You are on page 1of 17

BAB II

TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN


2.1. Sejarah Singkat Perusahaan
Indonesia merupakan Negara agraris yang kaya dengan sumber daya
alamnya. Kondisi alam Indonesia yang mempunyai struktur tanah serta curah
hujan yang cukup sehingga sangat potensial sebagai lahan pertanian dan
perkebunan.
Sumatera Barat sebagai salah satu daerah yang kaya potensial di bidang
pertanian dan perkebunan di Indonesia, sehingga mendorong untuk mendirikan
suatu pabrik yang bergerak dibidang agroindustri terutama pengolahan kelapa
sawit. Pabrik ini diberi nama PT INCASI RAYA EDIBLE OILS PADANG yang
mengolah minyak kelapa sawit mentah (CPO) menjadi minyak goreng.
Tahun 1992, PT INCASI RAYA EDIBLE OILS PADANG diresmikan oleh
Mentri Deperindag Ir. Hartanto dan langsung dipimpin oleh Bapak Ir. Raymond
Wainar dan sekarang dipimpin oleh Ir. Subianto.
Sebagai bahan baku yang digunakan adalah CPO yang didatangkan langsung
dari PT INCASI RAYA GROUP, seperti:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

PT SAK (Sumbar Andalas Kencana) di Muaro Timpeh Dhamasraya.


PT IR (Incasi Raya) di Pangean Dhamasraya.
PT PMS (Pasaman Marama Sejahtera) di Pasaman.
PT BPSJ (Bina Pratama Sakato Jaya) di Kiliran Jao Sijunjung.
PT IR Unit Sodetan (Muara Sakai) Pesisir Selatan.
PT Jamika Raya di Tanah Tumbuh (Muaro Bungo) Jambi.
PT Megasawindo Perkasa di Pelepat (Bangko)
PT SMP (Selago Makmur Plantation) di Dhamasraya.
PT Bintara Tani Nusantara POM Pasaman Barat.

10. PT Bina Pratama Sakato Jaya Solok Selatan II.


11. PT SJAL-Silaut Pesisir.
Pada mulanya PT IREO mengolah minyak kelapa sawit mentah (CPO)
menjadi minyak goreng curah (RBD Olein). Namun mengingat perkembangan
pasar dan minyak goreng dengan kualitas bagus cukup besar, maka mulai
diproduksi minyak goreng kemasan dengan merek dagang GURIH. Disamping
itu juga menghasilkan produk sampingan Stearin dan PFAD.
Seiring dengan perkembangan teknologi dan tingginya persaingan
dipasaran, maka pada bulan Oktober 2012 dikeluarkan produk baru yang memiliki
kualitas lebih unggul dan dapat diandalkan yaitu SARI MURNI
Produk PT INCASI RAYA tidak hanya dikonsumsi didalam negeri saja
tetapi juga diekspor. Untuk memenuhi dan meningkatkan kualitas ekspor maka
perusahaan berupaya menghasilkan produk yang sesuai dengan Standar
Internasional (SI) . standar yang digunakan saat ini untuk pengendalian mutu
produksinya yaitu Standar Internasional Indonesia (SNI) dan Palm Oil Refineers
Association Of Malaysia (PORAM) serta General Spesification For Palm Oil
Product.

2.2. Lokasi perusahaan


PT Incasi Raya Edible Oils terletak pada kawasan industri tepatnya di By
Pass Km 6, Lubuk Begalung Padang, dengan luas area perusahaan sekitar 4
hektar. Dalam pemilihan lokasi IREO dipengaruhi oleh:
1. Peraturan pemerintah daerah

Berdasarkan peraturan daerah pendirian suatu pabrik berada pada


kawasan industri dan jauh dari pemukiman penduduk.
2. Dekat sumber air
Perusahaan memamfaatkan air sungai yang berjarak sekitar 20 meter
disebelah Utara lokasi pabrik untuk mendukung kelancaran proses pabrik.
3. Faktor transportasi
Lokasi pabrik ini merupakan tempat yang strategis karena mudah dilalui
oleh kendaraan dan memberi kemudahan dalam pemasaran produk ke
pelabuhan Teluk Bayur yang merupakan terminal angkutan terbesar di
Padang Sumatera Barat, dimana jarak pelabuhan dengan pabrik sekitar
5km.
4. Lingkungan
Lokasi pabrik cukup jauh dari perkotaan, maka bila terdapat pengotoran
udara dan kebisingan tidak akan menggangu kenyamanan penduduk.
5. Tenaga kerja
Tenaga kerja yang dipakai di perusahaan ini sudah berpengalaman
dibidangnya dan professional, baik di tingkat sarjana maupun tingkat
menengah ke atas.
2.3. Struktur organisasi
Sistem manajemen yang baik biasanya mempengaruhi mutu minyak goreng
yang dihasilkan. Bentuk struktur organisasi PT IREO adalah struktur organisasi
berupa garis lurus,dimana seorang pimpinan dapat memberikan instruksi kepada
bawahannya dan diteruskan kepada karyawan. Struktur organisasi PT IREO
disusun berdasarkan fungsi yang dijalankan perusahaan yaitu:
1. Manager
Berfungsi sabagai jabatan tertinggi di pabrik mengawasi segala kegiatan
yang ada dalam lingkungan perusahaan. Bertanggung jawab terhadap
kelancaran dan keteraturan pekerjaan yang dilakukan di pabrik. Menerima
dan mengusulkan promosi terhadap karyawan.
2. Production Enginering

Bertanggung jawab dalam mengawasi jalannya proses produksi dan mutu


selama proses produksi tersebut dengan membawahi:
a. Supervisior produksi, dengan membawahi operator produksi.
Mengontrol mutu hasil olahan setip jam produksi dari pihak labor,
melakukan checking terhadap sistem jika terjadi komplen dari pihak
labor tentang mutu dan kehilangan produk dan bertanggungjawab
terhadap ketersediaan power supply selama berlangsungnya proses
produksi.
b. Kapala laboratorium, dengan membawahi beberapa supervisior dan
supervisior membawahi beberapa orang testeri (analis)
Bertanggungjawab terhadap proses analisa mutu selama produksi
berlangsung. Meneliti dan mendatangi hasil jadi dan sampel yang
akan diuji dan memeriksa bahan baku yang datang ke pabrik.
3. Maintenace Engineering
Bertanggungjawab dalam perbaikan dan pemeliharaan mesin-mesin
produksi dan kelangsungan produksi, dengan membawahi:
a. Mechanical engineer, dengan membawahi supervisior workshop dan
supervisor membawahi machanic, supervisor bertanggungjawab
terhadap mesin-mesin produksi.
b. Kelapa listrik, dengan membawahi instrument staf dan instrumen staf
membawahi wireman, bertanggungjawab terhadap sumber listrik
selama produksi.
4. Koordinator Packing dan Molding
Berfungsi mengawasi bagian pengemasan

dan

molding

dengan

membawahi:
a. Kepala packing plant, dengan membawahi supervisor packing plant
dan supervisor membawahi operator packing. Supervisor packing
bertanggungjawab terhadap pengemasan produk
b. Supervisior molding plant yang bertanggungjawab

terhadap

pencetakan kemasan dengan membawahi operator molding.


5. Commodity

Bertanggungjawab terhadap barang masuk dan barang keluar (bahan


mentah dan olahan) dengan membawahi asisten dan asisten membawahi
operator.
6. Chasier (administrasi)
Bertanggungjawab terhadap

administrasi

di

perusahaan

dengan

membawahi asisten.
7. Kepala gudang
Bertanggungjawab dalam hal pergudangan produk dengan membawahi
asisten.
8. Kepala satpam
Bertanggungjawab dalam menjaga lingkungan pabrik dan membawahi
anggota satpam.
Unit- unit PT IREO
Unit yang ada pada PT Incasi Raya Edible Olis yakni:
2.4.1 Unit Tata Usaha
Bertugas untuk mengurus administrasi PT IREO diantaranya:
Pembayaran gaji karyawan
Pembelian CPO yang berasal dari luar dan dalam perusahaan.
Pengiriman dan penjualan minyak goreng yang telah diolah.
2.4.2 Unit Laboratorium
Melakukan analisis terhadap mutu bahan baku dan minyak yang

2.4.

2.4.3

dihasilkan dengan spesifikasi mutu yang telah ditetapkan.


Unit Proses
Bertugas melakukan proses pengolahan bahan baku (CPO) menjadi olein,
dengan hasil samping stearin dan Palm Fatty Acid Destilat (PFAD), serta
pengolahan bahan baku (CPKO) menjadi RBDPKO.
Proses ini terdiri dari:
a. Bleaching Section
Pada unit ini terjadi penurunan warna, pembuangan kadar air dan
kotoran yang terdapat di CPO, dimana hasil pengolahannya disebut
Bleaching Palm Oil (BPO).
b. Deodorizing
Pada unit ini terjadi penghilangan bau dan pemisahan kandungan
asam lemak bebas yang terkandung dalam BPO, dimana hasil
pengolahannya disebut Refunery Bleaching Deodorizing Palm Oil
9

(RBDPO) dan produk samping berupa asam yang disebut Palm Fatty
Acid Destilated.
c. Fraksinasi
Pada unit ini terjadi proses kristalisasi sehingga didapat fraksi padat
dari RBDPO yang disebut stearin dan fraksi padat dari RBDPO yang
disebut olein, kemudian fraksi ini dipisahkan menggunakan Membran
2.4.4

Filter Perss.
Unit Packing dan Molding Plan
Bertugas mengurus minyak packing bermerek dagang SARI MURNI
dan GURIH. Molding memproduksi jerigen untuk kebutuhan kemasan

2.4.5

SARI MURNI dan GURIH.


Unit Pemeliharaan dan Perbaikan Mesin
Bertugas memlihara dan memperbaiki mesin produksi yang rusak maupun
bocor, serta mengoperasikan boiler dan mengatur steam.

2.5. Bahan Baku


Bahan baku merupakan hal yang sangat penting dalam suatu proses industri.
Bahan yang digunakan oleh PT IREO terbagi menjadi dua, yaitu:
a. Bahan baku utama
CPO merupakan minyak kelapa sawit kasar yang berasal dari daging kelapa
sawit. Bahan baku CPO tersebut didatangkan dari anak perusahaan PT Incasi
Raya Group.
b. Bahan baku pendukung
Bahan baku pendukung merupakan bahan kimia yang digunakan untuk
membantu proses penurunan warna, pembuangan kadar air dan kotoran serta
penghilangan

getah

yang

terkandung

dalam

CPO

sehingga

dapat

menghasilkan minyak goreng sesuai standar yang diharapkan. Bahan baku


pendukung yang digunakan yaitu:
Bleaching Earth
Bleaching Earth merupakan bahan tambahan yang berfungsi
memucatkan dan menurunkan warna minyak. Bahan pemucat ini

10

sejenis tanah liat yang telah diaktifkan dengan pengolahan


menggunakan asam sulfat dengan komposisi sebagai berikut:
Tabel komposisi penyusun Bleaching Earth
Kandungan kimia
SiO2
Al2O3
Fe2O3
TIO2
MgO
CaO
K2O
Na2O
LOI
H2O
Mesh

Komposisi (%)
77,6
9,35
3,28
0,56
0,38
1,17
0,33
1
6,43
Max 10
200

Asam Pospat (H3PO4)


Asam Pospat berfungsi untuk menarik getah yang terkandung dalam
CPO penggunaan Asam Pospat sekitar 0,05% hingga 0,1% dari
jumlah CPO yang diproduksi.
2.6. Produk
Jika ditinjau dari perbedaan fisiknya produk yang dihasilkan PT IREO
dibedakan menjadi dua kelompok:
a. Fasa cair
Produk yang dihasilkan dalam bentuk fasa cair adalah olein yang
dipasaran disebut minyak goreng. Sedangkan produk samping yang juga
dalam bentuk fasa cair adalah Palm Fatty Acid Destilate (PFAD) yang
digunakan sebagai bahan baku pembuatan detergen, sabun dan
sebagainya.
b. Fasa padat
Fasa padat yang dihasilkan merupakan produk samping yaitu stearin
yang digunakan sebagai bahan baku margarine, keju, dan berbagai
macam kosmetik.
2.7. Pemasaran

11

Produk PT IREO yang berupa olein dipasarkan di Sumatera Barat,


Palembang, Lampung, pulau Jawa, pulau Kalimantan. Daerah Sumatera
Utara tidak dipasarkan karena banyak saingan yang sama di daerah tersebut.
Olein dipasarkan dalam bentuk curah dan minyak kemasan. Dalam bentuk
curah biasanya dibawa dengan drum dan tangki, 70% pasaran minyak
goreng curah di Sumatera Barat dikuasai oleh PT IREO.
Untuk stearin juga dipasarkan di dalam negeri seperti Jakarta dan Bandung
untuk pembuatan margarine, tetapi kebanyakan diekspor ke luar negeri
seperti negara-negara Eropa melalui pelabuhan teluk bayur.
2.8. Proses Produksi
2.8.1. Pengolahan CPO menjadi Minyak Goreng
Pengolahan Crude Palm Oil (CPO) menjadi minyak goreng secara umum
terdiri atas tiga unit yaitu:
1. Unit Bleaching
2. Unit Deodorizing
3. Unit Fraksinasi
H3PO4
Bleaching Earth
CPO

Bleaching
Section

BPO

Deodorizer
Section

PFAD/FFA

Unit Farksinasi

STEARIN

RBDPO
OLEIN
Gambar2.1. Diagram proses pengolahan CPO menjadi Minyak Goreng

Keterangan:
CPO

: Crude Palm Oil

BPO

: Bleach Palm Oil

PFAD

: Palm Fatty Acid Destilat

12

RBDPO : Refined Bleach Deodorized Palm Oil


2.8.2. Keterangan Proses
1. Unit Bleaching
Proses pengolahan CPO menjadi minyak goreng di unit dapat dilihat pada
gambar diagram proses pengolahan CPO menjadi minyak goreng. Proses ini
dimulai dengan memasukkan CPO dengan bantuan pompa P670 yang bersuhu
400C dari tangki timbun B1 dan B2 ke dalam Crude Palm Oil Economizer E600
A/B secara kontinyu. Pada E600 A/B ini terjadi pertukaran panas antara CPO
masuk dengan RBDPO bertemperatur 150-1600C hasil Deodorizer suhu CPO
diharapkan 900C.
Dari E600 A/B CPO masuk ke Crude Oil Heater E601 yang berfungsi sebagai
pemanas. Pada E601 panas bersumber dari steam yang dihasilkan dari boiler.
Temperatur keluaran CPO menjadi 1170C.
CPO dari E601 disemburkan melalui nozzle ke dalam Acid Mixer M680. Di
dalam M680 ini diinjeksikan H3PO4 dengan konsentrasi 0,05%-1% per ton CPO
untuk mengikat getah (gum) CPO. H3PO4 dengan konsentrasi 0,03-0,05% per ton
CPO untuk mengikat getah (gum) CPO. H3PO4 berasal dari T623 dengan bantuan
pompa P623. Untuk memaksimalkan campuran antara CPO dan H3PO4 maka
dilakukan pengadukan pada static mixer. CPO yang telah bercampur dengan
H3PO4 kemudian dialirkan ke Acid Conditioning Tank M686. Proses dilanjutkan
di dalam Degumming Vessel M686 terjadi penarikan getah yang terdapat dalam
CPO oleh H3PO4, kemudian dialirkan ke Bleacher B610.
Bleaching Earth (BE) dihisap dari BT661 dengan menggunakan pompa
EP661 dan masuk ke Bleacher Tank dengan konsentrasi 0,8-1,2% per ton CPO
yang berfungsi sebagai pemucat warna. Bleacher ini terdiri dari 7 kompartemen
dilengkapi dengan pengaduk steam (sparging) yang berfungsi untuk mengaduk

13

minyak dengan BE. Penurunan kadar warna dilakukan dengan sistem sparging
yang memamfaatkan steam dengan tekanan 0,3-0,5 bar dan suhu 80-1100C.
CPO dialirkan ke Bleacher Buffer Tank T611 sebagai penampungan
sementara untuk CPO. Untuk memaksimalkan proses bleaching maka tingkat
kevakuman diharapkan berada pada tekanan 55 tor. Karena BPO pada B610
mempunyai suhu sekitar 100-1100C maka air yang terlarut di dalam BPO akan
menguap. Uap air tersebut dihisap oleh pompa vakum SE650 yang sebelumnya
melalui drop separator SS642 ini terdapat saluran drain yang masuk kembali ke
T611 yang bertujuan untuk menyalurkan kembali minyak yang ikut terhisap oleh
vakum. Oleh pompa vakum SE650, uap air dipompakan dan dimasukkan ke
dalam Dirty Water Cooling Tower DWCT No.4 AFL. Setelah kandungan proses
penyaringan di unit Niagara Filter (F691/2/3).
Dengan menggunakan pompa P691,P692,P693 BPO dari T611 dipompakan
ke Niagara Filter F691,F692,dan F693. Pada stasiun ini terjadi penyaringan BE
oleh Filter Leave dari BPO yang telah dipucatkan tadi. Minyak yang telah
dipucatkan ini disebut Bleached Palm Oil (BPO). Niagara Filter berisi 18 saringan
dengan ukuran filter leave 110 mesh stainless steel 316S.
Tahap-tahap filtrasi pada Niagara Filter:
1.
Tahap standby merupakan tahap dimana Niagara Filter tank berada pada
kondisi kosong stelah melewati proses cake discharge dan siap untuk
2.

proses berikutnya. Pengaturan waktu 0,5 menit.


Vacum adalah proses dimana Niagara filter tank pada kondisi vakum
dengan jalan menghilangkan udara yang ada di dalam Niagara filter tank.

3.

Pengaturan waktu selama 1 menit.


Filling yaitu proses pengisian BPO ke dalam Niagara Filter selama 6,7
menit.

14

4.

Circulation merupakan tahap BPO dari Niagara Filter disirkulasi dengan


jalan dialirkan kembali ke Bleacher tank (T611), dengan tujuan

5.

mendapatkan warna BPO yang diinginkan. Pengaturan waktu 3 menit.


Filtration adalah tahap pengeluaran BPO dari Niagara Filter tank atau
disebut tahap pengeringan BPO dengan tujuan menurunkan kadar warna

6.

(penjernihanBPO). Pengaturan waktu 120 menit.


Reciculation adalah proses sirkulasi ulang dengan mengalirkan BPO
kembali ke Bleacher Buffer Tnk (T611) dengan kondisi low level.

7.

Pengaturan waktu 5 menit.


Emptying yaitu pengosongan BPO didalam Niagara Filter dengan bantuan
steam (low pressure) diamana BPO dialirkan ke Bleacher Buffer tank

8.

(T611). Pengaturan waktu 10 menit.


Cake Drying merupakan proses pengeringan Niagara Filter tank dengan
bantuan steam yang bertekanan sekitar 1,25 bar. Hasil dari proses cake
drying adalah slop oil yang kemudian dialirkan ke slop tank (T643) dan
sewaktu-waktu slop oil itu dipompakan (P643) kembali ke Bleacher

9.

Buffer tank selama 0,1 menit.


Post Emptying adalah proses pembuangan tekanan dalam vessel dengan
jalan membuka ventilasi (valve) sampai tekanan sekitar 0,3 bar.

10.

Pengaturan waktu 1 menit.


Venting adalah proses pelepasan spent earth dengan memberikan getaran
pada Niagara Filter tank yang dihasilkan oleh vibrator yang bekerja secara
pneumatic, selain itu tahap cake discharge juga dapat berguna untuk
membersihkan

elemen-elemen

yang

ada

didasar

Niagara

Filter.

Pengaturan waktu selama 12 menit.


Secara berkala dilakukan pencucian filter dengan menggunakan NaOH
(caustic soda) dengan dosis 10-15% dengan lamanya sekitar 3 jam (maks).

15

Minyak dari stasiun Niagara masuk ke Polishing Filter (F681/2) yang


bertujuan untuk penyaringan kembali terhadap minyak yang kemungkinan masih
mengandung BE tersisa. Ukuran bag filter 5-10. Kemudian minyak masuk ke
Bleached Oil Tank (T770) sebagai tempat penampungan sementara.
2. Unit Deodorizing
Unit ini merupakan unit yang menghasilkan Refining Bleach Deodorizing
Palm Oil (RBDPO) yang merupakan minyak setengah jadi. Prinsip kerja
deacidifying adalah proses penguraian kadar asam (fatty acid) dan deodorizing
adalah proses penghilangan warna dan bau dari BPO dengan menggunakan sistem
sparging yang terdiri dari 7 tray dan memamfaatkan pembangkit vacum untuk
menghisap warna dan bau yang ada pada BPO serta termperatur yang cukup
tinggi. Proses ini dapat dilihat pada gambar Diagram proses pengolahan CPO menjadi
Minyak Goreng

Proses deodorizing dimulai dari BPO di Bleached Oil Tank (T770) dengan
suhu 70-800C dipompakan (P770) ke Bleached Oil Heater (E701) untuk
dipanaskan sampai suhu 100-1100C, kemudian BPO dialirkan ke High Temperatur
Economizer (E703A/B) dengan menggunakan panas dari RBDPO dengan
temperatur sekitar 250-2650C, sehingga suhu BPO menjadi 220-2350C.
Selanjutnya BPO dialirkan ke Vakum Final Heater (VHE704). Tujuan pemanasan
bertahap ini supaya beban VHE tidak terlalu berat.
Pemanasan BPO pada VHE 704 menggunakan steam yang berasal dari boiler
High Pressure (G760). Guna alat ini adalah untuk menaikkan temperatur dari 2202300C. Pemanas untuk steam boiler dibangkitkan dari diesel dengan tekanan 5255 bar.
BPO dialirkan menuju Presstipper (PR 711) untuk mengalami proses
pemisahan minyak, penguraian fatty acid, warna dan bau yang terkandung di

16

dalam BPO. Sementara BPO mengalami agitation yang menggunakan steam


dengan low pressure sehingga menghasilkan semi RBD (Refining Bleach
Deodorizing). Kemudian semi RBD dialirkan ke Deodorizer tank (DEO 710)
untuk diuraikan dengan memamfaatkan steam sparging yang terdiri dari 7 tray.
Fatty acid kemudian dialirkan ke Acid Oil Tank (T775) kemudian
dipompakan (P755) ke Fatty Acid Cooler (E705) untuk didinginkan, selanjutnya
disirkulasikan lagi ke Fatty Acid Srubber (PR711). Karena temperatur tinggi maka
sisa asam akan turun untuk kembali dihisap ke T755. Bila terjadi overflow pada
F301 maka fatty akan masuk ke tangki A1.
Sedangkan uap air, warna dan bau dihisap oleh vakum scrubber SE750
dengan tekanan -920 s/d -1000mbar. Sisa-sisa tersebut kondensatnya dibuang ke
Fatrap DWCT No.4 AFL.
Minyak dari PR711 turun melapak untuk menurunkan temperatur minyak
tersebut, untuk kemudian dialirkan ke DE0710. Minyak masuk ke DEO 710 pada
tray 1,2,3,4,5,6, dan 7, dimana pada masing-masing tray terdapat steam sparging
untuk mengaduk minyak supaya lebih homogen dengan tekanan 0,3 bar.
Setelah tray 7 DEO710 dipompakan masuk ke E703A/B. Kemudian oleh
P716 dipompakan lagi menuju E600A/B kemudian diteruskan menuju Final Oil
Cooler (E706), disini suhu RBDPO Storage Tank (B3, B4, C7,B7)
3. Unit Fraksinasi
Pada prinsipnya unit ini merupakan unit pemisahan minyak menjadi 2 fraksi
yaitu fraksi cair yang disebut olein dan fraksi padat yang disebut stearin, dimana
kedua fraksi ini memiliki titik beku yang berbeda. Dengan tujuan untuk
menghasilkan nilai ekonomis yang lebih tinggi.
Proses fraksinasi terdiri dari 2 tahap yaitu:
a. Proses pembentukan kristal melalui pendinginan bertahap menggunakan
Cristalizer
Prinsip kerja Crystalization adalah proses pemisahan antara fraksi padat
dan cair yang ada di dalam RBDPO dengan jalan menurunkan temperatur dan

17

pengadukan dengan mengunakan alat kristalizer CR121-1210. Proses


Cristalization pada Crystalizer tank (CR 121-1210) terdiri dari 15 segmen
dengan bantuan 2 sumber air dingin yaitu Clean Water Cooling Tower
(CWCT) dengan temperatur 280C dan dari Chilled Water dengan temperatur
70C. Pada proses ini diharapkan CWCT dapat menurunkan suhu RBDPO dari
600C menjadi 310C dan Chiller dapat menurunkan suhu RBDPO dari 310C
menjadi 23-220C. Sehingga dari proses kristalizer ini didapatkan RBD Olein
dan RBD Stearin.
Pada unit kristalisasi ini berupa

suatu silinder berkapasitas 40 ton

dimana pada dasarnya terdapat pipa melingkar (coil) yang terdiri air dingin
dan pada bagian tengahnya terdapat agiator untuk memutar RBDPO.
Tahap-tahap pada unit kristalizer:
1. Pemasukan (loading)
RBDPO dari tangki B3, B4 atau B7, C7 dipompakan dengan waktu 30
menit pada temperatur 600C.
2. Pemanasan (heating)
RBDPO dipanaskan hingga temperatur 65 0C

menggunakan steam

dengan tujuan agar semua inti kristal dapat mencair sehingga


pembentukan kristal dapat berlangsung baik. Selama pemanasan
dilakukan pengadukan oleh agitator agar panas yang diberikan homogen.
3. Delay Before Cooling
Tahap pemerataan menggunakan agitator, temperatur minyak merata di
dalam crystalizer. Tahap ini berlangsung selama minimal 30 menit.
a. Star Fast Cooling (T1)
Pendinginan dimulai secara drastis menggunakan Cooling Tower dengan
temperatur 280C yang diinjeksikan secara bertahap sampai tercapai setting
yang diinginkan (31-270C).
b. Fast Cooling (W1)

18

Minyak akan mengikuti temperatur air dengan beda temperatur yang kita
inginkan. W1 merupakan tahap saat terbentuknya bibit kristal dan W1
akan menurunkan temperatur kristal hingga mencapai setting tempertur.
c. Pengkristalan (T2)
Pada saat ini temperatur minyak dan temperatur air harus diawasi agar
pembentukan kristal merata. Pembentukan terjadi salama 180 menit
dengan temperatur 29-310C.
d. Star Final Cooling
Bertujuan menurunkan temperatur kristal hingga temperatur 22-230C.
e. Final/end cooling (W2)
Bertujuan mempertahankan minyak dan siap untuk difilter.
f. Holding
Tahap penggunaan pada Membran Filter Press dengan temperatur 220C.
Tabel Crystalization Parameter Fan untuk Lipico
Start temperatur
Segment 1
Segment 2
Segment 3
Segment 4
Segment 5
Segment 6
Segment 7
Segment 8
Segment 9
Segment 10
Segment 11
Segment 12
Segment 13
Segment 14
Segment 15

Temperatur (0C)
68
46
46
36
20,6
27,8
27,5
26,5
26
28
18
18
18
18
18

Waktu (menit)
40
50
20
20
110
50
20
20
25
20
50
2
1
1
1

Agitation (Hz)
45
45
45
45
40
35
35
35
35
35
35
35
35
35
35

4. Pemisahan fase cair dari fase padat


RBDPO yang sudah dicrystalisasi dan difraksinasi selanjutnya adalah filtrasi
di unit Membran Filter Press. Bertujuan untuk memisahkan olein (fraksi cair)
dengan stearin (fraksi padat) menggunakan sistem pengepresan.
Tahap-tahap Membran Press Filter:
a. Loading Filter
Minyak yang telah mengalami proses kristalizer dipompakan ke
membran press filter.
b. Squeezing I-V (pengepresan olein yang ada dalam stearin)

19

Pengepresan dilakukan menggunakan membrane press filter yang


ditekan dengan menggunakan bantuan angin kering sehingga plat
chamber yang berkaret akan menggembung dan menekan plat chamber
yang tetap sehingga RBDPO yang masuk terpisah menjadi olein dan
stearin.
Membran press filter terdiri dari chamber-chamber yang dilapisi kain
membrane yang ditekan oleh hidrolik maksimal 3 bar dengan waktu 40
menit. Pada proses ini didapat 2 hasil, yaitu:
1. Olein yaitu yang melewati membran
2. Stearin yaitu yang tertahan di membrane
c. Blowing
Proses ini merupakan proses membuang tekanan atau penyelesaian. Tahap
ini semua tekanan yang ada pada plat filter dibuang agar stearin tidak
menembak keluar.
d. Plating Sifter
Setelah semua tekanan pada sifter dibuang maka stearin akan jatuh ke bak
penampungan. Dalam bak ini stearin akan dicairkan dengan steam melalui
coil pada temperatur 55-600C sehingga dapat dipompakan ke tangki
timbun.

RBDPO
RBDPO Storage
Tank
Cristalizer
7 Bar

STEARIN
Membran Filter Press
Olein
Membran

20

Olein Tank

Sterin Tank

Gambar2.2. Diagram Alir Proses Fraksinasi

21

You might also like