You are on page 1of 49

1

BAB I
PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah


Pendidikan memegang peranan penting untuk menjamin kelangsungan hidup

suatu bangsa dan negara. Oleh karena itu pendidikan berperan dalam menghasilkan
sumber daya manusia. Pendidikan yang berkualitas tinggi akan membawa kemajuan
suatu negara. Sebaliknya, terhambatnya atau merosotnya pendidikan akan
menghambat pembangunan negara yang bersangkutan.
Salah satu upaya untuk meningkatkan sumber daya manusia adalah melalui
proses pembelajaran di sekolah. Dalam usaha meningkatkan kualitas tersebut, guru
merupakan faktor yang sangat mempengaruhi dalam proses belajar mengajar,
walaupun kurikulum disajikan secara sempurna, sarana prasarana terpenuhi dengan
baik, apabila guru belum berkualitas, maka proses belajar mengajar belum dikatakan
baik.
Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk meningkatkan hasil belajar
siswa adalah melalui variasi pembelajaran, sehingga memberikan nuansa yang
menyenangkan bagi guru dan peserta didik.
Namun, penyelenggaraan pendidikan jasmani di sekolah selama ini
berorientasi pada suatu titik pusat pada guru. Kenyataan ini dapat dilihat dilapangan
melalui pengamatan-pengamatan yang dilakukan penulis bahwa gurulah yang

mempunyai kuasa penuh dalam proses belajar mengajar tanpa mempertimbangkan


aspek perkembangan motorik peserta didik.
Dalam pelaksanaan kegiatan proses belajar mengajar di sekolah pada
umumnya guru mata pelajaran pendidikan jasmani cenderung memakai gaya
mengajar dan terutama gaya mengajar komando. Tidak salah dan semua gaya
1
mengajar baik namun seiring dengan itu timbul suatu pertanyaan apakah tidak ada
cara lain yang bisa digunakan dan diterapkan dalam pelaksanaan pendidikan jasmani
selain lebih condong pada gaya mengajar. Sebagai seorang guru tentu saja harus
berupaya mencari jalan keluar agar proses belajar mengajar lebih bersifat inovatif.
Selaku calon pendidik, penulis merasa perlu melakukan penelitian untuk menemukan
sumber baru yang lebih baik untuk digunakan dalam mempelajari keterampilan gerak.
Sejalan hal itu variasi pembelajaran dengan media mengajar sebagai alat
bantu pelaksanaan mengajar merupakan salah satu bentuk pendekatan yang bisa
diharapkan dalam meningkatkan hasil belajar. Media mengajar bisa diterapkan dalam
berbagai mata pelajaran, salah satunya adalah dengan menggunakan media belajar
Audio visual dalam pendidikan jasmani. Media audio visual merupakan media
pembelajaran yang menerangkan bagaimana penyampaian pembelajaran pendidikan
jasmani melalui gambar dan suara, siswa dapat belajar melalui apa yang mereka
dengar dan apa yang mereka lihat sehingga siswa dapat mengerti segala proses
belajar mengajar dengan baik, serta dengan dilakukan pembelajaran dengan
menggunakan media Audio Visual diharapkan siswa dapat termotivasi serta timbul
semangat untuk mengikuti pembelajaran yang dilakukan.

Dari observasi dan pengamatan yang

penulis lakukan, banyak masalah-

masalah yang terjadi dalam pembelajaran penjas di sekolah. Salah satunya adalah
banyak dari siswa-siswi terutama siswi yang malas untuk mengikuti pelajaran
pendidikan jasmani sekolah itu karena kurangnya motivasi dan cara mengajar yang
membosankan, pembelajaran yang bersifat perintah saja apa yang dikatakan guru itu
yang dilakukan oleh siswa tanpa tau bagaimana gerakan dasar olahraga tersebut.
Pendidikan jasmani pada hakekatnya adalah belajar gerak, dimana fungsi
motorik seseorang itu memang disiapkan sedemikian rupa untuk bisa menuju kearah
perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dan berlatih. Didalam kurikulum
pendidikan jasmani untuk sekolah lanjutan, permainan bola basket telah dimasukkan
sebagai salah satu mata pelajaran pilihan di sekolah.
Berdasarkan observasi yang penulis lakukan pada tanggal 23 September 2014
di SMA Negri 2 Medan melalui guru penjas (Sri Mulyani,S.Pd) memperlihatkan
bahwa masih rendahnya hasil belajar shooting bola basket, khususnya pada teknik
dasar melakukan shooting bola basket pada sikap pelaksanaan dan jenuhnya siswa
dalam menerima materi pelajaran, kurangnya semangat siswa serta kurangnya variasi
pembelajaran yang diterapkan oleh guru pendidikan jasmani. Kesulitan siswa juga
disebabkan karena beberapa hal seperti:
Karena waktu untuk belajar kurang maksimal, untuk mendapatkan sesuatu
hasil yang baik haruslah meluangkan waktu yang maksimal, waktu sekolah ialah
waktu terjadinya proses belajar mengajar disekolah. Dan jika waktu belajar siswa
kurang disekolah maka sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa, seperti yang

dialami siswa X SMA Negri 2 Medan khususnya kelas X-3 dan juga karena
kurangnya variasi pembelajaran shooting bola basket yang diberikan oleh guru
pendidikan jasmani pada saat pembelajaran penjas, sehingga siswa cepat jenuh dan
merasa bosan khususnya pada saat pembelajaran teknik dasar pelaksanaan shooting
bola basket, juga motivasi siswa untuk belajar siswa kurang, pada saat pembelajaran
perhatian serta rasa ingin tahu siswa pada materi tersebut menjadi kurang, karena
kurangnya variasi pembelajaran dan penerapan media sebagai alat bantu proses
kegiatan belajat mengajar tersebut mengakibatkan kemauan siswa untuk belajar
berkurang, maka mengakibatkan siswa mengalami kesulitan untuk shooting bola.
Untuk menghindari hal tersebut alangkah bagusnya jika setiap guru yang
mengajar memanfaatkan media pada saat proses belajar mengajar, sehingga siswa
tidak merasa bosan saat berlatih dan memiliki semangat yang tinggi untuk belajar,.
Dengan demikian variasi pembelajaran ini diharapkan dapat menarik siswi
untuk lebih termotivasi dalam melakukan shooting sehingga siswi juga berupaya
untuk memahami cara melakukan shooting tersebut.
Dari uraian diatas maka penulis tertarik ingin melaksanakan penelitian dengan
judul Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Shooting Bola Basket Melalui Media
Audio Visual dan Variasi Pembelajaran Pada Siswa Kelas X-3 SMA Negri 2
Medan Tahun Ajaran 2014/2015 .

B.

Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan maka dapatlah

dibuat suatu gambaran tentang permasalahan yang dihadapi siswa-siswi , maka


masalah yang akan diteliti dapat diidentifikasi sebagai berikut :
1. Variasi pembelajaran diperlukan untuk meningkatan hasil belajar shooting
bola basket dalam pembelajaran penjas?
2. Pengaruh minat mempengaruhi terhadap hasil belajar shooting bola basket?
3. Shooting

bola basket terhadap hasil belajar berpengaruh kepada metode

pembelajaran ?
4. Pengaruh variasi pembelajaran dengan media belajar terhadap hasil belajar
shooting bola basket?
5. Variasi pembelajaran dengan media belajar berpengaruh terhadap hasil belajar
shooting bola basket siswa kelas X-3 SMA Negri 2 Medan Tahun Ajaran
2014/2015?

C.

Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini efektif dan efisien maka peneliti membuat pembatasan

masalah yang akan diteliti, untuk mempertegas sasaran yang akan dicapai. Maka yang
menjadi batasan masalah dalam penelitian ini adalah pelaksanaan variasi
pembelajaran melalui metode belajar dengan menggunakan Audio Visual Yang
Dikaitkan Dengan Shooting Bola Basket Pada Siswa Kelas X-3 SMA Negri 2
Medan Tahun Ajaran 2014/2015.

D.

Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah Upaya meningkatan hasil
belajar shooting dengan menerapkan metode audio visual dan variasi
pembelajaran dalam permainan bola basket pada siswa kelas X-3 SMA Negri
2 Medan Tahun Ajaran 2014/2015?

E.

Tujuan Penelitian
Yang menjadi tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui Upaya

meningkatan hasil belajar shooting dengan menerapkan media audio visual dan
variasi pembelajaran dalam permainan bola basket pada siswa kelas X-3 SMA Negri
2 Medan Tahun Ajaran 2014/2015?

F.

Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah :
1. Untuk guru pendidikan jasmani hasil penelitian ini bermanfaat sebagai sumber
informasi dalam pelaksanaan variasi pembelajaran dengan media belajar
untuk mencapai tujuan belajar.
2. Memperkaya ilmu pengetahuan tentang media pembelajaran dalam mencapai
tujuan belajar .
3. Untuk memberikan penjelasan tentang pengaruh media pembelajaran
khususnya media audio visual dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.

4. Untuk memberikan informasi yang praktis bagi penelitian mahasiswa


selanjutnya dalam penelitian dibidang pendidikan.

BAB II
LANDASAN TEORITIS
A.

Kajian Teoritis
1. Hakekat Pendidikan Jasmani
Pendidikan adalah setiap usaha yang dilakukan untuk mengubah tingkah laku

sedemikian rupa sehingga menjadi tingkah laku yang diinginkan setiap anak harus
mengalami dan menjalani suatu proses perubahan yang cukup lama, sebelum ia dapat
mengalami yang sesuai dengan tata cara hidup umum.
Menurut Undang-undang No. 4 tahun 1950 tentang dasar-dasar pendidikan
dan pengajaran pasal 9 bahwa "Pendidikan jasmani yang menuju kepada keselarasan
antara tumbuhnya badan dan perkembangan jiwa dan merupakan suatu usaha untuk
membuat bangsa Indonesia menjadi bangsa yang sehat dan kuat lahir batin, diberikan
pada segala jenis sekolah"
Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang
memanfaatkan aktifitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas
individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. Pendidikan jasmani
memperlakukan anak sebagai sebuah kesatuan utuh, makhluk total, daripada hanya
menganggapnya sebagai seseorang yang terpisah kualitas fisik dan mentalnya.
www.pojokpenjas.wordpress.com.
Dini Rosdiani ( 2012 : 41) Pendidikan jasmani adalah suatu proses
pendidikan yang memanfaatkan aktifitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik
dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. Pendidikan

jasmani memperlakukan anak sebagai kesatuan utuh, makhluk total, dari pada hanya
menganggapnya sebagai seseorang yang terpisah kualitas fisik dan mentalnya.
Pada kenyataanya, pendidikan jasmani adalah suatu bidang kajian yang
sungguh luas. Titik perhatiannya adalah peningkatan gerak manusia. Lebih khusus
lagi, pendidikan jasmani berkaitan dengan hubungan antara gerak manusia dan
wilayah pendidikan lainya, hubungan dari perkembangan tubuh-fisik dengan fikiran
dan jiwanya. Fokusnya pada pengaruh perkembangan fisik terhadap wilayah
pertumbuhan dan perkembangan manusia , hal ini yang menjadikannya unik. Tidak
ada bidang tunggal lainnya seperti pendidikan jasmani yang berkepentingan dengan
perkembangan total manusia.
Menurut Nadisah (1992:15) mengatakan bahwa : pendidikan jasmani adalah
bagian dari pendidikan (secara umum) yang berlangsung melalui aktifitas yang
melibatkan mekanisme gerak tubuh manusia dan menghasilkan pola-pola perilaku
pada individu yang bersangkutan.
Pada kenyataannya pendidikan jasmani adalah suatu kajian yang sungguh
luas. Titik perhatiannya adalah peningkatan gerak manusia lebih khusus lagi penjas
merupak hubungan antara gerak manusia dan wilayah pendidikan lainnya, hubungan
dari perkembangan tubuh fisik dengan pikiran dan jiwa.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan
jasmani merupakan salah satu mata pelajaran wajib di sekolah termasuk sekolah
dasar, karena pendidikan jasmani masuk dalam kurikulum. Tujuan pendidikan

10

jasmani adalah untuk mengembangkan jasmani, mental, emosi, dan sosial anak
menjadi baik, dengan aktivitas jasmani sebagai wahananya.

2. Hakekat Hasil Belajar


Hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Hasil belajar tersebut
terutama berkat evaluasi guru. Hasil belajar dapat berupa dampak pengajaran dan
dampak pengiring, dimana keduanya bermanfaat bagi guru dan siswa (Dimyati dan
Mudjiono, 2002). Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah
melalui kegiatan belajar (Abdurrahman, 2003).
Keller dalam Abdurrahman (2003) memandang hasil belajar sebagai
keluaran dari suatu sistem pemrosesan berbagai masukan yang berupa informasi.
Berbagai masukan tersebut dikelompokkan menjadi dua macam yaitu kelompok
masukan pribadi (personal input) dan kelompok masukan yang berasal dari
lingkungan (environmental input). Masukan pribadi tersebut terdiri dari empat macam
yaitu (1) motivasi atau nilai nilai, (2) harapan untuk berhasil (expetancy), (3)
inteligensi dan penguasaan awal, dan (4) evaluasi kognitif terhadap kewajaran atau
keadilan konsekuensi. Masukan yang berasal dari lingkungan terdiri dari tiga macam
yaitu (1) rancangan dan pengelolaan motivasioanal, (2) rancangan dan pengelolaan
kegiatan belajar, dan (3) rancangan dan pengelolaan ulangan penguatan
(reinforcemen).

11

Menurut Bloom dalam Suprijono (2010) hasil belajar mencakup kemampuan


kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan,
ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application
(menerapkan),

analysis

(menguraikan,

menentukan

hubungan),

synthesis

(mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru), dan evaluation


(menilai). Domain afektif adalah

receiving (sikap menerima),

responding

(memberikan respons), valuing (nilai), organization (organisasi), characterization


(karakterisasi). Domain psikomotor meliputi initiatory, pre-routine, dan rountinized.
Psikomotor juga mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial,
dan intelektual.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
kemampuan dan perubahan tingkah laku yang diperoleh anak setelah melalui
kegiatan belajar dengan pemberian evaluasi oleh guru, dapat berupa pola pola
perbuatan, nilai nilai, pengertian pengertian, apresiasi, dan keterampilan yang
bersifat komprehensif (perubahan perilaku secara keseluruhan).

3. Hakikat Permainan Bola Basket


Permainan bola basket yang kita kenal sekarang ini diciptakan olah Dr. James
A. Naismith pada tahun 1891. Pada mulanya Dr. Naismith menggunakan keranjang
sebagai sasarannya, oleh karena itu permainan ini dinamakan basket ball. Permainan
baru ini mendapat sambutan baik dan dengan cepat berkembang di seluruh dunia.

12

Bola basket adalah suatu permainan yang dimainkan oleh dua regu, yang
masing-masing regu terdiri dari 5 orang pemain. Tujuan permainan ini adalah untuk
mencari nilai/angka sebanyak-banyaknya dengan cara memasukkan bola ke basket
(keranjang) lawan dan mencegah lawan untuk mendapatkan nilai. Dalam memainkan
bola, pemain dapat mendorong bola, memukul bola dengan telapak tangan terbuka,
melemparkan bola, atau menggiring bola ke segala penjuru dalam lapangan
permainan (Muhajir, 2002:39).
Menurut Sodikun (1992:28) bola basket merupakan olahraga permainan yang
menggunakan bola basket dimainkan dengan tangan. Bola boleh dioper (dilempar
keteman), bola dipantulkan ke lantai (ditempat atau sambil berjalan) dan tujuannya
adalah memasukkan bola basket kering lawan. Dilakukan oleh dua regu masingmasing terdiri dari 5 pemain, setiap regu berusaha memasukkan bola kekeranjang
lawan dan menjaga (mencegah) keranjangnya kemasukan sedikit mungkin. Untuk
mencapai hasil yang maksimal dalam permainan bola basket diperlukan teknikteknik dasar permainan bola basket seperti 1) mengoper bola (passing), 2) menerima
bola, 3) menggiring bola, 4) menembak (shooting), 5) teknik olah kaki, serta 6)
latihan pivot. Dari teknik dasar tersebut shooting merupakan teknik yang penting
dalam usaha mencapai kemenangan. Menembak merupakan suatu keterampilan yang
sangat penting dan untuk memiliki keterampilan tersebut diperlukan latihan yang
terus-menerus. Latihan menembak harus direncanakan secara sistematis sehingga
setiap pemain akan mempraktekkan jenis tembakan yang paling disukainya, latihan
ini harus meliputi semua jenis tembakan dari posisi yang berbeda dan dalam pola

13

yang disukai. Kalau pemain hendak memenangkan pertandingan maka mereka harus
memiliki kemampuan shooting yang baik.
Permainan bola basket dimainkan oleh dua regu, setiap regu terdiri dari 5
orang pemain. Waktu bermain bola basket dalam satu permainan adalah 2 x 20 menit
dengan masa istirahat 10 atau 15 menit. Lapangan permainan bola basket berukuran
14 m x 26 m, dengan lingkaran tengah berukuran diameter 3,60 m. Papan pantul
berukuran 1,8 m x 1,2 m dengan tinggi 3,05 m dari lantai.Bola terbuat dari kulit, karet
atau bahan sintetis lainnya dengan lingkaran (diameter) 74,9 cm 78 cm dan berat
bola 567 650 gram. Bila bola dipantulkan dari ketinggian 1,8 meter harus dapat
memantul setinggi 1,4 meter.

4. Hakikat Shooting Bola Basket


Mujahir (2005:40) mengemukakan bahwa shooting (menembak) merupakan
sasaran aktif setiap bermain. Keberhasilan suatu regu dalam permainan selalu
ditentukan oleh keberhasilan dalam menembak. Dasar-dasar tehnik menembak
sebenarnya sama dengan teknik melempar. Jadi jika pemain menguasai tehnik
melempar atau mengoper (passing), maka pelaksanaan teknik menembak bagi para
pemain tersebut akan sangat mudah dan cepat dilakukan. Disamping itu, tepat
tidaknya teknik gerakan dalam menembak akan menentukan pula berhasil tidaknya
tembakan.

14

Ishak dan Rusdi (2009:33) mengemukakan bahwa shooting (menembak) adalah


skill dasar bola basket yang paling dikenal dan digemari. Karena setiap pemain pasti
punya naluri untuk mencetak skor. Agar pemain bisa menjadi shooter (penembak) yang
baik, pemain tersebut harus menikmati latihan shooting-nya sehingga pemain tersebut
akan terus melakukan latihan shooting, dan tidak mudah bosan. Beberapa pelatih
mengatakan agar tercipta seorang shooter yang handal diperlukan latihan dalam jangka
waktu yang lama. Namun dengan latihan shooting yang tepat, seorang pemain bisa
menjadi seorang shooter yang handal dalam waktu yang tidak terlalu lama(Ibrahim S,
2009:33).

Gambar 1. tahapan pelaksanaan shooting


Sumber (Ishak dan Rusdi 2009:34

15

Dua prinsip dasar dalam permainan bola basket adalah menciptakan peluang
shooting untuk mencetak skor saat offense, dan mencegah lawan melakukan hal sama
saat defense.
Tiga faktor utama dalam basket menurut Nuril Ahmadi (2007::12) meliputi:
1. Penguasaan tehnik dasar (fundamental).
2. Ketahanan fisik (physical condition).
3. Kerjasama (pola dan stategi).
Menurut Ishak dan Rusdi (2009:33) ada istilah yang berkaitan dengan teknik
shooting dalam bola basket yang perlu dikenalkan kepada pemain sejak dini, yaitu
BEEF, dimana :
1. B (Balance): gerakan selalu dimulai dari lantai, saat menangkap bola tekuk
lah lutut dan pergelangan kaki serta atur agar tubuh dalam posisi seimbang.
2. E (Eyes): agar shooting menjadi akurat, pemain harus dengan segera
mengambil fokus pada target (pemain dengan cepat mampu
mengkoordinasikan letak ring).
3. E (Elbow): pertahankan posisi siku agar pergerakan lengan tetap vertikal.
4. F (Follow through): kunci siku lalu lepaskan gerakan lengan, jari-jari dan
pergelangan tangan mengikuti kearah ring.
4.1. Mekanik Shooting Bola Basket
Ishak dan Rusdi (2009:33)dalam bukunya mengemukakan bahwa:
Balance: shooting yang baik bermula dari posisi kaki yang siap (triple threat
position).
Target: ring adalah target shooting, maka fokus pandangan kita adalah ring.
Shooting hand: cengkram bola dengan baik dan lebarkan jari-jari , kecuali telapak
tangan tidak menyentuh bola. Tekukkan pergelangan tangan melebihi 70 derajat.

16

Kunci siku pada posisi L. kesalahan yang sering terjadi karena siku sebagai penopang
terbuka ke samping.
Balance hand: tangan pendukung ini hanya digunakan untuk menjaga
keseimbangan memegang bola sebelum meninggalkan tangan. Kesalahan terjadi saat
mencengkram bola, dimana ibu jari ikut mendorong pada saat shooting.
Release: teori ini mengajarkan bagaimana melepas bola dengan back spin
(putaran bola kebelakang). Hindari kebiasaan tidak melihat target dan hanya fokus
melihat bola. Agar bola dapat back spin gunakan jari-jari untuk menekan bola keatas,
sesaat sebelum bola dilepaskan.
Follow through: langkah terakhir shooting yang baik adalah pergerakan tangan
dengan mengikuti ke arah ring. Siku tetap dikunci dan gunakan tenaga dorongan
terakhir dari pergelangan tangan.
Ishak dan Rusdi (2009:33) menyatakan fase persiapan melakukan
shootingadalah sebagai berikut:
1. Mata melihat target (ring),
2. Kaki dibuka selebar bahu,
3. Jari-jari kaki lurus ke depan,
4. Lutut dilenturkan,
5. Bahu dirilekskan,
6. Tangan yang tidak menembak berada di bawah bola,
7. Tangan yang menembak di belakang bola,
8. Jari-jari rileks,
9. Siku masuk ke dalam,
10. Bola di antara telinga dan bahu.

17

Gambar 2. Persiapan shooting


Sumber (Ishak dan Rusdi 2009:34)

Teknik set-shoot dimulai dengan posisi badan seimbang dan menghadap ke arah
ring basket lawan. Kedua lutut ditekuk, kedua kaki dibuka selebar bahu dan bola
dipegang setinggi pinggang. Tembakan ini dilakukan dengan jarak dekat dengan cara
meluruskan lengan dan dengan pergelangan tangan yang kuat lalu jari-jari segera
melecutkan bola ke arah ring basket lawan (Agus Salim, 2007:107).
Set-shoot adalah melakukan shooting tanpa melompat dan semua mekanismenya
seperti tahapan melakukan shooting di atas.

18

Gambar 3. Tahapan Pelaksanaan Set-Shoot (Ishak M.,2009:35)

5. Hakikat variasi pembelajaran


Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam proses pembelajaran adakalanya siswa,
bahkan guru mengalami kejenuhan. Hal ini tentu menjadi problem bagi terciptanya
tujuan pembelajaran. Untuk mengatasi kejenuhan itu perlu diciptakan situasi dan
kondisi pembelajaran yang bervariasi.
Menggunakan variasi diartikan sebagai perbuatan guru dalam proses belajar
mengajar yang bertujuan mengatasi kebosanan siswa, sehingga dalam proses
belajarnya siswa senantiasa menunjukkan ketekunan, keantusiasan, serta berperan
secara aktif. Faktor kebosanan disebabkan oleh adanya penyajian kegiatan belajar
yang begitu-begitu saja akan mengakibatkan perhatian, motivasi dan minat siswa
terhadap pelajaran, guru dan sekolah. Untuk itu diperlukan adanya keanekaragaman
atau yang sering disebut variasi dalam penyaji kegitan belajar.

19

Variasi mengandung makna perbedaan. Dalam kegiatan pembelajaran,


pengertian variasi merujuk pada tindakan dan perbuatan guru, yang disengaja ataupun
secara spontan, yang dimaksudkan untuk memacu dan mengikat perhatian siswa
selama pelajaran berlangsung.
Menurut J.J. Hasibuan, & Nodjiono (1986:64) bahwa :Variasi dapat diartikan
sebagai perbuatan guru dalam konteks belajar mengajar yang bertujuan mengatasi
kebosanan siswa sehingga dalam proses belajarnya siswa senantiasa menunjukkan
ketekunan, keantusiasan serta berperan secara aktif.
Penerapan keterampilan mengadakan variasi harus dilandasi dengan maksud
tertentu, relevan dengan tujuan yang ingin dicapai, sesuai dengan materi dan latar
belakang sosial budaya serta kemampuan siswa, berlangsung secara
berkesinambungan, serta dilakukan secara wajar dan terencana.
Menurut Ibrahim, dkk (1988:71) bahwa : variasi adalah sebagai suatu proses
pengubahan dalam pengajaran yang menyangkut tiga kompoen yaitu gaya mengajar
yang bersifat personal, penggunaan media dan bahan-bahan intruksional, dan pola
serta tingkat interaksi guru dengan siswa.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa variasi
adalah suatu tindakan yang mengandung makna perbedaan yang membuat sesuatu
tidak monoton.

20

5.1. Tujuan Variasi dalam Proses Pembelajaran


Sobry Sutikno (2007:142) menjelaskan bahwa dalam konteks pembelajaran,
variasi diperlukan dengan tujuan agar perhatian siswa meningkat, memotivasi siswa,
menjaga wibawa guru dan mendorong kelengkapan fasilitas pembelajaran.
Agar Perhatian Siswa Meningkat
Selama proses pembelajaran berlangsung, siswa dituntut untuk
memperhatikan materi, sikap dan teladan yang diberikan guru. Apabila perhatian
siswa berkurang apalagi tidak memperhatikan sama sekali, sulit diharapkan jika siswa
mengetahui dan memahami apa yang diuraikan guru.
Terdapat beberapa faktor yang berpengaruh terhadap perhatian siswa pada
materi pelajaran, contohnya dalam menjelaskan materi pelajaran guru kurang mampu,
jumlah siswa dalam kelas teralalu banyak, lingkungan sekolah kurang kondusif
(ribut), dll. Karena itu, tujuan pembelajaran akan tercapai mana-kala kendala-kendala
di atas dapat teratasi.
Memotivasi Siswa
Istilah motivasi menunjuk semua gejala yang terkandung dalam stimulasi
tindakan ke arah tujuan tertentu dimana sebelumnya tidak ada gerakan menuju ke
arah tujuan tersebut. Misalnya, hasil belajar yang berbeda antara seorang siswa yang
satu dengan yang lainnya dapat diamati dari perbedaan motivasi yang dialami oleh
masing-masing siswa tersebut. Begitu juga dalam belajar, guru dapat mengamati hasil
belajar siswa yang satu dengan yang lainnya. Hasil hasil belajar menunjukkan bahwa

21

semakin tinggi hasil belajar yang dicapai seorang siswa salah satunya terkait dengan
besarnya motivasi yang ia miliki.
Dengan demikian, dapat ditegaskan bahwa motivasi memegang peranan
penting dalam belajar. Siswa yang tidak memiliki motivasi belajar, tidak akan
mendapatkan kualitas belajar yang baik.
Menjaga Wibawa Guru
Guru menyadari bahwa kehadirannya sewaktu membelajarkan tidak seluruh
siswa menyenanginya. Banyak guru yang kehadirannya disambut dengan senyum
kecut, ditertawai, bahkan adakalanya siswa menggunjing guru baik melalui
singgungan (tidak langsung) atau menggunjing ketika guru itu selesai
membelajarkan. Kondisi ini berpengaruh buruk terhadap penerimaan materi pelajaran
oleh siswa.
Faktor ketidaksenangan siswa kepada guru umumnya terjadi sebagai reaksi
terhadap prilaku guru saat membelajarkan. Dengan kata lain, guru harus memiliki
bentuk dan model pembelajaran yang bervariasi.
Mendorong Kelengkapan Fasilitas Pembelajaran
Guru yang memiliki kemampuan variasi membelajarkan, terlebih dahulu
ditentukan oleh penguasaannya terhadap seluruh elemen-elemen pembelajaran seperti
materi, metode, media pendekatan dan teknik pembelajaran. Jika hal-hal itu kurang,
apalagi tidak dikuasai, maka sangat sulit mendambakan seorang guru yang memilki
variasi membelajarkan secara tepat dan diterima oleh siswa.

22

Aspek lain yang sangat penting bagi kemampuan guru memiliki variasi
membelajarkan bergantung dari ketersediaan fasilitas yang ada di sekolah. Menurut
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain dalam Sobry Sutikno (2007:145) bahwa :
Fungsi fasilitas antara lain sebagai alat bantu, peraga dan sumber belajar. Jika guru
mengahadirkan pembelajaran yang bervariasi maka, dengan sendirinya memicu
sekolah menyediakan berbagai fasilitas yang mendukung bagi penggunaan
pembelajaran yang bervariasi atau setidak-tidaknya siswa secara kreatif menyediakan
berbagai fasilitas yang memungkinkan ketika guru membelajarkan tersedia fasilitas
yang memadai.
Manfaat penggunaan variasi menurut Ibrahim, dkk (1988:71) yaitu :
Dapat menimbulkan dan meningkatkan perhatian siswa terhadap aspekaspek belajar-mengajar yang relevan.
Meningkatkan kemungkinan berfungisinya motivasi dan rasa ingin tahu
melalui kegiatan penelitian (investigasi) dan penjelajahan (eksplorasi).
Membentuk sikap positif terhadap guru dan sekolah.
Kemungkinan para siswa mendapatkaan pelayanan secara individual
sehingga memberi kemudahan belajar.
Mendorong aktifitas belajar dengan cara melibatkan siswa dengan berbagai
kegiatan atau pengalaman belajar yang menarik dan berguna dalam
berbagai tingkat afektif, kognitif dan psikomotor.
Tujuan dan manfaat penggunaan variasi menurut Ahmad Sabri (2010:95) yaitu :
Untuk menimbulkan dan meningkatkan perhatian siswa pada aspek belajar
mengajar yang relevan.
Untuk memberikan kesempatan bagi berkembangnya bakat ingin
mengetahui dan menyelidiki pada siswa tentang hal-hal yang baru.

23

Untuk memberi kesempatan untuk memperoleh cara menerima pelajaran


yang disenangi.
Sedangkan menurut Udin Syaefudin Saud (2009:70) tujuan penggunaan variasi
yaitu :
Menimbulkan dan meningkatkan perhatian siswa kepada aspek-aspek
pembelajaran.
Memupuk tingkah laku yang positif terhadap guru dan sekolah dengan
berbagai cara mengajar yang lebih hidup dan lingkungan belajar yang lebih
baik.
Prinsip-prinsip penggunaan variasi dalam pembelajaran menurut Sobry Sutikno
(2007:146) yaitu :
Variasi hendaknya digunakan dengan maksud tertentu, relevan dengan
tujuan yang hendak dicapai, sesuai dengan tingkat kemampuan siswa.
Penggunaan variasi yang wajar dan beragam sangat dianjurkan dan begitu
juga sebaliknya.
Variasi harus digunakan secara lancar dan berkesinambungan sehingga
tidak akan merusak perhatian siswa dan tidak menggangu pelajaran.
Sejalan dengan prinsip a dan b, komponen variasi tentu memerlukan
susunan dan perencanaan yang baik. Artinya, secara eksplisit dicantumkan
dalam rencana pembelajaran.
5.2. Dimensi-dimensi Variasi dalam Proses Pembelajaran
Sebagaimana kita ketahui bahwa aktifitas apa saja, walaupun aktifitas yang
menyenangkan, jika dilakukan terus-menerus tanpa ada perubahan dalam waktu yang
lama, aktifitas tersebut akan membuat kita merasa bosan atau jenuh. Pada dasarnya

24

semua orang tidak menghendaki adanya kebosanan dalam hidupnya. Sesuatu yang
membosankan adalah sesuatu yang tidak menyenangkan.
Menurut Sobry Sutikno (2007:147) Dalam proses pembelajaran ada beberapa
dimensi variasi yang harus diperhatikan, Variasi Gaya Guru dalam Pembelajaran,
Variasi dalam Penggunaan Media dan Variasi Pola Interaktif.
5.3 Variasi Gaya Guru dalam Pembelajaran
Variasi gaya guru dalam membelajarkan banyak sekali. Bila dilakukan dengan
baik, akan sangat berguna dalam usaha menarik dan mempertahankan minat serta
semangat siswa dalam belajar. Beberapa diantaranya yang termasuk dalam variasi
gaya guru membelajarkan, sebagai berikut :
a. Penguatan Variasi Suara
Tidak dapat dipungkiri bahwa suara guru memiliki peranan penting dalam
melahirkan variasi. Karena itu, intonasi, nada, volume dan kecepatan suara guru perlu
diatur dengan baik. Dalam hal ini termasuk pengubahan nada suara yang keras
menjadi lemah, dari tinggi menjadi rendah, dan cepat berubah menjadi lambat, dari
suara gembira menjadi suara sedih atau pada saat memberikan tekanan pada kata-kata
tertentu.
b. Pemberian Waktu
Setelah guru menyampaikan materi pelajaran, siswa perlu diberi waktu untuk
menelaah kembali atau mengorganisasikan pertanyaan. Caranya, setelah menjelaskan
satu sub-bab materi guru berhenti sejenak sebelum melanjutkan pada sub-bab

25

berikutnya. Ketika guru berhenti, siswa memiliki kesempatan menelaah atau mungkin
menyusun pertanyaan-pertanyaan guru yang belum jelas.
c. Kontak Pandang
Untuk meningkatkan hubungan dengan siswa, selama menyampaikan materi
pelajaran, tidak dibenarkan guru hanya memandang ke luar, ke atas, atau ke siswa
tertentu saja. Kontak pandang dapat digunakan untuk menyampaikan informasi
(seperti membesarkan mata tanda mencengang), atau dapat juga siswa.
d. Gerakan Anggota Badan dan Mimik
Variasi dalam ekspresi wajah guru, gerakan kepala dan badan adalah aspek
yang amat penting dalam berkomunikasi. Ekspresi wajah misalnya, tersenyum,
mengerutkan dahi, cemberut, menaikkan alis, dll. Gerakan kepala dapat dilakukan
dengan cara misalnya, mengangguk, menggeleng, mengangkat atau merendahkan
kepala. Gerakan tangan juga dilakukan, seperti jari yang digunakan untuk menunjuk,
menggoyang-goyangkan tangan, dll.
e. Pindah Posisi
Berpindah posisi selain bermanfaat bagi guru itu sendiri agar tidak jenuh, juga
agar perhatian siswa tidak monoton. Dengan bergerak, berarti guru tidak berada
dalam satu posisi saja, melainkan berpindah-pindah. Perpindahan posisi guru
hendaklah Karena maksud-maksud tertentu dan dilakukan secara wajar dan tidak
berlebihan.

26

5.4. Variasi dalam Penggunaan Media


Dalam aktifitas pembelajaran, media didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat
membawa informasi dan pengetahuan dalam interaksi yang berlangsung antara guru
dengan siswa. Penggunaan media ini akan menghindari kejenuhan siswa terhadap
gurunya atau terhadap materi yang disampaikan guru. Melalui media, ada alih
pandangan, dengar dan objek perhatian yang mungkin lebih menarik dibandingkan
dengan guru yang hanya berceramah saja. Bahkan dengan media memungkinkan
konsentrasi dan perhatian siswa terhadap pelajaran akan lebih baik.
Manfaat media dalam proses pembelajaran menurut Kemp dan Dayton (1985)
dalam Soepartono (2000) sebagai berikut :

Penyampaian materi dapat diseragamkan.


Proses intruksional menjadi lebih menarik.
Proses belajar menjadi lebih interaktif.
Jumlah waktu belajar-mengajar dapat dikurangi.
Kualitas belajar dapat ditingkatkan.
Proses belajar dapat terjadi dimana saja dan kapan saja.

Ada tiga komponen dalam variasi media, yaitu :


a. Variasi Media Pandang (visual).
Media pandang yang dapat digunakan sebagai media pembelajaran diantaranya
buku, majalah, globe, peta, film, tv, gambar, grafik, papan tulis, poster, dll. Media ini
berguna :
Membantu pemahaman konsep yang abstrak kepada penjelasan yang
konkret.
Agar siswa memiliki perhatian optimal terhadap pelajaran.
Membantu watak yang kreatif dan mandiri siswa.

27

Mengembangkan

cara

berpikir

siswa

yang

konsisten

dan

berkesinambungan.
Memberikan pengalaman baru dan unik.
Variasi Media Dengar (audio)
Guru yang hanya mengandalkan suara saja tampaknya tidak cukup bagi
proses belajar siswa. Selain keras-lemah, tinggi-rendah, cepat-lambat, dan gembira
atau sedih dari kualitas suara yang dapat divariasikan oleh guru, diperlukan juga
media yang lainnya yang memungkinkan anak lebih konsentrasi dan merasa ada
pengalaman baru terhadap suara itu.
b. Variasi Media Taktil (Media yang dapat diraba tau dimanipulasi)
Media taktil merupakan media pembelajaran yang dapat disentuh, diraba, atau
dimanipulasi. Dalam hal ini kan melibatkan siswa dalam kegiatan penyusunan atau
pembuatan model, yang hasilnya dapat disebut sebagai media taktil. Media seperti
model, patung, alat mainan, bintang hidup yang kecil, dsb. Diberikan kepada siswa
untuk diraba dan dimanipulasi. Penggunaan media ini pada dasarnya merangsang
siswa lebih kreatif.

5.5. Variasi Pola Interaktif

28

Variasi dalam pola interaksi yang lazim dilakukan guru menurut Nana
Sudjana dalam Sobry Sutikno (2007:150) adalah :
Komunikasi sebagai aksi atau komunikasi satu arah. Dalam komunikasi ini
guru berperan sebagai aksi dan siswa sebagai penerima aksi. Guru aktif dan
siswa pasif. Ceramah pada dasarnya adalah komunikasi satu arah atau
komunikasi sebagai aksi.
Komunikasi sebagai interaksi atau komunikasi dua arah. Pada komunikasi
ini guru dan siswa dapat berperan sama yaitu pemberi aksi dan penerima
aksi. Di sini sudah terlihat hubungan dua arah tetapi, terbatas antara siswa
dan guru secara individual. Keduanya dapat saling memberi dan menerima.
Komunikasi ini lebih baik dari pada yang pertama, sebab kegiatan guru dan
siswa relatif sama.
Komunikasi banyak arah atau komunikasi sebagai transaksi. Komunikasi
ini tidak hanya melibatkan interaksi dinamis antar guru dengan siswa tetapi
juga melibatkan antara siswa yang satu dengan yang lainnya. Proses
pembelajaran dengan pola komunikasi ini mengarah kepada proses
pembelajaran yang mengembangkan kepada siswa yang optimal, sehingga
menumbuhkan siswa belajar aktif.
Sedangkan menurut Ahmad Sabri (2010:99) bahwa :
Pola interaksi guru dengan murid dalam kegiatan belajar mengajar beraneka ragam
coraknya, mulai dari kegiatan yang didominasikan oleh guru sampai kegiatan sendiri
yang dilakukan oleh siswa. Hal ini bergantung pada keterampilan guru dalam
mengelola kegiatan belajar mengajar. Penggunaan pola interaksi ini dimaksud agar
tidak menimbulkan kebosanan, kejemuan, serta untuk menghidupkan suasana kelas
demi keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan.
Dalam pola interaksi, guru bisa menggunakan metode pembelajaran dengan
bervariasi, tentunya harus disesuaikan dengan tujuan, materi pembelajaran serta
situasi dan kondisi.

8
7

29
6

Adapun cara pelaksanaan dalam variasi pembelajaran Shooting bola basket ini
adalah sebagai berikut:
5

1. Latihan Shooting berbentuk kupu- kupu.


a. Siswa membentuk pola seperti kupu kupu jarak antar Kun 3 m.
b. Salah satu siswa melakukan Shoting ke arah teman yang ada di
hadapannya dan yang satunya lagi siap menerima dan menangkap bola,
dan melakukan Shooting ke teman yang lain.
4
3

Gambar 4. Latihan Shooting berbentuk kupu- kupu


2

2. Latihan Shooting berhadapan.


a. Siswa saling berhadapan.
b. Salah satu siswa melakukan Shooting ke arah teman yang ada di
hadapannya dan yang satunya lagi siap menerima dan menangkap
bola, kemudian orang yang telah melakukan Shooting tersebut berlari
ke arah belakang orang yang menerima bola hasil Shootinganya.
c. Setelah menerima dan menangkap bola teman tersebut melakukan
Shooting kembali ke arah teman yang ada di hadapannya dan berlari

30
2
1

Shooting

ke arah belakang teman yang menerima bola tersebut dan dilakukan


secara terus menerus secara bergantian sampai merasa cukup
memahami teknik Shooting bola basket.

Berpindah

Gambar 5. Latihan Shooting saling berhadapan

3. Latihan shooting berbentuk T.


a. Siswa membentuk huruf T dengan jarak antar Kun 3 m.
salah satu siswa melakukan Shooting ke arah teman yang ada di
hadapannya dan yang satunya lagi siap menerima dan menangkap
bola.
b. Setelah menerima dan menangkap bola teman tersebut melakukan
Shooting kembali ke arah teman yang ada di hadapannya kembali.
c. Setelah menerima dan menangkap bola teman tersebut melakukan
Shooting kembali ke arah teman yang ada di bawahnya kembali dan
dilakukan secara terus menerus secara bergantian sampai merasa
cukup memahami teknik Shooting bola basket.
\

31

Gambar 6. Latihan shooting berbentuk T


6. Hakikat Pembelajaran Media Audio Visual
Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari Medium
yang secara harafiah berarti Perentara atau Pengantar yaitu pengantara atau
sumber pesan dengan menerima pesan. Sedangkan audio visual atau alat-alat audio
visual adalah alat-alat yang audible artinya dapat didengardan alat-alat visible artinya
dapat dilihat. Jadi dari pengertian tersebut proses komunikasi dapat dilakukan dengan
menggunakan media yang berupa gambar dan suara, sehingga penerima pesan dapat
memperoleh pengalaman secara nyata dari proses komunikasi tersebut. Jadi dapat
disimpulkan media visual adalah sebuah alat bentuk untuk seorang dalam menerima
satu pesan, sehingga dia dapat memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang
bermanfaat untuk meraih tujuan yang ingin dicapai.
Media audio visual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur
gambar . Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik karena meliputi
kedua jenis media audio dan visual.
Menurut Djamarah dan Zain (2006:124) disebutkan bahwa media audiovisual
adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis media ini
mempunyai kemampuan yang lebih baik, dengan menampilkan unsur gambar, suara
dan unsur gerak.

32

Menurut Poerwadarminta dalam kamus bahasa indonesia disebutkan bahwa


yang dimaksud audio adalah sesuatu yang berkaitan dengan pendengaran, dapat
didengar, kedengaran, berdasarkan pendengaran, diberikan dengan menggunakan
suara-suara. Sedangkan visual adalah berdasarkan penglihatan, sesuatu yang
berkaitan dengan penglihatan, dapat dilihat, kelihatan, dibrikan dengan menggunakan
gambar-gambar. Berdasarkan penglihatan tersebut dapat disimpulkan bahwa audio
visual dapat diartikan sebagai

sesuatu yang berkaitan dengan pendengaran dan

penglihatan, dapat didengar dengan telinga dan dlihat dengan mata, kedengaran dan
kelihatan, berdasarkan pendengaran dan penglihatan, diberikan dengan suara-suara
dan gambar-gambar.
Penyebutan audio visual sebenarnya mengacu pada indera yang menjadi
sasaran dari media tersebut. Media audio visual mengandalkan pendengaran dan
penglihatan dari khalayak sasaran (penonton). Produk audio visual dapat menjadi
media dokumentasi dan dapat juga menjadi media komunikasi. Sebagai media
dokumentasi tujuan yang lebih utama adalah mendapatkan fakta dari suatu peristiwa.
Sedangkan sebagai media komunikasi, sebuah produk audio visual melibatkan lebih
banyak

elemen

media

dan

lebih

membutuhkan

perencanaan

agar

dapat

mengkomunikasikan sesuatu.
Audio dan visual ialah gabungan komponen-komponen yang saling
melengkapi yang memproduksi suatu gambar dan suara yang dikombinasikan satu
sama lain.

33

Menurut bang Cha-cha, memberikan pengertian tentang media audio visual


yaitu media yang dapat dlihat sekaligus dapat didengar, misalnya : film, bersuara,
video, televisi, sound slide.
Pengajaran melalui audio visual jelas bercirikan pemakain perangkat keras
selama proses belajar, seperti mesin proyektor film, tape recorder, dan proyektor
visual yang lebar. Jadi pengajaran dengan media audio visual adalah produksi dan
penggunaan materi yang penyerapannya melalui pandangan dan pendengaran serta
tidak seluruhnya tergantung kepada pemahaman kata atau simbol-simbol (Arsyad,
2000:30).
Menurut A.S. Sadiman (2007:49), perangkat pengajaran dengan media audio
visual seperti radio, tape recorder, film bingkai, film rangkai, OHP (overhead
projector), microfis, film, televisi, dan video. Kelebihan media- media ini adalah : 1.
Materi pelajaran dapat disebarkan kepada seluruh siswa secara serentak, 2. Perhatian
siswa dapat dipusatkan pada satu materi tertentu, 3. Cocok untuk mengajarkan
keterampilan, 4. Dapat ditampilkan berwarna sehingga menarik minat siswa, 5.
Praktis dan menghemat tenaga dan waktu karena dapat dipakai berulang-ualang dan,
6. Dapat merangsang dan memotivasi kegiatan siswa.
Bentuk tampilan media audio visual ini bisa dibuka pada multimedia
komputer yang memiliki kapasitas DVD-RW dan bisa juga dibuka pada DVD player
dengan file data berektensi combo format yang dirancang dan didesain pada kaset
DVD pembelajaran tersebut.

34

Menurut Suprijanto (2005:171), pembelajaran audiovisual adalah suatu


pembelajaran yang menggunakan alat atau bahan pembelajaran (media pembelajaran)
dalam situasi belajar untuk membantu kegiatan belajar mengajar.
Dalam pembelajaran, guru sering tidak memanfaatkan media audiovisual.
Beberapa guru mata pelajaran yang lainmungkin menggunakan media secara intensif.
Sedangkan beberapa sama sekali tidak menggunakan, seperti guru penjas misalnya.
Kita tahu bahwa pembelajaran dapat ditingkatkan dengan menggunakan bantuan
visual karena tampilan gambar dan symbol, misalnya akan menambah penjelasan
verbal dan memudahkan peningkatan daya ingat siswa. Guru yang efektip slalu
merencanakan bagaimana agar melibatkan rasa visual sebagai sebuah bagian yang
penting dalam proses pembelajaran.
Menurut Caly dalam Suhaidi (2010: 33) ada beberapa manfaat media audio
visual dalam mendukung aktifitas pengajaran yaitu:
1. Meningkatkan perhatian.
2. Membantu mengingat pelajaran sebelumnya.
3. Menyajikan tujuan pembelajaran kepada siswa.
4. Menyajikan bahan pelajaran baru.
5. Mendukung pembelajaran melalui contoh dan elaborasi visual.
6. Menggali tanggapan siswa.
7. Menyediakan umpan balik.
8. Meningkatkan daya ingat dan transfer.
9. Meningkatkan dan menilai hasil belajar.

35

Bantuan alat audiovisual paling sering digunakan untuk menggambarkan atau


menguatkan bahan pelajaran. Selain itu, alat audiovisual juga bias untuk
mennstimulasikan diskusi dan mendorong partisipasi aktif siswa. Audiovisual juga
bias

dikemas

sedemikian

rupa

sehingga

dapat

digunakan

siswa

diluar

pelajaran.sehingga dapat menghemat waktu untuk membahas pokok pembelajaran


yang lebih penting.
Allen mengemukakan tentang hubungan antara media dengan tujuan
pembelajaran, sebagian terlihat dalam table ini :
Tabel 1: Hubungan media dengan tujuan pembelajaran
JENIS MEDIA

Gambar Diam (Visual)

Gambar Hidup (Audiovisual)

Televisi

Obyek tiga dimensi

Rekaman Audio

Programmed Instruction

Demontrasi

Buku Teks Tercetak

Keterangan:
R = Rendah, S = Sedang, T = Tinggi
1 = Belajar information factual
2 = Belajar pengenalan Visual
3 = Belajar prinsip, Konsep, Aturan

36

4 = prosedur belajar
5 = Penyampayan keteranpilan persepsi motorik
6 = mengembanmgkan sikap, Opini dan Motivasi
akhmadsudrajad. Wordpress.com//media pembelajaran/Media audiovisual memerlukan pekerjaan tambahan untuk memproduksinya.
Salah satu pekerjaan yang diperlukan dalam media audiovisual adalah penulisan
naskah dan storyboard yang memerlukan persiapan banyak, rancangan, dan
penelitian. Naskah yang menjadi bahan narasi disaring dari isi pelajaran yang disaring
dari isi pelajaran yang kemudian yang disitesis kedalam apa yang ingin ditunjukkan
atau dikatakan.
Narasi ini juga merupakan penentu bagi tim produksi untukkan memikirkan
bagaimana video menggambarkan atau memvisualisasikan materi pembelajaran. Pada
awal pelajaran media harus mempertunjukan suatu hal yang menarik perhatian siswa
hal ini diikuti dengan jalinan logis keseluruhan program yang dapat membangun rasa
berkelanjutan sambung menyambung dan kemudian menuntun kepada kesimpulan
atau rangkuman, kontinuitas program dapat dikembangkan melalui penggunakan
cerita atau permasalahan yang memerlukan pemecahan.
Ada beberapa paktor yang mempengaruhi seorang guru atau pelatih dalam
memilih dan menggunakan media audiovisual dalam menyyampaikan informasi,
fikiran, dan pesan kepada anak didiknya, menurut Sudiman (2003:23) antara lain:
1) Media audiovisual mempermudah orang menyampaikan dan menerima
materi, fikiran, dan pesan serta dapat menghindarkan salah pengertian.

37

2) Media audiovisual mendorong keinginan seseorang untuk mengetahui lebih


lanjut informasi yang sedang dipelajari,
3) Media audiovisual dapat mengekalkan pengertian yang dapat.
4) Media audiovisual sudah berkembang di masyarakat.
Dengan

demikian

menyampaikan

media

informasi

audiovisual

sehingga

sangat

penerima

berperan

informasi

dapat

sekali

dalam

memperoleh

pengetahuan yang lebih banyak lagi.

7. Fasilitas dan Perlengkapan.


a. Lapangan
Lapangan permainan bola basket berukuran 26 m x 14 m, dengan lingkaran
tengah berukuran diameter 3,60 m. Papan pantul berukuran 1,8 m x 1,2 m dengan
tinggi 3,05 m dari lantai.
b. Bola
Bola terbuat dari kulit, karet atau bahan sintetis lainnya dengan lingkaran
(diameter) 74,9 cm 78 cm dan berat bola 567 650 gram. Bila bola dipantulkan
dari ketinggian 1,8 meter harus dapat memantul setinggi 1,4 meter.

38

Gambar 7. Lapangan bola basket

Gambar 8. Papan Pantul dan ring Bola Basket.

39

Gambar 9. Bola Basket.


B. Kerangka Berfikir
Seorang guru berkewajiban menciptakan proses belajar mengajar yang efektif
sehingga dapat mencapai hasil belajar sesuai dengan yang diharapkan. Untuk itu,
guru harus mampu melakukan variasi pembelajaran dengan menggunakan metode
pembelajaran yang sesuai dan dapat meningkatkan minat, kreatifitas, dan
menghindarkan kejenuhan belajar pada siswa.
Segala daya upaya dilakukan guru supaya kegiatan pembelajaran yang terjadi
di dalam dan di luar kelas tetap menarik misalnya dengan menggunakan gaya
mengajar yang tidak monoton dan diharapkan siswa dapat menyerap materi pelajaran
secara maksimal yang akan berdampak terhadap hasil belajar yang diperoleh.
(Luthan 2004 ; modul 2 : 3) Pembuatan keputusan pada awal pengajaran
tentang gaya mengajar yang akan digunakan oleh guru pendidikan jasmani sangatlah
penting untuk mencapai pengajaran yang sukses. Dalam pengajaran di sekolah,
variasi pembelajaran yakni gaya mengajar merupakan faktor penting yang tidak di
kesampingkan. Untuk itu gaya mengajar sangat berperan penting pada hasil proses
pembelajaran di sekolah, sarana dan prasarana juga mendukung pada keberhasilan
pembelajaran siswa.
Media audio visual atau cakupan yang diawali dengan berbagai tingkat tugas,
kemudian siswa melakukan penafsiran sendiri dan memilih tugas awalnya. Siswa
melakukan tugas yang dipilihnya dan mengulangi tugas tersebut berdasarkan berhasil

40

atau tidaknya tugas awal, kemudian mencoba tugas berikutnya dan menafsir hasilhasilnya.
Kaitan media audio visual terhadap shooting bola basket yaitu dalam
melakukan tingkatan kesulitan dari tingkat kesulitan yang mudah ke tingkat kesulitan
yang sukar dalam melakukan shooting serta aktif berinteraksi antara guru dengan
siswa.
Berdasarkan uraian diatas, maka diharapkan variasi pembelajaran dengan
menerapkan media audiovisual dapat meningkatkan hasil belajar shooting

bola

basket pada siswa kelas X-3 SMA Negri 2 Medan.

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian


1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di SMA Negri 2 Medan, yang beralamat di Jl.
Karangsari No. 435 Medan Polonia Sumatera Utara Tahun Ajaran 2014/2015.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini direncanakan pada Januari 2014.

B. Subjek Penelitian.

41

Adapun yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa/i kelas
X-3 SMA Negri 2 Medan Medan Tahun Ajaran 2014/2015 yang berjumlah 40 orang
yang terdiri dari 16 siswa putra dan 24 siswa putri yang terbagi kedalam kelas.

C. Metode Penelitian
Metode penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action
Research). Menurut Arikunto (2008:16) langkah-langkah penelitian tindakan kelas
dilakukan dalam beberapa siklus yang tiap siklusnya terdiri dari empat tahap yaitu:
(1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan, (3) Pengamatan, dan (4) Refleksi.
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif yang berguna untuk
mengungkapkan kesulitan belajar siswa dalam proses pembelajaran penjas serta cara
mengatasi kesulitan-kesulitan tersebut sebagai upaya untuk meningkatkan hasil
41
belajar siswa pada materi shooting bola basket.

D. Desain Penelitian
Sesuai dengan jenis penelitian ini, yaitu penelitian tindakan kelas maka
penilitian ini akan dilakukan dalam beberapa tahap yang berupa siklus tapi sebelum
masuk ke siklus terlebih dahulu melakukan kegiatan di bawah ini :
Dari populasi yang ada diambil sampel melalui teknik pengambilan sampel
cluster sampling yang ada hanya 1 kelas yang akan diambil dan dijadikan sebagai
sampel.

42

Kemudian sampel diarahkan untuk melakukan test shooting bola basket dan
hasil test siswa tersebut dijadikan hasil test I dalam penelitian ini. Setelah didapat
hasil test I tersebut kemudian diadakan observasi dan evaluasi untuk melihat
permasalahan yang ada yang selama ini menyebabkan nilai hasil belajar siswa
rendah. Setelah itu masuk kedalam siklus yang dimaksud seperti gambar dibawah
ini :

SKEMA SIKLUS DALAM PENELITIAN TINDAKAN KELAS

43

Gambar 10. Desain Penelitian Tindakan Kelas


(Kristiyanto, 2010: 19)
Keterangan Desain Penelitian Tindakan Kelas :
1. Siklus 1
a. Tahap Perencanaan Tindakan (Alternatif Pemecahan I)
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah merencanakan tindakan berupa
membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disesuaikan dengan
kesulitan yang dialami siswa dengan memberikan penggunakan media audio visual
sebagai alat proses belajar mengajar. Kegiatan yang lain dilakukan adalah membuat
lembar observasi untuk melihat bagaimana kondisi belajar mengajar siswa dikelas
dan membuat lembar tes hasil belajar

44

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan I


Setelah ditemukan permasalahan yang menyebabkan rendahnya nilai hasil
belajar shooting bola basket pada siswa kemudian dicari alternatif yang mungkin bisa
meningkatkan hasil belajar siswa yaitu dengan memberikan materi pembelajaran
shooting dengan metode yang berbeda dan alternatif yang dimaksud adalah
memberikan materi pembelajaran shooting menggunakan media audio visual. Pada
pembelajaran tersebut sampel diberikan materi shooting dengan menggunakan media
video yang berisikan materi shooting yang diterangkan secara jelas dengan melalui
gambar hidup dan tampak nyata sebelum melakukan praktek di lapangan. Pada akhir
tindakan diberi tes hasil belajar kepada siswa untuk melihat hasil belajar yang dicapai
siswa setelah pemberian tindakan.
c. Observasi I
Pada tahap ini dilakukan observasi terhadap pelaksanaan tindakan yang
menggunakan lembar observasi yang telah disusun. Guru bidang studi penjas yang
bertugas sebagai pengamat mengisi lembar observasi untuk melihat apakah kondisi
belajar mengajar sudah terlaksana sesuai program pengajaran ketika tindakan
dilakukan.

d. Tahap Refleksi I

45

Hasil yang didapat dari tahap tindakan dan observasi dikumpulkan dan
dianalisis pada tahap ini, sehingga dapat disimpulkan dari tindakan yang dilakukan
dari hasil tes hasil belajar I. Hasil refleksi ini digunakan sebagai dasar untuk tahap
perencanaan siklus II.

E. Instrumen Penelitian
Insrtumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penilaian
secara proses dengan portofolio tes shooting bola basket. Dalam tes ini siswa diminta
melakukan teknik dasar shooting (sikap permulaan, sikap pelaksanaan, dan sikap
akhir) sesuai tayangan dalam audio visual.
Aspek penilaian dan besaran skor yang diperoleh dari setiap item disesuaikan
berdasarkan kriteria-kriteria yang telah dibuat dimana jumlah skor tertinggi adalah 4
dan terendah adalah 1 dan total skor maksimum dari semua item adalah 12 seperti
yang dilihat pada tabel dibawah ini.

Bentuk Tes Shooting Bola Basket


a. Tujuan :
Tes ini bertujuan untuk mengukur keterampilan dalam melakukan
shooting bola basket

b. Peralatan :

46

Peralatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah :


Lapangan bola basket
Pluit
Bola Basket
Lembar penilain
c. Pelaksaan :
Pelaksaan penelitian tes ini berupa shooting bola bakset setelah pemberian
media audio visual.
Bentuk kegiatan yang dilakukan adalah:

Peserta didik melakukan tes shooting bola basket ke dalam

ring.
Tes shooting dilakukan sebanyak 1 kali dengan ketentuan jarak
4 meter didepan ring.

d. Penilaian :
Teknik penilaian dalam pelaksaan shooting bola basket adalah :

Tim penilai dilakukan oleh 3 orang dengan ketentuan oleh tiap

penilai menilai masing-masing indikator


Teknik penilain dalam pelaksanaan shooting bola basket
menggunakan lembar portofolio sebagai berikut :

47

TABEL 2. PENILAIAN HASIL BELAJAR SHOOTING BOLA BASKET

Indikator
1

Sikap 1. Kaki
permulaan
direntangkan
selebar
bahu
Deskriptor
Penilaian
dan
lutut
ditekuk
sedikit.

2.Bola dipegang dengan dua


tangan di atas kepala sedikit di
depan dahi.
3.Siku lengan tangan (tangan
untuk menembak).
4.Kaki , bahu, dan tubuh
menghadap ke ring basket
(lurus ke arah ring )
1. Lutut ditekuk agak dalam
untuk mengambil awalan.
2. Lengan kanan menjulur ke
depan mengarah ke ring
basket.
Sikap
3. Siku lengan diluruskan.
pelaksanaan 4. Kemudian bola dilepaskan
dengan bantuan gerakan
pergelangan tangan dan
ujung jari

Sikap akhir

Keterangan :

1. Ke dua kaki diluruskan.


2. Lengan kanan ke depan atas
kembali diluruskan .
3. Lecutan pergelangan tangan
hingga jari-jari menghadap
ke bawah ke arah lantai
4. Pandangan tetap mengarah
ke target atau ring

Kualitas gerak
tanda ( )
Nampak

Skor

48

Nilai 4: Apabila ke 4 Deskriptor Dapat Dilakukan


Nilai 3: Apabila hanya 3 Deskriptor Dapat Dilakukan
Nilai 2: Apabila hanya 2 Deskriptor Dapat Dilakukan
Nilai 1: Apabila hanya 1 Deskriptor Dapat Dilakukan

F. Teknik Analisa Data


Analisa data yang dilakukan terdiri dari beberapa tahap diantaranya :
1.

Reduksi Data

Proses reduksi data dilakukan dengan cara menyeleksi, menyederhanakan dan


mentranformasikan data yang telah disajikan dalam transkip catatan lapangan.
Kegiatan reduksi data ini bertujuan untuk melihat kesalahan atau kekurangan siswa
dalam pelaksanaan tes dan tindakan apa yang dilakukan untuk perbaikan kesalahan
tersebut.
1. Paparan Data
Dalam kegiatan ini data yang diperoleh dari hasil belajar siswa dipaparkan
dalam bentuk tabel dengan menggunakan rumus yang telah ditetapkan. Untuk
mengetahui persentase kemampuan siswa digunakan rumus :
Indikator
Sikap Awal
Gerak pelaksanaan
Gerak lanjutan

3
3
3

Deskriptor
2
2
2

1
1
1

Jika indikator memiliki kriteria kompleksitas tinggi, daya dukung tinggi


dan intake siswa sedang, maka nilai KKM-nya adalah :
KKM =

Jumlah Perolehan Skor


Skor Maksimal

49

Dengan kriteria : Kriteria ketuntasan belajar


0

2,66

KKM

KKM

2,66

= Siswa belum tuntas dalam belajar

= Siswa sudah tuntas dalam belajar

You might also like