Professional Documents
Culture Documents
1/11
Afektif
Tujuan afektif yang berhubungan dengan perasaan, emosi, system nilai dan sikap hati
(attitude) yang menunjukkan penerimaan atau penolakan terhadap sesuatu. Tujuan afektif
terdiri dari yang paling sederhana, yaitu memperhatikan suatu fenomena sampai dengan
yang kompleks yang merupakan factor internal seseorang, seperi kepribadian dan hati
nurani. Dalam literature tujuan afektif ini disebutkan sebagai : minat, sikap hati, sikap
menghargai, sistem nilai, serta kecenderungan emosi.
Psikomotor
Tujuan psikomotor berorientasi kepada keterampilan motorik yang berhubungan dengan
anggota tubuh, atau tinadakan (action) yang memerlukan koordinasi antaraayaraf dan otot.
Dalam literature tujuan ini tidak banyak ditemukan penjelasannya, dan biasanya dihubungkan
dengan latihan menulis, berbicara, berolahraga, serta matakuliah yang berhubungan
dengan keterampilan teknis.
Taksonomi Tujuan Kognitif
2. pemahaman
Tujuan pada kategori ini berhubungan dengan kemampuan untuk menjelaskan
pengetahuan/informasi yang telah diketahui dengan kata-kata sendiri. Dalam hal ini mahasiswa
diharapkan untuk menerjemahkan, atau menyebutkan kembali yang telah didengar dengan katakata sendiri.
2/11
Kata kerja yang diperoleh harus operasional, dengan pengertian bahwa kompetensi dan perilaku
tersebut dapat diukur unjuk kerjanya. Hal ini penting untuk menunjukkan apakah tujuan
instruksional yang ditetapkan dapat tercapai atau tidak pada akhir perkuliahan.
3. Penerapan
Penerapan merupakan kemapuan untuk menggunakan atau menerapkan informasi yang telah
dipelajari ke dalam situasi atau konteks yang lain atau yang baru. Sebagai contoh, menyusun
kuesioner penelitian untuk penulisan skripsi merupakan penerapan prinsip-prinsip penyusunan
instrument penelitian yang sebelumnya telah dipelajari mahasiswa dalam mata kuliah metode
penelitian.
4. Analisis
Analisis merupakan kemampuan untuk mengidentifikasi, memisahkan dan membedakan
komponen-komponen atau elemen suatu fakta, konsep, pendapat, asumsi, hipotesa atau
kesimpulan, dan memeriksa setiap komponen tersebut untuk melihat ada tidaknya kontradiksi.
Dalam hal ini mahasiswa diharapkan untuk menunjukkan hubungan di antara berbagai gagasan
dengan cara membandingkan gagsan tersebut dengan standar, prinsip atau prosedur yang telah
dipelajari. Sebagai contoh, pembuatan kritik suatu karya literature atau seni merupakan analisis.
Tugas seperti ini memerlukan kemampuan analisis sebab menuntut mahasiswa untuk membuat
tanggapan terhadap berbagai aspek, seperti tema, plot, derajat realisme, dan sebagainya, serta
melihat hubungan di antara aspek-aspek tersebut.
5. Sintesis
tujuan instruksional level ini menuntut mahasiswa untuk mampu mengkombinasikan bagian atau
elemen ke dalam satu kesatuan atau struktur yang lebih besar. Menulis esay tentang
Perwujudan Bhinneka Tunggal Ika dalam masyarakat Indonesia merupakan contoh sintesis.
Dalam hal ini mahasiswa harus melihat berbagai aspek sosial, budaya dan ekonomi dalam
kelompok etnik, misalnya sistem kekerabatan, sistem keagamaan, dan sebagainya, dan
kemudian membandingkan perwujudan berbagai aspek tersebut dan membuat kesimpulan.
6. Evaluasi
Tujuan ini merupakan tujuan yang paling tinggi tingkatnya, yang mengharapkan mahasiswa
mampu membuat penilaian dan keputusan tentang nilai suatu gagasan, metode, produk atau
benda dengan menggunakan kriteria tertentu. Sebagai contoh, kemampuan mengevaluasi suatu
program video apakah memenuhi syarat sebagai program instruksional yang baik atau tidak,
merupakan tujuan tingkat evaluasi. Dalam hal ini mahasiswa harus mempertimbangkan dari segi
isi, strategi presentasi, budaya, karakteristik pengguna, dan sebagainya. Di samping itu kriteia
program yang baik harus terlebih dahulu jelas bagi mahasiswa.
3/11
2. Manipulasi (Manipulation)
Pada tingkat ini mahasiwa diharapkan untuk melakukan suatu prilaku tanpa bantuan visual,
sebagaimana pada tingkat meniru. Mahasiswa diberi petunjuk berupa tulisan atau instruksi
verbal, dan diharapkan melakukan tindakan (perilaku) yang diminta.
Contoh kata kerja yang digunakan sama dengan untuk kemampuan meniru.
4/11
menunjukkan prilaku yang diminta, misalnya berpartisipasi, patuh atau memberikan tanggapan
secara sukarela bila diminta.
4. Pengorganisasian (Organization)
Pengorgaisasian menunjukkan saling berhubungan antara nilai-nilai tertentu dalam suatu sistem
nilai, serta menentukan nilai mana yang mempunyai prioritas lebih tinggi daripada nilai yang lain.
Dalam hal ini mahasiswa menjadi committed terhadap suatu sistem nilai. Dia diharapkan untuk
mengorganisasikan berbagai nilai yang dipilihnya ke dalam satu sistem nilai, dan menentukan
hubungan di antara nilai-nilai tersebut.
5. Pengamalan (Characterization)
pengamalan berhubungan dengan pengorganisasian dan pengintegrasian nilai-nilai ke dalam
suatu sistem nilai pribadi. Hal ini diperlihatkan melalui perilaku yang konsisten dengan sistem
nilai tersebut. Pada tingkat ini mahasiswa bukan saja telah mencapai perilaku-perilaku pada
tingkat-tingkat yang lebih rendah, tetapi telah mengintegrasikan nilai-nilai tersebut ke dalam suatu
filsafat hidup yang lengkap dan menyakinkan, dan prilakunya akan selalu konsisten dangan
filsafat hisup tersebut. Filsafat hidup tersebut merupakan bagian dari karakter.
Dari contoh-contoh tujuan afektif ini terlihat bahwa pada tingkat-tingkat yang tinggi (valuing,
organization dan characterization) perilaku yang merupakan indikator tercapainya tujuan-tujuan
tersebut terlihat overlapping dan tidak dapat dipisahkan dengan tegas. Ini menunjukkan bahwa
meskipun secara konseptual tingkat-tingkat tersebut dapat dipisahkan dan nampaknya
mempunyai hubungan hierarkhis, perumusan tujuan tidak dapat dengan jelas dibedakan. Hal ini
pulalah yang membuat tujuan afektif menjadi sulit dievaluasi apakah tercapai atau tidak.
Integrasi Tujuan Kognitif dan Afektif
Dalam Pembelajaran
Sebagaimana disebutkan pada bagian pendahuluan, dalam proses pembelajaran terjadi interaksi
antara unsur kognitif dan afektif dalam diri mahasiswa. Sikap yang apriori terhadapsuatu konsep
atau prosedur kerja dapat menjadi hambatan bagi tercapainya tujuan kognitif. Sebaliknya, untuk
mengubah suatu sikap atau megadopsi suatu nilai, mahasiswa juga memerlukan pemahaman
yang sifatnya kognitif. Dalam proses pembelajaran tertentu aspek kognitif dan afektif merupakan
dua sisi mata uang yang perlu ada.
Dengan demikian, dalam proses pembelajaran dosen perlu memperhatikan tujuan afektif ini dan
secara terencana berusaha untuk mencapainya.
Berbeda dengan tujuan kognitif, tujuan afektif lebih sulit dievaluasi. Salah satu sebabnya adalah
bahwa mencapai tujuan afektif memerlukan waktu lama. Sebagai contoh, menjadi ahli dalam
hukum atau politikus yang mempunyai kredibilitas tinggi jelas tidak akan terjadi dalam waktu
yang singkat.
5/11
Untuk tingkat-tingkat yang lebih sederhana, seperti mengenal atau memberi respon,
pencapaiannya mungkin tidak memerlukan waktu lama, dan dengan cepat dapat diketahui
tercapai atau tidak.
Di antara kawasan tujuan pendidikan yang paling banyak mendapatkan perhatian pada jenjang
pendidikan tinggi adalah kawasan kognitif. Di dalam kawasan kognitif yang paling penting adalah
jenjang analisis, sintesis, dan evaluasi karena sangat dibutuhkan dalm pemecahan masalah.
Kemampuan memecahkan masalah ini dikuasai bila peserta didik mempunyai strategi kognitif
yang baik. Oleh sebab itu dalam bab yang akan datang akan dibahas konsep strategi kognitif dan
bagaimana cara mengajaran yang dapat menumbuhkannya.
Rangkuman
1.
2.
3.
4.
5.
6.
References :
Krathwohl, D.R, Bloom & Marsia. (1964).Taxonomy of Educational Objectives. New
York:Longman.
Marlin, B.L & Brigg, L.J (1986). The Affective and Cognitive Domains. New Jersey : Educational
Technology Publication.
Suparman, A.(1994). Desain Instruksional. Jakarta : Pusat Antar Universitas-PPAI
Harrow, A.J.(1972). A taxonomy of the Psychomotor Domain. New York :David McKay Company
Suciati (2001). Taksonomy Tujuan Instruksional. Jakarta : Pusat Antar Universitas-PPAI
6/11
Lampiran-1
RANAH-RANAH ( Taxonomy Bloom)
Petunjuk : Pada saat merumuskan Tujuan Instruksional Umum Umum (TIU)dan Tujuan
Instruksional Khusus (TIK) kata kerja yang digunakan adalah Kata-kata Kerja Operasional
yang terdapat pada kolom ke 3 ( paling kanandari tabel dibawah ini).
Ranah Kogntif
Kategori Jenis
Perilaku
Pengetahuan
Pemahaman
Penerapan
Kemampuan Internal
Mengetahui ..
Misalnya: istilah
fakta
aturan
urutan
metode
Menterjemahkan
Menafsirkan
Memperkirakan
Menentukan..
misalnya: metode
prosedur
Memahami..
misalnya: konsep
kaidah
prinsip
kaitan antara
fakta
isi pokok
Mengartikan/menginterpretasikan..
misalnya: tabel
grafik
bagan
Memecahkan masalah
Membuat bagan dan grafik
Menggunakan..
misalnya: metode/prosedur
konsep
kaidah
prinsip
7/11
Menggantikan
Menarik kesimpulan
Meringkas
Mengembangkan
Membuktikan
Mendemonstrasikan
Menghitung
Menghubungkan
Memperhitungkan
Membuktikan
Menghasilkan
Menunjukkan
Melengkapi
Menyediakan
Analisa
Mengenali kesalahan
Membedakan..
misalnya: fakta dari interpretasi
data dari kesimpulan
Menganalisa..
misalnya: struktur dasar
bagian-bagian
hubungan antara
Sintesa
Menghasilkan..
misalnya: klarifikasi
karangan
kerangka teoritis
Menyusun..
misalnya: rencana
skema
program kerja
Evaluasi
Menyesuaikan
Menemukan
Memisahkan
Menerima
Menyisihkan
Menghubungkan
Memilih
Membandingkan
Mempertentangkan
Membagi
Membuat diagram/skema
Menunjukkan hubungan antara
Membagi
Mengkategorikan
Mengkombinasikan
Mengarang
Menciptakan
Mendesain
Mengatur
Menyusun kembali
Merangkaikan
Menghubungkan
Menyimpulkan
Merancangkan
Membuat pola
Memperbandingkan
Menyimpulkan
Mengkritik
Mengevaluir
Memberikan argumentasi
Menafsirkan
Membahas
Menyimpulkan
Memilih antara
Menguraikan
Membedakan
Melukiskan
Mendukung
Menyokong
Menolak
Ranah Afektif
Kategori Jenis
Perilaku
Penerimaan
Partisipasi
Kemampuan Internal
Menunjukkan..
misalnya: kesadaran
kemauan
perhatian
Mengakui..
Misalnya: kepentingan
perbedaan
Mematuhi..
misalnya: peraturan
tuntutan
8/11
perintah
Ikut serta secara aktif..
misalnya: di laboratorium
dalam diskusi
dalam kelompok
belajar
dalam kelompok
tentir
Menyambut
Menolong
Mendatangi
Melaporkan
Menyumbangkan
Menyesuaikan diri
Berlatih
Menampilkan
Membawakan
Mendiskusikan
Menyelesaikan
Menyatakan persetujuan
Mempraktekkan
Penilaian/Penentuan
sikap
Menunjukkan
Melaksanakan
Menyatakan pendapat
Mengikuti
Mengambil prakarsa
Memilih
Ikut serta
Menggabungkan diri
Mengundang
Mengusulkan
Membela
Menuntun
Membenarkan
Menolak
Mengajak
Organisasi
Merumuskan
Berpegang pada
Mengintegrasikan
Menghubungkan
Mengaitkan
Menyusun
Mengubah
Melengkapi
Menyempurnakan
Menyesuaikan
Menyamakan
Mengatur
Memperbandingkan
Mempertahankan
Memodifikasikan
Pembentukan pola
Menunjukkan..
misalnya : kepercayaan diri
disiplin pribadi
kesadaran
Mempertimbangkan
Melibatkan diri
Bertindak
Menyatakan
Memperlihatkan
Mempraktekkan
Melayani
Mengundurkan diri
Membuktikan
Menunjukkan
Bertahan
Mempertimbangkan
9/11
Mempersoalkan
Articulation
Naturalization
Berketerampilan secara..
misalnya: lancar
luwes
supel, gesit, lincah
Menyesuaikan diri
bervariasi
s.d.a.
Mengubah
Mengadaptasikan
Mengatur kembali
Membuat variasi
Merancang
Menyusun
Menciptakan
Mendesain
Mengkombinasikan
Mengatur
Merencanakan
10/11
Lampiran-2
Application
Analysis
Synthesis
Evaluation
Procuring an original
plan
Organizing and
conducting an
original product
Comprehension
Question and
Answer
Sessions
Workbook or
Worksheets
Debate
Simulation Activities
Dramatization
Programmed
Instruction
Games and
Puzzles
Information
Search
Just Suppose
Reading
Assignment
Finding
Definitions
Morning Talk
(Show/Tell)
Small Group
Memory
games or
Quizzes
Projects
Attribute listing
Model building
Peer Teaching
Making
Predictions or
Estimates
Problem Identification
Interviewing
Class or group
presentation
Conducting
Experiments
Making Deductions
Making up
classifications
Giving Examples
Paraphrasing
Source : www.learning.cqu.edu.au/curric_design.php
11/11
Comparing and
contrasting