Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
AGUS GOWINDA AMIJAYA
H1A 011 005
Pembimbing:
dr. Lina Nurbaiti, M.Kes
dr. Wahyu Sulistya Affarah
2016BAB I
PENDAHULUAN
Di Puskesmas Narmada sendiri, pada tahun 2014 dan tahun 2015, DBD menjadi
10 penyakit terbanyak yang dirawat inap di Puskesmas Narmada dengan jumlah kasus
DBD pada tahun 2014 sebanyak 14 kasus dan pada tahun 2015 sebanyak 17 kasus
dengan rujukan pasien ke fasilitas pelayanan kesehatan tingkat lanjut sebanyak 6 kasus.
Pada bulan Januari - Mei 2016 sudah terjadi 30 kasus perawatan pasien DBD di ruang
rawat inap Puskesmas Narmada dengan rujukan pasien ke fasilitas pelayanan kesehatan
tingkat lanjut sebanyak 17 kasus. Penyakit DBD ini tetap menjadi masalah kesehatan
dan perlu penanganan khusus sebab dapat mengenai beberapa orang dalam satu
wilayah, dan mengingat komplikasi dari penyakit ini yang dapat menyebabkan
kematian. Maka dari itu, perlu dilakukan usaha-usaha untuk menurunkan angka
kejadian DBD sehingga tidak menyebabkan wabah hingga kasus luar biasa dalam
wilayah kerja Puskesmas Narmada. Dalam hal ini, Puskesmas sebagai ujung tombak
dalam pelayanan kesehatan masyarakat primer yang bertanggung jawab terhadap
kesehatan perorangan dan kesehatan masyarakat memiliki peranan yang sangat penting
demi tercapainya tujuan tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Demam Berdarah
Demam berdarah adalah penyakit akut yang disebabkan oleh virus dengue, yang
ditularkan oleh nyamuk. Penyakit ini ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis, dan
menjangkit luas di banyak negara di Asia Tenggara. Terdapat empat jenis virus dengue,
masing-masing dapat menyebabkan demam berdarah, baik ringan maupun fatal.
2.2 Epidemiologi
Di Indonesia DBD pertama kali ditemukan di Kota Surabaya pada Tahun 1968,
dimana sebanyak 58 orang terinfeksi dan 24 orang diantaranya meninggal dunia (Case
Fatality Rate/CFR 41,3%). Semenjak pertama kali ditemukan angka kesakitan DBD
cenderung meningkat dari tahun ke tahun dan daerah terjangkit semakin meluas hingga
sampai pada Tahun 2012 mencapai 417 kabupaten/kota dari 474 kabupaten/kota yang
ada di Indonesia, serta sering menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) setiap tahunnya
di beberapa daerah endemis tinggi dan kejadiannya sulit diduga. Tingginya angka
kesakitan DBD di Indonesia dikarenakan kelancaran transportasi dan perpindahan
penduduk dari satu daerah kedaerah lainnya cukup tinggi serta kondisi alam Indonesia
yang berada pada daerah tropis yang sangat cocok untuk perkembangbiakan nyamuk
vektor DBD. Selain faktor risiko tersebut , faktor lingkungan, faktor agen dan faktor
penjamu juga sangat penting diperhatikan karena keseimbangan ketiga faktor tersebut
dapat mempengaruhi penurunan maupun peningkatan kejadian kasus DBD (Depkes RI,
2005).
Di Nusa Tenggara Barat (NTB), kasus DBD pada tahun 2012 sebesar 827 kasus
(IR 17,84), dengan kematian 3 orang (CFR 0,36). Kasus DBD pada sepuluh
kabupaten/kota yang ada di NTB seperti yang terlihat pada gambar 2.1.
Gambar 2.1 Grafik jumlah kasus dan kematian DBD di Provinsi NTB Tahun 2012
(Dinkes Provinsi NTB, 2013)
Berdasarkan data yang didapatkan dari Puskesmas Narmada, pada tahun 2014
dan 2015, DBD merupakan salah satu penyakit yang termasuk kedalam sepuluh
penyakit terbanyak di ruang rawat inap Puskesmas Narmada.
Tabel 2.1. 10 Penyakit Terbanyak Ruang Rawat Inap Puskesmas Narmada Tahun 2014
NO
PENYAKIT
TOTAL
1.
Thypus Abdominalis
146
2.
Diare
125
3.
Pneumonia
75
4.
Gastritis
64
5.
Disentri
39
6.
Hipertensi
26
7.
Anemia
21
8.
ISK
15
9.
DBD
14
10.
Asma
10
JUMLAH
535
Tabel 2.2. 10 Penyakit Terbanyak Ruang Rawat Inap Puskesmas Narmada Tahun 2015
NO
PENYAKIT
TOTAL
1.
Diare
108
2.
Thypus Abdominalis
93
3.
Gastritis
79
4.
Pneumonia
66
5.
Disentri
41
6.
Hipertensi
34
7.
Anemia
24
8.
DBD
17
9.
Asma
17
10.
ISK
16
JUMLAH
495
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
Grafik 2.1 Jumlah kasus DBD di wilayah kerja Puskesmas Narmada Tahun 2014
6
6
5
4
3
Jumlah Kasus DBD di
Wilayah Kerja Puskesmas
Narmada Tahun 2015
2
1
0
Grafik 2.2 Jumlah kasus DBD di wilayah kerja Puskesmas Narmada Tahun 2015
6
5
4
3
2
1
0
Jumlah Kasus
DBD di
Wilayah Kerja
Puskesmas
Narmada
Januari-Mei
2016
Grafik 2.3 Jumlah kasus DBD di wilayah kerja Puskesmas Narmada Januari-Mei 2016
2.3 Etiologi
7
Gejala dan tanda DBD berdasarkan Perhimpunan Dokter Ahli Penyakit Dalam
Indonesia (PAPDI) bersama Divisi Penyakit Tropik dan Infeksi serta Divisi Hematologi
dan Onkologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dalam Sudoyo et al
(2006), adalah sebagai berikut:
Tabel 2.3. Klasifikasi derajat penyakit infeksi virus dengue
DD/DBD
DD
Derajat
Gejala
Demam disertai 2 atau lebih
Laboratorium
Leukopenia
retro-orbital, mialgia,
artralgia.
DBD
bendung positif.
DBD
II
DBD
III
IV
Trombositopenia, tidak
Dengue
ditemukan bukti
Positif
kebocoran plasma
Trombositopenia
(<100.000/ul), bukti ada
DBD
Serologi
kebocoran plasma
Trombositopenia
(<100.000/ul), bukti ada
kebocoran plasma
Trombositopenia
kebocoran plasma
gelisah).
Syok berat disertai dengan
Trombositopenia
terukur.
kebocoran plasma
*DBD derajat III dan IV juga disebut Sindrom Syok Dengue (SSD)
2.4.1
Perjalanan Penyakit
2.4.2
bentuk
seperti cerutu.
Telur dapat
2.5 Diagnosis
Diagnosis DBD berdasarkan kriteria WHO 1997 dalam Chen, Pohan, & Sinto
(2009), antara lain:
1.
Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari biasanya naik turun.
2.
12
(PSN
DBD),
larvasidasi,
penyuluhan
dan
pengabutan
panas
13
3M
1. Menguras tempat penampungan air
3M Plus
1. Menaburkan bubuk larvasida (abatisasi selektif)
2.
3.
2.
Menyemprot
repellent
dengan
Fogging
insektisida
atau
menggunakan
pengasapan
untuk
4.
5.
6.
7.
8.
9.
14
BAB III
LAPORAN KASUS
I.
II.
Identitas Pasien
Nama
: Tn. Muzamir
Kelamin
: Laki-laki
Usia
: 16 tahun
Alamat
Pekerjaan
: Pelajar
Agama
: Islam
Tanggal pemeriksaan
: 25 Mei 2016
Anamnesis
Keluhan utama: Demam
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang ke Puskesmas kediri dikeluhkan demam yang dirasakan sejak 1
minggu yang lalu .. Demam dikeluhkan tiba-tiba muncul secara mendadak dan sangat
tinggi pada hari pertama. Demam tidak cenderung turun,selain demam pasien juga
dikeluhkan mengalami batuk namun jarang-jarang.pasien sempat dibawa ke poli
puskesmas Kediri dan diberi obat namun keluhan tidak kunjung membaik. Nafsu
makan dan minum pasien dirasakan menurun sehingga pasien merasa lemas. BAB dan
BAK pasien masih dalam batas normal.
15
Tn. S
Ny. S
Pasien
An. R
Riwayat Pengobatan
Pasien sempat dibawa ke poli namun tidak mengalami perubahan
Pasien tinggal bersama ayah, ibu .. Berikut usia dan pekerjaan dari masingmasing anggota keluarga:
a.
b.
c.
Pasien 1 tahun
Pasien merupakan keluarga dengan ekonomi menengah ke bawah. Pasien
Dengan
16
III.
Pemeriksaan Fisik
Keadaaan umum
: Sedang
Kesadaran
: Composmentis
Frek. Nadi
: 88 x/menit
Frek. Nafas
: 20 x/menit
Suhu
: 38,1 C
Berat Badan
: 6,5 kg
Tinggi Badan
: 165 cm
Status Gizi
: Normal
Status Generalis
Kepala-Leher
Kepala
: Deformitas (-)
Rambut
Mata
Tenggorok
Paru
Inspeksi:
1. Bentuk & ukuran: bentuk dada kiri dan kanan simetris, barrel chest (-), pergerakan
dinding dada simetris.
17
2. Permukaan dada: papula (-), petechiae (-), purpura (-), ekimpasienis (-), spider naevi
(-), vena kolateral (-), massa (-).
3. Penggunaan otot bantu nafas: SCM tidak aktif, tidak tampak hipertrofi SCM, otot
bantu abdomen tidak aktif dan hipertrofi (-).
4. Iga dan sela iga: pelebaran ICS (-).
Palpasi:
1.
Trakea: tidak ada deviasi trakea, iktus kordis teraba di ICS V linea parasternal
sinistra.
2.
3.
4.
Perkusi:
1. Sonor seluruh lapang paru.
2. Batas paru-hepar Inspirasi: ICS VI, Ekspirasi: ICS IV; Ekskursi: 2 ICS.
3. Batas paru-jantung:
a. Kanan: ICS II linea parasternalis dekstra
b. Kiri: ICS IV linea mid clavicula sinistra
Auskultasi:
1. Cor: S1 S2 tunggal regular, Murmur (-), Gallop (-).
2. Pulmo:
a. Vesikuler (+) pada seluruh lapang paru .
b. Rhonki (-/-).
c. Wheezing (-/-).
Abdomen
Inspeksi:
1. Bentuk: simetris
18
Auskultasi:
1. Bising usus (+) normal
2. Metallic sound (-)
3. Bising aorta (-)
Perkusi:
1. Timpani pada seluruh lapang abdomen (+)
2. Nyeri ketok (-)
3. Nyeri ketok CVA (-/-)
Palpasi:
1. Nyeri tekan epigastrium (+)
2. Massa (-)
3. Hepar/lien/ren: tidak teraba
4. Tes Undulasi (-), Shifting dullness (-)
Ekstremitas: Ekstremitas atas dan bawah akral hangat +/+, edema -/- petekie -/-
15/11/16 Widal
S thypi O :1/310
S thypi H : 1/ 160
V. Diagnosis
Demam thypoid
VI.
Penatalaksanaan
Tujuan Terapi
Menjaga kestablian cairan dan menurunkan panas serta mencegah komplikasi
Konseling
- Menjelaskan kepada orang tua pasien bahwa penyakit yang diderita adalah
penyakit demam thypoid, merupakan penyakit yang menginfeksi saluran
pencernaan yang di sebabkam oleh kuman salmonela
- Menjelaskan kepada pasien tentang gejala-gejala penyakit demam thypoid,
beserta komplikasi yang mungkin dapat terjadi.
- Menganjurkan keluarga pasien agar dilakukan rawat inap, terkait dengan
klinis yang mengindikasikan rawat inap, dan menganjurkan pasien untuk
banyak minum dan memakan makanan bergizi berupa tinggi protein dan
kaya akan serat untuk membantu pemulihan.
- Menjelaskan kepada keluarga pasien agar tekun meminum obat panas dan
batuk untuk mengurangi keluhan yang ada
20
21
22
23
KERANGKA KONSEP
MASALAH PASIEN
BIOLOGIS
Usia
- Usia pasien 16 tahun
(Kejadian DBD dapat terjadi
pada semua kelompok usia)
LINGKUNGAN
PERILAKU
Perilaku hidup
bersih dan sehat
Rumah Lembab
kurang, disertai
DBD
Pakaian/Barang
tingkat pendidikan
yang rendah
Padat penduduk
PELAYANAN
KESEHATAN
Penjaringan penyakit menular sudah sesuai
target, namun program pemberantasan
nayamuk masih terbatas
24
BAB IV
PEMBAHASAN
5.1
Aspek Klinis
5.1.1
utama demam tinggi yang dirasakan secara tiba-tiba sejak 4 hari. Panas ini disertai
dengan sakit kepala. Selain itu, pasein dikeluhkan timbul bintik merah terutama pada
bagian tangan dan kaki pasien. Pasien juga dirasakan semakin lemas dan tidak
bertenaga. Nafsu makan dan minum pasien menurun. Tidak ada keluhan nyeri ulu hati,
mimisan dan gusi berdarah. BAB dan BAK masih dalam batas normal.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan keadaan demam tinggi dan nilai tanda
vital lainnya dalam batas normal
5.1.2
lain:
1. Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari biasanya naik turun.
2. Terdapat minimal 1 manifestasi perdarahan berikut: uji bendung positif,
petekie, ekimosis, atau purpura, perdarahan mukosa, hematemesis dan
melena.
3. Trombositopenia (jumlah trombosit <100.000/ ml).
4. Terdapat minimal 1 tanda kebocoran plasma sebagai berikut:
a. Peningkatan hematokrit >20% dibandingkan standar sesuai umur dan
jenis kelamin.
b. Penurunan
hematokrit
>20%
setelah
mendapat
terapi
cairan,
25
5.1.3
Pembahasan Terapi
Untuk penatalaksanaan pada pasien dengan demam berdarah dengue
penatalaksanaan paling penting adalah mengatasi agar tidak terjatuh dalam keadaan
syok dengan memberikan asupan cairan baik secara oral maupun intravena. Selain itu,
untuk mengurangi kejadian demam dan komplikasi dari demam sehingga dapat
diberikan antipiretik untuk menurunkan demam.
5.2.
4.2.2
Faktor Perilaku
- Sulitnya menjaga kebersihan Lingkungan dan Makanan yang dikonsusmsi
Perilaku berperan penting dalam kejadian demam thypoid. Kurangnya kesadaran
dalam berperilaku hidup bersih dan sehat terutama kurangnya kesadaran dalam
menjaga kebersihan lingkungan dan kebersihan makanan
26
Faktor Lingkungan
- Kebersihan lingkungan sekitar
Kondisi lingkungan rumah sekitar pasien yang kurang, dimana terdapatnya ban
bekas dan kaleng bekas/container yang dapat menampung air, akan
menyebabkan nyamuk dapat tinggal dan berkembangbiak dengan cepat.
- Transportasi yang mudah dan Padat Penduduk
Mengingat rumah pasien dan lingkungannya berada pada kawasan padat
penduduk menjadi salah satu faktor resiko. Diketahui bahwa, penyebab
meningkatnya jumlah kasus DBD antara lain karena semakin banyaknya
transportasi dari suatu daerah ke daerah lain dalam waktu singkat yang
memungkinkan virus menyebar dengan cepat. Hal ini dikaernakan akibat
migrasi vector/nyamuk dapat terjadi melalui alat transportasi yang ada. . Selain
itu, pemukiman tempat tinggal pasien, dan banyak pemukiman lainnya tidak
sesuai syarat pertimbangan kesehatan lingkungan dan kepadatan penduduk dari
suatu wilayah memiliki peran penting terhadap penyebaran dari penyakit DBD.
Semakin banyak dan padat penduduk, resiko untuk terjadinya penyebaran
penyakit DBD dalam suatu wilayah juga meningkat.
- Musim
27
Diketahui bahwa musim penularan demam berdarah pada umumnya terjadi pada
awal musim hujan dimana populasi vektor penyakit meningkat dengan
bertambahnya sarang-sarang nyamuk di luar rumah sebagai akibat sanitasi
lingkungan yang kurang bersih seperti yang terjadi pada keadaan saat ini.
Sedangkan pada musim kemarau, Aedes aegypti bersarang di bejana-bejana yang
selalu terisi oleh air. Iklim di daerah tropis dan perubahan iklim akibat adanya
pemanasan global memungkinkan nyamuk untuk menyebar lebih luas sehingga
timbul penyakit demam berdarah. Pemanasan suhu dan peningkatan jumlah
curah hujan telah dikaitkan dengan peningkatan dalam terjadinya transmisi
serangga penyebab penyakit.
4.2.4
Pelayanan Kesehatan
1. Upaya Pengendalian
Upaya pengendalian DBD dilakukan dengan kegiatan Pemberantasan Sarang
Nyamuk (PSN) baik dengan cara menggunakan foging, ataupun pemberantasan
jentik melalui gerakan 3M+.
a. Promosi Kesehatan
Secara keseluruhan di Puskesmas Narmada sendiri ternyata upaya promosi
kesehatan belum sepenuhnya diterima masyarakat. Upaya-upaya penyuluhan
yang selama ini dilakukan belum efektif, masih terjadi kesenjangan antara
program pemerintah dengan penerimaan masyarakat. Kegiatan-kegiatan
disosialisasikan melalui media cetak berupa brosur, leaflet sehingga sulit
sekali menginformasikannya sampai pada keseluruhan lapisan masyarakat,
pengaruh bahasa dan budaya juga menjadi kendala dalam masalah ini.
b. Survey Jentik
Survey jentik pada kasus ini menggunakan House Index (HI), Container
Index (CI) dan Breteau Index (BI). Dari penulusuran yang dilakukan,
didapatkan di sekitar lingkungan tempat tinggal pasien untuk HI didapatkan
5%, sedangkan untuk CI didapatkan 10% dan BI didapatkan 92,5%. Jika
mengacu kepada angka kebehasilan maka penilaian tersebut dikatakan tidak
mencapai angka keberhasilan bebas jentik, sehingga pada wilayah tempat
tinggal pasien ini perlu dilakukan PSN DBD, larvasidasi selektif,
penyuluhan, dan fogging.
28
dan
Trombositopenia,
Puskesmas
Narmada
telah
mampu
2. Munculnya DBD pada pasien ini disebabkan oleh perilaku hidup bersih dan sehat
yang masih rendah dan faktor lingkungan yang kurang bersih sehingga dapat memicu
timbulnya penyakit DBD.
Saran
1. Pada Pelayanan Kesehatan
a. Perlu lebih mengoptimalkan lagi upaya promotif dan preventif, terutama pada
musim penghujan terutama pada daerah endemis DBD sehingga dapat menekan
angka kejadian DBD terutama pada wilayah kerja Puskesmas Narmada, serta
menambah pengetahuan masyrakat akan pentingnya kebersihan lingkungan
dalam pemutusan rantai perkembangbiakan nyamuk DBD.
b. Perlunya monitoring dan evaluasi lebih lanjut terhadap program yang
dijalankan, terutama lebh aktif dalam melakukan survey jentik dan
pemberantasan sarang nyamuk secara berkala, tidak hanya menunggu laporan
dari masyrakat, melainkan penjadwalan yang tetap dan berkala, terutama pada
daerah yang sudah endemis, dan pada musim-musim penghujan.
2. Pada Masyarakat
a. Mengutamakan dan meningkatkan kesadaran terhadap kebersihan lingkungan
tempat tinggal sekitar, dengan memperhatikan hal-hal yang dapat memicu dan
membantu perkembangbiakan nyamuk, seperti melakukan dan menerapkan
gerakan 3M dan 3M+ pada lingkungan rumah masing-masing.
b. Mengerti dan paham akan gejala yang ditimbulkan oleh DBD agar waspada dan
cepat mengambil keputusan kapan harus membawa seseorang dengan gejala
DBD tersbeut ke pusat pelayanan primer terdekat.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Chen, Khie., Pohan, Herdiman T. dan Sinto, Robert. (2009). Diagnosis dan Terapi
pada Demam Berdarah Dengue. Medicinus: scientific journal of pharmaceutical
development and medical aplication. [online]. 22(1), ed. Maret-Mei 2009. Available
30
from:
http://www.dexa-medica.com/
images/
publication_upload090324152955001237863562medicinus_maret-mei_2009. pdf.
2.
Direktur Jenderal PPM PL. (2004). Kebijaksanaan Program P2 DBD dan Situasi
Terkini DBD di Indonesia [online]. Departemen Kesehatan RI. Available
from:http://dinkes-sulsel.go.id/new/images/pdf/buku/kebijakan%20program%
20
dbd.pdf
4.
Hadinegoro, Sri Rezeki H dan Satari, Hindra Irawan. (2004). Demam Berdarah
Dengue. Jakarta: Balai Penerbitan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
5.
Haines, A et al. (2006). Climate change and human health: impacts, vulnerability,
and mitigation. The Lancet. [online]. 367, pp.2101-2109. Available from:
http://www.thelancet.com
6.
7.
Sudoyo, Aru W. et al. (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas kedokteran Universitas
indonesia.pp. 1731-1733.
8.
9.
Indonesia:
WHO
Indonesia.
Available
http://www.ino.searo.who.int/en/Section4/Section18/Section79.html.
31
from:
10.
11.
World Health Organization Regional Office for South-East Asia. (2008). First
Meeting of Regional Technical Advisory Group (RTAG) on Dengue. [online].
Available from: http://203.90.70.117/PDS_DOCS/B3132.pdf.
32