr (IV)
Inj. Metilprednisolon 2 x 1amp (IV)
Inj. Ranitidin 2 x 1amp (IV)
Ambroxol 3 x 1 tablet
PROGNOSIS
Vital
: Dubia ad bonam
Tangga
l
Pengobatan
Pemeriksaan/diagnosis
O2 3 4 liter/menit
Drip Aminophilin 1 ampul
O/ KU : sakit sedang
TD : 120/80 Nf: 32 x
Nd : 80 x
T : 37 0C
fremitus
kanan
1amp (IV)
Inj. Ranitidin 2 x 1amp (IV)
Ambroxol 3 x 1 tablet
kiri Cek BTA sputum
normal
P
Sonor
pada
kedua
lapangan paru
Ronkhi +/+ Wheezing +/+
A/ Diagnosis: Asma bronkial +
9/8/201
6
Susp. TB Paru
S/ Keluhan: sesak nafas (+)
berkurang, batuk (+), demam
(-)
O/ KU : sakit sedang
O2 3 4 liter/menit
Drip Aminophilin 1 ampul
dalam D5% 8 jam/kolf
Nebu combivent 6 x 1
Inj. Cefepime 2 x 1gr (IV)
TD : 120/70 Nf: 25 x
Nd : 70 x
Inj.
Metilprednisolon
T : 36,5 0C
1amp (IV)
Paru : Ronkhi +/+ Wheezing Inj. Ranitidin 2 x 1amp (IV)
Ambroxol 3 x 1 tablet
+/+ berkurang
Cek BTA sputum
A/ Diagnosis: Asma bronkial +
Susp. TB Paru
S/ Keluhan: sesak nafas (+)
berkurang, batuk (+), demam
(-)
O/ KU : sakit sedang
10/8/20
TD : 120/70 Nf: 25 x
16
Nd : 70 x
O2 3 4 liter/menit
Drip Aminophilin 1 ampul
dalam D5% 8 jam/kolf
Nebu combivent 6 x 1
Inj. Cefepime 2 x 1gr (IV)
Inj. Metilprednisolon 2
T : 36,5 0C
1amp (IV)
Paru : Ronkhi +/+ Wheezing Inj. Ranitidin 2 x 1amp (IV)
Ambroxol 3 x 1 tablet
+/+ berkurang
Cek BTA sputum
A/ Diagnosis: Asma bronkial +
Susp. TB Paru
S/ Keluhan: sesak nafas (+)
berkurang, batuk (+), nafsu
makan mulai membaik
O/ KU : sakit sedang
O2 3 4 liter/menit
Drip Aminophilin 1 ampul
dalam D5% 8 jam/kolf
Nebu combivent 4 x 1
Inj. Cefepime 2 x 1gr (IV)
Inj. Metilprednisolon 2
11/8/20
TD : 120/80 Nf: 24 x
16
Nd : 70 x
12/8/20
Susp. TB Paru
S/ Keluhan: sesak nafas (-), Os boleh pulang, kontrol Poli
16
T : 36,5 0C
membaik
O/ KU : perbaikan
combination (4FDC) 1 x 3
TD : 120/80 Nf: 20 x
tablet
Nd : 70 x
T : 36,5 0C
Ambroxol 3 x 1 tablet
Curcuma 3 x 1 tablet
Cefixime 2 x 1 tablet
Lansoprazol 1 x 1 tablet
Vitamin B6 1 x 1 tablet
TUBERKULOSIS PARU
Definisi
Tuberkulosis paru merupakan penyakit menular langsung yang
disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberculosis, sebagian besar
kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh
lainnya.
Bakteriologi
Mycobacterium Tuberculosis berbentuk batang lurus atau sedikit
melengkung, tidak berspora, dan tidak berkapsul. Bakteri ini berukuran
lebar
0,2-0,6m
dan
panjang
1-10m.
Dinding
Mycobacterium
Klasifikasi Tuberkulosis
Klasifikasi tuberkulosis
1. Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak
a. Tuberkulosis paru BTA (+)
dan
kelainan
radiologi
menunjukkan
gambaran
tuberkulosis aktif.
klinis
dan
kelainan
radiologi
menunjukkan
tubekulosis aktif.
pasien
ditentukan
berdasarkan
riwayat
pegobatan
tuberkulosis
yang
sebelumnya
pernah
mendapat
d. Kasus gagal
Pasien BTA positif yang masih tetap positif atau kembali positif
pada akhir bulan ke 5 (satu bulan sebelum akhir pengobatan)
atau akhir pengobatan.
e. Kasus kronik
Pasien dengan hasil pemeriksaan BTA positif setelah selesai
penobatan
ulang
dengan
pengobatan
kategori
dengan
f. Kasus bekas TB
Hasi pemeriksaan BTA negatif dan gambaran radiologi paru
menunjukkan
lesi
TB
yang
tidak
aktif
atau
foto
serial
radiologi
meragukan
dan
telah
mendpatkan
pengobatan OAT 2 bulan serta pada foto thoraks ulang tidak ada
perubahan gambaran radiologi.
Risiko penularan
risiko penularan lebih besar dari pasien TB paru dengan BTA negatif.
Risiko penularan setiap tahunnya di tunjukkan dengan Annual Risk of
Tuberculosis Infection (ARTI) yaitu proporsi penduduk yang berisiko
terinfeksi TB selama satu tahun. ARTI sebesar 1%, berarti 10
Patogenesis
1. Tuberkulosis Primer
Sumber penularan adalah penderita TB BTA (+). Pada waktu
batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam
bentuk Droplet (percikan Dahak). Droplet yang mengandung kuman
secara
maupun
bronkogen,
ke
paru
baik
di
sebelahnya
paru
atau
tertelan.
c. Penyebaran
secara
limfogen
dan
hematogen.
menimbulkan
keadaan
yang
cukup
serius
seperti
lain
seperti
tulang,
ginjal,
genitalia,
dan
sebagainya.
2. Tuberkulosis Post Primer
Tuberkulosis post primer dapat terjadi melalui
Superinfeksi eksogen.
Tuberkulosis post primer dimulai dengan terbentuknya sarang
Memadat
dan
tuberkuloma.
membungkus
Tuberkuloma
diri
sehingga
dapat
menjadi
mengapur
dan
Kavitas
akan
menjadi
bersih
dan
sembuh
yang
yang pecah.
Sesak nafas
Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang telah lanjut,
pleuritis.
b. Gejala sistemik
Demam
Diagnosis
a. Anamnesis
Dari anamnesis dapat membantu dalam menegakkan diagnosis.
Pada kasus ringan atau dini, biasanya penderita tidak merasa ada
keluhan. Apabila penyakit berlanjut, barulah penderita merasakan
adanya keluhan seperti batuk lebih dari 2 minggu, batuk
berdarah, sesak nafas, demam, malaise, keringat malam, berat
badan turun.
b. Pemeriksaan fisik
Pada tuberkulosis paru, kelainan yang didapatkan tergantung luas
kelainan struktur paru. Pada permulaan perkembangan penyakit
umumnya tidak atau sulit sekali menemukan kelainan pada paru.
Kelainan pada paru ditemukan terutama di daerah apeks, dan
segmen posterior, serta daerah apeks lobus inferior. Pada
pemeriksaan jasmani dapat ditemukan antara lain suara nafas
bronkial, amforik, suara nafas melemah, ronki basah, tanda-tanda
penarikan paru, diafragma, dan mediastinum.
c. Pemerikasaan bakteriologis
Bahan pemeriksaan
Bahan untuk pemeriksaan
bakteriologi dapat berasal dari
dahak, cairan pleura, liquocerebrospinal, bilasan bronkus,
dahak
yang
dikumpulkan
dalam
dua
hari
kunjungan
yang
Pemeriksaan Biakan
Peran biakan dan identifikasi M.tuberkulosis pada penanggulangan
TB khususnya untuk mengetahui apakah pasien yang bersangkutan
masih
peka
terhadap
OAT
yang
digunakan.
Selama
fasilitas
dapat
mendeteksi
Mycobacterium
tuberculosis
dan
juga
d. Pemeriksaan radiologi
Pada pemeriksaan radiologi, dapat dicurigai sebagai lesi aktif TB
apabila didapatkan gambaran
Fibrotik
Kalsifikasi
Lesi minimal
Bila proses mengenai sebagian dari satu atau dua paru
dengan luas tidak lebih dari sela iga 2 depan (volume paru
yang terletak di atas chondrosternal junction dari iga kedua
depan dan prosesus spinosus dari vertebra torakalis 4 atau
korpus vertebra torakalis 5, serta tidak dijumpai kaviti.
Lesi luas
Bila proses lebih luas dari lesi minimal
Penatalaksanaan
Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu:
1. Tahap intensif.
Tahap awal intensif, dengan kegiatan bakterisid yang bertujuan
memusnahkan populasi
kuman yang
Pada
tahap ini, penderita menelan obat setiap hari dan diawali langsung untuk
mencegah
terjadinya
resistensi
terhadap
semua
OAT,
terutama
jangka
pendek atau
kegiatan
bakteriostatik
pada
Panduan
OAT
disediakan
dalam
bentuk
paket
OAT- KDT
&
Tabel
3.1.b
Pasien kambuh
Pasien gagal
Pasien dengan pengobatan setelah putus berobat (default)
Tabel
3.2.a
jauh lebih rendah daripada OAT lapis pertama. Disamping itu dapat juga
meningkatkan terjadinya risiko resistensi pada OAT lapis kedua.
Tatalaksana TB pada anak
Diagnosis TB pada anak sulit sehingga sering terjadi misdiagnosis
baik overdiagnosis maupun underdiagnosis. Pada anak-anak batuk bukan
merupakan gejala utama. Pengambilan dahak pada anak biasanya sulit,
maka diagnosis TB anak perlu kriteria lain dengan menggunakan sistem
skor . Unit Kerja Koordinasi Respirologi PP IDAI telah membuat Pedoman
Nasional Tuberkulosis Anak dengan menggunakan sistem skor (scoring
system), yaitu pembobotan terhadap gejala atau tanda klinis yang
dijumpai. Pedoman tersebut secara resmi digunakan oleh program
nasional penanggulangan tuberkulosis untuk diagnosis TB anak.
Setelah
dokter
melakukan
anamnesis,
pemeriksaan
fisik,
dan
DOT-S
Penggunaan obat yang benar sesuai dengan jadwal (kepatuhan)
sangat penting untuk menghindari timbulnya jenis TB yang resistan. Agar
meyakinkan kepatuhan, terutama pada fase lanjutan setelah kita merasa
sembuh, WHO menerapkan strategi DOT-S (Directly Observed TherapyShort
course
atau
pengobatan
dengan
pengawasan
langsung).
Pengawasan ini dilakukan oleh pengawas menelan obat atau PMO, yang
bertugas untuk mendampingi pasien dalam menjalani pengobatan sampai
tuntas. PMO dapat anggota keluarga atau petugas kesehatan yang mudah
terjangkau oleh pasien TB.
Tujuan DOT-S adalah:
pendek
dengan
pengawasan
langsung.
Untuk
menjamin
penderita
Bersedia membantu penderita dengan sukarela
Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama
dengan penderita
yang
memungkinkan
PMO
dapat
berasal
dari
kader
Kesehatan, guru, anggota PPTI, PKK atau tokoh masyarakat lainnya atau
anggota keluarga.
teratur
Mengingatkan penderita untuk pemeriksa ulang dahak pada