You are on page 1of 14

LAPORAN PENDAHULUAN

CA SERVIKS
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas stase maternitas Program Pofesi Ners Angkatan XXXII

Disusun oleh:
HANIFAH SHALIHAH ASHHAABALJANNAH
220112160076

PROGRAM PROFESI NERS MATERNITAS ANGKATAN XXXII


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2016

I.1.

PENGERTIAN
Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh didalam leher rahim atau

serviks yang terdapat pada bagian terendah dari rahim yang menempel pada
puncak vagina. Kanker serviks merupakan gangguan pertumbuhan seluler dan
merupakan kelompok penyakit yang dimanifestasikan dengan gagalnya untuk
mengontrol proliferasi dan maturasi sel pada jaringan serviks. Kanker serviks
biasanya menyerang wanita berusia 35 - 55 tahun, 90% dari kanker serviks berasal
dari sel kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal yang menuju kedalam
rahim (Sarjadi, 2001).
I.1.1.1.1.1.1.1.1.

FAKTOR PENCETUS

Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui namun ada beberapa faktor
resiko dan predisposisi yang menonjol, antara lain :
1. Umur pertama kali melakukan hubungan seksual
Penelitian menunjukkan bahwa semakin muda wanita melakukan
hubungan seksual semakin besar mendapat kanker serviks. Kawin pada
usia 20 tahun dianggap masih terlalu muda.
2. Jumlah kehamilan dan partus
Kanker serviks terbanyak dijumpai pada wanita yang sering partus.
Semakin sering partus semakin besar kemungkinan resiko mendapat
karsinoma serviks.
3. Jumlah perkawinan
Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan berganti-ganti
pasangan mempunyai faktor resiko yang besar terhadap kanker serviks
ini.
4. Infeksi virus
Infeksi virus herpes simpleks (HSV-2) dam virus papiloma atau virus
kondiloma akuminta diduga sebagai faktor penyebab kanker serviks.
5. Sosial ekonomi
Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi
rendah mungkin faktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi,
imunitas dan kebersihan perseorangan. Pada golongan sosial ekonomi

rendah umumnya kuantitas dan kualitas makanan kurang hal ini


mempengaruhi imunitas tubuh.
6. Hygiene dan sirkumsisi
Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kanker serviks pada wanita
yang pasangannya belum disirkumsisi. Hal ini karena pada pria non
sirkum hygiene penis tidak terawat sehingga banyak kumpulankumpulan smegma.
7. Merokok dan AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)
Merokok akan merangsang terbentuknya sel kanker, sedangkan
pemakaian AKDR akan berpengaruh terhadap serviks yaitu bermula dari
adanya erosi diserviks yang kemudian menjadi infeksi yang berupa
radang yang terus menerus, hal ini dapat sebagai pencetus terbentuknya
kanker serviks.
I.1.1.1.1.1.1.1.2.

ETIOLOGI

Penyebab tersering kanker serviks adalah infeksi virus HPV. Lebih dari
90% kanker serviks jenis skuamosa mengandung DNA virus HPV dan 50%
kanker serviks berhubungan dengan HPV tipe 16 (Nurwijaya, 2010). HPV adalah
virus DNA yang menginfeksi sel-sel epitel (kulit dan mukosa). Infeksi HPV
umumnya terjadi setelah wanita melakukan hubungan seksual dan umumnya
terjadi pada usia sekitar 25 tahun. sekitar 25 tahun. Selama hidupnya, hampir
kebanyakkan wanita dan laki-laki pernah terkena infeksi HPV dan 80 persen dari
wanita terkena infeksi sebelum umur 50 tahun. Sebagian infeksi HPV bersifat
hilang timbul sehingga tidak terdeteksi dalam kurun waktu 2 tahun setelah infeksi.
Hanya sebagian kecil saja dari infeksi tersebut menetap dalam jangka lama
sehingga menimbulkan kerusakan lapisan lendir menjadi pra-kanker.
HPV tipe 16 mendominasi infeksi (50-60%) pada penderita kanker leher
rahim disusul dengan tipe 18 (10-15%). Dari infeksi HPV sampai dengan
terjadinya kanker memerlukan waktu cukup lama, yaitu hampir 20 tahun. Hanya
sebagian kecil wanita pengidap HPV akan berubah statusnya menjadi fase prakanker. Apabila fase tersebut tidak segera diobati maka setelah beberapa tahun
mengidap infeksi maka kondisi pra-kanker berubah menjadi kanker (Rasjidi,
2010).
3

I.1.1.1.1.1.1.1.3.

KLASIFIKASI

PERTUMBUHAN

SEL

AKAN

KANKER SERVIKS
Mikroskopis
1. Displasia
Displasia ringan terjadi pada sepertiga bagian basal epidermis. Displasia
berat terjadi pada dua pertiga epidermi hampir tidak dapat dibedakan
dengan karsinoma insitu.
2. Stadium karsinoma insitu
Pada karsinoma insitu perubahan sel epitel terjadi pada seluruh lapisan
epidermis menjadi karsinoma sel skuamosa. Karsinoma insitu yang
tumbuh di daerah ektroserviks, peralihan sel skuamosa kolumnar dan sel
cadangan endoserviks.
3. Stadium karsinoma mikroinvasif
Pada

karsinoma

mikroinvasif,

disamping

perubahan

derajat

pertumbuhan sel meningkat juga sel tumor menembus membrana basalis


dan invasi pada stoma sejauh tidak lebih 5 mm dari membrana basalis,
biasanya tumor ini asimtomatik dan hanya ditemukan pada skrining
kanker.
4. Stadium karsinoma invasif
Pada karsinoma invasif perubahan derajat pertumbuhan sel menonjol
besar dan bentuk sel bervariasi. Pertumbuihan invasif muncul di area
bibir posterior atau anterior serviks dan meluas ketiga jurusan yaitu
jurusan forniks posterior atau anterior, jurusan parametrium dan korpus
uteri.
5. Bentuk kelainan dalam pertumbuhan karsinoma serviks
Pertumbuhan eksofilik, berbentuk bunga kool, tumbuh kearah vagina
dan dapat mengisi setengah dari vagina tanpa infiltrasi ke dalam vagina,
bentuk pertumbuhan ini mudah nekrosis dan perdarahan.
Pertumbuhan endofilik, biasanya lesi berbentuk ulkus dan tumbuh
progresif meluas ke forniks, posterior dan anterior ke korpus uteri dan
parametrium.

Pertumbuhan nodul, biasanya dijumpai pada endoserviks yang lambat


laun lesi berubah bentuk menjadi ulkus.
Makroskopis
1. Stadium preklinis
Tidak dapat dibedakan dengan serviksitis kronik biasa
2. Stadium permulaan
Sering tampak sebagian lesi sekitar ostium externum
3. Stadium setengah lanjut
Telah mengenai sebagian besar atau seluruh bibir porsio
4. Stadium lanjut
Terjadi pengrusakan dari jaringan serviks, sehingga tampaknya seperti
ulkus dengan jaringan yang rapuh dan mudah berdarah.
Klasifikasi Kanker Serviks menurut FIGO 1978
Tingkat
0
I

Ia

Ib

II
II a
II b
III a
III b

Kriteria
Karsinoma In Situ ( KIS), membran basalis utuh
Proses terbatas pada servks walaupun ada perluasan ke
korpus uteri
Karsinoma mikro invasif, bila membran basalis sudah
rusak dan sel tumor sudah stroma tidak > 3 mm, dan sel
tumor tidak tedapat didalam pembuluh limfe atau
pembuluh darah.
Secara klinis tumor belum tampak sebagai karsinoma,
tetapi pada pemeriksaan histologi ternyata sel tumor telah
mengadakan invasi stroma melebihi Ia
Proses keganasan telah keluar dari serviks dan menjalar
2/3 bagian atas vagina dan parametrium, tetapi tidak
sampai dinding panggul
Penyebaran hanya ke vagina, parametrium masih bebas
dari infitrat tumor
Penyebaran ke parametrum, uni atau bilateral, tetapi
belum sampai dinding panggul
Penyebaran sampai bagian distal vagina, sedang
parametrium tidak dipersoalkan asal tidak sampai dinding
panggul.
Penyebaran sudah sampai dinding panggul, tidak
ditemukan daerah infiltrat antara tumor dengan dinding
5

panggul.
Proses keganasan telah keluar dari panggul kecil dan
melibatkan mokusa rektum dan atau vesika urinaria atau
telah bermetastasi keluar panggul ketempat yang jauh
Proses sudah sampai mukosa rektum dan atau vesika
urinaria atau sudah keluar dari pangul kecil, metastasi
jauh belum terjadi
Telah terjadi metastasi jauh.

IV

IV a
IV b

I.1.1.1.1.1.1.1.4.

MANIFESTASI KLINIK

1. Dari Anamnesis didapatkan keluhan :


Metrorargia (perdarahan uterus yang terjadi di luar siklus menstruasi)
Keputihan warna putih/purulen yang berbau dan tidak gatal
Perdarahan pasca coitus
Perdarahan spontan
Bau busuk yang khas
2. Pada yang lanjut ditemukan keluhan cepat lelah, kehilangan berat badan
dan anemia.
3. Pada pemeriksaan fisik serviks dapat teraba, membesar, iregular dan
teraba lunak.
4. Bila tumor tumbuh eksofitik maka akan terlihat lesi pada porsio/sudah
sampai vagina.
I.1.1.1.1.1.1.1.5.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Sitologi/Pap Smear (Prostatic Acid Phosphate)


Keuntungan, murah dapat memeriksa bagian-bagian yang tidak terlihat.
Kelemahan, tidak dapat menentukan dengan tepat lokalisasi.
2. Schillentest
Epitel karsinoma serviks tidak mengandung glycogen karena tidak
mengikat yodium. Kalau porsio diberi yodium maka epitel karsinoma
yang normal akan berwarna coklat tua, sedang yang terkena karsinoma
tidak berwarna.
3. Kolposkopi

Memeriksa dengan menggunakan alat untuk melihat serviks dengan


lampu dan dibesarkan 10-40 kali.
Keuntungan : dapat melihat jelas daerah yang bersangkutan sehingga
mudah untuk melakukan biopsy.
Kelemahan : hanya dapat memeriksa daerah yang terlihat saja yaitu
porsio, sedang kelainan pada skuamosa columnar junction dan intra
servikal tidak terlihat.
4. Kolpomikroskopi
Melihat hapusan vagina (Pap Smear) dengan pembesaran sampai 200
kali.
5. Biopsi
Dengan biopsi dapat ditemukan atau ditentukan jenis karsinomanya
6. Konisasi
Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput sendir serviks dan
epitel gepeng dan kelenjarnya. Konisasi dilakukan bila hasil sitologi
meragukan dan para serviks tidak tampak kelainan-kelainan yang jelas.
7. Pemeriksaan secara radiologis (CT Scan dan MRI) untuk mengetahui
apakah sudah ada penyebaran lokal dari ca tersebut.
8. Servikografi
9. Gineskopi
10. Pap net/pemeriksaan terkomputerisasi dengan hasil lebih sensitive
I.1.1.1.1.1.1.1.6.

TERAPI

1. Irradiasi

Dapat dipakai untuk semua stadium

Dapat dipakai untuk wanita gemuk tua dan pada medical risk

Tidak menyebabkan kematian seperti operasi

2. Dosis
Penyinaran ditujukan pada jaringan karsinoma yang terletak diserviks
3. Komplikasi irradiasi

Kerentanan kandung kencing

Diarrhea

Perdarahan rectal

Fistula vesico atau rectovaginalis

4. Operasi

Operasi Wentheim dan limfatektomi untuk stadium I dan II

Operasi schauta, histerektomi vagina yang radikal

5. Kombinasi

Irradiasi dan pembedahan


Tidak dilakukan sebagai hal yang rutin, sebab radiasi menyebabkan
bertambahnya vaskularisasi, odema. Sehingga tindakan operasi
berikutnya dapat mengalami kesukaran dan sering menyebabkan
fistula, disamping itu juga menambah penyebaran ke sistem limfe
dan peradaran darah.

6. Cytostatika : Bleomycin, terapi terhadap karsinoma serviks yang radio


resisten. 5% dari karsinoma serviks adalah resisten terhadap radioterapi,
dianggap resisten bila 8-10 minggu post terapi keadaan masih tetap
sama.
I.1.1.1.1.1.1.1.7.

ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN
a.

b.

c.
d.

Data dasar
Pengumpulan data pada pasien dan keluarga dilakukan dengan cara
anamnesa, pemeriksaan fisik dan melalui pemeriksaan penunjang
Data pasien :
Identitas pasien, usia, status perkawinan, pekerjaan jumlah anak,
agama, alamat jenis kelamin dan pendidikan terakhir.
Keluhan utama : pasien biasanya datang dengan keluhan nyeri intra
servikal dan disertai keputihan menyerupai air.
Riwayat penyakit sekarang :
Biasanya klien pada stsdium awal tidak merasakan keluhan yang
mengganggu, baru pada stadium akhir yaitu stadium 3 dan 4 timbul

e.

keluhan seperti : perdarahan, keputihan dan rasa nyeri intra servikal.


Riwayat penyakit sebelumnya :
Data yang perlu dikaji adalah : Riwayat abortus, infeksi pasca
abortus, infeksi masa nifas, riwayat operasi kandungan, serta adanya

f.

tumor. Riwayat keluarga yang menderita kanker.


Keadaan Psiko-sosial-ekonomi dan budaya:
Ca. Serviks sering dijumpai pada kelompok sosial ekonomi yang
rendah, berkaitan erat dengan kualitas dan kuantitas makanan atau
gizi yang dapat mempengaruhi imunitas tubuh, serta tingkat

g.

personal hygiene terutama kebersihan dari saluran urogenital.


Data khusus:
Riwayat kebidanan ; paritas, kelainan menstruasi, lama,jumlah dan
warna darah, adakah hubungan perdarahan dengan aktifitas, apakah

h.

darah keluar setelah koitus, pekerjaan yang dilakukan sekarang


Pemeriksaan penunjang
Sitologi dengan cara pemeriksaan Pap Smear, kolposkopi,
servikografi, pemeriksaan visual langsung, gineskopi.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
a.
Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan penekanan sel
b.

kanker pasa syaraf dan kematian sel.


Ketidak seimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

c.

berhubungan dengan mual muntah karena proses eksternal radiologi.


Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan pengeluaran

d.

pervagina (darah,keputihan)/ penyakit kronis (metastase sel kanker)


Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang prosedur

e.

pengobatan.
Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan efek
dari prosedur pengobatan

INTERVENSI PADA PASIEN


Diagnosa 1: Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubunga dengan penekanan sel
kanker pasa syaraf dan kematian sel.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien tahu cara mengatasi
nyeri dan dapat dapat hilang atau berkurang
Kriteria Hasil: 1. Pasien mengatakan nyeri hilang atau berkurang dengan skala
nyeri 0-3.
2. Ekspresi wajah rileks.
3. Tanda-tanda vital dalam batas normal.
Intervensi
Rasional
1. Kaji
riwayat
nyeri,
lokasi,
1. Mengetahui tingkat nyeri pasien
frekuensi, durasi, intensitas, dan
dan menentukan tindakan yang
skala nyeri.
akan dilakukan.

2. Berikan tindakan kenyamanan


dasar: ajarkan teknik relaksasi,
distraksi, imajinasi, dan massage.
3. Awasi dan pantau tanda-tanda vital

2. Dengan dilakukannya tindakan


relaksasi dapat mengurangi
nyeri karena adanya stimulasi.
3. Dapat mengetahui nilai-nilai
kegawatdaruratan dan dapat
seegra diantisipasi

4. Berikan posisi yang nyaman

4. Memberikan rasa nyaman dan


membantu mengurangi rasa
nyeri.

5. Kolaborasi pemberian analgetik.

5. Diberikan saat nyeri sudah tidak


tertahan, dan dapat mengontrol
nyeri yang maksimal.

Implementasi: implementasi yang


dilakukan sesuai dengan intervensi
yang dilakukan

Evaluasi: Nyeri berkuran/ hilang/ dapat


teratasi

10

Diagnosa 2: Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan mual muntah karena proses eksternal radiologi.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan status nutrisi dipertahankan
untuk memenuhi kebutuhan tubuh
Kriteria Hasil: 1. Pasien menghabiskan makanan yang diberikan petugas.
2. Konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik.
3. Berat badan pasien normal.
4. Hasil hemoglobin dalam batas normal
Intervensi
Rasional
1. Kaji status nutrisi pasien.
1. Mengkaji lebih awal dapat
mengetahui status nutrisi, untuk
merencanakan tindakan keperawatan.
2. Ukur berat badan setiap hari atau
sesuai indikasi
3. Dorong pasien untuk makanmakanan tinggi kalori, kaya protein dan
tetap sesuai dengan diit (rendah garam)

2. Mengukur berat badan dapat


mementau peningkatann berat badan
dan keefektifan pemberian nutrisi
3. Kebutuhan jaringan metabolik
adequat oleh nutrisi

4. Pantau masukan makanan setiap hari. 4. Dapat mengindikasi defesiensi nutrisi


dan membpertahankan nutrisi pasien
dalam batas normal.
5. Anjurkan pasien untuk makan sedikit
tapi sering dan hidangkan makanan
dalam keadaan hangat.

5. Agar nutrisi terpenuhi, dan hidangan


yang hangat dapat mengurangi rasa
mual.

Implementasi: implementasi yang


dilakukan sesuai dengan intervensi
yang telah direncanakan

Evaluasi: Napsu makan meningkat,


berat badan dalam batas normal/adanya
peningkatan

Diagnosa 3: Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan pengeluaran


pervagina (darah,keputihan)/ penyakit kronis (metastase sel kanker).
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi penyebaran infeksi
dan dapat menjaga diri dari infeksi.
Kriteria Hasil: 1. Tidak ada tanda-tanda infeksi pada area sekitar serviks.
2. Tanda-tanda vital dalam baats normal.
3. Tidak terjadi penularan nosokomial, baik dari perawat ke pasien, pasien ke
keluarga, pasien ke pasien lain, dan pasien ke pengunjung.
4. Tidak timbul tanda-tanda infeksi karena lingkungan yang buruk.
5. Hasil hemoglobin dalam batas normal, dilihat dari leukosit
Intervensi
Rasional

11

1. Kaji adanya infeksi disekitar area


serviks

1. Mengkaji untuk mengurangi


terjadinya infeksi

2. Tekankan pada pentingnya personal


hygine, dengan mengajarkan cara
perawatan vagina dan memotong kuku.
3. Pantau tanda-tanda vital terutama
suhu.

2. Personal hygine yang benar dapat


mengurangi penyebaran infeksi.

4. Berikan perawatan dengan prinsip


antiseptik dan aseptik.

4. Membantu mempercepat
penyembuhan.

5. Tempatkan klien pada lingkungan


yang terhindar dari infeksi (lingkungan
yang nyaman dan bersih).

5. Dengan lingkungan yang nyaman


bersih membantu pasien mempercepat
penyembuhan.

6. Kolaborasi pemberian antibiotik

6. Mencegah terjadinya infeksi

Implementasi: implementasi yang


dilakukan sesuai dengan intervensi
yang telah direncanakan.

Evaluasi: Tidak adanya tanda-tanda


infeksi

3. Peningkatan suhu dari batas normal


bisa diindikasikan adanya infeksi.
Dengan pemantauan yang berkala dapat
mencegah terjadinya infeksi.

Diagnosa 4: Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang prosedur


pengobatan.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan kecemasan hilang atau
berkurang.
Kriteria Hasil: 1. Pasien mengatakan cemasnya hilang atau berkurang.
2. Terciptanya lingkungan yang aman dan nyaman bagi pasien.
3. Pasien tampak rileks, tanpak senang karena mendapat perhatian.
4. Keluarga atau orang terdekat dapat mengenal dan mengklarifikasi rasa takut.
5. Pasien mendapat informasi yang akurat, serta prognosis dan pengobatan dan
klien mendapat dukungan dari orang terdekat.
Intervensi
Rasional
1. Dorong pasien untuk
1. Memberikan kesempatan pasien
mengungkapkan pikiran dan
untuk mengungkapk perasannya,
perasaannya.
membantu mengurangi rasa cemas
2. Beri lingkungan terbuka dimana
pasien merasa aman untuk
mendiskusikan perasaan atau menolak
untuk berbicara.

2. Dengan lingkungan yang aman


pasien merasa lebih tentram dan dapat
berbicara dengan terbuka dan dapat
mengurangi rasa kecemasan yang
berlebih.
12

3. Pertahankan bentuk sering bicara


dengan pasien, bicara dengan
menyentuh klien.

3. Dengan berbicara tidak hanya satu


pihak atau dengan sering dapat
meningkatkan kepercayaan pasien.

4. Bantu pasien dan orang terdekat


dalam mengenali dan
mengklarifikasi rasa takut. Beri
informasi akurat, konsisten
mengenai prognosis, pengobatan
serta dukungan orang terdekat.

4. orang terdekat biasanya sangat


dipercayai pasien, dan paisen dapat
meningkatkan kemampuan kontrol
cemas.

Implementasi: implementasi yang


dilakukan sesuai dengan intervensi
yang telah direncanakan

Evaluasi: Rasa cemas dapat berkurang

Diagnosa 5: Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan efek


dari prosedur pengobatan.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi kerusakan
integritas kulit.
Kriteria Hasil: 1. Pasien dan keluarga dapat mempertahankan kebersihan
pengobatan anpa mengiritasi kulit.
2. Pasien dan keluarga dapat mencegah terjadi infeksi atau trauma kulit.
3. Pasien keluarga beserta tim medis dapat meminimalkan trauma pada terapi
radiasi dandapat menghindari cedera dermal karena kulit sangat sensitif selama
pengobatan dan setelahnya.
Intervensi
Rasional
1. Mandikan air hangat.
1. Dengan air hangat dapat
meningkatkan keamanan ambulasi
2. Dorong pasien untuk menghindari
menggaruk lebih baik menepuk kulit.
3. Tinjau pengobatan perawatan kulit
untuk pasien yang mendapatkan terapi
radiasi.

2. Membantu menghindari trauma kulit.

4. Anjurkan memakai pakaian yang


lembut dan longgar, biarkan pasien
menghindari menggunaan bra bila
bra akan meberikan tekanan.

4. meningkatkan sirkulasi dan


mencegah tekanan pada kulit.

3. Dengan dilakukannya radiasi akan


terjadi eek kemerahan

13

Implementasi: implementasi yang


dilakukan sesuai dengan intervensi
yang telah direncanakan

Evaluasi: Intergritas kulit tidak


terjadi/berkurang.

DAFTAR PUSTAKA

Aziz, M. F. (2002). Deteksi Dini Kanker. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas


Kedokteran Universitas Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2007). Pedoman Penemuan dan
Penatalaksanaan Penyakit Kanker Tertentu di Komunitas. Jakarta.
Green, L. W., & Kreuter, M. W. (2005). Health Program Planning, An
Educational and Ecological Approach 4th Edition. Bostonn: MC. Graw Hill.
Melva. (2008). Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kejadian Kanker Leher
Rahim pada Penderita yang Datang Berobat di RSUP H. Adam MAlik, Medan.
Tesis, Universitas Sumatera Utara .
Nuranna, & Laila. (2008). Skrining Kanker Leher Rahim dengan Metode
Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA). Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Nurwijaya, H. (2010). Cegah dan Deteksi Kanker Serviks. Jakarta: PT.
Gramedia.
Rasjidi, I. (2010). Manual Prakanker Serviks. Jakarta: Sagung Seto.
Tresna, K. (2009). Deteksi Human Papiloma Virus pada Sediaan Sitologi
Papanicolau Smear Lesi Serviks: Suatu Uji Diagnostik.
Wahyuningsih, T., & Mulyani, E. Y. (2014). Faktor Resiko Terjadinya Lesi
Prakanker Serviks Melalui Deteksi Dini dengan Metode IVA.
Wijaya, D. (2010). Pembunuh Ganas itu Bernama Kanker Serviks. Jogjakarta:
Sinar Kejora.
Wilgin, & Christin. (2011). Skrining Kanker Serviks dengan IVA dan Model
Aplikasi di Lapangan. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Wilkinson, Judith M., Ahern, Nancy R. 2013. Buku Saku Diagnosis
Keperawatan: Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC.m edisi .
Jakarta:EGC

14

You might also like