You are on page 1of 45

ruang lingkup psikologi

PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP PSIKOLOGI


Banyak pengertian psikologi yang dikemukan para ahli yang masing-masing
menekankan pada susdut pandangan sendiri-sendiri mana yang dianggap penting.
Perbedaan ini mungkin disebabkan metode yang digunakan maupun pendekatan
permasalahannya.
A.Pengertian psikologi Menurut para ahli
1. Psikologi (dari bahasa Yunani Kuno: psyche = jiwa dan logos = kata) dalam arti
bebas psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa/mental. Psikologi tidak
mempelajari jiwa/mental itu secara langsung karena sifatnya yang abstrak, tetapi psikologi
membatasi pada manifestasi dan ekspresi dari jiwa/mental tersebut yakni berupa tingkah
laku dan proses atau kegiatannya, sehingga Psikologi dapat didefinisikan sebagai ilmu
pengetahuan yang mempelajari tingkah laku dan proses mental
2, Crow & Crow
Pschycology is the study of human behavior and human relationship.
(Psikologi ialah tingkah laku manusia, yakni interaksi manusia dengan dunia sekitarnya,
baik berupa manusia lain (human relationship) maupun bukan manusia: hewan, iklim,
kebudayaan, dan sebagainya
Sartain
Psychology is the scientific study of the behavior of living organism, with especial attention
given to human behavior. (Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku organisme
yang hidup, terutama tingkah laku manusia)
Bruno (1987)
Pengertian Psikologi dibagi dalam tiga bagian, yaitu: Pertama, psikologi adalah studi
(penyelidikan) mengenai ruh. Kedua, psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai
kehidup mental. Ketiga, psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai tingkah laku
organisme.

Chaplin (1972) dalam Dictionary of psychology


Psikologi ialah ilmu pengetahuan mengenai perilaku manusia dan hewan

Ensiklopedia
Pendidikan,
Poerbakawatja
dan
Harahap
(1981)
Psikologi sebagai cabang ilmu pengetahuan yang mengadakan penyelidikan atas gejalagejala dan kegiatan kegiatan jiwa
Richard Mayer (1981)
Psikologi merupakan analisi mengenai proses mental dan struktur daya ingat untuk
memahami perilaku manusia
James,W. (dlm Harriman,P.L.,1963 ,Handbook of Psychological Terms): the science of
mental life, both of its phenomena, and of their condition
Crooks,R.L., Stein,J. , 1988,(dlm Psychology. Science,Behavior and Life) : the scientific
study of the behavior and mental processes of humans and other animals.
Wortman,C.,Loftus,E.,Weaver,Ch.,2004 (dlm Psychology. 5th.ed) : the scientific study of
behavior,
both
external
observable
action
and
internal
thought.
Westen, Drew, 1959 (dalam buku Psychology : mind, brain & culture) : The scientific
investigation of mental processes and behavior.
Ruang lingkup psikologi pendidikan menurut Good & Broopy ( 1997 )
1. Psikologi perkembangan
Adalah bidang studi psikologi yang mempelajari perkembangan manusia dan faktorfaktor yang membentuk prilaku seseorang sejak lahir sampai lanjut usia. Psikologi
perkembangan berkaitan erat dengan psikologi sosial, karena sebagian besar
perkembangan terjadi dalam konteks adanya interaksi sosial. Dan juga berkaitan erat
dengan psikologi
kepribadian,
karena
perkembangan
individu
dapat
membentukkepribadian khas dari individu tersebut
2. Psikologi sosial
Bidang ini mempunyai 3 ruang lingkup, yaitu :

studi tentang pengaruh sosial terhadap proses individu, misalnya : studi


tentang persepsi, motivasi proses belajar, atribusi (sifat)

studi tentang
proses-proses
individual
bersama, seperti bahasa, sikap
sosial, perilaku meniru dan lain-lain

studi tentang interaksi kelompok, misalnya kepemimpinan, komunikasihubungan


kekuasaan, kerjasama dalam kelompok, dan persaingan.
3. Psikologi kepribadian
Adalah bidang studi psikologi yang mempelajari tingkah laku manusia
dalammenyesuaikan diri dengan lingkungannya, psikologi kepribadian berkaitan erat
denganpsikologi perkembangan dan psikologi sosial, karena kepribadian adalah hasil dari
perkembangan individu sejak masih kecil dan bagaimana cara individu itu sendiri dalam
berinteraksi sosial dengan lingkungannya.

4. Psikologi kognitif
Adalah bidang studi psikologi yang mempelajari kemampuan kognisi, seperti: Persepsi,
proses belajar, kemampuan memori, atensi, kemampuan bahasa dan emosi.
Wilayah terapan psikologi adalah wilayah-wilayah dimana kajian psikologi dapat
diterapkan.
walaupun
demikian,
belum
terbiasanya
orangorang Indonesia denganspesialisasi membuat wilayah terapan ini rancu, misalnya,
seorang ahli psikologipendidikan mungkin saja bekerja pada HRD sebuah perusahaan,
atau sebaliknya.
1. Psikologi sekolah
Psikologi sekolah berusaha menciptakan situasi yang mendukung bagi anak didik
dalam mengembangkan kemampuan akademik, sosialisasi, dan emosi. Yang bertujuan
untuk membentuk mind set anak
2. Psikologi industri dan organisasi
Psikologi industri memfokuskan pada menggembangan, mengevaluasi dan
memprediksikinerja suatu pekerjaan yang dikerjakan oleh individu, sedangkan psikologi
organisasimempelajari bagaimana suatu organisasi memengaruhi dan berinteraksi
dengan anggota-anggotanya
3. Psikologi kerekayasaan
Penerapan psikologi yang berkaitan dengan interaksi antara manusia dan mesin untuk
meminimalisasikan kesalahan manusia ketika berhubungan dengan mesin (human error)
4. Psikologi klinis
Adalah bidang studi psikologi dan juga penerapan psikologi dalam memahami,
mencegah dan memulihkan keadaan psikologis individu ke ambang normal.
Adapun menurut Sumadi Suryobroto ( 1984 ) juga mengatakan bahwa yang menjadi
ruang lingkup psikologi pendidikan meliputi :
Pengetahuan tentang psikologi pendidikan : pengertian ruang lingkup, tujuan
mempelajari dan sejarah munculnya psikologi pendidikan

Pembawaaan

Lingkungan fisik dan psikologis

Perkembangan siswa

Proses proses tingkah laku

Hakekat dan ruang lingkup belajar

Faktor yang mempengaruhi belajar

Hukum dan teori belajar

Pengukuran pendidikan

Aspek praktis pengukuran pendidikan

Transfer belajar

Ilmu statistik dasar

Kesehatan mental

Pendidikan membentuk watak / kepribadian

Kurikulum pendidikan sekolah dasar


Kurikulum pendidikan sekolah menengah
Pertemuan ke 2

1.

Definisi Perkembangan
Perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan berkesinambungan dan progresif
dalam organisme, dari lahir sampai mati (Chaplin C.P.,1989:134). Sedangakan Hurlock
E.B. (1978:23) menyatakan bahwa Perkembangan dapat didefinisikan sebagai deretanm
progresif dari perubahan yang teratur dan koheren .Progresif menandai bahwa
perubahannya terarah, membimbing mereka maju, dan bukan mundur. Teratur dan
koheren menunjukan hubungan yang nyata antara perubahan yang terjadi dan telah
mendahului
atau
mengikutinya.
Ini berarti bahwa perkembangan juga berhubungan dengan proses belajar terutama
mengenai isinya yaitu tentang apa yang akan berkembang berkaitan dengan perbuatan
belajar. Disamping nitu juga bagaimana suatu hal itu dipelajari, apakah melalui
memorisasi (menghafal) atau melalui peniruan dan atau dengan menangkap hubunganhubungan,
hal-hal
ini
semuaikut
menentukan
proses
perkermbangan.
Dapat pula dapat dikatakan bahwa perkembangan sebagai suatu proses yang kekal dan
tetap yang menuju ke arah suatu organisasi pada tingkat integrasi yang lebih tinggi terjadi
berdasarkan
proses
pertumbuhan,
kemasakan,
dan
belajar.
2. Prinsip-prinsip Perkembangan
Carol Getswicki( 1995) mengemukakan beberapa prinsip dasar perkembangan.
1. Dalam perkembangan terdapat urutan yanng diramalkan pemahaman tentang perilaku
yag seharusnya terjadi berikutnya, akan membantu para praktis untuk mengenal
perkembangan yang khusus dan menantang fase berikutya yang semestinya.
2. Perkembangan pada suatu tahap merupakan landasan bagi perkembangan berikutnya.
Suatu perkembangan tidak akan mungkin terjadi berkesinambungan dengan baik bila
anank didorong untuk melampaui atau secara tergesa-gesa menjalani tahap-tahap awal.
Anak harus diberi waktu yang sesuai dengan yang mereks butuhkan sebelum berlanjut
pada tahap berikutnya.
3. Dalam perkembangan terdapat waktu-waktu yang optimal . waktu-waktu yang

menunjukan kesiapan harus dikenai melalui pengamatan yang cermat . proses belajar
akan terjadi dengan sangat mudah pada saat yang optimal. Setiap pengajaran tidak akan
menjadikan proses belajar dengan mudah sebelum mencapai kepuasan.
4. Perkembangan merupakan hasil interaksi faktor-faktor biologis (kematangan) dan
faktor-faktor lingkungan (belajsr). Kematangan merupakan prasyarat munculnya kesiapan
untuk
belajar
.
lingkungan
menentukan
arah
perkembangan.
5. Perkembangan maju berkelanjutan merupakan kesatuan yang saling emosional , sosial
berhubungan , dengan semua aspek-aspek(fisik,kognitif, emosional,sosial) yang saling
mempengaruhi.
atau
1. Perkembangan Melibatkan Perubahan
Tujuan perubahan perkembangan, menurut Maslow adalah aktualisasi diri , yaitu upaya
untuk menjadi orang terbaik secara fisik dan mental. Agar merasa bahagia dan puas
orang
harus
diberi
kesempatan
untuk
memenuhi
dorongan
tersebut.
2. Perkembangan Awal Lebih Kritis daripada Perkembangan Selanjutnya, Karena dasar
awal
sangat
dipenaruhi
oleh
proses
belajar
dan
pengalaman.
3.
Perkembangan
Merupakan
Hasil
Proses
Kematangan
dan
Belajar
Berbagaoi bukti menunjukkan, bahwa ciri perkembangan fisik dan mental sebagian
berasal dari proses kematangan intrinsik dan sebagian berasal dari latihan dan usaha
individu.
4. Pola Perkembangan Dapat Diramalkan, walaupun pola yang dapat diramalkan ini dapat
diperlambat atau dipercepat oleh kondisi awal pada masa pralahir dan pasca lahir.
5. Pola Perkembangan Mempunyai Karakteristik yang Dapat Diramalkan
Yang penting di antaranya adalah adanya persamaan pola perkembangan bagi
semuaanak: perkembangan berlangsung dari tanggapan yang umum ke tanggapan yang
spesifik; perkembangan terjadi secara berkesinambung; berbagai bidang berkembang
dengan kecepatan yang berbeda;dan terdapat korelasidalam berkembang.
6. Terdapat Perbedaan Individ Dalam Berkembang, yang sebagian karena pengaruh
bawaan dan sebagian karena kondisi lingkungan. Ini berlaku bagi perkembangan fisik
maupun
psikologi.
7. Terdapat periode perkembangan, yang disebut periode pralahir, masas noenatus, masa
bayi, masa kanak-kanak awal, akhir masa kanak-kanak, dan masa puber.
8. Adanpan Harapan Sosial Untuk Setiap Periode Perkembangan. Harapan sosial ini
berbentuk tugas perkembangan yanmg memungkinan para orang tua dan guru
mengetahui pada usia berapa usia anak-anak mampu menguasai berbagai pola perilaku
yang
diperlukan
bagi
penyesuaian
yang
baik.
9. Setiap Bidang Perkembangan Mengandung Bahaya yang Potensial, baik fisik maupun
psikologi
yang
dapat
mengubah
pola
perkembangan.

10. Kebahagian Bervariasi pada Berbagai Periode dalam Pola Perkembangan. Tahun
pertama kehidupan biasasnya yang paling bahagia dan masa puber biasanya yang
palingn tidak bahagia.
TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN MANUSIA
Masa bayi dan awal masa kanak-kanak
1. Belajar memakan makanan padat
2. Belajar berjalan
3. Belajar berbicara
4. Belajar mengendalikan pembuangan kotoran tubuh
5. Mempelajari perbedaan seks dan tata caranya
6. Mempersiapkan diri untuk membaca
7. Belajar membedakan benar dan salah, dan mulai mengembangkan hati nurani
Akhir masa kanak-kanak
1. Mempelajari ketrampilan fisik yang diperlukan untuk permainan-permainan umum.
2. Membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai makhluk yang sedang
tumbuh
3. Belajar menyesuaikan diri dengan teman-teman seusianya
4. Mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita yang tepat
5. Mengembangkan ketrampilan-ketrampilan dasar untuk membaca, menulis, berhitung
6. Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari
7. Mengembangkan hati nurani, pengertian moral, dan tata dan tingkatan nilai.
8. Mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok sosial dan lembaga
9. Mencapai kebebasan pribadi
2. Masa Remaja
1. Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria
maupun wanita
2. Mencapai peran sosial pria, dan wanita
3. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif
4. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab
5. Mencapai kemandirian emosional dari orangtua dan orang-orang dewasa lainnya
6. Mempersiapkan karir ekonomi
7. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga
8. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk berperilakumengembangkan ideologi
Awal Masa Dewasa
1. Mulai bekrja

2. Memilih pasangan
3. Belajar hidup dengan tunangan
4. Mulai membina keluarga
5. Mengasuh anak
6. Mengelola rumah tangga
7. Mengambil tanggung jawab sebagai waga negara
8. Mencari kelompok sosial yang menyenangkan
Masa Usia Pertengahan
1. Mencapai tanggung jawab sosial dan dewasa sebagai warga negara
2. Membantu anak-anak remaja belajar untuk menjadi orang dewasa yang beranggung
jawab dan bahagia
3. Mengembangkan kegiatan-kegiatan pengisi waktu senggang untuk orang dewasa
4. Menghubungkan diri sendiri dengan pasangan hidup sebagai suatu individu
5. Menerima dan menyesuaikan diri dengan -perubahan fisiologis terjadi pada tahap ini
6. Mencapai dan mempertahankan prestasi yang memuaskan dalam karier pekerjaan
7. Menyesuaikan diri dengan orangtua yang semakin tua
Masa Tua
1. Menyesuaikan diri dengan menurunnya kekuatan fisik dan kesehatan
2. Menyesuaikan diri dengan masa pensiun dan menurunnya penghasilan keluarga
3. Menyesuaikan diri dengan kematian pasangan hidup
4. Membentuk hubungan dengan orang-orang yang seusia
5. Membentuk pengaturan kehidupan fisik yang memuaskan
6. Menyesuaikan diri dengan peran sosial secara luwes
Dengan mengetahui secara garis besar tugas-tugas perkembangan di atas, kita dapat
menyusun program-program pembelajaran non formal untuk membantu mengasah
ketrampilan dan bakat individu sehingga tugas-tugas perkembangannya dapat dikuasai
dan diselesaikan tepat waktu.
Sejak tahap perkembangan masa bayi, individu dapat diberikan pendidikan non formal
sesuai dengan kebutuhannya untuk membantu menguasai tugas-tugas perkembangan.
Penting juga diketahui bahwa ada faktor-faktor yang mempengaruhi individu untuk
menguasai dan menyelesaikannya. Faktor-faktor tersebut:
Faktor Penghalang
1. Tingkat Perkembangan yang mundur
2. Tidak ada kesempatan untuk mempelajari tugas-tugas perkembangan atau tidak ada
bimbingan untuk dapat menguasainya
3. Tidak ada motivasi
4. Kesehatan yang buruk
5. Cacat tubuh

6. Tingkat keerdasan yang rendah


Faktor yang membantu
1. Tingkat perkembangan yang normal
2. Kesematan-kesempatan untuk mempelajari tugas-tugas dalam perkembangan dan
bimbingan untuk menguasainya
3. Motivasi
4. Kesehatan yang baik dan tidak ada cacat tubuh
5. Tingkat kecerdasan yang tinggi
6. Kreativitas
Terlepas dari berapa panjang rentang kehidupan seseorang, ukuran kronologis atau usia
adalah kriteria pokok untuk menentukan tahap-tahap perkembangan individu. Pembagian
ukuran kronologis ini:
1. Periode Pranatal; masa sebelum kelahiran
2. Bayi; kelahiran sampai minggu kedua
3. Masa bayi; akhir minggu kedua sampai akhir tahun kedua
4. Awal masa kanak-kanak; dua sampai enam tahun
5. Akhir masa kanak-kanak; enam sampai sepuluh atau dua belas tahun
6. Masa pubertas; sepuluh atau dua belas sampai tiga belas atau empat belas tahun
7. Masa remaja; tiga belas atau empat belas sampai delapan belas tahun
8. Awal masa dewasa; delapan belas sampai empat puluh tahun
9. Usia pertengahan; empat puluh sampai enam puluh tahun
10. Masa tua atau usia lanjut; enam puluh tahun sampai meninggal
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan non formal dapat diberikan
kepada seseorang sepanjang rentang kehidupannya. Banyak yang bisa diberikan kepada
individu untuk membantunya menguasai dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan,
sesuai dengan kebutuhannya pada suatu tahap perkembangan. Misalnya pada akhir
masa kanak-kanak, memberikan ketrampilan dasar untuk mengembangkan peran sosial
pria atau wanita dengan tepat dapat kita lakukan dengan memberikan pelatihan
kecerdasan emosi untuk mengasah rasa empati atau kepekaan sosial.
Soal Pembawaan dan lingkungan merupakan soal yang sangat penting dalam psikologi
dan erathubungannya dengan ilmu mendidik.Bertahun-tahun lamanya para ahli didik, ahli
biologi, ahli psikologi dan lain-lain memikirkan dan berusahamencari jawaban atas
pertanyaan: perkembangan manusia itu kepada pembawaan ataukah kepadalingkungan?
Atau dengan kata lain: dalam perkembangan anak muda hingga menjadi dewasa faktorfaktoryang menentukan itu, faktor yang dibawa dari keturunan (pembawaan) ataukah
pengaruh-pengaruhlingkungan?
Dalam usaha menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut perlu dikemukakaadanya
bebarapa pendapat:

a. Airan Nativisme
Aliran ini berpendapat bahwa segala perkembangan manusia itu telah ditentukan oleh
faktor-faktoryang dibawa sejak lahir. Pembawaan yang telah terdapat pada waktu
dilahirkan itulah yang menetukan hasil
perkembangannya. Menurut Nativisme, pendidikan tidak dapat mengubah sifat-sifat
pembawaan. (Purwanto, M.Ngalim, 1990: 14)
b. Aliran Empirisme
Aliran ini mempunyai pendapat yang beralawanan dengan kaum nativisme. Meraka
berpendapat bahwa dalam perkembangan anak menjadi manusia dewasa itu sama sekali
ditentukan oleh lingkungannya atau sejak pendidikan dan pengalaman yang diterimanya
sejak kecil. Manusia-manusia dapat didik menjadi apa saja (ke arah yang baik maupun ke
arah yang buruk) menurut kehendak lingkungan atau empiris ibi didiknya. Dalam
pendidikan, terdapat kaum empiris ini terkenal dengan nama Optimisme paedagogis.
Kaum behavioris pun sependapat dengan kaum empiris itu. Watson seorang behaviouris
(Amerika): Berikan saya sejumlah anak-anak yang keadaan badannya dan situasi-situasi
yang saya butuhkan: dari setiap orang anak, entah yang mana, dapat saya jadikan dokter,
seorang padagang, seorang ahli hukum, atau memang jika dikehendaki seorang
pengemis atau seorang pencuri. (Purwanto, M. Ngalim, 1990: 14)
c. Aliran Konvergensi
Aliran ini berasal dari ahli psikologi bangsa Jerman bernama William Stern. Ia
berpendapat bahwa pembawaan dan lingkungan kedua-duanya menentukan
perkembangan manusia. Terdapat dua aliran yang menganut konvergensi, yaitu aliran
konvergensi yang lebih menekankan kepada pengaruh pembawaan daripada lingkungan,
dan yang sebaliknya. (Purwanto, M. Ngalim, 1990: 15)
Perkembangan manusia bukan hasil belaka dari pembawaannya dan lingkungannya.
Manusia tidak hanya diperkembangkan tetapi memperkembangkan dirinya sendiri.
Manusia adalah mahluk yang dapat dan sanggup memilih dan menentukan sesuatu yang
mengenai dirinya dengan bebas. Karena itu ia bertanggung jawab terhadap segala
perbuatannya; ia dapat juga mengambil keputusan yang berlainan daripada apa yang
pernah diambilnya.
Proses perkembangan manusia tidak hanya ditentukan oleh faktor pembawaan yang
ada pada orang itu dan faktor lingkungannya yang mempengaruhi orang itu. Aktivitas
manusia itu sendiri dalam perkembangannya turut menentukan atau memainkan peranan
juga.
Sebagai kesimpulan dapat dikatankan: Jalan perkembangan manusia sedikit banyak
ditentukan oleh pembawaan yang turun-menurun yang oleh aktivitas dan pemilihan atau

penentuan manusia sendiri yang dilakukan dengan bebas di bawah pengaruh faktor-faktor
lingkungan yang tertentu berkembang menjadi sifat-sifat. (Purwanto, M. Ngalim, 1990: 16)

A. HEREDITAS
Hereditas dapat diartikan sebagai pewarisan atau pemindahan karakteristik biologis
individu dari pihak kedua orang tua ke anak atau karakteristik biologis individu yang
dibawa sejak lahir yang tidak diturunkan dari pihak kedua orang tua.
a. Keturunan
Kita dapat mengatakan bahwa sifat-sifat atau ciri-ciri pada seorang anak
adalahketurunan, jika sifat-sifat atau ciri-ciri tersebut diwariskan atau diturunkan melalui
sel-sel kelamin dari generasi yang lain. Meskipun kita melihat suatu sifat atau ciri-ciri yang
sama antara orang tua dan anaknya, kita belum dapat mengambil kesimpulan bahwa
sifat-sifat atau ciri-ciri pada anak itu merupakan keturunan. Umpamanya: Bapak malas
dan anaknya juga malas, ini belum berarti bahwa kemalasan anak itu adalah keturunan.
Mungkin sifat malas pada anak itu disebabkan karena dengan tiada sadar anak itu
meniru dari orang tuanya, jadi mungkin adalah pengaruh lingkungan.
Memang benar bahwa anak-anak kembar yang berasal dari satu telur menunjukkan
persamaan-persamaan yang banyak sekali, baik mengenai sifat-sifat kejasmanian
maupun mengenai kerohaniannya, jadi merupakan sifat-sifat yang menurun. Tapi dari
penyelidikan, ternyata jika anak kembar yang berasal dari satu telur masing-masing dididik
dalam lingkungan yang berlain-lainan akan terlihat pula perbedaannya. Nyatalah di sini
bahwa lingkungan berpengaruh besar pula, sehingga sulit penentuan bahwa suatu sifat itu
keturunan atau bukan.
Sifat ataupun ciri-ciri jasmaniah yang tertentu yang diperoleh karena keturunan, seperti
seorang anak yang berambut pirang atau ikal, bermata lebar atau sipit, berbada tinggi
atau pendek, periang, lincah atau pendiam.
Sifat-sifat kejiwaan lebih sulit ditentukan, apakah diperoleh dari keturunan atau bukan,
hal ini dikarenakan sifat-sifat kejiwaan lebih mudah berubah atau terpengaruh oleh
keadaan-keadaan lingkungan selama perkembangannya.
Banyak para ahli yang berusa menyelidiki sifat-sifat kejiwaan manusia yang berkenaan
dengan keturunan, tetapi sampai sekarang penyelidikan itu masih belum mendapatkan
hasil yang memuaskan. Hal ini dikarenakan faktor-faktor berikut:
1. Pada manusia tidak dapat dilakukan persilangan (kruising) menurut rencana tertentu
umpamanya persilangan antara dua ras yang sangat berlainan asalnya.
2. Masa perkembangan manusia begitu lama, sehingga mengakibatkan sifat-sifat yang
ada terjadi karena keturunan dapat tersembunyi dengan lamanya, sebelum sifat-sifat itu
muncul pada individu.
3. Adanya jumlah anak manusia yang relatif.

b. Pembawaan
Pembawaan ialah seluruh kemungkinan-kemungkinan atau kesanggupan-kesanggupan
(potensi) yang terdapat pada seorang individu dan yang selama masa perkembangannya
benar-benar dapat diwujudkan (direalisasikan). Misalnya: sejak dilahirkan anak
mempunyai kesanggupan untuk dapat berjalan, potensi berkata-kata, potensi untuk
belajar ilmu pasti, pembawaan untuk bahasa, untuk menggambar, intelegensi yang baik
dan lain-lain.
Potensi-potensi yang bermacam-macam itu tentu saja tidak dapat direalisasikan atau
dapat dinyatakan begitu saja, malainkan harus mengalami perkembangan serta
membutuhkan latihan-latihan. Potensi dapat diketahui dengan memperhatikan prestasiprestasi (actual ability), bentuk wataknya dan tingkah laku seorang individu.
Semua yang dibawa oleh si anak sejak dilahirkan dan diterima karena kelahirannnya
adalah pembawaan. Tetapi pembawaan itu tidaklah semuanya diperoleh karena
keturunan. Sebaliknya, semua yang diperoleh karena keutunan adalah dapat dikatakan
pembawaan (pembawaan keturunan. (Purwanto, M. Ngalim, 1990: 24)
Beberapa macam pembawaan:
1. Pembawaan jenis
Tiap-tiap manusia biasa di waktu lahirnya telah memiliki pembawaan jenis, yaitu jenis
manusia. Bentuk badannya, anggota-anggota tubuhnya, intelegensinya, inggatannya dan
sebagainya semua itu menunjukkan ciri-ciri yang khas dan berbeda dengan jenis-jenis
mahluk lain.
2. Pembawaan ras
Dalam jenis manusia pada umumnya masih terdapat lagi bermacam-macam perbedaan
yang termasuk pembawaan keturunan, yaitu pembawaan keturunan mengenai ras.
Seperti ras Indo Jerman, ras Mongolia, ras Negro dan lain-lain. Masing-masing ras itu
dapat terlihat perbedaannya satu sama lain.
3. Pembawaan jenis kelamin
Setiap manusia yang normal sejak lahir telah membawa pembawaan jenis kelamin
masing-masing: laki-laki atau perempuan. Pada kedua jenis kelamin itu terdapat pula
perbedaan sikap dan sifatnya terhadap dunia luar.
4. Pembawaan perseorangan
Tiap-tiap orang sendiri-sendiri (individu) memiliki pembawaan yang bersifat individual
(pembawaan perseorangan) yang tipikal. Tiap-tiap individu meskipun bersamaan ras atau
jenis kelaminnya, masing-masing mempybai pembawaan watak, intelegnsi, sifat-sifat dan
sebagainya yang berbeda-beda.
Pembawaan ras, pembawaan jenis, dan pembawaan kelamin sedikit sekali dipengaruhi
oleh lingkungan, akan tetapi pembawaan perorangan dalam pertumbuhannya lebih
ditentukan oleh lingkungan, antara lain ialah:

a. Konstitusi tubuh: termasuk dalamnya: motorik, seperti sikap badan, sikap berjalan,
air muka, gerakan bicara.
b. Cara bekerja alat-alat indera: ada orang yang lebih menyukai beberapa jenis
stimulus tertentu yang mirip dengan kesukaan yang dimiliki oleh ayah atau ibunya.
c. Sifat-sifat ingatan dan kesanggupan belajar.
d. Tipe-tipe perhatian, intelegensi kosien (IQ) serta tipe-tipe intelegensi.
e. Cara-cara berlangsungnya emosi-emosi yang khas: cepat atau lambatnya bereaksi
terhadap sesuatu: dengan keras atau tenang; cara timbulnya perasaan atau pikiran dan
sebagainya (temperamen).
f. Tempo dan ritme perkembangan.
B. LINGKUNGAN
Lingkungan ialah faktor yang datang dari luar diri individu, merupakan pengalamanpengalaman, alam sekitar, pendidikan dan sebagainya. Pengaruh pendidikan dan
pengaruh lingkungan sekitar itu sebenarnya terdapat perbedaan. Pada umumnya
pengaruh lingkungan bersifat pasif, dalam arti bahwa lingkungan tidak memberikan suatu
paksaan kepada individu. Lingkungan memberikan kemungkinan-kemungkinan atau
kesempatan-kesempatan kepada individu. Bagaimana individu mengambil manfaat dari
kesempatan yang diberikan oleh lingkungan tergantung kepada individu bersangkutan.
Tidak demikian halnya dengan pendidikan. Pendidikan dijalankan dengan penuh
kesadaran dan dengan secara sistematis untuk mengembangkan potensi-potensi ataupun
bakat-bakat yang ada pada individu sesuai dengan cita-cita atau tujuan pendidikan.
Dengan demikian pendidikan bersifat aktif, penuh tanggung jawab dan ingin mengarahkan
perkembangan individu ke suatu tujuan tertentu.
Lingkungan secara garis besar dapat dibedakan:
a. Lingkungan fisik, Yaitu lingkungan yang berupa alam, misalnya keadaan tanah,
keadaan musim, dan sebagainya. Lingkungan alam yang berbeda akan memberikan
pengaruh yang berbeda pula kepada individu. Misalnya: daerah pegungungan akan
memberikan pengaruh yang lain bila dibandingkan dengan daerah pantai. Daerah yang
mempunyai musin dingin akan memberikan pengeruh yang berbeda dengan daerah yang
penuh dengan musim panas.
b. Ligkungan sosial, yaitu merupakan lingkungan mayarakat, di mana dalam lingkungan
masyarakat ini adanya interaksi individu satu dengan individu lain. Keadaan
masyarakatpun akan memberikan pengaruh terhadap perkembangan individu.
Lingkungan sosial dibedakan:
1. Lingkungan sosial primer, yaitu lingkungan sosial di mana terdapat hubungan yang
erat antara anggota satu dengan anggota lain, anggota satu saling kenal mengenal
dengan baik dengan anggota lain. Oleh karena di antara anggota telah ada hubungan

yang erat, maka sudah tentu pengaruh dari lingkungan sosial ini akan lebih mendalam bila
dibandingkan dengan lingkungan sosial yang hubungannya tidak erat.
2. Lingkungan sosial sekunder, yaitu lingkungan sosial yang hubungan anggota satu
dengan anggota lain agak longgar. Pada umumnya anggota satu dengan anggota lain
kurang atau tidak saling kenal mengenal. Karena itu pengaruh lingkungan sosial sekunder
akan kurang mendalam bila dibandingkan dengan pengaruh lingkungan sosial primer.
Hubungan individu dengan lingkungannya ternyata tidak hanya berjalan sebelah, dalam
arti hanya lingkungan saja yang mempunyai pengaruh terhadap individu, Hubungan
antara individu dengan lingkungan terdapat hubungan yang saling timbal balik, yaitu
lingkungan dapat mempengaruhi individu, tetapi sebaliknya individu juga dapat
mempengaruhi lingkungan. (Walgito, Bimo, 1980: 50)
Sikap individu terhadap lingkungan dapat dikemukakan sebagai berikut:
a. Individu menolak atau menentang lingkungan
Dalam keadaan ini lingkungan tidak sesuai dengan yang ada dalam diri individu. Dalam
keadaan yang tidak sesuai ini individu dapat memberikan bentuk atau perubahan
lingkungan seperti yang dikehendaki oleh individu yang bersangkutan. Misalnya akibat
banjir sebagian jalan terputus. Untuk mengatasi ini dibuat tanggul untuk melawan
pengaruh dari lingkungan, sehingga orang tidak menerima begitu saja pengaruh
lingkungan tetapi orang menolak atau mengatasi pengaruh lingkungan demikian itu.
b. Individu menerima lingkungan
Dalam hal ini keadaan lingkungan sesuai atau sejalan dengan yang ada dalam diri
manusia. Dengan demikian individu akan menerima lingkungan itu.
c. Individu bersikap netral
Dalam hal ini individu tidak menerima tetapi tidak menolak. Individu dalam keadaan
status quo terhadap lingkungan.
Pertemuan ke 3
1.B Pengertian belajar menurut beberapa ahli :
1. Menurut james O. Whittaker (Djamarah, Syaiful Bahri , Psikologi Belajar; Rineka
Cipta; 1999) Belajar adalah Proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui
latihan atau pengalaman.
2. Winkel, belajar adalah aktivitas mental atau psikis, yang berlangsung dalam interaksi
aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan,
pemahaman, ketrampilan, nilai dan sikap.
3. Cronchbach (Djamarah, Syaiful Bahri , Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999) Belajar
adalah suatu aktifitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman.

4. Howard L. Kingskey (Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999)
Belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau
latihan.
5. Drs. Slameto (Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999) Belajar
adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri
di dalam interaksi dengan lingkungannya.
6. (Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999)
Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan
lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor.
7. R. Gagne (Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999) hal 22.
Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, ketrampilan,
kebiasaan dan tingkah laku
8. Herbart (swiss) Belajar adalah suatu proses pengisian jiwa dengan pengetahuan dan
pengalamn yang sebanyak-banyaknya dengan melalui hafaln
9. Robert M. Gagne dalam buku: the conditioning of learning mengemukakan bahwa:
Learning is change in human disposition or capacity, wich persists over a period time, and
which is not simply ascribable to process a groeth. Belajar adalah perubahan yang terjadi
dalam kemampuan manusia setelah belajar secara terus menerus, bukan hanya
disebabkan karena proses pertumbuhan saja. Gagne berkeyakinan bahwa belajar
dipengaruhi oleh faktor dari luar diri dan faktor dalm diri dan keduanya saling berinteraksi.
10. Lester D. Crow and Alice Crow (WWW. Google.com) Belajar adalah acuquisition of
habits, knowledge and attitudes. Belajar adalah upaya-upaya untuk memperoleh
kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap.
11. Ngalim Purwanto (1992) (WWW. Google.com) Belajar adalah setiap perubahan
yang relatif menetap dalam tingkah laku, yang terjadi sebagi hasil dari suatu latihan atau
pengalaman.
I.2 CIRI-CIRI BELAJAR
Ciri-ciri belajar adalah sebagai berikut :
1. Adanya kemampuan baru atau perubahan. Perubahan tingkah laku bersifat
pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik), maupun nilai dan sikap (afektif).

2. Perubahan itu tidak berlangsung sesaat saja melainkan menetap atau dapat
disimpan.
3. Perubahan itu tidak terjadi begitu saja melainkan harus dengan usaha. Perubahan
terjadi akibat interaksi dengan lingkungan.
4. Perubahan tidak semata-mata disebabkan oleh pertumbuhan fisik/ kedewasaan,
tidak karena kelelahan, penyakit atau pengaruh obat-obatan.
Berikut beberapa faktor pendorong mengapa manusia memiliki keinginan untuk belajar:
1. Adanya dorongan rasa ingin tahu
2. Adanya keinginan untuk menguasai Ilmu Pengetahuan dan Teknologi sebagai
tuntutan zaman dan lingkungan sekitarnya.
3. Mengutip dari istilah Abraham Maslow bahwa segala aktivitas manusia didasari atas
kebutuhan yang harus dipenuhi dari kebutuhan biologis sampai aktualisasi diri.
4. Untuk melakukan penyempurnaan dari apa yang telah diketahuinya.
5. Agar mampu bersosialisasi dan beradaptasi dengan lingkungannya.
6. Untuk meningkatkan intelektualitas dan mengembangkan potensi diri.
7. Untuk mencapai cita-cita yang diinginkan.
8. Untuk mengisi waktu luang.
I.3 JENIS-JENIS BELAJAR
I.3.A Menurut Robert M. Gagne
Manusia memilki beragam potensi, karakter, dan kebutuhan dalam belajar. Karena itu
banyak tipre-tipe belajar yang dilakukan manusia. Gagne mencatat ada delapan tipe
belajar :
1. Belajar isyarat (signal learning). Menurut Gagne, ternyata tidak semua reaksi
sepontan manusia terhadap stimulus sebenarnya tidak menimbulkan respon.dalam
konteks inilah signal learning terjadi. Contohnya yaitu seorang guru yang memberikan
isyarat kepada muridnya yang gaduh dengan bahasa tubuh tangan diangkat kemudian
diturunkan.
2. Belajar stimulus respon. Belajar tipe ini memberikan respon yang tepat terhadap
stimulus yang diberikan. Reaksi yang tepat diberikan penguatan (reinforcement) sehingga

terbentuk perilaku tertentu (shaping). Contohnya yaitu seorang guru memberikan suatu
bentuk pertanyaan atau gambaran tentang sesuatu yang kemudian ditanggapi oleh
muridnya. Guru member pertanyaan kemudian murid menjawab.
3. Belajar merantaikan (chaining). Tipe ini merupakan belajar dengan membuat
gerakan-gerakan motorik sehingga akhirnya membentuk rangkaian gerak dalam urutan
tertentu. Contohnya yaitu pengajaran tari atau senam yang dari awal membutuhkan
proses-proses dan tahapan untuk mencapai tujuannya.
4. Belajar asosiasi verbal (verbal Association). Tipe ini merupakan belajar
menghubungkan suatu kata dengan suatu obyek yang berupa benda, orang atau kejadian
dan merangkaikan sejumlah kata dalam urutan yang tepat. Contohnya yaitu Membuat
langkah kerja dari suatu praktek dengan bntuan alat atau objek tertentu. Membuat
prosedur dari praktek kayu.
5. Belajar membedakan (discrimination). Tipe belajar ini memberikan reaksi yang
berbedabeda pada stimulus yang mempunyai kesamaan. Contohnya yaitu seorang guru
memberikan sebuah bentuk pertanyaan dalam berupa kata-kata atau benda yang
mempunyai jawaban yang mempunyai banyak versi tetapi masih dalam satu bagian dalam
jawaban yang benar. Guru memberikan sebuah bentuk (kubus) siswa menerka ada yang
bilang berbentuk kotak, seperti kotak kardus, kubus, dsb.
6. Belajar konsep (concept learning). Belajar mengklsifikasikan stimulus, atau
menempatkan obyek-obyek dalam kelompok tertentu yang membentuk suatu konsep.
(konsep : satuan arti yang mewakili kesamaan ciri). Contohnya yaitu memahami sebuah
prosedur dalam suatu praktek atau juga teori. Memahami prosedur praktek uji bahan
sebelum praktek, atau konsep dalam kuliah mekanika teknik.
7. Belajar dalil (rule learning). Tipe ini meruoakan tipe belajar untuk menghasilkan
aturan atau kaidah yang terdiri dari penggabungan beberapa konsep. Hubungan antara
konsep biasanya dituangkan dalam bentuk kalimat. Contohnya yaitu seorang guru
memberikan hukuman kepada siswa yang tidak mengerjakan tugas yang merupakan
kewajiban siswa, dalam hal itu hukuman diberikan supaya siswa tidak mengulangi
kesalahannya.
8. Belajar memecahkan masalah (problem solving). Tipe ini merupakan tipe belajar
yang menggabungkan beberapa kaidah untuk memecahkan masalah, sehingga terbentuk
kaedah yang lebih tinggi (higher order rule). Contohnya yaitu seorang guru memberikan
kasus atau permasalahan kepada siswa-siswanya untuk memancing otak mereka mencari
jawaban atau penyelesaian dari masalah tersebut.

Selain delapan jenis belajar, Gagne juga membuat semacam sistematika jenis belajar.
Menurutnya sistematika tersebut mengelompokkan hasil-hasil belajar yang mempunyai
ciri-ciri sama dalam satu katagori. Kelima hal tersebut adalah :
1. keterampilan intelektual : kemampuan seseorang untuk berinteraksi dengan
lingkungannya dengan menggunakan symbol huruf, angka, kata atau gambar.
2. informasi verbal : seseorang belajar menyatakan atau menceritakan suatu fakta atau
suatu peristiwa secara lisan atau tertulis, termasuk dengan cara menggambar.
3. strategi kognitif : kemampuan seseorang untuk mengatur proses belajarnya sendiri,
mengingat dan berfikir.
4. keterampilan motorik : seseorang belajar melakukan gerakan secara teratur dalam
urutan tertentu (organized motor act). Ciri khasnya adalah otomatisme yaitu gerakan
berlangsung secara teratur dan berjalan dengan lancar dan luwes.
5. sikap keadaan mental yang mempengaruhi seseorang untuk melakukan pilihanpilihan dalam bertindak.
I.3.B Menurut Bloom
Benyamin S. Bloom (1956) adalah ahli pendidikan yang terkenal sebagai pencetus
konseptaksonomi belajar. Taksonomi belajar adalah pengelompokkan tujuan berdasarkan
domain atau kawasan belajar. Menurut Bloom ada tiga dmain belajar yaitu :
1. Cognitive Domain (Kawasan Kognitif). Adalah kawasan yang berkaitan dengan
aspek-aspek intelektual atau secara logis yang bias diukur dengan pikiran atau nalar.
Kawasan ini tediri dari:
Pengetahuan (Knowledge).
Pemahaman (Comprehension).
Penerapan (Aplication)
Penguraian (Analysis).
Memadukan (Synthesis).
Penilaian (Evaluation).
2. Affective Domain (Kawasan afektif). Adalah kawasan yang berkaitan dengan aspekaspek emosional, seperti perasaan, minat, sikap, kepatuhan terhadap moral dan
sebagainya. Kawasan ini terdiri dari:
Penerimaan (receiving/attending).
Sambutan (responding).
Penilaian (valuing).
Pengorganisasian (organization).

Karakterisasi (characterization)
3. Psychomotor Domain (Kawasan psikomotorik). Adalah kawasan yang berkaitan
dengan aspek-aspek keterampilan yang melibatkan fungsi sistem syaraf dan
otot(neuronmuscular system) dan fungsi psikis. Kawasan ini terdiri dari:
Kesiapan (set)
Meniru (imitation)
Membiasakan (habitual)
Adaptasi (adaption)
I.3.C Penggabungan Dari Tiga Ahli (A. De Block, Robert M. Gagne, C. Van
Parreren)
1. Belajar arti kata-kata. Belajar arti kata-kata maksudnya adalah orang mulai
menangkap arti yang terkandung dalam kata-kata yang digunakan.
2. Belajar Kognitif. Tak dapat disangkal bahwa belajar kognitif bersentuhan dengan
masalah mental. Objek-objek yang diamati dihadirkan dalam diri seseorang melalui
tanggapan, gagasan, atau lambang yang merupakan sesuatu bersifat mental.
3. Belajar Menghafal. Menghafal adalah suatu aktivitas menanamkan suatu materi
verbal dalam ingatan, sehingga nantinya dapat diproduksikan {diingat} kembali secara
harfiah, sesuai dengan materi yang asli, dan menyimpan kesan-kesan yang nantinya
suatu waktu bila diperlukan dapat diingat kembali kealam dasar.
4. Belajar Teoritis. Bentuk belajar ini bertujuan untuk menempatkan semua data dan
fakta {pengetahuan} dalam suatu kerangka organisasi mental, sehingga dapat difahami
dan digunakan untuk memecahkan problem, seperti terjadi dalam bidang-bidang studi
ilmiah.
5. Belajar Konsep. Konsep atau pengertian adalah satuan arti yang mewakili sejumlah
objek yang mempunyai ciri-ciri yang sama, orang yang memiliki konsep mampu
mengadakan abstraksi terhadap objek-objek yang dihadapinya, sehingga objek
ditempatkan dalam golongan tertentu.
6. Belajar Kaidah. Belajar kaidah {rule} termasuk dari jenis belajar kemahiran intelektual
{intellectual skill}, yang dikemukakan oleh Gagne. Belajar kaidah adalah bila dua konsep
atau lebih dihubungkan satu sama lain, terbentuk suatu ketentuan yang mereprensikan
suatu keteraturan.
7. Belajar Berpikir. Dalam belajar ini, orang dihadapkan pada suatu masalah yang
harus dipecahkan, tetapi tanpa melalui pengamatan dan reorganisasi dalam
pengamatan.masalah harus dipecahkan melalui operasi mental, khususnya menggunakan
konsep dan kaidah serta metode-metode bekerja tertentu.
Konsep Dewey tentang berpikir menjadi dasar untuk pemecahan masalah adalah
sebagai berikut:
Adanya kesulitan yang dirasakan dan kesadaran akan adanya masalah.

Masalah itu diperjelas dan dibatasi.


Mencari informasi atau data dan kemudian data itu diorganisasikan.
Mencari hubungan-hubungan untuk merumuskan hipotesis-hipotesis, kemudian
hipotesis-hipotesis itu dinilai, diuji, agar dapat ditentukan untuk diterima atau ditolak.
Penerapan pemecahan terhadap masalah yang dihadapi sekaligus berlaku sabagai
pengujian kebenaran pemecahan tersebut untuk dapat sampai pada kesimpulan.
Menurut Dewey, langkah-langkah dalam pemecahan masalah adalah sebagai berikut.
Kesadaran akan adanya masalah.
Merumuskan masalah.
Mencari data dan merumuskan hipotesis-hipotesis.
Menguji hipotesis-hipotesis itu.
Menerima hipotesis yang benar.
1.3.D Menurut UNESCO
UNESCO telah mengeluarkan kategori jenis belajar yang dikenal sebagai empat pilar
dalam kegiatan belajar ( A. Suhaenah Suparno, 2000 ) :
1. Learning to know. Pada Learning to know ini terkandung makna bagaimana belajar,
dalam hal ini ada tiga aspek : apa yang dipelajari, bagaimana caranya dan siapa yang
belajar.
2. Learning to do. Hal ini dikaitkan dengan dunia kerja, membantu seseorang mampu
mempersiapkan diri untuk bekerja atau mencari nafkah. Jadi dalam hal ini menekankan
perkembangan ketrampilan untuk yang berhubungan dengan dunia kerja.
3. Learning to live together. Belajar ini ditekankan seseorang/pihak yang belajar mampu
hidup bersama, dengan memahami orang lain, sejarahnya, budayanya, dan mampu
berinteraksi dengan orang lain secara harmonis.
4. Learning to be. Belajar ini ditekankan pada pengembangan potensi insani secara
maksimal. Setiap individu didorong untuk berkembang dan mengaktualisasikan diri.
Dengan learning to be seseorang akan mengenal jati diri, memahami kemampuan dan
kelemahanya dengan kompetensi-kompetensinya akan membangun pribadi secara utuh.
I.4 PENGERTIAN PEMBELAJARAN
Istilah pembelajaran berhubungan erat dengan pengertian belajar dan mengajar.
Belajar, mengajar dan pembelajaran terjadi bersama-sama. Belajar dapat terjadi tanpa
guru atau tanpa kegiatan mengajar dan pembelajaran formal lain. Sedangkan mengajar
meliputi segala hal yang guru lakukan di dalam kelas.
1.4.A Pengertian pembelajaran menurut kamus bahasa Indonesia :
Pembelajaran adalah proses, cara menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.
1.4.B Pengertian pembelajaran menurut beberapa ahli :

1. Duffy dan Roehler (1989). Pembelajaran adalah suatu usaha yang sengaja
melibatkan dan menggunakan pengetahuan profesional yang dimiliki guru untuk mencapai
tujuan kurikulum.
2. Gagne dan Briggs (1979:3). Mengartikan instruction atau pembelajaran ini adalah
suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi
serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan
mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal.
I.5 CIRI-CIRI PEMBELAJARAN
Ciri-ciri pembelajaran sebagai berikut :
1. merupakan upaya sadar dan disengaja
2. pembelajaran harus membuat siswa belajar
3. tujuan harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan
4. pelaksanaannya terkendali, baik isinya, waktu, proses maupun hasilnya
1.6 PEMBELAJARAN, PENGAJARAN, PEMELAJAR, DAN PEMBELAJAR
Pembelajaran adalah separangkat tindakan yang dirancang untuk mendukung proses
belajar siswa, dengan memperhitungkan kejadia-kejadian ekstrim yang berperan terhadap
rangkaian kejadian-kejadian intern yang berlangsung dialami siswa (Winkel,1991)
Pengajaran adalah proses, perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan perihal
mengajar, segala sesuatu mengenai mengajar, peringatan (tentang pengalaman, peristiwa
yang dialami atau dilihatnya). (Dariyanto S.S, Kamus Bahasa Indonesia, 1997).
Pengajaran adalah kegiatan yang dilakukan guru dalam menyampaikan pengetahuan
kepada siswa. Pengajaran juga diartikan sebagi interaksi belajar dan mengajar.
Pengajaran berlangsung sebagai suatu proses yang saling mempengaruhi antara guru
dan siswa.
Pemelajar adalah orang yang melakukan pengajaran.
Pembelajar adalah orang yang melakukan pembelajaran.
Perbedaan antara pengajaran dan pembelajaran:
N
O

Pengajaran

Pembelajaran

Dilaksanakan oleh mereka


yang berprofesi sebagai
pengajar

Dilaksanakan oleh mereka


yang dapat membuat orang
belajar

Tujuannya menyampaikan
informasi kepada si belajar

Tujuannya agar terjadi belajar


pada diri siswa

Merupakan
penerapan
pembelajaran

salah satu
strategi

Merupakan
cara
untuk
mengembangkan rencana yang
terorganisasi untuk keperluan
belajar.

Kegiatan
belajar
berlangsung bila ada guru
atau pengajar

Kegiatan
belajar
dapat
berlangsung dengan atau tanpa
hadirnya guru

1.7 PRINSIP PEMBELAJARAN MENURUT GAGNE DAN ATWI SUPARMAN


Beberapa prinsip pembelajaran dikemukakan oleh
mengadaptasi pemikiran Fillbeck (1974), sebagai berikut :

Atwi

Suparman

dengan

1. Respon-respon baru (new responses) diulang sebagai akibat dari respon yang terjadi
sebelumnya.
2. Perilaku tidak hanya dikontrol oleh akibat dari respon, tetapi juga di bawah pengaruh
kondisi atau tanda-tanda dilingkungan siswa.
3. Perilaku yang timbul oleh tanda-tanda tertentu akan hilang atau berkurang
frekuensinya bila tidak diperkuat dengan akibat yang menyenangkan.
4. Belajar yang berbentuk respon terhadap tanda-tanda yang terbatas akan ditransfer
kepada situasi lain yang terbatas pula.
5. Belajar menggeneralisasikan dan membedakan adalah dasar untuk belajar sesuatu
yang kompleks seperti yang berkenaan dengan pemecahan masalah.
6. Situasi mental siswa untuk menghadapi pelajaran akan mempengaruhi perhatian dan
ketekunan siswa selama proses siswa belajar.
7. Kegiatan belajar yang dibagi menjadi langkah-langkah kecil dan disertai umpan balik
menyelesaikan tiap langkah, akan membantu siswa.

8. Kebutuhan memecah materi kompleks menjadi kegiatan-kegiatan kecil dapat


dikurangi dengan mewujudkan dalam suatu model.
9. Keterampilan tingkat tinggi (kompleks) terbentuk dari keterampilan dasar yang lebih
sederhana.
10. Belajar akan lebih cepat, efisien, dan menyenangkan bila siswa diberi informasi
tentang kualitas penampilannya dan cara meningkatkannya.
11. Perkembangan dan kecepatan belajar siswa sangat bervariasi, ada yang maju
dengan cepat ada yang lebih lambat.
12. Dengan persiapan, siswa dapat mengembangkan kemampuan mengorganisasikan
kegiatan belajarnya sendiri dan menimbulkan umpan balik bagi dirinya untuk membuat
respon yang benar.
Dalam buku Condition of Learning, Gagne (1997) mengemukakan sembilan prinsip
yang dapat dilakukan guru dalam melaksanakan pembelajaran, sebagai berikut:
1. Menarik perhatian (gaining attention) : hal yang menimbulkan minat siswa dengan
mengemukakan sesuatu yang baru, aneh, kontradiksi, atau kompleks.
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran (informing learner of the objectives) :
memberitahukan kemampuan yang harus dikuasai siswa setelah selesai mengikuti
pelajaran.
3. Mengingatkan konsep/prinsip yang telah dipelajari (stimulating recall or prior
learning) : merangsang ingatan tentang pengetahuan yang telah dipelajari yang menjadi
prasyarat untuk mempelajari materi yang baru.
4. Menyampaikan materi pelajaran (presenting the stimulus) : menyampaikan materimateri pembelajaran yang telah direncanakan.
5. Memberikan bimbingan belajar (providing learner guidance) : memberikan
pertanyaan-pertanyaan yamng membimbing proses/alur berpikir siswa agar memiliki
pemahaman yang lebih baik.
6. memperoleh kinerja/penampilan siswa (eliciting performance) ; siswa diminta untuk
menunjukkan apa yang telah dipelajari atau penguasaannya terhadap materi.
7. memberikan balikan (providing feedback) : memberitahu seberapa jauh ketepatan
performance siswa.

8. Menilai hasil belajar (assessing performance) :memberiytahukan tes/tugas untuk


mengetahui seberapa jauh siswa menguasai tujuan pembelajaran.
9. Memperkuat retensi dan transfer belajar (enhancing retention and transfer):
merangsang kamampuan mengingat-ingat dan mentransfer dengan memberikan
rangkuman, mengadakan review atau mempraktekkan apa yang telah dipelajari.
FAKTOR YANG MEPENGARUHI BELAJAR
Secara umum factor-faktor yag mempengaruhi proses hasil belajar dibedakan atas dua
kategori, yaitu factor internal dan factor eksternal . kedua factor tersebut saling
memengaruhi dalam proses individu sehingga menentukan kualitas hasil belajar.
A, factor internal
Factor internal adalah factor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat
memengaruhi hasil belajar individu. Factor-faktor internal ini meliputi factor fisiologis dan
factor psikologiss.
1.

Factor fisiologis

Factor-faktor fisiologis adalah factor-factor yang berhubungan dengan kondisi fisik


individu. Factor-factor ini dibedakan menjadi dua macam.
Pertama, keadaan tonus jasmani. Keadaan tonus jasmani pada umumnya sangat
memengaruhi aktivitas belajar seseorang . kondisi fisik yang sehat dan bugar akan
memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar individu. Sebaliknya, kondisi fisik
yang lemah atau sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal. Oleh
karena itu keadaan tonus jasmani sangat memengaruhi proses belajar , maka perlu ada
usaha untuk menjaga kesehatan jasmani.
Cara untuk menjaga kesehatan jasmani antara lain adalah :
a.
menjaga pola makan yang sehat dengan memerhatikan nutrisi yang masuk
kedalam tubuh, karena kekurangan gizi atau nutrisi akan mengakibatkan tubuh cepat
lelah, lesu , dan mengantuk, sehingga tidak ada gairah untuk belajar,
b.
rajin berolah raga agar tubuh selalu bugar dan sehat;
c.
istirahat yang cukup dan sehat.
Kedua, keadaan fungsi jasmani/fisiologis. Selama proses belajar berlangsung, peran
fungsi fisiologis pada tubuh manusia sangat memengaruhi hasil belajar, terutama panca
indra. Panca indra yang berfunsi dengan baik akan mempermudah aktivitas belajar

dengan baik pula . dalam proses belajar , merupakan pintu masuk bagi segala informasi
yang diterima dan ditangkap oleh manusia. Sehinga manusia dapat menangkap dunia
luar. Panca indra yang memiliki peran besar dalam aktivitas belajar adalah mata dan
telinga. Oleh lkarena itu, baik guru maupun siswwa perlu menjaga panca indra dengan
baik, baik secara preventif maupun secara yang bersifat kuratif. Dengan menyediakan
sarana belajar yang memenuhi persyaratan, memeriksakan kesehatan fungsi mata dan
telinga secara periodic, mengonsumsi makanan yang bergizi , dan lain sebagainya.
2. Factor psikologis
Factor faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat
memengaruhi proses belajar. Beberapa factor psikologis yang utama memngaruhi proses
belajar adalah kecerdasan siswa, motifasi , minat, sikap dan bakat.

kecerdasan /intelegensia siswa

Pada umumnya kecerdasan diartikan sebagai kemempuan psiko-fisik dalam


mereaksikan rangsaganan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui cara yang
tepat. Dengan dmikian, kecerdasan bukan hanya berkaitan dengan kualitas otak saja,
tetapi juga organ-organ tubuh lainnya. Namun bila dikaitkan dengan kecerdasan, tentunya
otak merupakan organ yang penting dibandingkan organ yang lain, karena fungsi otak itu
sebagai organ pengendali tertinggi (executive control) dari hamper seluruh aktivitas
manusia.
Kecerdasan merupakan factor psikologis yang paling penting dalam proses belajar
siswa, karena itu menentukan kualitas belajar siswa. Semakin tinggi iteligensi seorang
individu, semakin besar peluang individu tersebut meraih sukses dalam belajar.
Sebaliknya, semakin rendah tingkat intelegensi individu, semakin sulit individu itu
mencapai kesuksesan belajar. Oleh karena itu, perlu bimbingan belajar dari orang lain,
seperti guru, orang tua, dan lain sebagainya. Sebagai factor psikologis yang penting
dalam mencapai kesuksesan belajar, maka pengetahuan dan pemahaman tentang
kecerdasan perlu dimiliki oleh setiap calon guru professional, sehingga mereka dapat
memahami tingakat kecerdasannya.
Para ahli membagi tingkatan IQ bermacam-macam, salah satunya adalah
penggolongan tingkat IQ berdasarkan tes Stanford-Biner yang telah direvisi oleh Terman
dan Merill sebagai berikut ((Fudyartanto 2002).
Distribusi Kecerdasan IQ menurut Stanford Revision
Tingkat kecerdasan (IQ)
Klasifikasi
140 169

Amat superior

120 139

Superior

110 119

Rata-rata tinggi

90 109

Rata-rata

80 89

Rata-rata rendah

70 79

Batas lemah mental

20 69

Lemah mental

Dari table tersebut, dapat diketahui ada 7 penggolongan tingkat kecerdasan manusia,
yaitu:
A.
Kelompok kecerdasan amat superior (very superior) merentang antara IQ 140
IQ 169;
B. Kelompok kecerdasan superior merenytang anatara IQ 120IQ 139;
C. Kelompok rata-rata tinggi (high average) menrentang anatara IQ 110IQ 119;
D. Kelompok rata-rata (average) merentang antara IQ 90IQ 109;
E. Kelompok rata-rata rendah (low average) merentang antara IQ 80IQ 89;
F.
Kelompok batas lemah mental (borderline defective) berada pada IQ 70IQ 79;
G. Kelompok kecerdasan lemah mental (mentally defective) berada pada IQ 20IQ
69, yang termasuk dalam kecerdasan tingkat ini antara lain debil, imbisil, idiot.
Pemahaman tentang tingkat kecerdasan individu dapat diperoleh oleh orang tua dan
guru atau pihak-pihak yang berkepentingan melalui konsultasi dengan psikolog atau
psikiater. Sehingga dapat diketahui anak didik berada pada tingkat kecerdasan yang
mana, amat superior, superior, rata-rata, atau mungkin malah lemah mental. Informasi
tentang taraf kecerdasan seseorang merupakan hal yang sangat berharga untuk
memprediksi kamampuan belajar seseorang. Pemahaman terhadap tingkat kecerdasan
peserta didik akan membantu megarahkan dan merencanakan bantuan yang akan
diberikan kepada siswa.
Pertemuan ke 4
Motivasi
Motivasi adalah salah satu factor yang memengaruhi keefektifan kegiatan belajar
siswa. Motivasilah yang mendorong siswa ingin melakukan kegiatan belajar. Para ahli
psikologi mendefinisikan motivasi sebagai proses di dalam diri individu yang aktif,

mendorong, memberikan arah, dan menjaga perilaku setiap saat (Slavin, 1994). Motivasi
juga diartikan sebagai pengaruh kebutuhan-kebutuhan dan keinginan terhadap intensitas
dan arah perilaku seseorang.
Dari sudut sumbernya motivasi dibagi menjadi dua, yaitu motivasi intrinsic dan motivasi
ekstrinsik. Motaivasi intrinsic adalah semua factor yang berasal dari dalam diri individu
dan memberikan dorongan untuk melakukan sesuatu. Seperti seorang siswa yang gemar
membaca, maka ia tidak perlu disuruh-suruh untuk membaca, karena membaca tidak
hanya menjadi aktifitas kesenangannya, tapi bisa jadi juga telah mejadi kebutuhannya.
Dalam proses belajar, motivasi intrinsic memiliki pengaruh yang efektif, karena motivasi
intrinsic relaatif lebih lama dan tidak tergantung pada motivasi dari luar(ekstrinsik).
Menurut Arden N. Frandsen (Hayinah, 1992), yang termasuk dalam motivasi intrinsic
untuk belajar anatara lain adalah:
a.
Dorongan ingin tahu dan ingin menyelisiki dunia yang lebih luas;
b.
Adanya sifat positif dan kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk maju;
c.
Adanaya keinginan untuk mencapai prestasi sehingga mendapat dukungan dari
orang-orang penting, misalkan orang tua, saudara, guru, atau teman-teman, dan lain
sebaginya.
d.
Adanya kebutuhan untuk menguasai ilmu atau pengetahuan yang berguna bagi
dirinya, dan lain-lain.
Motivasi ekstrinsik adalah factor yang dating dari luar diri individu tetapi memberi
pengaruh terhadap kemauan untauk belajar. Seperti pujian, peraturan, tata tertib, teladan
guru, orangtua, danlain sebagainya. Kurangnya respons dari lingkungansecara positif
akan memengaruhi semangat belajar seseorang menjadi lemah.
Minat
Secara sederhana,minaat (interest) nerrti kecemnderungan dan kegairahan

yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Reber (Syah, 2003)
minat bukanlah istilah yang popular dalam psikologi disebabkan ketergantungannya
terhadap berbagai factor internal lainnya, seperti pemusatan perhatian, keingintahuan,
moativasi, dan kebutuhan.
Namun lepas dari kepopulerannya, minat sama halnya dengan kecerdasan dan
motivasi, karena memberi pengaruh terhadap aktivitas belajar, ia akan tidak bersemangat
atau bahkan tidak mau belajar. Oleh karena itu, dalam konteks belajar di kelas, seorang

guru atau pendidik lainnya perlu membangkitkan minat siswa agar tertarik terhadap materi
pelajaran yang akan dihadapainya atau dipelajaranya.
Untuk membagkitkan minat belajar tersebut, banyak cara yang bisa digunakan. Anatara
lain, pertama, dengan mebuat materi yang akan dipelajarai semenarik mingkin dan tidak
membosankan, baik dari bentuk buku materi, desai pembelajaran yang membebaskan
siswa mengeksplor apa yang dipelajari, melibatkan seluruh domain belajar siswa (kognitif,
afektif, psikomotorik) sehingga siswa menjadi aktif, maupun performansi guru yang
menarik saat mengajar. Kedua, pemilihan jurusan atau bidang studi. Dalam hal ini,
alangkah baiknya jika jurusan atau bidang studi dipilih sendiri oleh siswa sesuai dengan
minatnya.
-

Sikap

Dalam proses belajar, sikap individu dapat memengaruhi keberhasilan proses


belajarnya. Sikap adalah gejala internal yang mendimensi afektif berupa kecenderungan
untuk mereaksi atau merespons dangan cara yang relative tetap terhadap obyek, orang,
peristiwa dan sebaginya, baik secara positif maupun negative (Syah, 2003).
Sikap siswa dalam belajar dapat dipengaruhi oleh perasaan senang atau tidak senang
pada performan guru, pelajaran, atau lingkungan sekitarnya. Dan untuk mengantisipasi
munculnya sikap yang negative dalam belajar, guru sebaiknya berusaha untuk menjadi
guru yang professional dan bertanggungjawab terhadap profesi yang dipilihnya. Dengan
profesionalitas,seorang guru akan berusaha memberikan yang terbaik bagi siswanya;
berusaha mengambangkan kepribadian sebagai seorang guru yang empatik, sabar, dan
tulus kepada muridnya; berusaha untuk menyajikan pelajaranyang diampunya dengan
baik dan menarik sehingga membuat siswa dapat mengikuti pelajaran dengan senang dan
tidak menjemukan; meyakinkansiswa bahwa bidang studi yang dipelajara bermanfaat bagi
ddiri siswa.
Bakat
Faktor psikologis lain yang memengaruhi proses belajar adalah bakat. Secara umum,
bakat (aptitude) didefinisikan sebagai kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk
mencapai keberhasilan pada masa yang akan dating (Syah, 2003). Berkaitan dengan
belajar, Slavin (1994) mendefinisikan bakat sebagai kemampuan umum yang dimilki
seorang siswa untauk belajar. Dengan demikian, bakat adalah kemampuan seseorang
menjadi salah satukomponen yang diperlukan dalam proses belajar seseorang. Apabila
bakat seseorang sesuai dengan bidang yang sedang dipelajarinya, maka bakat itu akan
mendukung proses belajarnya sehingga kemungkinan besar ia akan berhasil.
Pada dasarnya setiap orang mempunyai bakat atau potensi untuk mencapai prestasi
belajar sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Karena itu, bakat juga diartikan

sebagai kemampuan dasar individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa tergantung
upaya pendidikan dan latihan. Individu yang telah mempunyai bakat tertentu, akan lebih
mudah menyerap informasiyang berhungan dengan bakat yang dimilkinya. Misalnya,
siswa yang berbakat dibidang bahasa akan lebih mudah mempelajari bahasa-bahasa
yang lain selain bahasanya sendiri.
Karena belajar jug dipengaruhi oleh potensi yang dimilki setiap individu,maka para
pendidik, orangtua, dan guru perlu memerhatikan dan memahami bakat yang dimilki oleh
anaknya atau peserta didiknya, anatara lain dengan mendukung,ikut mengembangkan,
dan tidak memaksa anak untuk memilih jurusan yang tidak sesuai dengan bakatnya.
b. Factor-faktor eksogen/eksternal
Selain karakteristik siswa atau factor-faktor endogen, factor-faktor eksternal juga dapat
memengaruhi proses belajar siswa.dalam hal ini, Syah (2003) menjelaskan bahwa
faktaor-faktor eksternal yang memengaruhi balajar dapat digolongkan menjadi dua
golongan, yaitu factor lingkungan social dan factor lingkungan nonsosial.
1)

Lingkungan social

a.
Lingkungan social sekolah, seperti ggggggguru, administrasi, dan teman-teman
sekelas dapat memengaruhi proses belajar seorang siswa. Hubungan harmonis antra
ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baikdisekolah. Perilaku
yang simpatik dan dapat menjadi teladan seorang guru atau administrasi dapat menjadi
pendorong bagi siswa untuk belajar.
b.
Lingkungan social massyarakat. Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal
siswa akan memengaruhi belajar siswa. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak
pengangguran dan anak terlantar juga dapat memengaruhi aktivitas belajarsiswa, paling
tidak siswa kesulitan ketika memerlukan teman belajar, diskusi, atau meminjam alat-alat
belajar yang kebetulan belum dimilkinya.
c.
Lingkungan social keluarga. Lingkungan ini sangat memengaruhi kegiatan belajar.
Ketegangan keluarga, sifat-sifat orangtua, demografi keluarga (letak rumah),
pengelolaankeluarga, semuannya dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar
siswa. Hubungan anatara anggota keluarga, orangtua, anak, kakak, atau adik yang
harmonis akan membantu siswa melakukan aktivitas belajar dengan baik.
2) Lingkungan non social.
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial adalah;

a.
Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidak
dingin, sinar yang tidak terlalu silau/kuat, atau tidak terlalu lemah/gelap, suasana yang
sejuk dantenang. Lingkungan alamiah tersebut mmerupakan factor-faktor yang dapat
memengaruhi aktivitas belajar siswa. Sebaliknya, bila kondisi lingkungan alam tidak
mendukung, proses belajar siswa akan terlambat.
b.
Factor instrumental,yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan dua macam.
Pertama, hardware, seperti gedung sekolah, alat-alat belajar,fasilitas belajar, lapangan
olah raga dan lain sebagainya. Kedua, software, seperti kurikulum sekolah, peraturanperaturan sekolah, bukupanduan, silabi dan lain sebagainya.
c.
Factor materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa). Factor ini hendaknya
disesuaikan dengan usia perkembangan siswa begitu juga denganmetode mengajar guru,
disesuaikandengan kondisi perkembangan siswa. Karena itu, agar guru dapat
memberikan kontribusi yang postif terhadap aktivitas belajr siswa, maka guru harus
menguasai materi pelajaran dan berbagai metode mengajar yang dapat diterapkan sesuai
dengan konsdisi siswa.

TEORI-TEORI BELAJAR
A. Teori Behaviorisme
Behaviorisme merupakan salah aliran psikologi yang memandang individu hanya dari
sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek aspek mental. Dengan kata lain,
behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu
dalam suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-refleks sedemikian
rupa
sehingga
menjadi
kebiasaan
yang
dikuasai
individu.
Beberapa hukum belajar yang dihasilkan dari pendekatan behaviorisme ini, diantaranya :
1. Connectionism ( S-R Bond) menurut Thorndike.
Dari eksperimen yang dilakukan Thorndike terhadap kucing menghasilkan hukumhukum belajar, diantaranya
Law of Effect; artinya bahwa jika sebuah respons menghasilkan efek yang memuaskan,
maka hubungan Stimulus Respons akan semakin kuat. Sebaliknya, semakin tidak
memuaskan efek yang dicapai respons, maka semakin lemah pula hubungan yang terjadi
antara Stimulus- Respons.
Law of Readiness; artinya bahwa kesiapan mengacu pada asumsi bahwa kepuasan
organisme itu berasal dari pemdayagunaan satuan pengantar (conduction unit), dimana
unit-unit ini menimbulkan kecenderungan yang mendorong organisme untuk berbuat atau
tidak berbuat sesuatu.

Law of Exercise; artinya bahwa hubungan antara Stimulus dengan Respons akan
semakin bertambah erat, jika sering dilatih dan akan semakin berkurang apabila jarang
atau tidak dilatih.

2. Classical Conditioning menurut Ivan Pavlov


Dari eksperimen yang dilakukan Pavlov terhadap seekor anjing menghasilkan hukumhukum belajar, diantaranya :
Law of Respondent Conditioning yakni hukum pembiasaan yang dituntut. Jika dua
macam stimulus dihadirkan secara simultan (yang salah satunya berfungsi sebagai
reinforcer), maka refleks dan stimulus lainnya akan meningkat.

Law of Respondent Extinction yakni hukum pemusnahan yang dituntut. Jika refleks
yang sudah diperkuat melalui Respondent conditioning itu didatangkan kembali tanpa
menghadirkan reinforcer, maka kekuatannya akan menurun.

3. Operant Conditioning menurut B.F. Skinner


Dari eksperimen yang dilakukan B.F. Skinner terhadap tikus dan selanjutnya terhadap
burung merpati menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya :
Law of operant conditining yaitu jika timbulnya perilaku diiringi dengan stimulus
penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan meningkat.

Law of operant extinction yaitu jika timbulnya perilaku operant telah diperkuat melalui
proses conditioning itu tidak diiringi stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut
akan menurun bahkan musnah.
Reber
(Muhibin
Syah,
2003)
menyebutkan
bahwa
yang
dimaksud
dengan operant adalah sejumlah perilaku yang membawa efek yang sama terhadap
lingkungan. Respons dalam operant conditioning terjadi tanpa didahului oleh stimulus,
melainkan oleh efek yang ditimbulkan oleh reinforcer. Reinforcer itu sendiri pada dasarnya
adalah stimulus yang meningkatkan kemungkinan timbulnya sejumlah respons tertentu,
namun tidak sengaja diadakan sebagai pasangan stimulus lainnya seperti dalam classical
conditioning.
4. Social Learning menurut Albert Bandura
Teori belajar sosial atau disebut juga teori observational learning adalah sebuah teori
belajar yang relatif masih baru dibandingkan dengan teori-teori belajar lainnya. Berbeda
dengan penganut Behaviorisme lainnya, Bandura memandang Perilaku individu tidak
semata-mata refleks otomatis atas stimulus (S-R Bond), melainkan juga akibat reaksi
yang timbul sebagai hasil interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif individu itu
sendiri. Prinsip dasar belajar menurut teori ini, bahwa yang dipelajari individu terutama
dalam belajar sosial dan moral terjadi melalui peniruan (imitation) dan penyajian contoh
perilaku (modeling). Teori ini juga masih memandang pentingnya conditioning. Melalui
pemberian reward dan punishment, seorang individu akan berfikir dan memutuskan
perilaku sosial mana yang perlu dilakukan.
Sebetulnya masih banyak tokoh-tokoh lain yang mengembangkan teori belajar
behavioristik ini, seperti : Watson yang menghasilkan prinsip kekerapan dan prinsip
kebaruan, Guthrie dengan teorinya yang disebut Contiguity Theory yang menghasilkan

Metode Ambang (the treshold method), metode meletihkan (The Fatigue Method) dan
Metode rangsangan tak serasi (The Incompatible Response Method), Miller dan Dollard
dengan teori pengurangan dorongan.
B. Teori Belajar Kognitif menurut Piaget
Piaget merupakan salah seorang tokoh yang disebut-sebut sebagai pelopor aliran
konstruktivisme. Salah satu sumbangan pemikirannya yang banyak digunakan sebagai
rujukan untuk memahami perkembangan kognitif individu yaitu teori tentang tahapan
perkembangan individu. Menurut Piaget bahwa perkembangan kognitif individu meliputi
empat tahap yaitu : (1) sensory motor; (2) pre operational; (3) concrete operational dan
(4) formal operational. Pemikiran lain dari Piaget tentang proses rekonstruksi pengetahuan
individu yaitu asimilasi dan akomodasi. James Atherton (2005) menyebutkan bahwa
asisimilasi adalah the process by which a person takes material into their mind from the
environment, which may mean changing the evidence of their senses to make it fit dan
akomodasi adalah the difference made to ones mind or concepts by the process of
assimilation
Dikemukakannya pula, bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan
tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan
untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan
teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak
memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan
secara
aktif,
mencari
dan
menemukan
berbagai
hal
dari
lingkungan.
Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah :
1.
Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru
mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak.
2.

Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan
baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaikbaiknya.

3.

Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.

4.

Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.

5.

Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan
diskusi dengan teman-temanya.
C. Teori Pemrosesan Informasi dari Robert Gagne
Asumsi yang mendasari teori ini adalah bahwa pembelajaran merupakan faktor yang
sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari
pembelajaran. Menurut Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan
informasi, untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil
belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara kondisi-kondisi
internal dan kondisi-kondisi eksternal individu. Kondisi internal yaitu keadaan dalam diri

individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi
dalam individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang
mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran.
Menurut Gagne tahapan proses pembelajaran meliputi delapan fase yaitu, (1) motivasi;
(2) pemahaman; (3) pemerolehan; (4) penyimpanan; (5) ingatan kembali; (6) generalisasi;
(7) perlakuan dan (8) umpan balik.
D. Teori Belajar Gestalt
Gestalt berasal dari bahasa Jerman yang mempunyai padanan arti sebagai bentuk
atau konfigurasi. Pokok pandangan Gestalt adalah bahwa obyek atau peristiwa tertentu
akan dipandang sebagai sesuatu keseluruhan yang terorganisasikan. Menurut Koffka dan
Kohler, ada tujuh prinsip organisasi yang terpenting yaitu :
1.
Hubungan bentuk dan latar (figure and gound relationship); yaitu menganggap
bahwa setiap bidang pengamatan dapat dibagi dua yaitu figure (bentuk) dan latar
belakang. Penampilan suatu obyek seperti ukuran, potongan, warna dan sebagainya
membedakan figure dari latar belakang. Bila figure dan latar bersifat samar-samar, maka
akan terjadi kekaburan penafsiran antara latar dan figure.
2.

Kedekatan (proxmity); bahwa unsur-unsur yang saling berdekatan (baik waktu


maupun ruang) dalam bidang pengamatan akan dipandang sebagai satu bentuk tertentu.

3.

Kesamaan (similarity); bahwa sesuatu yang memiliki kesamaan cenderung akan


dipandang sebagai suatu obyek yang saling memiliki.

4.

Arah bersama (common direction); bahwa unsur-unsur bidang pengamatan yang


berada dalam arah yang sama cenderung akan dipersepsi sebagi suatu figure atau bentuk
tertentu.

5.

Kesederhanaan (simplicity); bahwa orang cenderung menata bidang


pengamatannya bentuk yang sederhana, penampilan reguler dan cenderung membentuk
keseluruhan yang baik berdasarkan susunan simetris dan keteraturan; dan

6.

Ketertutupan (closure) bahwa orang cenderung akan mengisi kekosongan suatu


pola obyek atau pengamatan yang tidak lengkap.

Terdapat empat asumsi yang mendasari pandangan Gestalt, yaitu:


1.
Perilaku Molar hendaknya banyak dipelajari dibandingkan dengan perilaku
Molecular. Perilaku Molecular adalah perilaku dalam bentuk kontraksi otot atau
keluarnya kelenjar, sedangkan perilaku Molar adalah perilaku dalam keterkaitan dengan
lingkungan luar. Berlari, berjalan, mengikuti kuliah, bermain sepakbola adalah beberapa
perilaku Molar. Perilaku Molar lebih mempunyai makna dibanding dengan perilaku
Molecular.
2.

Hal yang penting dalam mempelajari perilaku ialah membedakan antara lingkungan
geografis dengan lingkungan behavioral. Lingkungan geografis adalah lingkungan yang
sebenarnya ada, sedangkan lingkungan behavioral merujuk pada sesuatu yang nampak.

Misalnya, gunung yang nampak dari jauh seolah-olah sesuatu yang indah. (lingkungan
behavioral), padahal kenyataannya merupakan suatu lingkungan yang penuh dengan
hutan yang lebat (lingkungan geografis).
3.

Organisme tidak mereaksi terhadap rangsangan lokal atau unsur atau suatu bagian
peristiwa, akan tetapi mereaksi terhadap keseluruhan obyek atau peristiwa.Misalnya,
adanya penamaan kumpulan bintang, seperti : sagitarius, virgo, pisces, gemini dan
sebagainya adalah contoh dari prinsip ini. Contoh lain, gumpalan awan tampak seperti
gunung atau binatang tertentu.

4.

Pemberian makna terhadap suatu rangsangan sensoris adalah merupakan suatu


proses yang dinamis dan bukan sebagai suatu reaksi yang statis. Proses pengamatan
merupakan suatu proses yang dinamis dalam memberikan tafsiran terhadap rangsangan
yang diterima.

Aplikasi teori Gestalt dalam proses pembelajaran antara lain :


1.
Pengalaman tilikan (insight); bahwa tilikan memegang peranan yang penting dalam
perilaku. Dalam proses pembelajaran, hendaknya peserta didik memiliki kemampuan
tilikan yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu obyek atau
peristiwa.
2.

Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning); kebermaknaan unsur-unsur


yang terkait akan menunjang pembentukan tilikan dalam proses pembelajaran.Makin jelas
makna hubungan suatu unsur akan makin efektif sesuatu yang dipelajari. Hal ini sangat
penting dalam kegiatan pemecahan masalah, khususnya dalam identifikasi masalah dan
pengembangan alternatif pemecahannya. Hal-hal yang dipelajari peserta didik hendaknya
memiliki makna yang jelas dan logis dengan proses kehidupannya.

3.

Perilaku bertujuan (pusposive behavior); bahwa perilaku terarah pada tujuan.


Perilaku bukan hanya terjadi akibat hubungan stimulus-respons, tetapi ada keterkaitannya
dengan dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses pembelajaran akan berjalan efektif jika
peserta didik mengenal tujuan yang ingin dicapainya. Oleh karena itu, guru hendaknya
menyadari tujuan sebagai arah aktivitas pengajaran dan membantu peserta didik dalam
memahami tujuannya.

4.

Prinsip ruang hidup (life space); bahwa perilaku individu memiliki keterkaitan dengan
lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu, materi yang diajarkan hendaknya memiliki
keterkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan kehidupan peserta didik.

5.

Transfer dalam Belajar; yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi


pembelajaran tertentu ke situasi lain. Menurut pandangan Gestalt, transfer belajar terjadi
dengan jalan melepaskan pengertian obyek dari suatu konfigurasi dalam situasi tertentu
untuk kemudian menempatkan dalam situasi konfigurasi lain dalam tata-susunan yang
tepat. Judd menekankan pentingnya penangkapan prinsip-prinsip pokok yang luas dalam
pembelajaran dan kemudian menyusun ketentuan-ketentuan umum (generalisasi).

Transfer belajar akan terjadi apabila peserta didik telah menangkap prinsip-prinsip pokok
dari suatu persoalan dan menemukan generalisasi untuk kemudian digunakan dalam
memecahkan masalah dalam situasi lain. Oleh karena itu, guru hendaknya dapat
membantu peserta didik untuk menguasai prinsip-prinsip pokok dari materi yang
diajarkannya.
Pertemuan ke 5

Intelegensi dan IQ
Menurut David Wechsler, inteligensi adalah kemampuan untuk bertindak secara
terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif. Apa saja
faktor-faktor yang mempengaruhi inteligensi
Menurut David Wechsler, inteligensi adalah kemampuan untuk bertindak secara
terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif. Secara
garis besar dapat disimpulkan bahwa inteligensi adalah suatu kemampuan mental yang
melibatkan proses berpikir secara rasional. Oleh karena itu, inteligensi tidak dapat diamati
secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang
merupakan
manifestasi
dari
proses
berpikir
rasional
itu.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi inteligensi adalah
Faktor bawaan atau keturunan
Penelitian membuktikan bahwa korelasi nilai tes IQ dari satu keluarga sekitar 0,50.
Sedangkan di antara 2 anak kembar, korelasi nilai tes IQnya sangat tinggi, sekitar 0,90.
Bukti lainnya adalah pada anak yang diadopsi. IQ mereka berkorelasi sekitar 0,40 - 0,50
dengan ayah dan ibu yang sebenarnya, dan hanya 0,10 - 0,20 dengan ayah dan ibu
angkatnya. Selanjutnya bukti pada anak kembar yang dibesarkan secara terpisah, IQ
mereka tetap berkorelasi sangat tinggi, walaupun mungkin mereka tidak pernah saling
kenal
Faktor lingkungan
Walaupun ada ciri-ciri yang pada dasarnya sudah dibawa sejak lahir, ternyata
lingkungan sanggup menimbulkan perubahan-perubahan yang berarti. Inteligensi tentunya
tidak bisa terlepas dari otak. Perkembangan otak sangat dipengaruhi oleh gizi yang
dikonsumsi. Selain gizi, rangsangan-rangsangan yang bersifat kognitif emosional dari
lingkungan juga memegang peranan yang amat penting
Inteligensi dan IQ
Orang seringkali menyamakan arti inteligensi dengan IQ, padahal kedua istilah ini
mempunyai perbedaan arti yang sangat mendasar. Arti inteligensi sudah dijelaskan di
depan, sedangkan IQ atau tingkatan dari Intelligence Quotient, adalah skor yang diperoleh
dari sebuah alat tes kecerdasan. Dengan demikian, IQ hanya memberikan sedikit indikasi
mengenai taraf kecerdasan seseorang dan tidak menggambarkan kecerdasan seseorang
secara keseluruhan.

Skor IQ mula-mula diperhitungkan dengan membandingkan umur mental (Mental Age)


dengan umur kronologik (Chronological Age)
Bila kemampuan individu dalam memecahkan persoalan-persoalan yang disajikan
dalam tes kecerdasan (umur mental) tersebut sama dengan kemampuan yang
seharusnya ada pada individu seumur dia pada saat itu (umur kronologis), maka akan
diperoleh skor 1. Skor ini kemudian dikalikan 100 dan dipakai sebagai dasar perhitungan
IQ. Tetapi kemudian timbul masalah karena setelah otak mencapai kemasakan, tidak
terjadi perkembangan lagi, bahkan pada titik tertentu akan terjadi penurunan kemampuan
Pengukuran Inteligensi
Pada tahun 1904, Alfred Binet dan Theodor Simon, 2 orang psikolog asal Perancis
merancang suatu alat evaluasi yang dapat dipakai untuk mengidentifikasi siswa-siswa
yang memerlukan kelas-kelas khusus (anak-anak yang kurang pandai). Alat tes itu
dinamakan Tes Binet-Simon. Tes ini kemudian direvisi pada tahun 1911 Tahun 1916,
Lewis Terman, seorang psikolog dari Amerika mengadakan banyak perbaikan dari tes
Binet-Simon. Sumbangan utamanya adalah menetapkan indeks numerik yang
menyatakan kecerdasan sebagai rasio (perbandingan) antara mental age dan
chronological age. Hasil perbaikan ini disebut Tes Stanford_Binet. Indeks seperti ini
sebetulnya telah diperkenalkan oleh seorang psikolog Jerman yang bernama William
Stern, yang kemudian dikenal dengan Intelligence Quotient atau IQ. Tes Stanford-Binet ini
banyak digunakan untuk mengukur kecerdasan anak-anak sampai usia 13 tahun.
Salah satu reaksi atas tes Binet-Simon atau tes Stanford-Binet adalah bahwa tes itu
terlalu umum. Seorang tokoh dalam bidang ini, Charles Sperrman mengemukakan bahwa
inteligensi tidak hanya terdiri dari satu faktor yang umum saja (general factor), tetapi juga
terdiri dari faktor-faktor yang lebih spesifik. Teori ini disebut Teori Faktor (Factor Theory of
Intelligence). Alat tes yang dikembangkan menurut teori faktor ini adalah WAIS (Wechsler
Adult Intelligence Scale) untuk orang dewasa, dan WISC (Wechsler Intelligence Scale for
Children) untuk anak-anak.
Di samping alat-alat tes di atas, banyak dikembangkan alat tes dengan tujuan yang
lebih spesifik, sesuai dengan tujuan dan kultur di mana alat tes tersebut dibuat.
Inteligensi dan Bakat. Inteligensi merupakan suatu konsep mengenai kemampuan umum
individu dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dalam kemampuan yang umum
ini, terdapat kemampuan-kemampuan yang amat spesifik. Kemampuan-kemampuan yang
spesifik ini memberikan pada individu suatu kondisi yang memungkinkan tercapainya
pengetahuan, kecakapan, atau ketrampilan tertentu setelah melalui suatu latihan. Inilah
yang disebut Bakat atau Aptitude. Karena suatu tes inteligensi tidak dirancang untuk
menyingkap kemampuan-kemampuan khusus ini, maka bakat tidak dapat segera
diketahui
lewat
tes
inteligensi.
Alat yang digunakan untuk menyingkap kemampuan khusus ini disebut tes bakat atau

aptitude test. Tes bakat yang dirancang untuk mengungkap prestasi belajar pada bidang
tertentu dinamakan Scholastic Aptitude Test dan yang dipakai di bidang pekerjaan adalah
Vocational Aptitude Test dan Interest Inventory. Contoh dari Scholastic Aptitude Test
adalah Tes Potensi Akademik (TPA) dan Graduate Record Examination (GRE).
Sedangkan contoh dari Vocational Aptitude Test atau Interest Inventory adalah Differential
Aptitude Test (DAT) dan Kuder Occupational Interest Survey.
Inteligensi dan Kreativitas
Kreativitas merupakan salah satu ciri dari perilaku yang inteligen karena kreativitas juga
merupakan manifestasi dari suatu proses kognitif. Meskipun demikian, hubungan antara
kreativitas dan inteligensi tidak selalu menunjukkan bukti-bukti yang memuaskan. Walau
ada anggapan bahwa kreativitas mempunyai hubungan yang bersifat kurva linear dengan
inteligensi, tapi bukti-bukti yang diperoleh dari berbagai penelitian tidak mendukung hal itu.
Skor IQ yang rendah memang diikuti oleh tingkat kreativitas yang rendah pula. Namun
semakin tinggi skor IQ, tidak selalu diikuti tingkat kreativitas yang tinggi pula. Sampai pada
skor IQ tertentu, masih terdapat korelasi yang cukup berarti. Tetapi lebih tinggi lagi,
ternyata tidak ditemukan adanya hubungan antara IQ dengan tingkat kreativitas.
Para ahli telah berusaha mencari tahu mengapa ini terjadi. J. P. Guilford menjelaskan
bahwa kreativitas adalah suatu proses berpikir yang bersifat divergen, yaitu kemampuan
untuk memberikan berbagai alternatif jawaban berdasarkan informasi yang diberikan.
Sebaliknya, tes inteligensi hanya dirancang untuk mengukur proses berpikir yang bersifat
konvergen, yaitu kemampuan untuk memberikan satu jawaban atau kesimpulan yang
logis berdasarkan informasi yang diberikan. Ini merupakan akibat dari pola pendidikan
tradisional yang memang kurang memperhatikan pengembangan proses berpikir divergen
walau kemampuan ini terbukti sangat berperan dalam berbagai kemajuan yang dicapai
oleh ilmu pengetahuan.

Left and Right Brain Functions


Although the cerebrum is symmetrical in structure, with two lobes emerging from the
brain stem and matching motor and sensory areas in each, certain intellectual functions
are restricted to one hemisphere. A persons dominant hemisphere is usually occupied
with language and logical operations, while the other hemisphere controls emotion and
artistic and spatial skills. In nearly all right-handed and many left-handed people, the left
hemisphere
is
dominant.
Microsoft Corporation. All Rights Reserved.
Microsoft Encarta 2006. 1993-2005 Microsoft Corporation. All rights reserved.

Fungsi Otak kanan dan kiri


Walaupun keliatannya simetris secara struktur, tapi keduanya mempunyai fugsiyang
berbeda, bila Otak kiri bertanggung jawab terhadap proses berfikir logis, berdasarrealitas,
mampu melakukan penafsiran secara abstrak, dan simbolis, cara berfikirnyasesuai untuk
tugas tugas verbal, menulis, membaca, menempatkan detail, fakta.Sedangkan cara berfkir
otak kanan lebih bersifat acak, tidak teratus,intuitif, holistik,bersifat non verbal, kearah
perasaan dan emosi, kesadaran yang berkenaan denganperasaan (merasakan kehadiran
suatu benda atau orang), pengenalan bentuk, pola, musik, kepekaan warna, kreativitas,
visualisasi. (Bobbi De Potter,1999, 37 38)
Kedua belahan otak penting artinya , orang yang memanfaatkan kedua belah otakini
cenderung seimbang dalam setiap aspek kehidupannya, Belajar dapat dengan mudahbagi
mereka karena mereka mempunyai pilihan untuk menggunakan bagian otak
yangdiperlukan dalam setiap pekerjaan yang mereka hadapi. Emosi yang positif

akanmendorong kearah kekuatan otak kearah yang lebih berhasil (Bobbi De Potter, 1999,
38)Kedua belahan otak penting artinya , orang yang memanfaatkan kedua belah otak ini
cenderung seimbang dalam setiap aspek kehidupannya, Belajar dapat dengan mudahbagi
mereka karena mereka mempunyai pilihan untuk menggunakan bagian otak
yangdiperlukan dalam setiap pekerjaan yang mereka hadapi. Emosi yang positif
akanmendorong kearah kekuatan otak kearah yang lebih berhasil (Bobbi De Potter, 1999,
38)
Pertemuan ke 6
MEMORI
Memori adalah kemampuan jiwa untukmemasukan (learning), menyimpan (retention)
dan menimbulkan kembali (remembering) hal-hal yang telah lampau. Dengan adanya
kemampuan untuk mengingat, manusia mampumenyimpan dan menimbulkan kembali
apa yang telah pernah dialaminya.
Memori mempunyai tiga fungsi/proses, yaitu: memberi kode/sandi, menyimpan dan
menimbulkan kembali. Pada proses penyimpanan, informasi yang telah diberi kode
tersebut diletakkan dalam struktur memori. Pada proses penimbulan kembali informasi
yang tersimpan berusaha diakses kembali pada saat dibutuhkan. Proses memunculkan
kembali memori (record) yang tersimpan dalam memori permanent meliputi tiga cara,
yaitu: recall, recognition dan rekonstruksi inferensial.
Sistem memori manusia tersusun dari tiga komponen storage (penyimpanan). Informasi
(yaitu stimulus dari lingkungan) terlebih dahulu melalui sensory storage, lalu melawati
short-term memory dan pada akhirnya berakhir dalam long term memory.
Stimuli beragam yang akan mengaktifkan seorang pembelajar dalam memproses suatu
memori dapat berupa data atau elemen psikologi, persepsi, fisiologi, lingkungan, emosi
dan sosial. Dengan bimbingan seorang guru maka seorang pembelajar atau pelajar akan
mampu menyimpan memori yang di-encoded dengan baik. Memori yang disimpan
dalam encoding yang baik akan lebih mudah diakses kembali dan lebih mudah digunakan
untuk membuat suatu konsep atau memecahkan suatu masalah.
Peningkatan memori dapat dilakukan dengan berbagai cara misalnya: Mempelajari
sesuatu berulang-ulang, menyediakan waktu lebih banyak untuk rehearsingatau
mengulang encoding data tertentu, membuat bahan/materi yang memiliki arti atau kesan
spesifik/tertentu,
menggunakan mnemonic
devices seperti
cerita,
akronim,
mengaktifkan retrieval cues- rekreasi mental, me-recall peristiwa ketika masih segar
(fresh)
kemudian
menuliskan
sebelum
terjadi
gangguan
(interference),
meminimalisirinterference dan melakukan ujian (test) terhadap diri sendiri tentang apa
yang mungkin membuat kita lupa.
Pembentukan memori secara biologi, merupakan hal yang sangat kompleks yang
terutama diperankan oleh sistem saraf yang berpusat di otak. Pusat dari proses

mengingat di otak terletak pada area hippocampus. Secara sederhana, proses


pembentukan memori atau proses terbentuknya ingatan dimulai dari adanya stimuli
berupa audio, visual dan taktil (sentuhan) yang akan ditangkap oleh indra kita. Sebagian
dari stimuli tersebut akan di-encoded dan sebagian tidak. Stimuli atau data yang diencoded akan disimpan dalam bentuk short term memory atau immediate memoryatau
serupa pada RAM komputer. Selanjuitnya data akan di-encoded untuk kedua kalinya dan
kemungkinan diperkaya dengan pengalaman atau memori yang telah ada sebelumnya
atau nilai/kepercayaan yang telah ada untuk disimpan dalam bentuk long term
memory atau setara disimpan dalam hard disc komputer. Proses pengayaan dengan nilai
tertentu tersebut setara dengan penamaan atau notasi file pada komputer.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Memori
Faktor-faktor yang mempengaruhi memori antara lain kondisi fisik dan
usia. Kondisi yang sangat berpengaruh dalam mengingat adalah kelelahan, kurang tidur
dan sakit. Seseorang yang dalam kondisi lelah, kurang tidur dan sakit akan mengalami
kesulitan untuk mengingat sesuatu. Hal ini disebabkan karena pada kondisi seperti itu
individu mengalami kemunduran kemampuan metal yang disebabkan oleh gangguan fisik
tadi. Ingatan yang paling kuat terjadi pada masa anak-anak, yaitu pada usia 10-14
tahun. Orang yang sudah lanjut usia akan mengalami kesulitan jika diminta untuk
mengingat kembali apa yang sudah dipelajari ataupun dialaminya, karenanya gejala yang
paling umum ditemui pada masa ini adalah pikun.
Lupa
Lupa adalah hilangnya kemampuan untuk menyebutkan atau memunculkan
kembali apa-apa yang sebelumnya telah kita pelajari. Tidak berarti apa yang sudah kita
pelajari akan hilang, hanya saja informasi tersebut terlalu lemah untuk ditimbulkan
kembali.
Perkembangan Memori
Kemampuan memori manusia berkembang sejalan dengan pertambahan
usia. Pada bayi yang baru lahir baru dimiliki kemampuan rekognisi, sedangkan
kemampuan recall baru dicapai pada usia satu tahun. Anak-anak yang masih kecil dan
bayi memiliki kapasitas memori, tetapi masih diragukan bahwa memori yang dibentuk
dapat dipercaya atau dapat diakses kembali sebelum berusia dua tahun. Orang dewasa
lebih bersandar pada representasi semantik, sementara anak-anak lebih bersandar pada
representasi berbasis persepsi (yaitu imagery). Dalam hal menggunakan strategi memori
seiring bertambah usia maka strategi memori seseorang semakin meningkat. Anak-anak
yang sudah cukup besar dan orang dewasa lebih cepat mengingat informasi dibandingkan
dengan anak-anak yang masih kecil.
Hubungan Memori dan Belajar

Terdapat hubungan yang berat antara memori dan belajar. Dalam proses
belajar akan melibatkan pengolahan dan penyimpanan informasi. Hasil belajar bisa
diketahui melalui proses pengungkapan kembali apa yang telah diketahui siswa. Jadi,
dalam belajar dibutuhkan pemanfaatan kemampuan memori oleh siswa guna menyerap
informasi yang diterima, menyimpannya dan memunculkannya kembali pada saat
menjawab soal ulangan atau ujian.

Pertemuan ke 7
EMOSI

Emosi adalah suatu kondisi biologi, psikologi dan fisiologi dan serangkaian
kecenderungan untuk bertindak. Emosi seringkali disamakan dengan perasaan, namun
keduanya dapat dibedakan. Emosi bersifat lebih intens dibanding dengan perasaan, sehingga
perubahan jasmaniah yang ditimbulkan oleh emosi lebih jelas dibandingkan perasaan. Perasaan
menunjukan suasana batin yang lebih tenang dan tertutup ibarat riak air atau hembusan angin
sepoy-sepoy. Emosi sebagai suatu peristiwa psikologis mengandung ciri- ciri sebagai berikut:
Pengalaman emosional bersifat pribadi, adanya perubahan aspek jasmaniah, emosi
diekspresikan prilaku dan emosi sebagai motif.
Fungsi Emosi.
Emosi tidak hanya berfungsi untuk survival, atau sekedar untuk mempertahankan
hidup, Akan tetapi emosi juga berfungsi sebagai energizer atau pembangkit energy yang
memberikan kegairahan dalam kehidupan manusia. Selain itu, emosi juga
merupakanmessenger atau pembawa pesan.
Jenis dan Pengelompokan Emosi
Secara garis besar emosi manusia dibedakan dalam dua bagian yaitu, emosi
yang menyenangkan atau emosi positif, dan emosi yang tidak menyenangkan atau emosi
negative. Emosi yang menyenangkan adalah emosi yang menimbulkan perasaan positif
pada orang yang mengalaminya, diantaranya adalah cinta, sayang, gembira, kagum dan
sebagainya. Sedang emosi yang tidak menyenangkan adalah emosi yang menimbulkan
perasaan negatif pada orang yang mengalaminya, diantaranya adalah sedih, marah,benci,
takut dan sebagainya. Manusia mempunyai empat jenis emosi dasar yang telah dibawa
sejak lahir dan akan berkembang sesuai dengan pengaruh lingkungan yaitu emosi takut,
marah, sedih dan senang. Semakin bertambah usia seseorang maka akan semakin
bertambah
jumlah/jenis
emosi. Ekspresi
emosi
akan
ditampakan

dalamperilaku. Misalnya:
Emosi
sedih
akan
diekspresikan
dalam
bentuk
menangis. Perkembangan emosi ditandai dengan perkembangan ekspresi. Jika ekspresi
emosi berkembang maka akan semakin baik.
Teori-teori Emosi
Walgito mengemukakan tga teori emosi yaitu: Teori sentral, teori periferal dan teori
kepribadian.
1. Teori sentral ,
Menurut teori ini, gajala kejasmanian merupakan akibat dari emosi yang dialami oleh
individu; jadi individu mengalami emosi terlebih dahulu baru kemudian mengalami
perubahan- perubahan dalam kejasmanian. Teori ini dikemukakan oleh Cannon.
2. Teori Periferal
Menurut teori ini, gejala-gejala kejasmanian bukanlah merupakan akibat dari emosi
yang dialami oleh individu, tetapi emosi yang dialami oleh individu merupakan akibat dari
gejala-gejala kejasmanian. Teori ini dikemukakan oleh William James(1842-1910) dari
amerika Serikat, yang bersamaan waktunya juga dikemukan oleh Carl Lange yang barasal
dari Denmark.
3. Teori Kepribadian
Menurut teori ini, emosi merupakan suatu aktifitas pribadi, dimana pribadi tidak dapat
dipisahkan dalam jasmani dan psikis sebagai dua substansi yang terpisah. Karena itu
maka emosi meliputi pula perubahan-perubahan kejasmanian masalnya apa yang
dikemukakan oleh J.Linchoten.
Memelihara Emosi yang Konstruktif
Beberapa usaha untuk memelihara emosi-emosi yang konstruktif adalah:
1. Bangkitkan rasa humor
2. Periharalah selalu emosi-emosi yang positif, jauhkanlah emosi negative.
3. Berorientasi kepada kenyataan.
4. Kurangi dan hilangkan emosi yang negative.
Beberapa cara menekan emosi negatif dalam kegiatan belajar mengajar adalah guru
memberikan perhatian kepada siswa. Jangan menimbulkan perasaan yang tidak
menyenangkan, mengalihkan emosi negatif siswa menjadi emosi positif.
Emosi marah (emosi negative) sebaiknya dikeluarkan jangan ditahan dengan jalan
marah yang sehat. Beberapa cara marah yang sehat yaitu: marah pada orang yang tepat,
marah pada waktu yang tepat, marah dengan kadar yang tepat (disesuaikan) dan dengan
kesalahan yang tepat.
Pengaruh Emosi pada Belajar
Emosi berpengaruh besar pada kualitas dan kuantitas belajar. Emosi yang
positif dapat mempercepat proses belajar dan mencapai hasil belajar yang lebih baik,

sebaliknya emosi yang negatif dapat memperlambat belajar atau bahkan


menghentikannya sama sekali.
Pembelajaran yang berhasil haruslah dimulai
dengan menciptakan emosi positif pada diri pembelajar. Jika siswa mengalami emosi
positif, mereka dapat menggunakan neokorteks untuk tugas-tugas belajar. Untuk
menciptakan emosi positif pada diri siswa dapat dilakukan dengan berbagai cara,
diantaranya adalah dengan menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan.
Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan fisik dan lingkungan psikologis. Lingkungan
fisik mencakup penataan ruang kelas dan penggunaan alat bantu belajar, sedangkan
lingkungan psikologis mencakup penggunaan music untuk meningkatkan hasil belajar.

Kecerdasan Emosi
kecerdasan emosi (emotional intelligence) adalah kemampuan untuk mengenali perasaan
kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri dan kemampuan
mengelola emosi dengan baik, pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain.
Kecerdasan emosi mencakup kemampuan-kemampuan yang berbeda tetapi saling melengkapi
dengan kecerdasan akademik (academic intelligence), yaitu kemampuan-kemampuan kognitif
murni yang diukur dengan IQ. Meskipun IQ tinggi, tetapi bila kecerdasan emosi rendah tidak
banyak membantu. Banyak orang cerdas dalam arti terpelajar tetapi tidak mempunyai
kecerdasan emosi, ternyata bekerja menjadi bawahan orang yang IQ nya blebih rendah,
tetapi unggul dalam kecerdasan emosi.
Kecerdasan umum semata-mata hanya dapat memprediksi kesuksesan hidup sesorang
sebanyak 20 % saja, sedangkan 80 % lainnya adalah apa yang disebut Emotional Intelligence.
Bila tidak ditunjang dengan pengolahan emosi yang sehat, kecerdasan saja tidak akan
menghasilkan seorang yang sukses hidupnya dimasa yang akan datang . Kecerdasan emosi
jelas mempengaruhi kesuksesan hidup tetapi dalam konteks belajar disekolah kecerdasan
intelektual (intelegensi) adalah modal utama dalam keberhasilan belajar. Kecerdasan emosi
perlu ditumbuhkan semenjak anak masih kecil melalui naskah emosi yang sehat.
Pertemuan ke 8
BERFIKIR
Menurut Khodijah ( 2006:117 ) mengatakan bahwa berpikir adalah sebuah representasi
simbol dari beberapa peristiwa atau item. Sedangkan menurut Drever dalam Khodijah
(2006:117) berpikir adalah melatih ide-ide dengan cara yang tepat dan seksama yang
dimulai dengan adanya masalah. Jadi berpikir adalah satu keatipan pribadi manusia yang
mengakibatkan penemuan yang terarah kepada suatu tujuan. Kita berpikir untuk
menemukan pemahaman / pengertian yang kita kehendaki.
Beberapa pendapat aliran psikologi tentang berfikir, yaitu :
a.
Psikologi asosiasi, mengemukakan bahwa berfikir merupakan jalannya atau
bekerjanya tenggapan tanggapan.

b.

Aliran Behaviorisme, berpendapat berfikir bahwa berfikir adalah gerakan gerakan


reaksi yang dilakukakan oleh urat syaraf dan otot otot bicara seperti halnya bila kita
mengucapkan buah pikiran.

c.

Psikologi Gestalt, berfikir merupakan keaktifan psikis yang absrak, yang prosesnya
tidak dapat kita amati dengan alat indera kita.

1.
2.
3.

Jenis Berpikir
Menurut Floyd L. Ruch, berpikir ada tiga macam yaitu:
Berpikir deduktif adalah berpikir dari yang umum menuju yang umum.
Berpikir induktif adalah berpikir menarik kesimpulan dari berbagai kejadian dengan
observasi.
Berpikir Evaluatif adalah berpikir kritis.
Menurut Khodijah (2006), pikiran sendiri ada dua macam yaitu pikiran sadar dan bawah
sadar. Sedang manusia hanya memanfaatkan 12% kekuatan pikiranya, sementara 88%
ada pada kekuatan bawah sadar, yg semacam "perasaan". Diantara pikiran sadar dan
bawah sadar ada Reticular Activating System (RAS) atau filter, yang untuk membuka,
pintu otak kita mesti berada pada gelombang Alfa. Pikiran bawah sadar (yang 88% tadi)
menyimpan: Memori, Self-image, Personality & Habits (kebiasaan).
Proses Berpikir
Menurut Suryabrata (2004), proses atau jalannya berpikir itu pada pokonya ada tiga
langkah yaitu :
a. Pembentukan pengertian
pengertian dibentuk melalui tiga tingkatan, sebagai berikut :
1. Menganalisis ciri-ciri dari sejumlah objek yang sejenis.
2. Membandingkan ciri tersebut untuk diketemukan ciri-ciri mana yang sama, mana
yang tidak sama, mana yang selalu ada dan mana yang tidak selalu ada.
3. Mengabstrasikan.
b. Pembentukan pendapat
Membentuk pendapat adalah meletakkan hubungan antara dua buah pengertian atau
lebih. Pendapat dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu
1. Pendapat afirmatif atau positif adalah pendapat yang menyatakan keadaan
sesuatu.
2. Pendapat negatif adalah pendapat yang menidakkan, yang secara tegas
menerangkan tentang adanya sesuatu sifat pada sesuatu hal.
3. Pendapat modalitas atau kebarangkalian adalah pendapat yang menerangkan
keberangkalian, kemungkinan sesuatu sifat pada sesuatu hal.

c. Penarikan kesimpulan atau pembentukan keputusan


Keputusan ialah hasil perbuatan akal untuk membentuk pendapat baru berdasarkan
pendapat-pendapat yang telah ada. Ada tiga macam keputusan adalah sebagai berikut :
1. Keputusan induktif
Adalah keputusan yang diambil dari pendapat-pendapat khusus menuju kesatu
pendapat yang umum.
2. Keputusan deduktif
Keputusan deduktif ditarik dari hal yang umum ke hal yang khusus, jadi berlawanan
dengan keputusan induktif.
3. Keputusan analogis
Adalah keputusan yang diperoleh dengan jalan membandingkan atau menyesuaikan
dengan pendapat-pendapat khusus yang telah ada.

REVIEW
Dalam melakukan proses pembelajaran dikelas maupun membimbing anak-anak dan siswa
guru harus memperhatikan segala aspek psikologi ,perkembangan ,ingatan, memori dan pola
berpikir anak .Hal ini penting untuk menumbuhkan kepercayaan dan mengembangkan potensi
yang ada pada siswa atau anak agar anak dan siswa mampu tumbuh dan perkembang sesuai
dengan harapan orang tua,guru dan masyarakat Permasalahan yang ada pada anak hendaknya
penyelesaiannya melibatkan komponen orang tua, guru , masyarakat dan konsuler.
Orang tua,guru dan masyarakat harusnya memahami bahwa hanya kesuksesan anak itu
bukan hanya mampu mendapatkan nilai yang tinggi tetapi juga mampu mengembangan nilai
spritual (kecerdasan spritual) dan kecerdasan emosian yang terkadang kecerdasan emosian dan
spiritual yang mampu membawa kesuksesan terhadap anak dalam kehidupan di masyarakat.
Dalam belajar haruslah diperhatikan faktor yang mempebaruhi sisiwa dalam memperoleh
dan mengingat pengetahuan . Oleh sebab itu guru haruslah memperhatikan hal tersebut dalam
memlakukan pembelajaran dikelas dengan memperhatikan hal tersebut pengetahuan yang
diberikan oleh guru akan menjadi ingatan yang setia dalam memori siswa.

You might also like