You are on page 1of 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Perubahan iklim sekarang sering terjadi tidak menentu, termasuk
meningkatnya kejadian banjir di seluruh dunia, membuat kemungkinan kejadian
Leptospirosis

global

akan

meningkat.

WHO

percaya

angka

kematian

Leptospirosis mungkin antara 5% sampai 25% dari pasien yang terinfeksi. Ini
tidak berarti bahwa orang yang terinfeksi dengan akses ke pelayanan kesehatan
yang tepat memiliki risiko kematian yang sama.
Leptospirosis merupakan penyakit global, tetapi lebih sering terjadi pada
daerah tropis dan subtropis. Leptospirosis dapat juga terjadi di pemukiman miskin
di kota-kota besar negara berkembang yang tidak berada di daerah tropis.
Berikut ini adalah area/negara/benua yang dikenal memiliki insiden
tertinggi Leptospirosis, antara lain: Afrika, India, Cina, Amerika Tengah, Brasil,
Karibia, Asia Tenggara, dan Rusia Selatan. Kasus infeksi juga dilaporkan di
beberapa hotspot wisata seperti: Selandia Baru, Australia, Hawaii, dan Barbados.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan penyakit Leptospirosis?
2. Apa saja tanda dan gejala Leptospirosis?
3. Apa penyebab Leptospirosis?
4. Bagaimana proses penularan Leptospirosis?

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Penyakit Leptospirosis


Penyakit Leptospirosis merupakan suatu penyakit yang diakibatkan oleh
bakteri Leptospira sp. Penyakit ini paling sering ditularkan dari hewan ke manusia
ketika orang dengan luka terbuka di kulit melakukan kontak dengan air atau tanah
yang telah terkontaminasi air kencing hewan. Bakteri juga dapat memasuki tubuh
melalui mata atau selaput lendir. Hewan yang umum menularkan infeksi kepada
manusia adalah tikus, musang, opossum, rubah, musang kerbau, sapi atau
binatang lainnya. Karena sebagian besar di Indonesia Penyakit ini ditularkan
melalui kencing Tikus, Leptospirosis popular disebut penyakit kencing tikus.
Menurut WHO (World Health Organization), sekitar 10 juta orang
diperkirakan terserang Leptospirosis setiap tahun. Tingkat kematian penyakit ini
sulit untuk dihitung, karena Leptospirosis cenderung terjadi di beberapa bagian
dunia dengan pelayanan kesehatan masyarakat yang sangat mendasar yang tidak
secara rutin melaporkan banyak penyebab kematian.
2.2. Tanda dan Gejala Penyakit Leptospirosis
Tanda-tanda dan gejala Leptospirosis biasanya muncul secara tiba-tiba,
sekitar 7 sampai 14 hari setelah seseorang terinfeksi. Dalam beberapa kasus, tanda
dan gejala tersebut mungkin muncul sebelum atau sesudahnya. Ada dua jenis
utama penyakit Lepitospirosis, yaitu : Leptospirosi ringan dan

Leptospirosis berat. Kedua jenis Leptospirosis ini memiliki tanda


dan gejala sebagai berikut:
2.2.1 Tanda dan Gejala Leptospirosis Ringan
Adapun beberapa tanda dan gejala Leptospirosis ringan yaitu :
1. Menggigil
2. Batuk
3. Diare
4. Sakit kepala, bisa datang tiba-tiba
5. Demam tinggi
6. Nyeri otot, khususnya punggung bawah dan betis
7. Mual
8. Hilang nafsu makan
9. Mata merah dan iritasi
10. Nyeri Kulit
Orang yang terkena gejala leptospirosis biasanya membaik dalam waktu
satu minggu tanpa pengobatan. Sebagian kecil dari mereka tidak membaik, dan
akan menderita Leptospirosis berat.
2.2.2 Tanda dan Gejala Leptospirosis Berat
Tanda dan gejala ini akan muncul beberapa hari setelah gejala
Leptospirosis ringan telah menghilang. Tanda dan gejala tergantung pada organ
vital yang telah terpengaruh oleh bakteri Leptospira sp.

1.

Tanda dan gejala ketika jantung, hati dan ginjal yang terkena:
Kelelahan
Detak jantung tidak teratur, seringkali cepat
Nyeri otot
Mual
Mimisan
Nyeri di dada
Sesak nafas

Hilang nafsu makan


Tangan, kaki atau mata kaki membengkak
Penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan
Putih mata, lidah dan kulit menguning (jaundice)
Orang yang terkena gejala leptospirosis berat yang tidak diobati bisa
mengalami gagal ginjal yang mengancam jiwa.

2. Tanda dan gejala ketika otak yang terkena


Meningitis mengacu pada infeksi pada lapisan luar otak, sedangkan
ensefalitis mengacu pada infeksi jaringan otak. Tanda-tanda dan gejala bagi
meningitis dan ensefalitis adalah serupa, dan dapat mencakup:

Ruam merah muncul pada kulit. Ketika ditekan, tidak berubah warna atau
memudar
Kebingungan atau disorientasi
Mengantuk
Kejang
Demam tinggi
Mual
Fotofobia (sensitivitas terhadap cahaya)
Masalah dengan gerakan fisik
Leher kaku
Pasien tidak dapat berbicara
Muntah
Agresivitas, atau berperilaku tidak biasa
Meningitis atau ensefalitis yang tidak diobati dapat mengakibatkan
kerusakan otak serius, dan dapat mengancam nyawa.

3. Tanda dan gejala ketika paru-paru yang terkena


Tanda dan gejala ini adalah yang paling serius dan mengancam nyawa.
Hilangnya fungsi paru-paru, ketika pasien tidak bisa bernapas adalah kondisi fatal.
Tanda dan gejalanya dapat meliputi:

1. Demam tinggi
2. Sesak nafas
3. Batuk darah
Dalam kasus yang parah, akan ada begitu banyak darah sehingga
menyebabkan pasien tersedak.

2.3. Penyebab Penyakit Leptospirosis


Penyakit Leptospirasis ini umumnya disebabkan oleh bakteri Leptospira
sp. Bakteri Leptospira sp merupakan golongan bakteri yang biasanya hidup dalam
tubuh tikus, babi, sapi, kambing, kuda, anjing, serangga, burung, landak,
kelelawar dan tupai. Bakteri ini mendiami ginjal dan dikeluarkan ketika hewan
tersebut buang air kecil, dan menginfeksi tanah atau air. Kontaminasi tersebut
dapat bertahan dalam tanah atau air selama berbulan-bulan.
Manusia dapat terinfeksi melalui:
1. Minum air yang terkontaminasi.
2. Melakukan kontak dengan air atau tanah yang tercemar dan memiliki luka
terbuka di kulit.
3. Mata, hidung atau mulut melakukan kontak dengan air atau tanah yang tercemar.
4. Melakukan kontak dengan darah hewan yang terinfeksi (kurang umum).
Manusia tidak umum terinfeksi Leptospira, akan tetapi umumnya wabah
dapat muncul ketika ada banjir. Manusia jarang menginfeksi manusia lain, tetapi
mungkin melakukannya selama hubungan seksual atau menyusui.
2.4. Proses Penularan Penyakit Leptospirosis

Penularan penyakit ini bisa melalui tikus, babi, sapi, kambing, kuda,
anjing, serangga, burung, landak, kelelawar dan tupai. Di Indonesia, penularan
paling sering melalui tikus. Air kencing tikus terbawa banjir kemudian masuk ke
dalam tubuh manusia melalui permukaan kulit yang terluka, selaput lendir mata
dan hidung. Bisa juga melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi setitik
urin tikus yang terinfeksi leptospira, kemudian dimakan dan diminum manusia.
Saat masuk ke ginjal, kuman akan melakukan migrasi ke interstitium,
tubulus renal, dan tubular lumen menyebabkan nefritis interstitial dan nekrosis
tubular. Ketika berlanjut menjadi gagal ginjal biasanya disebabkan karena
kerusakan tubulus, hipovolemia karena dehidrasi dan peningkatan permeabilitas
kapiler. Pada gangguan hati, akan tampak nekrosis sentrilobular dengan proliferasi
sel Kupffer, yang terjadi karena disfungsi sel-sel hati. Leptospira juga dapat
menginvasi otot skletal dan menyebabkan edema (bengkak), vacuolisasi miofibril,
dan nekrosis lokal.
Gangguan sirkulasi mikro muskular dan peningkatan permeabilitas kapiler
dapat menyebabkan kebocoran cairan dan hipovolemi sirkulasi. Dalam kasus
berat akan menyebabkan kerusakan endotelium kapiler. Gangguan paru adalah
mekanisme sekunder dari kerusakan pada alveolar and vaskular interstisial yang
mengakibatkan hemoptu. Leptospira juga dapat menginvasi cairan humor (humor
aqueus)

mata

yang

dapat

menetap

dalam beberapa

bulan,

seringkali

mengakibatkan uveitus kronis dan berulang.


Meskipun kemungkinan dapat terjadi komplikasi yang berat tetapi lebih
sering terjadi self limiting disease dan tidak fatal. Sejauh ini, respon imun

siostemik dapat mengeliminasi kuman dari tubuh, tetapi dapat memicu reaksi
gejala inflamasi yang dapat mengakibatkan secondary end-organ injury.
Leptospirosis tidak menular langsung dari pasien ke pasien. Masa inkubasi
leptospirosis adalah dua hingga 26 hari. Sekali berada di aliran darah, bakteri ini
bisa menyebar ke seluruh tubuh dan mengakibatkan gangguan khususnya hati dan
ginjal.
Penularan tidak langsung terjadi melalui genangan air, sungai, danau,
selokan saluran air dan lumpur yang tercemar urin hewan seperti tikus, umumnya
terjadi saat banjir. Wabah leptospirosis dapat juga terjadi pada musim kemarau
karena sumber air yang sama dipakai oleh manusia dan hewan. Sedangkan untuk
penularan secara langsung dapat terjadi pada seorang yang senantiasa kontak
dengan hewan (peternak, dokter hewan). Penularan juga dapat terjadi melalui air
susu, plasenta, hubungan seksual, pecikan darah manusia penderita leptospira
meski kejadian ini jarang ditemukan.
2.5. Pencegahan Penyakit Leptospirosis
Berdasarkan dari sumber yang di peroleh, menurut Prof. dr Tjandra Yoga
Aditama

SpP(K),

MARS,

DTM&H,

DTCE,

selaku

Direktur

Jenderal

Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kementerian


Kesehatan Republik Indonesia, memberikan saran untuk menghindari bahaya
penyakit leptospirosis ini dengan cara menghindari tikus yang berkeliaran di
sekitar kita. Kemudian hindari juga bermain air ketika banjir apalagi jika memiliki
luka. Sebaiknya menggunakan pelindung seperti sepatu boot bila terpaksa ke
daerah banjir dan segera berobat jika mengalami demam.

BAB III
SIMPULAN

Penyakit Leptospirosis merupakan suatu penyakit yang diakibatkan oleh bakteri


Leptospira sp.

Bakteri Leptospira sp merupakan golongan bakteri yang biasanya hidup dalam


tubuh tikus, babi, sapi, kambing, kuda, anjing, serangga, burung, landak,
kelelawar dan tupai.

Penyakit ini paling sering ditularkan dari hewan ke manusia ketika orang dengan
luka terbuka di kulit melakukan kontak dengan air atau tanah yang telah
terkontaminasi air kencing hewan.

Penyakit ini ditularkan melalui kencing Tikus, Leptospirosis popular disebut


penyakit kencing tikus.

Ada dua jenis utama penyakit Lepitospirosis, yaitu :


1. Leptospirosi ringan
2. Leptospirosis berat

Untuk menghindari bahaya penyakit leptospirosis ini dapat dilakukan dengan


cara:

1. Menghindari tikus yang berkeliaran di sekitar kita.


2. Menghindari bermain air ketika banjir apalagi jika memiliki luka.
3. Sebaiknya menggunakan pelindung seperti sepatu boot bila terpaksa ke daerah
banjir dan segera berobat jika mengalami demam.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2014. http://wikipedia.org.co.id. (Diakses tanggal 22 Februari 2014)
Anonim. 2014. http://ciricara.com/2012/06/20/apa-itu-penyakit-leptospirosis/.
(Diakses tanggal 22 Februari 2014)
Tabloid Gaul Edisi ke-4. 2014. Awas, Kena Leptospirosis Saat Banjir.

You might also like