You are on page 1of 4

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Penyakit kardiovaskular adalah penyebab nomor satu dari kematian secara
global. Secara epidemiologi, pada tahun 2012 diperkirakan terdapat 17,5 juta
orang yang meninggal karena penyakit kardiovaskular, merepresentasikan 31%
dari keseluruhan kematian secara global. Dari angka kematian tersebut, diestimasi
sebanyak 7,4 juta orang meninggal akibat penyakit jantung koroner dan 6,7 juta
orang meninggal akibat stroke berdasarkan data World Health Oganization
(WHO, 2015).
Menurut Global Status Report on Noncommunicable Diseases data
(WHO, 2014) menunjukkan bahwa dari 56 juta kematian yang terjadi di dunia
pada tahun 2012, sebanyak 38 juta disebabkan oleh penyakit tidak menular (PTM)
yang terdiri dari penyakit kardiovaskular, kanker, dan penyakit pernafasan kronis.
Proporsi penyebab kematian PTM pada tahun 2012 menunjukan penyakit
kardiovaskular merupakan penyebab terbesar (46.2%) diikuti kanker (21.7%),
sedangkan penyakit pernafasan kronis, penyakit pencernaan dan PTM yang lain
bersama-sama menyebabkan sekitar (10.7%) kematian, serta ( 4% ) kematian
disebabkan diabetes mellitus.
Di Indonesia, berdasarkan laporan WHO pada Noncommunicable
Dieseases (NCD) Country Profiles 2014 didapatkan bahawa penyakit
kardiovaskular merupakan penyebab kematian tertinggi, yaitu sebesar 37% dari
angka kematian total. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2014,
menyatakan prevalensi penyakit jantung di Indonesia semakin hari semakin
meningkat. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007,
penyakit jantung menjadi salah satu penyebab utama kematian. Prevalensi secara
nasional mencapai 7,2%. Kematian akibat penyakit jantung, hipertensi dan stroke
mencapai 31,9% sedangkan angka kematian karena penyakit kardiovaskular di
rumah sakit yaitu sekitar 6-12%.

Sementara itu, data Riskesdas tahun 2013 menunjukkan terdapat


peningkatan prevalensi penyakit jantung koroner dan gagal jantung berdasarkan
wawancara seiring peningkatan umur responden. Di Sumatera Utara, provinsi
dengan prevalensi penyakit jantung koroner pada umur 15 tahun menurut
diagnosis dokter/gejala ialah (1,1%). Manakala menurut Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia tahun 2011, penyakit jantung iskemik mempunyai proporsi
sebesar 5,1% dari seluruh penyakit penyebab kematian dan penyakit jantung
mempunyai angka proporsi 4,6% dari seluruh kematian.
Sindrom koroner akut (SKA) adalah terminologi yang digunakan pada
keadaan gangguan aliran darah koroner parsial hingga total ke miokard secara
akut. Berbeda dengan angina pektoris stabil, gangguan aliran ke miokard pada
SKA bukan disebabkan oleh penyempitan yang statis namun terutama akibat
pembentukan trombus di dalam arteri koroner yang bersifat dinamis (Juzar et al.,
2012).
Infark miokard akut dengan elevasi ST (ST elevation myocardial
infarction=STEMI) dan tanpa elevasi ST (Non ST elevation myocardial
infarction=NSTEMI) merupakan bahagian dari spektrum sindrom koroner akut
(SKA) yang terdiri dari angina pektoris tak stabil (unstable angina=UA), IMA
tanpa elevasi ST dan IMA dengan elevasi ST. Infark miokard akut (IMA)
merupakan salah satu diagnosis rawat inap tersering di negara maju. Laju
mortalitas awal (30 hari) pada IMA adalah 30% dengan lebih dari separuh
kematian terjadi sebelum pasien mencapai Rumah Sakit. Walaupun laju mortalitas
menurun sebesar 30% dalam dua dekade terakhir, sekitar 1 diantara 25 pasien
yang tetap hidup pada perawatan awal, meningggal dalam tahun pertama setelah
IMA (Alwi, 2009).
Menurut pedoman American College of Cardiology (ACC) dan American
Heart Association (AHA) perbedaan angina pektoris tak stabil (UA) dan infark
miokard akut tanpa elevasi ST (NSTEMI) ialah apakah iskemia yang timbul
cukup berat sehingga dapat menimbulkan kerusakan pada miokardium dan adanya
petanda kerusakan miokardium dapat diperiksa (Trisnohadi, 2009). Diagnosis
NSTEMI ditegakan jika pasien dengan manifestasi klinis UA menunjukan bukti

adanya nekrosis miokard berupa peningkatan biomarker jantung (Harun et al.,


2009).
Gejala yang paling sering dikeluhkan adalah nyeri dada, yang menjadi
salah satu gejala yang paling sering didapatkan pada pasien yang datang ke IGD,
diperkirakan 5,3 juta kunjungan/tahun. Kira-kira 1/3 darinya disebabkan oleh
UA/NSTEMI, dan merupakan penyebab tersering kunjungan ke rumah sakjt (RS)
pada penyakit jantung. Angka kunjungan ke RS untuk pasien UA/NSTEMI
semakin meningkat, sementara angka infark miokard dengan elevasi (STEMI)
menurun (Harun et al., 2009).
The American Heart Association (AHA, 2014) memperkirakan bahawa
sebanyak 625,000 orang yang didiagnosa dengan SKA pada tahun 2010. Daripada
jumlah tersebut, diperkirakan sebanyak 363,000 adalah laki-laki dan 262,000
adalah perempuan. Manakala data dari European Society of Cardiology (ECS,
2012) angka kejadian NSTEMI lebih sering dibandingkan dengan STEMI yang
mengalami penurunan. Namun angka kejadian berbeda-beda di tiap negara.
Oleh karena tingginya tingkat kejadian sindrom koroner akut, maka
banyak penelitian dilakukan untuk menurunkan insiden, salah satunya mengenai
gambaran sindrom koroner akut. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka
peneliti tertarik untuk membuat penelitian mengenai Gambaran pasien sindrom
koroner akut di RSUP Haji Adam Malik, Medan pada tahun 2014.

1.2 Rumusan Masalah


Dengan memperhatikan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di
atas, maka dilakukan penelitian untuk memberikan informasi mengenai
bagaimana gambaran pasien sindrom koroner akut di RSUP Haji Adam Malik,
Medan pada tahun 2014?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pasien sindrom
koroner akut di RSUP Haji Adam Malik, Medan pada tahun 2014.

1.3.2 Tujuan Khusus


Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :
1. Mengetahui karakteristik pasien sindrom koroner akut.
2. Mengetahui prevalensi masing-masing dari tipe sindrom koroner akut
yang diderita pasien.

1.4 Manfaat Penelitian


Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk :
1. Peneliti
Dapat menambah pengetahuan peneliti terhadap gambaran pasien sindrom
koroner akut dan menambah wawasan peneliti mengenai kejadian sindrom
koroner akut di RSUP Haji Adam Malik sebagai rumah sakit rujukan di
Kota Medan.
2. RSUP Haji Adam Malik
Dapat memberikan informasi mengenai gambaran terjadinya sindrom
koroner akut dalam periode satu tahun terakhir sebagai bahan evaluasi
dalam penanggulangan terjadinya penyakit kardiovaskular di masyarakat.
3. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Sebagai bahan bacaan bagi mahasiswa tentang gambaran pasien sindrom
koroner akut dan dapat dijadikan bahan masukan bagi mahasiswa
kedokteran.
4. Masyarakat
Memberikan informasi yang jelas mengenai gambaran pasien sindrom
koroner akut sehingga menjadi pengetahuan bagi masyarakat dan
membantu masyarakat dalam melakukan pencegahan dan menjadi bahan
referensi untuk penelitian selanjutnya.

You might also like