Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
global
akan
meningkat.
WHO
percaya
angka
kematian
Leptospirosis mungkin antara 5% sampai 25% dari pasien yang terinfeksi. Ini
tidak berarti bahwa orang yang terinfeksi dengan akses ke pelayanan kesehatan
yang tepat memiliki risiko kematian yang sama.
Leptospirosis merupakan penyakit global, tetapi lebih sering terjadi pada
daerah tropis dan subtropis. Leptospirosis dapat juga terjadi di pemukiman miskin
di kota-kota besar negara berkembang yang tidak berada di daerah tropis.
Berikut ini adalah area/negara/benua yang dikenal memiliki insiden
tertinggi Leptospirosis, antara lain: Afrika, India, Cina, Amerika Tengah, Brasil,
Karibia, Asia Tenggara, dan Rusia Selatan. Kasus infeksi juga dilaporkan di
beberapa hotspot wisata seperti: Selandia Baru, Australia, Hawaii, dan Barbados.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan penyakit Leptospirosis?
2. Apa saja tanda dan gejala Leptospirosis?
3. Apa penyebab Leptospirosis?
4. Bagaimana proses penularan Leptospirosis?
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Tanda dan gejala ketika jantung, hati dan ginjal yang terkena:
Kelelahan
Detak jantung tidak teratur, seringkali cepat
Nyeri otot
Mual
Mimisan
Nyeri di dada
Sesak nafas
Ruam merah muncul pada kulit. Ketika ditekan, tidak berubah warna atau
memudar
Kebingungan atau disorientasi
Mengantuk
Kejang
Demam tinggi
Mual
Fotofobia (sensitivitas terhadap cahaya)
Masalah dengan gerakan fisik
Leher kaku
Pasien tidak dapat berbicara
Muntah
Agresivitas, atau berperilaku tidak biasa
Meningitis atau ensefalitis yang tidak diobati dapat mengakibatkan
kerusakan otak serius, dan dapat mengancam nyawa.
1. Demam tinggi
2. Sesak nafas
3. Batuk darah
Dalam kasus yang parah, akan ada begitu banyak darah sehingga
menyebabkan pasien tersedak.
Penularan penyakit ini bisa melalui tikus, babi, sapi, kambing, kuda,
anjing, serangga, burung, landak, kelelawar dan tupai. Di Indonesia, penularan
paling sering melalui tikus. Air kencing tikus terbawa banjir kemudian masuk ke
dalam tubuh manusia melalui permukaan kulit yang terluka, selaput lendir mata
dan hidung. Bisa juga melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi setitik
urin tikus yang terinfeksi leptospira, kemudian dimakan dan diminum manusia.
Saat masuk ke ginjal, kuman akan melakukan migrasi ke interstitium,
tubulus renal, dan tubular lumen menyebabkan nefritis interstitial dan nekrosis
tubular. Ketika berlanjut menjadi gagal ginjal biasanya disebabkan karena
kerusakan tubulus, hipovolemia karena dehidrasi dan peningkatan permeabilitas
kapiler. Pada gangguan hati, akan tampak nekrosis sentrilobular dengan proliferasi
sel Kupffer, yang terjadi karena disfungsi sel-sel hati. Leptospira juga dapat
menginvasi otot skletal dan menyebabkan edema (bengkak), vacuolisasi miofibril,
dan nekrosis lokal.
Gangguan sirkulasi mikro muskular dan peningkatan permeabilitas kapiler
dapat menyebabkan kebocoran cairan dan hipovolemi sirkulasi. Dalam kasus
berat akan menyebabkan kerusakan endotelium kapiler. Gangguan paru adalah
mekanisme sekunder dari kerusakan pada alveolar and vaskular interstisial yang
mengakibatkan hemoptu. Leptospira juga dapat menginvasi cairan humor (humor
aqueus)
mata
yang
dapat
menetap
dalam beberapa
bulan,
seringkali
siostemik dapat mengeliminasi kuman dari tubuh, tetapi dapat memicu reaksi
gejala inflamasi yang dapat mengakibatkan secondary end-organ injury.
Leptospirosis tidak menular langsung dari pasien ke pasien. Masa inkubasi
leptospirosis adalah dua hingga 26 hari. Sekali berada di aliran darah, bakteri ini
bisa menyebar ke seluruh tubuh dan mengakibatkan gangguan khususnya hati dan
ginjal.
Penularan tidak langsung terjadi melalui genangan air, sungai, danau,
selokan saluran air dan lumpur yang tercemar urin hewan seperti tikus, umumnya
terjadi saat banjir. Wabah leptospirosis dapat juga terjadi pada musim kemarau
karena sumber air yang sama dipakai oleh manusia dan hewan. Sedangkan untuk
penularan secara langsung dapat terjadi pada seorang yang senantiasa kontak
dengan hewan (peternak, dokter hewan). Penularan juga dapat terjadi melalui air
susu, plasenta, hubungan seksual, pecikan darah manusia penderita leptospira
meski kejadian ini jarang ditemukan.
2.5. Pencegahan Penyakit Leptospirosis
Berdasarkan dari sumber yang di peroleh, menurut Prof. dr Tjandra Yoga
Aditama
SpP(K),
MARS,
DTM&H,
DTCE,
selaku
Direktur
Jenderal
BAB III
SIMPULAN
Penyakit ini paling sering ditularkan dari hewan ke manusia ketika orang dengan
luka terbuka di kulit melakukan kontak dengan air atau tanah yang telah
terkontaminasi air kencing hewan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2014. http://wikipedia.org.co.id. (Diakses tanggal 22 Februari 2014)
Anonim. 2014. http://ciricara.com/2012/06/20/apa-itu-penyakit-leptospirosis/.
(Diakses tanggal 22 Februari 2014)
Tabloid Gaul Edisi ke-4. 2014. Awas, Kena Leptospirosis Saat Banjir.