Professional Documents
Culture Documents
PEMBAHASAN
1.
yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.
Neuropati diabetika adalah sekumpulan gejala (sindrom) yang diakibatkan oleh
degenerasi saraf perifer atau autonom sebagai akibat diabetes mellitus.
2.
terjadi pada pasien yang telah terkena diabetes mellitus sekitar 25 tahun.
Dislipidemia
Merokok
Asupan tinggi alcohol
Tinggi badan
3.
4.
Jenis neuropati ini merusak saraf di lengan dan tungkai, dimana kaki
dan tungkai biasanya lebih dulu terkena daripada tangan dan lengan. pada
atau suhu
Rasa seperti terbakar, tertusuk atau geli pada daerah yang terkena
Nyeri hebat atau kram
Sensitifitas yang berlebihan saat disentuh
Kehilangan keseimbangan dan koordinasi
2. Neuropati otonom
pada
saraf
konstipasi.
salurna
Selain
pencernaan
itu
bisa
biasanya
menyebabkan
menyebabkan :
Ketidakmampuan mata untuk melihat fokus
Pandangan ganda
Nyeri di belakang salah satu mata
Bells palsy
Nyeri hebat di punggung bawah atau pelvis
Nyeri pada bagian depan paha
Nyeri pada dada, perut atau samping badan
Nyeri pada sebelah luar atau dalam kaki
Nyeri dada atau nyeri abdomen yang kadang salah didiagnosa sebagai penyakit
jantung, serangan jantung atau appendicitis.
5.
Neuropati diabetika tidak terjadi oleh karena faktor tunggal, melainkan karena
interaksi beberapa factor, seperti faktor metabolic, vascular dan mekanik. Banyak teori
dari beberapa ahli yang mengemukakan mengenai patofisiologi neuropati diabetik,
namun hingga saat ini belum ada patofisiologi yang pasti terjadinya neuropatik diabetik.
Faktor- faktor yang diduga sebagai etiologi neurapi diabetik antara lain, vaskular,
metabolik, neurotrofik, dan immunologik. Beberapa teori yang dapat diterima :
b.1.
glukosa-6-phosphate oleh hexokinase, hanya sebagian kecil dari glukosa masuk jalur
polyol. Pada kondisi-kondisi hiperglikemia, hexokinase yang disaturasi, maka akan
terjadi influks glukosa ke dalam jalur polyol. Aldose reduktase yang secara normal
mempunyai fungsi mengurangi aldehid beracun di dalam sel ke dalam alkohol non
aktif, tetapi ketika konsentrasi glukosa di dalam sel menjadi terlalu tinggi, aldose
reduktase juga mengurangi glukosa ke dalam jalur sorbitol, yang mana kemudian
dioksidasi menjadi fruktosa. Dalam proses mengurangi glukosa intraseluler tinggi ke
sorbitol, aldose reduktase mengkonsumsi co-faktor NADPH (nicotinamide adenine
dinucleotide phosphat hydrolase). NADPH adalah co-faktor yang penting untuk
memperbaharui intracelluler critical anti oxidant, dan pegurangan glutathione.Dengan
mengurangi jumlah glutathione, jalur polyol meningkatkan kepekaan stress oksidatif
intraseluler.Stres oksidatif berperan utama di dalam patogenesis neuropati diabetika
perifer.Ada bukti peningkatan oksigen radikal bebas dan peningkatan beberapa
penanda stres oksidatif seperti malondialdehide dan lipid hydroksiperoksida pada
penderita neuropati diabetika.Indikator kuat untuk membuktikan oleh beberapa
penelitian mengenai penggunaan antioksidan baik pada binatang percobaan maupun
pada pasien.
mengalami degradasi secara perlahan dan tidak cukup menebus ke membran sel .
Akumulasi sorbitol intraseluler mengakibatkan perubahan osmotik yang
berpotensi ke arah kerusakan sel. Adanya peningkatan osmolalitas intraseluler,
dalam kaitan aliran glukosa kedalam jalur polyol dan akumulasi sorbitol, sebagai
akibatnya akan terjadi kompensasi pengurangan endoneural osmolit taurine dan
mioinositol untuk memelihara keseimbangan osmotik. Metabolit intraseluler,
seperti mioinositol menjadi berkurang dan mendorong ke arah kerusakan sel
saraf.Pada percobaan binatang penurunan mioinositol berkaitan dengan
penurunan aktivitas Na+/ K+-ATPase dan memperlambat velositas konduksi saraf.
b.2.
Teori AGEs
Peningkatan glukosa intraseluler menyebabkan pembentukan advanced
glycosilation products (AGEs) melalui glikosilasi nonenzymatik pada protein seluler.
Glikosilasi dan protein jaringan menyebabkan pembentukan AGEs.Glikosilasi
nonenzimatik ini merupakan hasil interaksi glukosa dengan kelompok amino pada
protein.1 Pada hiperglikemia kronis beberapa kelebihan glukosa berkombinasi dengan
asam amino pada sirkulasi atau protein jaringan. Proses ini pada awalnya
membentukproduk glikosilasi awal yang reversibel dan selanjutnya membentuk
AGEs yang ireversibel. Konsentrasi AGEs meningkat pada penderita DM. Pada
endotel mikrovaskular manusia , AGEs menghambat produksi prostasiklin dan
menginduksi PAI-1(Plasminogen Activator Inhibitor-1) dan akibatnya terjadi agregasi
trombosit dan stabilisasi fibrin, memudahkan trombosis. Mikrotrombus yang
dirangsang oleh AGEs berakibat hipoksia lokal dan meningkatkan angiogenesis dan
akhirnya mikroangiopati.
b.3.
sedangkan
vasokonstriktor
endothelin-1
(ET-1)
akan
b.4.
untuk
saraf
dalam
mempertahankan
perkembangan
dan
respon
regenerasi.Nerve Growth Factor (NGF) berupa protein yang memberi dukungan besar
terhadap kehidupan serabut saraf dan neuron simpatis.Telah banyak dilakukan
penelitian mengenai adanya faktor pertumbuhan saraf, yaitu suatu protein yang
berperan pada ketahanan hidup neuron sensorik serabut kecil dan neuron simpatik
dengan regenerasi aksonal yang berlangsung 1 inch per bulan. Regenerasi bisa tidak
sempurna seperti pada orang tua.
c. Grade III
Seperti pada grade II ditambah dengan terputusnya membrana basalis (Schwann cell
tube). Regenerasi terjadi tetapi banyak akson akan terblok oleh skar endoneurial.
Pemulihan tidak sempurna.
d. Grade IV
Obliterasi endoneurium dan perineurium dengan skar menyebabkan kontinuitas saraf
berbagai derajat tetapi hambatan regenerasi komplit.
e. Grade V
Saraf terputus total, sehingga memerlukan operasi untuk penyembuhan.
Universitas Sumatera Utara
f. Grade VI
Kombinasi dari grade II-IV dan hanya bisa didiagnosa dengan pembedahan.
Ada tiga proses patologi dasar yang bisa terjadi pada saraf perifer yaitu : (Adam,
2005)
a. Degenerasi Wallerian
Terjadi degenerasi sekunder pada mielin oleh karena penyakit pada akson yang
meluas ke proksimal dan distal dari tempat akson terputus. Perbaikan membutuhkan
waktu sampai tahunaan, oleh karena pertama terjadi regenerasi kemudian baru terjadi
koneksi kembali dengan otot, organ sensoris, pembuluh darah.
b. Demielinisasi segmental
Terjadi destruksi mielin tanpa kerusakan akson, lesi primer melibatkan sel Schwann.
Demielinisasimulai daro nodus ranvier meluas tak teratur ke segmen-segmen
internodus lain. Perbaikan fungsi cepat karena tidak terjadi kerusakan akson.
c. Degenerasi aksonal
Degenerasi pada bagian distal akson saraf perifer dan beberapa tempat ujung akson
sentral kolumna posterior medulla spinalis.
Basis patofisiologik pengembangan timbulnya periferal neuropati dari diabetes
tidaklah dipahami dengan sepenuhnya, dan berbagai hipotesis telah diajukan. Faktor-
7.
Diagnosis
A. Anamnesis
Melalui anamnesis dapat ditemukan keluhan atau gejala yang berhubungan dengan
neuropati diabetic seperti :
1) Gangguan sensorik, gejala negatif muncul berupa rasa gelu, seperti memakai
sarung tangan, sering menyerang distal anggota gerak terutama anggota gerak
bawah. rasa nyeri dapat timbul bersama-sama atau tanpa gejala diatas.
2) Penilaian nyeri merupakan aspek penting dalam menentukan diagnosis nyeri
neurpati diabetik. pada tahap awal diperlukan riwayat nyeri, lokasi nyeri, kualitas
nyeri, distribusi nyeri, bagaimana pengaruh terjadap rabaan atau sentuhan, faktir
yang meringankan atau memperberat. pasien dapat memberi keluhan lebih dari
satu tipe nyeri, riwayat nyeri apakah tipe neuropati atau nosiseptif yaitu
terjadinya nyeri yang merupakan respon dari aktivitas reseptor nyeri terhadap
Pemeriksaan fisik pada pasien neuropati diabetic dilakukan pada semua sistem
tubuh, berkaitan dengan koomplikasi yang mungkin terjadi pada DM., termasuk
pemeriksaan tekanan darah dan denyut jantung. pasien denan gejala atau tanda
gangguan pada ekstremitas perlu dilakukan pemeriksaan bising dan denyut nadi
perifer karena ada kemungkinan terjadi gangguan vaskuler oklusif. Bila ada keluhan
lapang pandang dilakukan pemeriksaan oftalmologi. Pemeriksaan kulit dilakukan
terutama pada daerah kaki, apakah ada luka yang sembuhnya lambat atau ulkus.
Pemeriksaan neurologi mencakup pemeriksaan saraf kranial, tonus otot, kekuatan,
adanya fasikulasi, pemeriksaan refleks tendon dalam patella dan Achilles. Observasi
mengenai cara berjalan, berjalan ditempat, berjalan dengan jari kaki dan tumit.
pemeriksaan sensorik dilakukan dengan pemeriksaan vibrasi, temperatus, raba, dan
pemeriksaan popioseptif.
C. Pemeriksaan penunjang
1) Laboratorium
Semua pasien neuropati diabetic harus dilakukan pemeriksaan KGD, urinalisis,
kolesterol total, kolesterol HDL dan LDL, trigliserida, asam urat.
2) Radiologis
Pemeriksaan radiologis dapat berupa MRI servikal, torakal, dan atau lumbal untuk
menyingkirkan kausa sekunder dari neuropati, CT mielogram merupakan suatu
Skor refleks berasal dari refleks lutut dan ankle (normal =0, ada =1, tidak
ada=2). Score 1-5 = neuropati ringan, 6-16= neuropati sedang, 17-28=
neuropati berat.
Metode alternative untuk mendiagnosis dan menentukan derajat neuropati
diabetic pada pasien rawat jalan termasuk Michigan Neuropathy
Screening Instrument yang terdiri dari 15 pertanyaan ya atau tidak
Diferensial Diagnosa
a. Mononeurptai cranial
b. Neuropati thoracoabdominal
c. Radiculoplexopath lumbosacral
d. Neuropati perifer
e. Neuropati kardiovaskular otonom
f. Neuropati gastrointestinal
g. Bladder dysfunction
9.
Penatalaksanaan
Strategi pengelolaan pasien DM dengan keluhan neuropati diabetik dibagi menjadi
tiga bagian.
Biasanya ahli ginjal akan mengelola satu dosis setelah dialisis. Penggunaan
antikonvulsan yang digunakan utuk nyeri neuropati antara laincarbamazepine,
oxcarbazepine, asam valproik, lamotrigin, lacosamide, dan fenitoin.
Antidepresan bekerja pada norepinefrin antidepresan trisiklik dan selektif
serotonin, sertanorepinefrin reuptake inhibitor duloxetine juga membantu dalam
mengobati nyeri neuropati. Duloxetine dapat ditoleransi dengan baik, dengan efek
samping yang sedikit.Pasien dengan insufisiensi ginjal harus diamati ada atau tidaknya
peningkatan darah sistolik. Efek samping mual dapat dirasakan pada awal pemakaian,
namun dapat dihindari dengan pemakaian awal 20-30mg dan dititrasi lambat hingga
60mg. Efektivitas pada penggunaan 120mg secara statistic tidak ada perbedaan dengan
penggunaan 60mg dalam studi klinis, walaupun pada beberapa pasien memiliki manfaat
yang meningkat pada penggunaan dosis besar. Antidepresan trisiklik terdapat efek
menenangkan sehingga memiliki manfaat pasien pasien yang mengalami kesulitan
untuk memulai tidur. Biasanya menggunakan dosis 25-100mg pada dua jam sebelum
tidur. Pada penggunaan dosis tinggi pada lanjut usia harus dilakukan EKG terlebih
dahulu, karena efek trisiklik dapat memperpanjang gelombang QT dan blok jantung.
Efek samping penggunaan trisiklik antara lain mengantuk, perasaan ingin buang air
kecil, konstipasi, hipotensi ortostatik dan disfungsi ereksi.
Penggunaan krim topical tidak memilik khasiat pada pasien neuropati
diabetik.Capsaicin cream/Patch telah menunjukkan khasiat, tetapi tidak ditoleransi
dengan baik pada awal penggunaan saat nyeri.Sarung mata harus digunakan dan hindari
kontak pada mata. Terkadang 1% lidokain patch dapat membantu pada pasien dengan
mononeuropati focal seperti meralgia paresthetica (kompresi lateral saraf kutan
femoralis). Krim topikal yang mengandung gabapentin, amitriptyline, dan ketamine
telah digunakan tetapi tidak ada laporan yang menunjukkan pada keberhasilan dalam
studi plasebo terkontrol.
c)
Edukasi
Memberikan penjelasan tentang bahaya kurang atau hilangnya senasi rasa di kaki,
sehingga perlu dilakukan pemeriksaan kaki pada setiap pertemuan ke dokter, serta