Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh:
Kelompok PKW
XII MIPA 2.1
1.
2.
3.
4.
Astri Setyo W
/ 07
Dicky Aditya
/ 11
Haniefia Adha
/ 14
Nabila Kazhimah Q / 23
PENDAHULUAN
1. Pengertian
Indonesia sangat kaya akan budaya tradisional yang tersebar dari Sabang sampai
Merauke, salah satunya adalah ukiran. Seni ukir atau ukiran merupakan gambar hiasan
dengan bagian-bagian cekung dan bagian-bagian cembung yang menyusun suatu gambar
yang indah. Banyak sekali daerah di Indonesia yang memiliki kerajinan seni ukir kayu. Dari
jawa misalnya ukiran kayu yang berasal dari Jepara. Dari pulau kalimantan contohnya seni
ukir suku Dayak. Daris sulawesi contohnya seni ukir Toraja, dari Papua contohnya seni ukir
pada suku Asmat. Setiap motif memiliki kekhasan tersendiri. Dalam setiap motif ukir
tradisional selalu terdiri dari motif-motif sebagai berikut :
a. Trubusan atau disebut juga tunas, yaitu motif tunas yang muncul dari daun pokok.
Trubusan berbentuk daun-daun kecil yang tumbuh di sekitar daun pokok, juga bersifat
pelengkap atau pengisi dari bidang-bidang yang kosong
b. Pecahan merupakan motif berbentuk sobekan daun sehingga membentuk karakter
motif daun. Pecahan merupakan pemanis atau menambah luwesnya bentuk daun yang
sudah dipecahi.
c. Benangan merupakan motif garis yang terdapat dalam utama yang berfungsi sebagai
pelengkap motif berbentuk bidang. Benangan berbentuk miring, dari bawah sampai ke
atas berhenti pada ulir pokok.
d. Daun pokok yaitu yang menjadi motif pokok dari keseluruhan motif ukir kayu.
e. Angkup merupakan bentuk motif daun yang menelungkup pada punggung daun
pokok.
f. Simbar merupakan motif yang menghias bagian depan daun pokok.
g. Endong merupakan motif hias yang menghias bagian belakang (punggung) daun
pokok.
2. Jenis-Jenis Ukiran
Ada beberapa jenis ukiran yang dikenal sejak zaman dahulu, antara lain:
Ukiran rendah
Ukiran tinggi (timbul)
Ukiran utuh
Karya seni ukir memiliki macam-macam fungsi, antara lain sebagi berikut:
a. Fungsi hias, yaitu ukiran yang dibuat semata-mata sebagai hiasan dan tidak memiliki
makna tertentu.
b. Fungsi magis, yaitu ukiran yang mengandung simbol-simbol tertentu dan berfungsi
sebagai benda magis berkaitan dengan kepercayaan dan spiritual.
c. Fungsi simbolik, yaitu ukiran tradisional yang selain sebagai hiasan juga berfungsi
menyimbolkan hal tertentu yang berhubungan dengan spiritual.
d. Fungsi konstruksi, yaitu ukiran yang selain sebagai hiasan juga berfungsi sebagai
pendukung sebuah bangunan.
e. Fungsi ekonomis, yaitu ukiran yang berfungsi untuk menambah nilai jual suatu benda.
4. Alat Ukir
Berikut ini adalah jenis-jenis pahat ukir.
a. Pahat penyiku yaitu pahat yang bagian ujung pahatnya melengkung sesuai dengan
fungsinya untuk memahat bagian-bagian yang melengkung. Membuat ragam
lingkaran, bulatan daun, bulatan bunga, sisi wajah manusia, menggunakan pahat
penyiku ini.
b. Pahat penyilat, yaitu pahat yang bentuknya lurus sesuai dengan fungsinya untuk
mengukir bagian-bagian yang lurus. Pada seni ukir yang berasal dari suku Asmat
kebanyakan menggunakan pahat penyilat, sehingga ragam pahatannya lurus dan
tegak.
c. Pahat kol, yaitu jenis pahat lengkung yang bagian ujungnya untuk membuat bentuk
cekungan. Membuat cekungan harus menggunakan pahatan ini, tidak bisa dengan
pahatan lain. Menimbulkan efek dua dimensi adalah dengan menggunakan pahat kol
ini. Dengan demikian pada permukaan datar akan didapat kedalaman-kedalaman
tertentu sesuai dengan benda atau barang yang menjadi sumber inspirasi pahatan yang
terdapat di alam yang bentuknya tiga dimensi.
d. Pahat pongot, pahat yang bentuknya menyudut ke arah kiri atau kanan, berfungsi
untuk membersihkan sudut-dudut pada ukiran. Kehalusan hasil akhir ukiran sangat
tergantung pada keterampilan pengukir atau pemahat menggunakan pahat pongot ini.
5. Teknik Seni Ukir Nusantara
Ada beberapa teknik ukiran yang sering kita jumpai dalam berbagai karya seni ukir
dewasa ini, antara lain:
a. Carving
Adalah seni chipping dan memotong pada bagian datar dari kayu untuk membuat ukiran
agar tampaknya menjadi tiga dimensi. Teknik ini biasanya dilakukan dengan menggunakan
alat bantu seperti pahat dan palu, pisau ukir meskipun sering digunakan untuk memperjelas
detail.
Dalam ukiran relief, pengrajin pahat kayu membuat gambar terlebih dahulu kemudia
mulai mengukir kayu hingga tampak bagian yang timbul seperti relief.
b. Chip Carving
Teknik ukiran Chip biasanya digunakan pada potongan-potongan yang lebih besar dari
pekerjaan seperti tunggul pohon atau kayu, dan menggunakan kapak dan pahat yang lebih
besar. Teknik ini untuk membuat karya yang besar seperti patung, dan ini melibatkan proses
yang rumit
.
c. Pembakaran kayu
Pembakaran kayu adalah teknik terutama digunakan untuk menambah desain untuk
finishing kayu, tetapi beberapa pemahat benar-benar menggunakan metode pembakaran
untuk mengukir kayu kecil. Kayu yang dibakar akan menghitam di sekitar ukiran akhir dan
memperjelas kesan sehingga tapak lebih hidup.
d. Mengerik
Mengerik adalah salah satu cara tertua dan paling sederhana dalam teknik memahat kayu.
Teknik ini melibatkan tidak lebih dari sepotong kayu dan pisau ukir.
BAB II
ISI
1. Motif Ukir dari Jawa
a. Motif Ukir Majapahit
Motif ukir Majapahit terkenal dengan bentuk buah nanas sebagai pusatnya di tengahtengah ukir-ukiran daun-daunnya.Nanas disini berbentuk bulatan dan cembung. Sementara
daun-daunnya berukuran besar, berbentuk seperti tanda tanya melingkar, meliliki renda-renda
kecil seperti batik di pinggirnya.
Motif Majapahit bisa dikatakan motif yang paling tua dan rumit untuk pengukirannya.
Motif ini banyak ditemui pada bekas-bekas potongan batu dan kayu sisa peninggalan nenek
moyang pada era kerajaan Majapahit. Motif Majapahit diketemukan oleh Ir. H. Maclaine
Pont, seorang pejabat pada Museum Trowulan dan juga dapat dilihat pada tiang Pendopo
Masjid Demak. Menurut sejarah tiang tersebut merupakan benda peninggalan kerajaan
Majapahit yang dibawa oleh R. patah.
berbeda-beda. Terkadang bagi para pemula yang ingin membuat ukiran motif ini sedikit
kesulitan.
Daun pokok
Dari motif ukir Bali ini sifatnya cembung di tengah. Pada tengah - tengah
daun pokok atau bagian tertinggi daun pokok dibuat pecahan.
Daun sunggar
Pada lazimnya dinamakan ikal mursal atau rekalsitran yang sifatnya
krawingan dengan tumbuh ulir pada sisi dalam daun tersebut.
Angkup
Angkup pada motif Bali ini berbentuk hampir sama dengan angkup motif
koma
Trubusan
Pada motif ini trubusan merupakan daun semi, tapi mempunyai ciri - ciri
yang berbeda dengan trubusan yang terdapat pada ragam hias atau Motif
Bentuk dasarnya adalah lingkaran yang dibatasi bujur sangkar. Motif ini
menggambarkan keempat arah mata angin utama yang dipercaya sebagai sumber rejeki.
Ne'Limbongan juga dipercaya sebagai pencipta ukiran Toraja.
b. Pa'Barre Allo
dari kata "barre" yang berarti bundaran dan "allo" yang berarti matahari. Bentuknya
utamanya adalah empat lingkaran di dalam bujur sangkar. Ukiran yang melambangkan
kebesaran Toraja ini banyak ditemui di pucuk rumah-rumah adat Toraja.
c. Pa'Kapuk Baka
Bentuk utamanya adalah 4 lingkaran yang saling berpotongan dan tersimpul dengan
rumit. Dahulu ukiran ini dipakai sebagai tanda tempat penyimpanan harta. Simpul motif yang
rumit dimaknai sebagai kesatuan keluarga yang tidak boleh tercerai berai demi kemakmuran.
d. Pa'Tangkik Pantung I
mengambil motif paku yang dipakai untuk memancang bambu. Ukiran motif ini
merupakan lambang kebesaran para bangsawan. Motif bernama Pa'Tangkik Pantung II terdiri
dari 4 lingkaran yang membentuk 2 angka 8. Motif ini mengandung pesan pentingnya
persatuan.
e. Pa'Kadang Pao
berbentuk arsiran garis yang saling berhubungan. Selain melambangkan kerja sama,
garis-garis lurusnya menggambarkan kejujuran dalam mencari rejeki. Pa' Sulan Sangbua
terdiri dari garis-garis simetris saling bersilangan yang menggambarkan lipatan daun sirih.
Motif ini melambangkan keanggunan di kalangan bangsawan.
Motif ini menggambarkan tingkah laku hewan Itik yang selalu berjalan
beriringan ketika petang hari akan pulang ke kandang. Tingkah laku berjalan
beriringan serasi, bersahabat, kompak, bersama-sama, menjadi contoh bagi manusia
akan arti kehidupan. Hal ini pun lalu digambarkan dan menjadi suatu corak motif
untuk tenun, tekat, ukir dan songket dengan nama Motif Itik Pulang Petang atau Motif
Itik Sekawan.
Motif ini merupakan gambaran pohon/tetumbuhan pakis/paku yang berkelukkeluk atau meliuk-liuk, tak hanya diperuntukkan bagi kerajinan tekat maupun tenunan
dan sejenisnya. Motif Kaluk Pakis/Paku lazim pula dipakai untuk ukiran bangunan
dan ukiran benda-benda lainnya. Semua corak motif melayu disepadukan dengan
cermat sehingga kelihatan serasi dan saling mengisi.
Motif ini melambangkan harapan baik sebab bambu merupakan pohon yang
tidak mudah rebah oleh tiupan angin kencang sekalipun. Motif pucuk rebung selalu
ada dalam setiap kain songket sebagai kepala kain atau tumpal kain tersebut.
Penggunaan motif pucuk rebung pada kain songket dimaksudkan agar si pemakai
selalu mempunyai keberuntungan dan harapan baik dalam setiap langkah hidup.
5. Motif Ukir Kalimantan
Salah satu motif ukiran suku Dayak Lundayeh disebut juga dengan masyarakat Lun
Bawang Kalimantan Timur. Berikut ini beberapa motif ukir dari Kalimantan.
Pada zaman sekarang pola ini juga dikreasikan pada berbagai ukiran serta
lukisan properti kesenian, interior funitur, dll.
Motif perisai
Motif burung enggang Ini biasa ditautan dengan kompilasi motif naga. Hal ini
dikarenakan enggang dan naga merukan simbol penguasa alam. Mahatala atau
Pohotara merupakan penguasa alam atas yang disimbolkan sebagai Enggang Gading.
6. Motif Ukir Papua
Bagi suku Asmat, seni ukir kayu adalah bagian dari kehidupan sehari-hari yang telah
turun temurun menjadi suatu kebudayaan yang bukan saja dikenal di Papua dan Indonesia,
melainkan sudah ke seluruh dunia. Bagi setiap turis asing yang berkunjung ke Papua, rasanya
kurang lengkap apabila tidak mengenal atau membeli cenderamata karya ukir suku Asmat
dalam berbagai ukuran.
Ciri khas dari ukiran suku asmat adalah polanya yang unik dan bersifat naturalis,
dimana dari pola-pola tersebut akan terlihat kerumitan cara membuatnya sehingga membuat
karya ukir suku Asmat bernilai tinggi dan sangat banyak diminati para turis asing yang
menggemari karya seni.
Dari segi model, ukiran suku Asmat memiliki pola dan ragam yang sangat banyak,
mulai dari patung model manusia, binatang, perahu, panel, perisai, tifa, telur kaswari sampai
ukiran tiang. Suku Asmat biasanya mengadopsi pengalaman dan lingkungan hidup sehari-hari
sebagai pola ukiran mereka, seperti pohon, perahu, binatang dan orang berperahu, orang
berburu dan lain-lain.
BAB III
PENUTUP
Seni ukir adalah cabang dari seni rupa terapan yang mempunyai keindahan khas
lengkungan-lengkungannya yang diadaptasi dari bentuk alam sekitar (tumbuhan, hewan,
ataupun manusia) dan dikemas ke dalam design-design imajinatif berdimensi dua, yang
saling berkesinambungan dari ruas ke ruas. Beberapa diantaranya, seni ukir juga diterapkan
ke dalam semi tiga dimensi ataupun tiga dimensi.
Design-design seni ukir diterapkan dengan menggunakan alat pengukir dari besi atau baja
yang memeiliki bentuk tertentu sesuai kebutuhan design itu sendiri. Semakin kecil
lengkungan design, semakin kecil pula lengkungan alat pengukir yang dipakai. Tak jarang
para seniman ukir membuat tingkat kedalaman ukiran yang berbeda dari ruas satu ke ruas
yang lain, yang menjadikan alatnya semakin beraneka macam jenisnya.
Mayoritas bahan yang digunakan untuk mengukir adalah kayu, tetapi tidak menutup
kemungkinan para seniman ukir juga menggunakan bahan plastik, karet, perunggu, perak,
timah,batu, dll; mengingat masih kentalnya budaya Indonesia yang turun temurun dari nenek
moyang dan semakin modernnya era seni beserta penikmatnya di Nusantara.
DAFTAR PUSTAKA
http://adjiekuswanto.blogspot.co.id/2014/01/motif-ukiran-tradisional-jawa.html
http://motifukiranpapua.blogspot.co.id/
http://sma-senibudaya.blogspot.co.id/2016/02/motif-dalam-seni-ukir-di-kalimantan.html
http://carajuki.com/motif-ukiran-dari-berbagai-daerah/
http://dokumen.tips/documents/seni-ukir-papua.html
http://sejarahukir.blogspot.co.id/2011/11/mengenal-ciri-motif-ukir-jawa.html
https://www.craftincraft.com/article/keunikan-motif-ukiran-cantik-asal-jawa-tengah