Professional Documents
Culture Documents
DEFINISI
Degloving injury menandakan terlepasnya kulit dan jaringan subkutan dari
fasia dan otot yang terletak di bawahnya. Cedera semacam ini paling banyak
melibatkan ekstermitas bawah, dan penyebab tersering adalah kecelakaan
industri dan lalu lintas. Cedera dapat terjadi pada seluruh bagian ekstremitas
bawah, bahkan dapat meluas hingga ke bagian bawah torso. Cedera
tersebut sering disertai dengan fraktur atau cedera lain yang dapat
menyebabkan berbagai macam komplikasi mulai dari infeksi hingga
kematian. Apalagi jika pasien berusia lanjut, risiko terjadinya komplikasi
semakin meningkat (Wojcicki et al, 2011).
Cedera degloving terjadi akibat gaya tangensial yang mengenai
permukaan kulit dengan permukaan yang ireguler yang mencengkram kulit
sehingga tidak licin. Ketika gaya ini dilawan dengan gerakan yang
berlawanan,
kulit
tertarik
dan
terlepas
dari
jaringan
di
bawahnya
2. ETIOLOGI
Trauma degloving dapat disebabkan beberapa faktor, antara lain karena
kecelakaan lalu lintas seperti terlindas dari kendaraan atau kecelakaan
akibat dari olah raga seperti roleer blade, sepeda gunung, acrobat dan skate
board. Trauma degloving ini mengakibatkan penurunan suplai darah ke kulit,
yang pada akhirnya dapat terjadi kerusakan kulit. Degloving yang luas dan
berat biasanya diakibatkan oleh ikat pinggang dan ketika tungkai masuk ke
roda kendaraan. Adapun penyebab lainnya bisa berupa kecelakaan pada
eskalator atau biasa juga disebabkan oleh trauma tumpul. Degloving biasa
terjadi pada pasien yang sudah tua, misalnya benturan terhadap meja.
Selain pada ekstremitas, degloving juga biasa terjadi pada mukosa
mandibula, yang diakibatkan oleh high jump pada acrobat biking atau
kecelakaan lalu lintas. Selain itu degloving dapat disebabkan beberapa hal
sebagai berikut:
-
b. Degloving terbuka
Tanda: terangkatnya kulit dari jaringan sekitar disertai dengan luka
terbuka
-
Jaringan
kulit
terpisah
dari
dasarnya
disertai
terputusnya
permukaan kulit.
c. Degloving injury :
Trauma lain ; kerusakan jaringan lunak, tulang, persarafan
ataupun vaskuler
Paling sering : daerah lengan maupun tungkai
Etiologi: trauma mekanis
4. KLASIFIKASI
Trauma degloving di bagi menjadi dua yaitu:
a. Degloving tertutup
Trauma ini jarang terjadi tapi penting diperhatikan karena terjadi
pada pasien dengan multiple trauma, dimana jaringan subkutan
terlepas dari jaringan dibawahnya. Klinis awalnya dari jenis ini
seringkali tampak normal pada permukaan kulit, dapat disertai dengan
echimosis. Dan jika tidak dikoreksi, akan menyebabkan peningkatan
dari morbiditas yaitu jaringan yang terkena akan mengalami nekrosis.
Untuk itu
dilakukan
drainase
antara
jaringan
dengan
pembuluh
darah,
hal
ini
pada kulit
dibawahnya, sedang bagian luar atau permukaan kulit tanpa luka atau
ada luka dengan ukuran yang kecil
b. Degloving terbuka
Trauma degloving ini terjadi akibat trauma pada tubuh yang
menyebabkan jaringan terpisah. Gambarannya berupa terangkatnya
kulit dari jaringan dibawahnya disertai dengan luka yang terbuka. Ini
merupakan trauma degloving dengan luka terbuka. Terkelupasnya
lapisan kutis dan subkutis dari jaringan dibawahnya, dapat juga masih
terdapat bagian dari kulit yang melekat, ini terjadi pada trauma
degloving terbuka. Gejala klinik yang lain dapat pula ditemukan
gambaran permukaan kulit yang normal atau dapat disertai dengan
echimosis, ini terjadi pada trauma degloving tertutup
- Pembagian degloving terbuka:
1. Avulsi biasa: jaringan terelevasi sekelilingtepi luka
2. Avulsi tidak khas: luka kecil avulsi luas
3. Avulsi Area Khusus: telapak kaki.
5. PATOFISIOLOGI
6.
7.
kulit tertarik dan terlepas dari jaringan di bawahnya
8.
9.
10.
Ope degloving
11.
12.
13.
Ope degloving +
Kekurangan
Penanganan
Tindakan
informasi
Infasif
ORIF
mengenai
prosedur
Perdarahan
Proses
pembedahan
rehabilitasi
danTidak
adaptasi
Ancaman
terkontrol
kematian
Keterbatasan
Kehilangan
gerak
Krisis
Cairan
situasional
Gangguan
Mobilitas
Risiko Syok
Fisik
Ansietas
14.
15.
Menembus kulit
Kerusakan
Integritas Jaringan
Keruskan
pertahanan primer
Port de entri
bakteri
Pelepasan mediator
nyeri
( histamine,
prostaglandin,
bradikinin dan
serotonin)
Ditangkap reseptor
nyeri perifer
Impuls ke Otak
Resiko Infeksi
Trauma Arteri/
Vena
Perdarahan
Kehilangan
cairan
berlebihan
Deformitas
Gangguan
fungsi
Hambatan
mobilitas fisik
Resiko Syok
hipovolemik
Sebagai penunjang,
Nyeri akut
pemeriksaan yang penting adalah
Pelepasan mediator
inflamasi
Vasodilatasi
Peningkatan aliran
darah
Peningkatan
permeabilitas kapiler
Kebocoran caran ke
interstitial
Odema
Menekan pembuluh
darah perifer
gambaran 3 dimensi keadaan dan kedudukan jaringan kulit dan sub kutis
Inefektif perfusi
jaringan perifer
Computed
Tomografi-Scanning:
menggambarkan
potongan
Pemeriksaan Laboratorium
1
(AST), Aldolase
yang
meningkat
pada
tahap
penyembuhan tulang
3
22.
23.
b
Pemeriksaan lain-lain
1
Pemeriksaan
mikroorganisme
kultur
dan
test
sensitivitas:
Biopsi tulang dan otot: pada intinya pemeriksaan ini sama dengan
pemeriksaan diatas tapi lebih diindikasikan bila terjadi infeksi.
Elektromyografi:
terdapat
kerusakan
konduksi
saraf
yang
diakibatkan fraktur.
4
6
24.
25.
26. TINDAKAN UMUM YANG DILAKUKAN
27.
1.
29.
2.
30.
3.
Irigasi luka
31.
4.
Pasang Drain
32.
5.
Balut Tekan
Bila terdapat deformitas kontur, luka dibuka lebar dan jar lemak yang
nekrotik di eksisi.
Penanganan: Insisi untuk dekompresi dan mengeluarkan hematom
33.
58.
dimana tidak terdapat luka pada kulit, yang mana jaringan subkutan
terlepas dari jaringan dibawahnya, menimbulkan suatu rongga yang
berisi hematoma dan cairan. Pada degloving tertutup ini dapat
dilakukan aspirasi dari hematome
60.
pembedahan local atau free flap surgery jika prosedur skin graft tidak
dapat dilakukan akibat pembentukan jaringan granulasi yang minim.
STSG tidak direkomendasikan pada luka dengan ekspos struktur tulang
maupun neurovaskuler, atau luka yang melibatkan daerah yang menahan
beban. Pada sebuah studi komparatif antara dressing tradisional dengan
negative pressure weight therapy (NPWT), NPWT terbukti menurunkan
angka kebutuhan free flap surgery sebesar 30%. NPWT juga membantu
mengevakuasi hematoma, eksudat, dan pathogen dengan digunakannya
tekanan negatif pada luka (Lee et al, 2009). NPWT juga mempercepat
penyembuhan dengan memperbaiki angiogenesis, proliferasi endotel,
integritas membrane basalis kapiler, aliran darah kapiler, dan mengurangi
edema interstisial (Cipolla et al, 2008).
64.
65. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
klien
sehingga
dapat
memberikan
arah
terhadap
tindakan
a.
Pengumpulan Data
1)
Anamnesa
a)
Identitas Klien
67.
b)
Keluhan Utama
68.
Pada
umumnya
keluhan
utama
pada
kasus
open
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
c)
d)
e)
71.
f)
Riwayat Psikososial
72.
g)
(1)
obat
steroid
yang
dapat
mengganggu
(2)
terhadap
pola
nutrisi
klien
bisa
membantu
menentukan
penyebab
masalah
muskuloskeletal
dan
kurang
merupakan
faktor
predisposisi
masalah
(3)
Pola Eliminasi
75.Untuk kasus fraktur humerus tidak ada gangguan pada
pola eliminasi, tapi walaupun begitu perlu juga dikaji frekuensi,
konsistensi, warna serta bau feces pada pola eliminasi alvi.
Sedangkan
pada
pola
eliminasi
uri
dikaji
frekuensi,
(4)
(5)
Pola Aktivitas
77.Karena timbulnya nyeri, keterbatasan gerak, maka semua
bentuk kegiatan klien menjadi berkurang dan kebutuhan klien
perlu banyak dibantu oleh orang lain. Hal lain yang perlu dikaji
adalah bentuk aktivitas klien terutama pekerjaan klien. Karena
ada beberapa bentuk pekerjaan beresiko untuk terjadinya
(6)
(7)
dan
pandangan
terhadap
dirinya
yang
salah
(8)
(9)
pada klien
fraktur
yaitu,
klien
tidak bisa
2)
Pemeriksaan Fisik
84. Dibagi
menjadi
dua,
yaitu
pemeriksaan
umum
(status
a)
Gambaran Umum
85.
Perlu menyebutkan:
(1)
(b)
(c)
(2)
(a)
Sistem Integumen
86. Terdapat erytema, suhu sekitar daerah trauma
meningkat, bengkak, oedema, nyeri tekan.
(b)
Kepala
87. Tidak
ada
gangguan
yaitu,
normo
cephalik,
Leher
88. Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada
penonjolan, reflek menelan ada.
(d)
Muka
89. Wajah terlihat menahan sakit, lain-lain tidak ada
perubahan fungsi maupun bentuk. Tak ada lesi, simetris,
tak oedema.
(e)
Mata
90. Tidak ada gangguan seperti konjungtiva tidak
anemis (karena tidak terjadi perdarahan)
(f)
Telinga
91. Tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal.
Tidak ada lesi atau nyeri tekan.
(g)
Hidung
92. Tidak ada deformitas, tak ada pernafasan cuping
hidung.
(h)
(i)
Thoraks
Paru
(1)
Inspeksi
95.
Pernafasan
meningkat,
reguler
atau
Palpasi
96.
raba sama.
(3)
Perkusi
97.
Auskultasi
98.
Jantung
(1)
Inspeksi
99.
(2)
Palpasi
100.
(3)
Auskultasi
101.
(l)
Abdomen
(1)
Inspeksi
102.
(2)
Palpasi
103.
Perkusi
104.
cairan.
(4)
Auskultasi
105.
(m)
Inguinal-Genetalia-Anus
106. Tak ada hernia, tak ada pembesaran lymphe, tak
ada kesulitan BAB.
107.
b)
Keadaan Lokal
108.
bagian
terutama
mengenai
status
neurovaskuler.
Look (inspeksi)
109. Perhatikan apa yang dapat dilihat antara lain:
(a)
(b)
(c)
Fistulae.
(d)
Warna
kemerahan
atau
kebiruan
(livide)
atau
hyperpigmentasi.
(e)
(f)
(g)
(2)
Feel (palpasi)
110.
(a)
(b)
Apabila
ada
pembengkakan,
apakah
terdapat
112.
3)
Pemeriksaan Diagnostik
a)
Pemeriksaan Radiologi
115.
(1)
(2)
(3)
(4)
116.
khususnya seperti:
(1) Tomografi: menggambarkan tidak satu struktur saja tapi
struktur yang lain tertutup yang sulit divisualisasi. Pada
kasus ini ditemukan kerusakan struktur yang kompleks
dimana tidak pada satu struktur saja tapi pada struktur lain
juga mengalaminya.
(2) Myelografi: menggambarkan cabang-cabang saraf spinal
dan pembuluh darah di ruang tulang vertebrae yang
mengalami kerusakan akibat trauma.
(3) Arthrografi: menggambarkan jaringan-jaringan ikat yang
rusak karena ruda paksa.
(4) Computed Tomografi-Scanning: menggambarkan potongan
secara transversal dari tulang dimana didapatkan suatu
struktur tulang yang rusak.
b)
Pemeriksaan Laboratorium
(1)
(2)
(3)
Enzim
otot
seperti
Kreatinin
Kinase,
Laktat
c)
Pemeriksaan lain-lain
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
118.
MUNCUL
119. 120.
DX KEPERAWATAN
121.
NOC
122.
NIC
N
O
123. 124.
Nyeri
berhubungan
operasi
degloving
akut
dengan
post
debridement
dan
125.
NOC:
1. Manaje
-
Tingkat nyeri
Nyeri terkontrol
Tingkat kenyamanan
126.
Setelah
Kaji
karak
freku
dilakukan
bera
asuhan
Obse
ketid
klien dapat :
dan n
1. Mengontrol nyeri, dengan indikator :
Tindakan
pertolongan
Pasti
pera
tepat
non
farmakologi
Guna
yang
Menggunakan analgetik
Melaporkan
gejala-gejala
respo
nyeri
terha
Nyeri terkontrol
peng
127.
2. Menunjukkan
Evalu
tingkat
nyeri,
dengan
baik
indikator:
-
Melaporkan nyeri
Frekuensi nyeri
Sedia
nyam
-
Kura
dapa
nyeri
-
Ajark
relak
sesu
128.
129. Skala :
Kolab
kese
tinda
merin
Tingk
adek
Moni
nyeri
2. Manaje
-
135.
Tentu
pasie
sesu
-
Moni
peng
-
Moni
efek
-
Moni
Ajark
cara
peng
-
Jelas
yg d
hidup
136.
3. Pengel
-
Perik
obat,
analg
-
Perik
Pilih
bera
-
Pilih
untuk
mung
-
Moni
sesu
-
Kelol
analg
-
Evalu
analg
gejal
depr
munt
kons
-
Kolab
obat,
yg di
-
Tentu
karak
kepa
peng
-
Berik
bena
-
Doku
analg
diing
137.
138.
139.
Kerusakan
140.
selama
faktor mekanik
hari
wound
healing
1. Wound
-
tentu
keda
peng
Cata
yang
-
Bers
bakte
Bilas
Laku
Laku
Dres
sesu
148.
Laku
Perta
steril
pera
-
Ama
balut
-
Band
adan
149.
3
150.
Risiko
infeksi
adekuatnya
151.
NOC Labels:
152.
kalor,
tumor,
Bata
Instru
dolor,
untuk
fungsiolesa)
-
berku
berku
pasie
-
normal
Guna
untuk
153.
Bers
dipak
Kriteria hasil:
pertahanan tubuh
-
tekan
Infection
-
Immune Status
Berik
Kriteria hasil:
Cuci
dan
kepe
Menjelaskan
tanda
dan
gejala
seba
-
infeksi
-
Gant
centr
infeksi
deng
156.
3. Risk Control
kand
Mengembangkan
strategi
eksposur
perubahan
Tingk
kelol
166.
167.
yang 2
mengancam kesehatan.
Mengenali
kontrol
Guna
untuk
Perta
selam
155.
Guna
Infection
Infeksi)
status
siste
kesehatan
158.
Moni
sepe
159. Skala :
Moni
Moni
infek
-
Bata
Sarin
peny
163. 4 = sering dilakukan
Parta
pada
165.
Perta
Berik
area
-
Inspe
muko
pana
-
Disku
bila p
-
Doro
caira
-
Moni
ener
Doro
dan l
-
Instru
minu
-
Ajark
tanda
-
Ajark
infek
-
Lapo
Lapo
168.
3
Monitor V
-
Pant
169.
4
Envirome
-
Bata
seda
infek
170.
5
Health ed
-
Jelas
peng
resik
-
Anjur
kese
melin
-
Ajark
peng
maka
-
Peng
tekhn
-
Ajark
Anjur
pera
munc
171.
6
Medicatio
-
Kelol
Pant
munc
antib
172.
173.
174.
DAFTAR PUSTAKA
175. Fujiwara
M,
Fukamizu
H.
Delayed
wraparound
abdominal
flap