You are on page 1of 25

REKONSTRUKSI PAUS

(SPERM WHALE) DI
KEPULAUAN SERIBU
LAPORAN AKHIR

disampaikan kepada

SUKU DINAS KELAUTAN DAN PERTANIAN


KABUPATEN ADMINISTRASI KEPULAUAN SERIBU
PROVINSI DKI JAKARTA
Desember 2013

om
l.c
ai
gm
@
ni
ria
ad
n.
su

Adriani
Sunuddin

Digitally signed by Adriani


Sunuddin
DN: cn=Adriani Sunuddin,
o=Bogor Agricultural University,
ou=Department of Marine
Science and Technology,
email=sun.adriani@gmail.com,
c=ID

Prakata
Segala puji ke-hadirat Allah Yang Maha Kuasa sehingga kegiatan rekonstruksi rangka paus
(sperm whale) yang diamanahkan oleh SuDin Kelautan dan Pertanian Kepulauan Seribu
dapat diselesaikan sesuai target yang telah ditetapkan.

om

Bersama ini, tim pelaksana menyampaikan laporan akhir sebagai wujud tanggung jawab
formal berakhirnya kegiatan ini. Kegiatan ini tak dapat terwujud dan selesai tanpa adanya
keterlibatan berbagai macam pihak, instansi, dan personil yang telah membantu dan
memberikan dukungannya sehingga seluruh tulang spermie (panggilan sayang kami
untuk paus -sperm whale- yang saat laporan ini diterbitkan berada di Pulau Kotok) yang
terkumpul dapat dirangkai dan ditunjukkan pada khalayak. Kami mengucapkan terima
kasih dan penghargaan setulusnya kepada:

ria

ni

gm

ai

l.c

1. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, melalui Suku Dinas Kelautan dan Pertanian
Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu
2. Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu
3. Jakarta Animal Aid Network
4. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor
5. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, melalui Museum Zoologi dan P2O-LIPI
6. Seluruh pihak yang terlibat dalam proses penyelamatan, evakuasi, dan
penenggelaman spermie dari Karawang, Bekasi, hingga Kepulauan Seribu.
7. Masyarakat Kelurahan Pulau Panggang, mahasiswa/alumni IPB, dan pihak lain
yang terlibat dalam pekerjaan rekonstruksi rangka spermie di Pulau Kotok.

su

n.

ad

Tak ada tulang yang tak retak. Sebongkah tulang mungkin tak berarti, namun rangka
tulang yang tertata dapat menyesapkan makna di sanubari. Semoga kegiatan yang
melibatkan banyak pihak dan instansi, seperti Rekonstruksi rangka paus (sperm
whale) di Kepulauan Seribu ini, menyadarkan kembali arti pentingnya kebersamaan dan
gotong royong untuk mencapai kebaikan bersama. Semoga luaran yang diperoleh dari
pelaksanaan kegiatan ini membawa manfaat bagi upaya menggalakkan konservasi
kelautan nusantara.

Pulau Kotok, Desember 2013


Tim Pelaksana Kegiatan

Daftar Isi

Prakata .................................................................................................................................0
Daftar Isi ..............................................................................................................................0
PENDAHULUAN...................................................................................................................... 1
LATAR BELAKANG ............................................................................................................. 1

om

TUJUAN................................................................................................................................ 2
LUARAN ............................................................................................................................... 2

l.c

METODE PELAKSANAAN KEGIATAN ................................................................................... 3

ai

WAKTU DAN LOKASI PELAKSANAAN KEGIATAN .......................................................... 3

gm

BAHAN DAN ALAT YANG DIGUNAKAN ............................................................................ 3


ALUR PELAKSANAAN KEGIATAN.........................................................................................4

KAJIAN MORFOMETRIK DAN KATALOG RANGKA..........................................................4

ni

PEMBERSIHAN, PENGERINGAN DAN PENGAWETAN TULANG ..................................... 5

ria

IDENTIFIKASI TULANG YANG HILANG ............................................................................ 7


PEMBUATAN TULANG YANG HILANG .............................................................................. 7

ad

PENYUSUNAN RANGKA BADAN........................................................................................8

n.

PENYUSUNAN RANGKA KEPALA .................................................................................... 10

su

LUARAN DAN CATATAN PENTING ...................................................................................... 11


RANGKA PAUS (SPERM WHALE) ..................................................................................... 11
EVALUASI DAN REKOMENDASI ....................................................................................... 11
PUSTAKA TERKAIT ..............................................................................................................13
LAMPIRAN ............................................................................................................................ 14

PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG

om

Konservasi kelautan di Indonesia perlu lebih ditingkatkan dan menyentuh


seluruh lapisan masyarakat, tak hanya menjadi program kerja instansi pemerintah
maupun sasaran kegiatan pengabdian sosial oleh perusahaan swasta. Keutamaan
diperlukannya sadar dan melek konservasi oleh seluruh pihak tak hanya
dipengaruhi oleh aspek geofisik tanah air kita yang didominasi perairan laut,
namun kenyataan bahwa beragam dampak kegiatan manusia di darat akan
bermuara ke laut serta memengaruhi kehidupan di dalamnya. Di sisi lain, laut
berikut isinya menyediakan aneka manfaat dan jasa lingkungan yang vital bagi
perikehidupan dan kesejahteraan manusia. Dengan demikian, perlu ditekankan
bahwa keutamaan konservasi laut nusantara tidak terbatas hanya pada aspek
melindungi, melainkan juga mempelajari dan memanfaatkan laut beserta isinya
berdasarkan kaidah keberlanjutan serta kemaslahatan bersama.

ria

ni

gm

ai

l.c

Salah satu makhluk hidup penghuni lautan adalah paus, yang merupakan
biota gergasi eksotik dan keberadaannya di alam kerap mengundang rasa kagum
akibat kemegahan dan sifat atraktifnya. Dalam upaya meningkatkan kesadaran
masyarakat terhadap pentingnya menjaga kelestarian biota dan ekosistem laut,
paus dapat dijadikan ikon penggugah minat dan afeksi khalayak umum dari
berbagai kalangan. Hal yang sama dilakukan oleh LSM internasional WWF (World
Wildlife Fund) yang mengusung biota panda, serta program COREMAP (Coral Reef
Management Project) yang menetapkan si Umbu sebagai maskot program
konservasi terumbu karang.

su

n.

ad

Pada Juli 2012, terjadi peristiwa keterdamparan paus Physeter


macrocephalus (sperm whale) di pantai Karawang. Upaya penyelematan dan
pengembalian paus tersebut ke laut dilakukan oleh banyak pihak, seperti
Komando Pasukan Khusus, Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu (BTNKS),
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Pusat Penelitian Oseanografi LIPI
(P2O-LIPI), Jakarta Animal Aid Network (JAAN), serta dibantu oleh sejumlah
relawan dari berbagai daerah dan masyarakat setempat. Namun demikian, upaya
tersebut tidak berakhir dengan menggembirakan karena pada akhirnya paus
terdampar lagi dan mati di perairan Bekasi. Setelahnya bangkai paus dipindah dan
ditenggelamkan di Pulau Kotok, Kepulauan Seribu. Saat ini tersisa tulang belulang
paus yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan edukasi selain berpotensi sebagai
wahana untuk meningkatkan kesadaran dan partisipasi berbagai pihak serta
masyarakat dalam mendukung program konservasi kelautan di nusantara. Upaya
penyelamatan dan evakuasi paus di Karawang dan Bekasi tersebut menjadi titik
pivot yang menggambarkan kolaborasi sinergis antara instansi pemerintah,
swasta, pemerhati lingkungan, dan masyarakat dalam kegiatan yang
mencerminkan idealisme konservasi kelautan di Indonesia.

Terkait dengan hal tersebut di atas, kegiatan Rekonstruksi rangka paus


(sperm whale) di Kepulauan Seribu diarahkan untuk mengumpulkan tulangbelulang yang tersisa di Pulau Kotok dan mewujudkannya menjadi kerangka yang
utuh. Pada saat bersamaan, ragam interaksi dan proses yang terjadi selama
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kegiatan rekonstruksi rangka paus
tersebut dapat menjadi pembelajaran dalam menguatkan upaya dan program
konservasi laut di Kepulauan Seribu, selain mengedepankan aspek kolaborasi
antar instansi pemerintah, swasta, dan masyarakat.
TUJUAN

om

Kegiatan ini bertujuan untuk memberdayakan potensi kelautan yang ada di


Kepulauan Seribu, yaitu rangka paus (sperm whale) di Pulau Kotok. Secara spesifik,
tujuan kegiatan ini adalah:

gm

ai

l.c

1) Mengoleksi, mempreservasi, dan merekontruksi rangka paus (sperm


whale) yang ada di Pulau Kotok, Kepulauan Seribu;
2) Menyiapkan koleksi rangka paus (sperm whale) untuk siap dipajang dan
dipamerkan di hadapan khalayak umum.
LUARAN

su

n.

ad

ria

ni

Display rangka paus (sperm whale) yang utuh, dari tulang kepala hingga ekor.
Lokasi pemajangan rangka paus yang permanen akan ditetapkan berdasarkan
kesepakatan antar beberapa instansi yang terlibat dalam proses evakuasi hingga
rekonstruksi rangka paus, yaitu Taman Nasional Kepulauan Seribu, Jakarta Animal
Aid Network, dan Suku Dinas Kelautan dan Pertanian, Kabupaten Administrasi
Kepulauan Seribu.

METODE PELAKSANAAN KEGIATAN


WAKTU DAN LOKASI PELAKSANAAN KEGIATAN
Kegiatan Rekonstruksi rangka paus (sperm whale) di Kepulauan Seribu ini
ditetapkan berlangsung selama tiga bulan kalender dan berakhir pada medio Desember
2013. Lokasi pelaksanaan kegiatan yang dipilih adalah Pulau Kotok, khususnya di bagian
timur pulau yang menjadi basis kegiatan konservasi lapang JAAN di Kepulauan Seribu.
Pemilihan tersebut didasari oleh proksimitas dengan lokasi penenggelaman paus tahun
2012 yang lalu, serta menghindari potensi rusak/hilang tulang-belulang yang tersisa dan
telah diselamatkan di pulau tersebut.

ad

ria

ni

gm

ai

l.c

om

Pihak JAAN memberikan kesempatan untuk menggunakan sebagian wilayah yang


terletak di ujung Pulau Kotok bagian timur sebagai workshop selama kegiatan berlangsung.
Bangunan restoran yang ada telah disetujui untuk dijadikan ruang penyimpanan dan
display kerangka paus (sperm whale) selama setahun ke depan (Gambar 1). Direncanakan
lokasi pemajangan rangka paus (sperm whale) yang permanen berada di Pulau Pramuka,
yang merupakan ibukota Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu.

GAMBAR 1 WORKSHOP SEDERHANA DAN BANGUNAN YANG RENCANANYA DIJADIKAN LOKASI

su

n.

PEMAJANGAN RANGKA SPERM WHALE

BAHAN DAN ALAT YANG DIGUNAKAN


Bahan dan alat yang digunakan secara umum terbagi menjadi dua kelompok. Kedua
kelompok alat dan bahan tersebut adalah yang digunakan untuk membersihkan dan
mengawetkan tulang-belulang serta untuk merangkai rangka paus (sperm whale). Alat dan
bahan dari kelompok pertama adalah sabun berbahan dasar LAS, sikat plastik dan sikat
kawat, spons, ember, bambu, tali, terpal, air panas, dan kain penyerap. Alat dan bahan dari
kelompok kedua terdiri atas perangkat pertukangan (gergaji, palu, golok, tang, obeng,
termasuk set alat bor, las, pahat, dan gerinda), genset, paku, meteran, cutter, protraktor,
penggaris siku, katrol rantai, pipa galvanis, besi galvanis ulir, besi as, kayu kelapa, kawat
stainless, kuas, ember, polyurethane, resin, bensin, dan sabun cuci krim.

ALUR PELAKSANAAN KEGIATAN


KAJIAN MORFOMETRIK DAN KATALOG RANGKA

ad

ria

ni

gm

ai

l.c

om

Kajian morfometrik diawali pada tanggal 14 September 2013, dengan pengukuran


panjang aksis dan bobot tulang yang ada dan tersimpan di Pulau Kotok. Dilakukan juga
pemeriksaan kondisi awal tulang untuk menetapkan rencana kegiatan berikutnya yaitu
pembersihan dan pengawetan tulang. Tidak semua tulang diukur panjang dan bobotnya,
khususnya tulang yang bentuknya tidak utuh (berupa fragmen atau pecahan), tulangtulang metakarpal dan tulang-tulang berukuran kecil yang letaknya tersembunyi di sudutsudut ruang penyimpanan sementara. Tulang-tulang kepala berukuran besar dan tulang
berukuran kecil yang beratnya kurang dari 1 kg juga tidak diukur bobotnya.

su

n.

GAMBAR 2 KONDISI AWAL TULANG-BELULANG PAUS (SPERM WHALE)


Mayoritas tulang berada dalam kondisi yang terpengaruh suasana lembap sehingga
permukaannya tertutupi jamur (Gambar 2), bahkan ada sebagian tulang yang dijadikan
sarang oleh rayap (Gambar 3). Pada Gambar 3 disajikan dokumentasi pengukuran panjang
dan bobot tulang menggunakan pita meteran dan timbangan digital. Sebanyak 91 tulang
yang telah diukur panjang dan bobotnya serta diberi tagging, dapat dilihat di Lampiran 1.
Dari sub-kegiatan awal diperoleh informasi bahwa ada 91 buah tulang yang
mayoritas diukur panjang dan bobotnya. Bobot tiga tulang bagian kepala dan beberapa
tulang punggung (vertebrae) bagian ekor tidak diketahui karena ketidakcocokan alat ukur
berat yang digunakan.

GAMBAR 3 KEGIATAN PENGUKURAN PANJANG DAN BOBOT TULANG, YANG DIIKUTI DENGAN TAGGING
UNTUK MENGETAHUI JUMLAH TULANG YANG ADA

PEMBERSIHAN, PENGERINGAN DAN PENGAWETAN TULANG

gm

ai

l.c

om

Pembersihan, pengeringan dan pengawetan tulang merupakan sub-kegiatan yang


berlangsung paling lama selama pelaksanaan yang ditetapkan berlangsung dalam tiga (3)
bulan kalender. Seluruh tulang dibersihkan menggunakan cairan sabun dan sikat, sebelum
dibilas untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang melekat di permukaan tulang. Kondisi
tulang-belulang yang kering dibutuhkan untuk mendukung proses pengawetan tulang
dengan cairan resin.

ad

ria

ni

Sebagian tulang memiliki permukaan yang berwarna hitam dan tertutup lapisan
lemak yang tebal. Untuk membersihkannya digunakan air panas, sikat, dan cairan sabun
untuk melunturkan lemak dari permukaan tulang. Beberapa tulang tidak bisa
dikembalikan warnanya seperti mayoritas tulang lain dan tetap menghitam karena lapisan
lemak telah meresap lama ke dalam jaringan tulang. Sebagian besar tulang-belulang yang
permukaannya menghitam tersebut merupakan bagian tubuh yang berada di sebelah kiri,
dan sebarannya mulai dari kepala (maxilla) hingga ekor (caudal vertebrae).

su

n.

Pengeringan tulang-belulang dilakukan secara tradisional dengan cara dijemur dan


diangin-angin di udara terbuka. Kondisi alam yang dipengaruhi beberapa kejadian hujan
badai dan struktur fisik tulang yang besar menyulitkan pengeringan tulang secara
menyeluruh hinga ke bagian dalamnya. Hal tersebut berlakuk khususnya untuk tulang
bagian kepala yang berukuran besar dan sangat berat jika dipindah ke dalam ruang
terlindung (bangunan restoran). Untuk menata kondisi tulang yang telah dicuci, beberapa
rak telah dibuat sebagai tempat penyimpanan yang layak untuk tulang-belulang berukuran
kecil dan mendukung proses pengeringan dibandingkan jika disimpan di atas lantai dalam
ruang tertutup (Gambar 4).

om
l.c
ai
gm
@

ria

ni

GAMBAR 4 KEGIATAN PEMBERSIHAN, PENGERINGAN, DAN PENATAAN TULANG DI RAK

su

n.

ad

Sebelum dirangkai, seluruh tulang yang ada dilapisi dengan resin (Gambar 5).
Pengawetan tulang dengan resin bertujuan untuk memperkuat struktur internal tulang
paus, selain mempertahankan kondisi fisiknya supaya bisa bertahan terhadap segala
kondisi cuaca dan lingkungan. Bahan kimia resin dipilih sebagai bahan pengawet tulangbelulang paus karena sifatnya yang tahan lama dan ekonomis.

GAMBAR 5 PENGAWETAN TULANG DENGAN CAIRAN RESIN

IDENTIFIKASI TULANG YANG HILANG

gm

ai

l.c

om

Memasuki tahap penataan tulang berdasarkan bagian-bagian tubuhnya, semakin


dipahami bahwa terdapat sejumlah tulang yang hilang. Tulang yang hilang di bagian
rangka kepala adalah mandibel kiri (rahang bawah). Tulang hilang untuk bagian caudal
vertebrae ada empat (4) buah, sedangkan chevron yang merupakan bagian menggantung
di bawah caudal juga hilang dua (2) buah. Lengan atas, merupakan bagian tubuh yang
paling banyak kehilangan tulang, khususnya ruas jari. Secara total, diduga 31 ruas jari
hilang dan untuk bisa menyusun rangka lengan utuh diperlukan casting tulang buatan.

ni

GAMBAR 6 BAGIAN TULANG YANG HILANG DIVERIFIKASI DENGAN MENGURUTKAN SELURUH TULANG
YANG ADA MENURUT BAGIAN-BAGIAN TUBUHNYA

n.

ad

ria

Secara ringkas, pendugaan tulang yang hilang dapat diketahui saat seluruh tulang
yang telah kering diurutkan menurut bagian-bagiannya (Gambar 6). Warna dan ukuran
tulang dapat digunakan untuk membantu menduga bagian tubuh dari rangka paus
tersebut. Apakah terletak di depan atau di belakang, maupun di sebelah kiri atau kanan?

su

PEMBUATAN TULANG YANG HILANG


Seluruh tulang yang hilang, kecuali mandible, dibuat menggunakan bahan
polyurethane yang dibentuk menyerupai struktur tulang aslinya. Pendugaan ukuran dan
dimensi teknis tulang-tulang buatan tersebut mengacu data katalog yang ada serta urutan
posisi tulang yang hilang tersebut. Setelah selesai dibentuk, tulang buatan dilapis dengan
resin beberapa kali untuk menguatkan struktur fisik tulang tersebut.
Tulang mandible dibuat menggunakan rangka kawat dan resin (Gambar 7).
Ukurannya yang besar dan strukturnya yang lebih kompleks dibandingkan tulang
punggung ataupun ruas tulang pada rangka lengan, menjadikan proses pembuatan tulang
mandible berlangsung lama (4 minggu). Pelapisan resin juga dilakukan beberapa kali
untuk menguatkan struktur tulang selain memastikan keutuhan rahang bawah yang
menjadi salah satu bagian penting kerangka paus (sperm whale), khususnya bagian kepala.

GAMBAR 7 PROSES PEMBUATAN TULANG PALSU UNTUK MENGGANTI BAGIAN RANGKA YANG HILANG

gm

ai

l.c

om

Tulang bagian tungkai atas dan ekor (caudal vertebrae) dibuat menggunakan bahan
polyurethane (Gambar 7). Bentuk dasar yang telah dihasilkan oleh polyurethane saat
mengering, selanjutnya diukir atau dipahat menggunakan cutter untuk mendapatkan
bentuk yang semirip mungkin dengan tulang aslinya. Setelah tulang palsu jadi, dilakukan
pelapisan dengan resin sebanyak minimal dua kali untuk menguatkan struktur fisik tulang
palsu sebelum disambungkan menjadi kerangka badan paus.
PENYUSUNAN RANGKA BADAN

n.

ad

ria

ni

Rangka badan terdiri atas tulang punggung (vertebrae), lengan atas, chevron, rusuk
(rib), pelvic, dan dada (sternum). Secara lebih spesifik tulang punggung paus terbagi
menjadi tiga bagian, yaitu cervical vertebrae, thoracic vertebrae, lumbar vertebrae, dan
caudal vertebrae. Ada dua unit tulang cervical vertebrae, walaupun cetacea diketahui
memiliki tujuh ruas tulang serviks. Hal ini menjadi keunikan tersendiri untuk spesies
Physeter macrocephalus, karena tulang serviks ke-2 hingga ke-7 menyatu, sehingga hanya
tulang serviks pertama atau atlas yang berdiri terpisah dari lainnya.

su

Sebelum seluruh tulang yang menyusun rangka badan disambungkan, terlebih dahulu
dudukan tulang disiapkan untuk menopang struktur rangka secara utuh dari tulang serviks
pertama hingga tulang ekor terakhir. Dudukan tersebut dibuat dari kayu kelapa dan
disiapkan sebanyak empat unit dudukan utama.

GAMBAR 8 PROSES MENYIAPKAN DUDUKAN DAN RANGKA BADAN

om
l.c
ai
gm
@
ni
ria

ad

GAMBAR 9 PROSES MENYAMBUNGKAN RANGKA BADAN, MULAI DARI TULANG PUNGGUNG, LENGAN ATAS,

su

n.

CHEVRON, PELVIC, HINGGA STERNUM (SEARAH JARUM JAM, DARI KIRI ATAS)

Sebelum rangka badan disatukan, seluruh tulang punggung (kecuali atlas -cervical
vertebrae pertama) dilubangi untuk memberikan ruang bagi pipa besi yang
menyambungkan tulang punggung terdepan hingga terbelakang (Gambar 8). Setelah
dilubangi, seluruh tulang disusun satu persatu mulai dari cerviks hingga caudal. Antar
tulang diberikan penahan berupa ikatan kawat supaya rangkaian tulang punggung lebih
tetap posisinya dan sulit bergeser. Tulang lengkung dada (ribs) yang tersambung dengan
thoracic vertebrae disambung dengan ikatan dan simpul kawat, selain ditopang dengan
besi as penyangga di bawahnya (Gambar 9). Tulang chevron yang menggantung di bawah
caudal vertebrae dikaitkan dengan kawat yang telah dipaku untuk menguatkan sambungan
selain menetapkan posisinya satu sama lain. Literatur yang ditulis oleh James dan
Soundararajan (1981) serta Post (2004) digunakan sebagai acuan dalam menyusun rangka
dan memilah-milah bagian tulang paus (sperm whale).

PENYUSUNAN RANGKA KEPALA

ad

ria

ni

gm

ai

l.c

om

Dari semua bagian tubuh, penyusunan rangka kepala merupakan yang tersulit karena
bobot dan strukturnya yang berbeda untuk bagian kiri dan kanan. Literatur yang ditulis
oleh James dan Soundararajan (1981), Post (2004) serta Nakamura et al. (2013) digunakan
sebagai acuan untuk menyusun rangka kepala. Tulang tengkorak (skull) sudah tidak utuh
karena ada beberapa bagian yang pecah.

su

n.

GAMBAR 10 PROSES DAN PERSIAPAN MENYUSUN RANGKA KEPALA

Dudukan kepala dibuat oleh bahan yang sama dengan dudukan badan. Saat
dipindahkan, dudukan tersebut menyangga tulang tengkorak dengan tepat. Tulang premaxillae bagian kanan maupun kiri diselipkan diantara vomer, yang merupakan bagian
tulang tengkorak. Dudukan disesuaikan lagi untuk menyangga tulang bagian maxillae, baik
kanan maupun kiri. Digunakan alat bantu katrol untuk menahan bobot tulang yang begitu
berat. Tahanan antar tulang-tulang bagian rangka kepala ditetapkan menggunakan siku
kayu penyangga dan tali atau kawat. Hanya tulang hyoid yang tidak ditetapkan
sambungannya dan diselipkan di bagian bawah tulang tengkorak (Gambar 10).

10

LUARAN DAN CATATAN PENTING


RANGKA PAUS (SPERM WHALE)

ria

ni

gm

ai

l.c

om

Rangka paus (sperm whale) telah berhasil dirangkai dari kepala hingga badan
dan saat ini disimpan di bangunan restoran yang ada di Pulau Kotok, Kepulauan
Seribu (Gambar 11).

ad

GAMBAR 11 RANGKA PAUS (SPERM WHALE) DI PULAU KOTOK

n.

EVALUASI DAN REKOMENDASI

su

Evaluasi yang disampaikan dalam laporan ini terkait dengan kondisi rangka
dan lokasi penyimpanan sementara. Saat ini rangka paus (sperm whale)
diamankan di Pulau Kotok, sementara menunggu lokasi pemajangan rangka yang
permanen yang nantinya ditetapkan oleh SuDin Kelautan dan Pertanian, Taman
Nasional Kepulauan Seribu, dan JAAN secara mufakat. Ruang penyimpanan
bersifat terbuka dan diharapkan bisa membantu mengatasi kondisi lembap yang
memengaruhi daya tahan tulang dan rangka terhadap penempelan jamur maupun
hunian serangga. Telah diberikan garis pembatas yang diharapkan memberikan
ruang aman bagi keberadaan rangka yang pada saat bersamaan memastikan
pengunjung yang berminat menyaksikan bisa melihat dengan leluasa (Gambar 12).
Namun demikian, potensi bahaya terhadap keberadaan struktur tersebut
dipengaruhi oleh perubahan angin musim yang pada saat-saat tertentu dapat
menerpa dari arah timur dengan intensitas tinggi karena langsung berhadapan
dengan laut terbuka. ]

11

GAMBAR 12 TALI PENGAMAN DAN PERAWATAN TULANG PERLU DIMONITOR SECARA BERKALA

su

n.

ad

ria

ni

gm

ai

l.c

om

Hal lain terkait dengan pengawet berupa cairan resin yang telah diberikan
pada seluruh tulang yang dirangkai. Seluruh tulang paus (sperm whale), pada saat
matinya, belum selesai menjalani proses osifikasi, sehingga banyak rongga tulang
yang ada di bagian dalam. Kondisi tersebut memengaruhi penyerapan cairan resin
yang diberikan sebanyak sedikitnya dua lapis. Khusus untuk tulang kepala, banyak
bagian yang pada saat laporan ditulis telah kering dan perlu dilapis lagi dengan
resin. Dengan demikian rekomendasi yang disampaikan sebagai bagian dari
catatan penting bagi keamanan dan keutuhan rangka paus (sperm whale) adalah
diperlukannya biaya perawatan dan monitoring secara berkala.

12

PUSTAKA TERKAIT
James PSBR dan R Soundararajan. 1991. An osteological study on the sperm whale
Physeter macrocephalus (Linnaeus) from Indian Ocean. Central Marine Fisheries
Research Institute, Cochin. Hal 217-232.
Nakamura G, R Zenitani, and H Kato. 2013. Relative skull growth of the sperm
whale, Physeter macrocephalus, with a note of sexual dimorphism. Mammal Study,
vol. 38: 177-186.

su

n.

ad

ria

ni

gm

ai

l.c

om

Post L. 2004. The Sperm Whale Engineering Manual. Lee Post Publishing. 94 hal.

13

ai

gm

ni

ria

ad

n.

su

l.c

om

Aksis
terpanjang
(cm)

Lebar/tinggi
(cm)

Bobot
tulang (kg)

Kode
Tulang

Aksis
terpanjang
(cm)

Lebar/tinggi
(cm)

Bobot
tulang (kg)

68,0

27,0

11,8

22

35,0

22,0

6,2

71,0

22,0

10,0

23

58,0

18,0

8,6

74,0

24,0

11,2

24

65,0

29,0

11,5

70,0

27,0

11,2

25

29,0

17,0

4,2

70,0

21,0

10,6

26

47,0

25,0

9,1

67,0

19,0

10,1

27

49,0

28,0

10,0

61,0

17,0

8,5

28

77,0

26,0

11,3

56,0

13,0

7,9

29

23,0

10,1

53,0

15,0

7,4

30

57,0

ai

14,0

6,7

10

57,0

14,0

7,8

31

44,0

22,0

7,6

11

60,0

16,0

7,5

32

21,0

24,0

null

12

64,0

21,0

9,8

33

21,0

10,0

null

13

62,0

19,0

8,5

34

19,0

null

null

14

68,0

10,8

35

16,0

null

2,0

15

58,0

12,2

36

53,0

9,0

2,5

16

58,0

28,0

11,7

37

53,0

null

3,7

17

54,0

28,0

10,9

38

47,0

null

3,6

18

55,0

28,0

12,2

39

83,0

null

8,6

19

44,0

25,0

8,5

40

81,0

null

8,6

20

56,0

24,0

12,1

41

82,0

null

15,9

21

47,0

13,0

6,7

42

80,0

null

16,7

43

63,0

null

5,5

66

138,0

null

2,2

44

116,0

null

9,8

67

140,0

null

7,3

su

29,0

l.c

gm

ni

ad
n.

27,0

om

Kode
Tulang

ria

Lampiran 1: Katalog awal rangka paus

70,0

15

Aksis
terpanjang
(cm)

Lebar/tinggi
(cm)

Bobot
tulang (kg)

Kode
Tulang

Aksis
terpanjang
(cm)

Lebar/tinggi
(cm)

Bobot
tulang (kg)

45

123,0

null

13,5

68

137,0

null

8,4

46

72,0

null

3,8

69

149,0

null

8,4

47

85,0

null

4,5

70

140,0

null

5,1

48

95,0

null

2,5

71

101,0

null

5,6

49

59,0

null

2,3

72

105,0

null

7,0

50

57,0

null

2,3

73

140,0

null

4,7

51

47,0

null

null

74

127,0

null

3,2

52

48,0

null

null

75

141,0

null

5,0

53

45,0

null

null

76

l.c

null

2,5

54

36,0

null

null

77

129,0

ai

null

3,2

55

42,0

null

null

78

120,0

null

2,5

56

37,0

null

null

79

148,0

null

7,4

57

33,0

null

null

80

142,0

null

9,1

58

27,0

null

null

ria

81

140,0

null

7,7

59

22,0

null

82

142,0

null

6,3

60

17,0

null

83

150,0

null

7,8

61

11,0

null

null

84

145,0

null

5,9

62

75,0

null

8,1

85

140,0

null

8,4

63

74,0

22,0

8,1

86

360,0

null

null

64

88,0

null

5,5

87

438,0

null

null

65

86,0

null

6,5

88

370,0

null

null

89a

376,0

null

null

91a

387,0

null

null

89b

96,0

null

null

91b

141,0

null

null

89c

85,5

null

null

91c

55,0

null

null

su

null

gm

ni

ad
n.

null

om

Kode
Tulang

119,0

16

Aksis
terpanjang
(cm)

Lebar/tinggi
(cm)

Bobot
tulang (kg)

Kode
Tulang

Aksis
terpanjang
(cm)

Lebar/tinggi
(cm)

Bobot
tulang (kg)

89-90

130,0

null

null

91d

116,0

null

null

90a

365,0

null

null

90b

86,0

null

null

90c

88,0

null

null

su

n.

ad

ria

ni

gm

ai

l.c

om

Kode
Tulang

17

om

Lampiran 2: Dokumentasi kegiatan

su

n.

ad

ria

ni

gm

ai

l.c

Sebagian tim kerja (spermie team) dengan relawan yang setia membantu selama
pelaksanaan kegiatan ini

Bangunan restoran di Pulau Kotok, yang menjadi workshop, tempat diskusi dan
menginap, serta pemajangan rangka paus (sperm whale)

18

om
l.c

su

n.

ad

ria

ni

gm

ai

Diskusi tim, menjadi agenda rutin selama kegiatan berlangsung

Kunjungan ke Museum Zoologi di Bogor, untuk melihat kerangka paus biru,


dilakukan sebagai studi banding untuk menyempurnakan luaran kegiatan ini

19

om
l.c

su

n.

ad

ria

ni

gm

ai

Menjemur tulang, merupakan hal yang paling sulit dilakukan pada kondisi cuaca
yang sering berubah seperti selama pelaksanaan kegiatan ini.

Kegiatan awal yang dilakukan pada September 2013

20

om
l.c

su

n.

ad

ria

ni

gm

ai

Tulang tengkorak spermie, yang kira-kira masih berusia 18 tahun ini, memiliki
ukuran tinggi yang sama dengan manusia dewasa

21

You might also like