You are on page 1of 12

STUDI PENANGANAN JALAN BERDASARKAN TINGKAT

KERUSAKAN PERKERASAN JALAN


(STUDI KASUS: JALAN KUALA DUA KABUPATEN KUBU RAYA)
Mardianus

1)

Abstrak
Jalan raya adalah salah satu prasarana yang akan mempercepat pertumbuhan dan pengembangan
suatu daerah serta akan membuka hubungan sosial, ekonomi dan budaya antardaerah. Di dalam
Undang-Undang Republik Indonesia No. 38 tahun 2004 tentang prasarana jalan, disebutkan bahwa
jalan mempunyai peranan penting dalam mewujudkan perkembangan kehidupan bangsa. Studi ini
dilakukan terhadap ruas jalan Kuala Dua, Kubu Raya dengan panjang jalan yang diamati
sepanjang 4,47 km. Jenis kerusakan yang terjadi pada ruas jalan Kuala Dua, Rasa Jaya terdiri dari
kerusakan lubang (pothole), retak kulit buaya (alligator cracking), retak memanjang dan
melintang (long and trans cracking), kegemukan (bledding), pelapukan dan pelepasan butir
(ravelling), alur (rutting), jalur/bahu turun (lane/shoulder drop off), amblas (deppression), benjol
dan turun (bump and sags), dan bergelombang (corrugation). Hasil analisis menggunakan metode
PCI (Pavement Condition Index), didapat nilai PCI jalan sebesar 30,55 dengan kondisi buruk
(poor) sehingga alternatif jenis pemeliharaan yang sesuai adalah program tambalan (patching) dan
dilapisi ulang (overlay). Tindakan perbaikan dengan perkerasan fleksibel, dengan memberikan
lapisan tambahan (overlay) pada perkerasan jalan yang berfungsi untuk menerima beban lalulintas dan menyebarkannya ke lapisan di bawahnya, kemudian diteruskan ke tanah dasar. Untuk
mempertahankan kinerja perkerasan, diperlukan beberapa tindakan perbaikan kerusakan, baik
berupa pemeliharaan rutin setiap tahun maupun pemeliharaan berkala setiap 2 atau 3 tahun sekali.
Kata-kata kunci: penanganan jalan, kerusakan perkerasan

1.

PENDAHULUAN

jalan menjadi prioritas untuk diteliti dan


dikembangkan
dalam
perencanaan,
pelaksanaan, dan pemeliharaannya.

Jaringan jalan raya yang merupakan


prasarana transportasi darat memegang
peranan yang sangat penting dalam
sektor perhubungan, terutama untuk
kesinambungan distribusi barang dan jasa
maupun orang. Yang lebih efisien dan
murah adalah melalui darat. Keberadaan
jalan raya sangatlah diperlukan untuk
menunjang laju pertumbuhan ekonomi,
pertanian, dan sektor lainnya. Mengingat
manfaatnya yang begitu penting maka
sektor pembangunan dan pemeliharaan

Ruas jalan Kuala Dua, Rasau Jaya


sepanjang 4,47 km mengalami kerusakan
yang cukup signifikan, baik kerusakan
ringan maupun kerusakan berat, pada
beberapa ruas jalan dan hampir sepanjang
ruas jalan tersebut. Kerusakan jalan ini
cukup mengganggu kelancaran arus lalu
lintas yang ada, baik menuju Kuala Dua,
Rasau Jaya maupun sebaliknya. Kerusakan
yang terjadi pada ruas jalan ini

1) Alumnus Prodi Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura

149

149

Studi
Jalan2013
Berdasarkan Tingkat Kerusakan Perkerasan
JURNAL TEKNIK SIPIL UNTAN / VOLUME
13Penanganan
NOMOR 1 JUNI

diakibatkan oleh beban kendaraan yang


berlebihan. Penyebab kerusakan jalan
bukan hanya kelebihan muatan tetapi
juga drainase yang kurang baik.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai kondisi jalan yang terjadi, mencari dan menentukan penanganan atau pemeliharaan berdasarkan kerusakan yang
terjadi. Sedangkan manfaat penelitian ini
adalah dapat memberikan kesimpulankesimpulan dari hasil evaluasi dan
analisis di lapangan yang nantinya akan
dapat memberikan manfaat serta masukan kepada instansi teknis terkait, agar
dalam pelaksanaan perbaikan kerusakan
didapat hasil yang optimal dan efisien.

Jalan
(Studi Kasus: Jalan Kuala Dua Kabupaten Kubu
Penanganan konstruksi perkerasan jalan, Raya)

khususnya perkerasan yang menggunakan konstruksi flexible pavement, baik


pembangunan perkerasan baru ataupun
peningkatan untuk mencapai umur rencana yang telah dijadwalkan, tentulah dilakukan penanganan pemeliharaan/rehabilitasi secara periodik. Faktor penyebab
kerusakan perkerasan jalan terbagi atas
faktor lalu lintas dan faktor non-lalu
lintas.
Berbagai jenis kerusakan pada konstruksi
perkerasan jalan yang terjadi dapat
disebabkan oleh berbagai faktor. PCI
mengklasifikasikan jenis-jenis kerusakan
perkerasan lentur (aspal) sebagai berikut:

Penelitian ini terbatas pada kerusakan


permukaan jalan yaitu deformasi, retak,
kerusakan tekstur permukaan, kerusakan
lubang, kerusakan di pinggir perkerasan.
Survei dilakukan hanya pada ruas jalan
Rasau Jaya, mulai dari depan Rumkit
Auri sampai dengan batas jalan aspal
yang mengalami kerusakan pada stasiunstasiun tertentu sepanjang 4,8 km.

a)

Deformasi: bergelombang, alur,


amblas, sungkur, mengembang,
benjol dan turun.

b)

Retak:
memanjang,
melintang,
diagonal, reflektif, blok, kulit buaya,
dan bentuk bulan sabit.

c)

Kerusakan
tekstur
permukaan:
butiran lepas, kegemukan, agregat
licin, terkelupas, dan stripping.

2.

d)

Kerusakan lubang, tambalan dan


persilangan jalan rel.

e)

Kerusakan di pinggir perkerasan;


pinggir retak/pecah dan bahu turun.

TINJAUAN UMUM

Semua prasarana jalan raya akan


mengalami kerusakan, gangguan, atau
penurunan kondisi, kualitas dan lain-lain,
apabila telah digunakan untuk melayani
kegiatan operasi lalu lintas penumpang
maupun barang. Untuk itu, semua prasarana yang terdapat pada suatu sistem
transportasi,
khususnya
transportasi
darat, memerlukan perawatan dan
perbaikan kerusakan yang baik.

Pada perkerasan beraspal, kerusakan pada


perkerasan dapat terjadi melalui berbagai
mekanisme. Akibat beban kendaraan,
pada setiap lapis perkerasan terjadi
tegangan dan regangan. Pengulangan
beban meng- akibatkan terjadinya retak
lelah
pada lapis
beraspal
serta
deformasi pada semua lapisan. Cuaca
menyebabkan lapis beraspal menjadi
rapuh (getas) sehingga
volume. Deformasi kumulatif pada
makin rentan terhadap terjadinya retak
jejak roda dapat terjadi dalam
dan disintegrasi (pelepasan). Jika retak
bentuk alur.
sudah mulai terjadi, luas dan keparahan
retak akan berkembang cepat hingga
Melihat kondisi perkerasan yang
akhirnya terjadi lubang. Di samping itu,
telah
mengalami
kerusakan,
retak memungkinkan air masuk ke
sebaiknya
segera
dilakukan
perkerasan
sehingga
mempercepat
perbaikan. Metode perbaikan yang
deformasi dan memungkinkan terjadinya
digunakan harus disesuaikan dengan
penurunan kekuatan geser dan perubahan

Studi
Jalan2013
Berdasarkan Tingkat Kerusakan Perkerasan
JURNAL TEKNIK SIPIL UNTAN / VOLUME
13Penanganan
NOMOR 1 JUNI

jenis kerusakannya sehingga diharapkan


dapat meningkatkan kondisi perkerasan
jalan tersebut. Usulan perbaikan tersebut
dapat dilakukan dengan langkah berikut:

Jalan
sedangkan
perbaikan
sementara
(Studi Kasus: Jalan Kuala Dua Kabupaten Kubu
cukup ditambal di kulit permukaan
Raya)

perkerasan saja. Penambalan cocok


untuk memperbaiki kerusakan jenis
aligator cracking, pothole, patching,
corrugation, shoving, depression,
slippage cracking, dan rutting.

a) Penutupan retak (crack sealing)


Penutupan retak adalah proses
pember3.

METODOLOGI

Penelitian ini dilakukan dengan langkahlangkah seperti pada Gambar 1. Data


yang dikumpulkan terdiri dari data
primer (diperoleh langsung dari objek

Mulai

sihan dan penutupan atau penutupan


ulang retakan dalam perkerasan
aspal, yang dimaksudkan untuk
memperbaiki
kerusakan dengan penutupan retakan
b) Perawatan
treatment)

permukaan

(surface

Perawatan permukaan adalah istilah


yang mencakup beberapa tipe
penutup aspal dan ter batu bara (coal
tar) atau gabungan agregat aspal.
Perawatan
permukaan
tebalnya
umumnya tidak
lebih dari 25 mm, dan dapat diletakkan pada sembarang permukaan perkerasan.

Identifikasi
Tinjauan
pustaka: permasalahan
Pengumpulan
Konstruksi perkerasan data
Jenis kerusakan
Penyebab kerusakan

Data sekunder: Data primer:


Geometrik
Jenis dan tingkat
kerusakan pada
Struktur
perkerasan
permukaan jalan
lama
Kondisi lingkungan
Analisis
Analisis nilai kondisi jalan
Analisis alternatif penanganan
berdasarkan nilai kondisi

c) Penambalan (patching)
Penambalan di seluruh kedalaman
cocok untuk perbaikan permanen,

Kesimpulan
Gambar 1. Bagan alir penelitian

penelitian di lapangan) dan data sekunder


(diperoleh dari dokumen-dokumen yang
berkaitan dengan penelitian).
Lokasi dan waktu pengambilan data
adalah sebagai berikut:
Pada ruas jalan Desa Kuala Dua
Kecamatan Sungai Raya Kabupaten
Kubu Raya.
Ruas jalan sepanjang 4,57 km mulai
dari depan Rumah Sakit Angkatan
Udara Supadio (depan pos penjagaan
POM AU) sampai dengan jalan arah
menuju Kecamatan Rasau Jaya.
Pengambilan data dilakukan kurang
lebih 2 minggu.
Pengambilan data LHR dilakukan selama 3 hari yaitu Sabtu, Minggu, dan
Senin yang mewakili 5 hari kerja.

peningkatan beban volume lalu lintas,


sistem drainase yang tidak baik, sifat material konstruksi perkerasan yang kurang
baik, iklim, kondisi tanah yang tidak
stabil, perencanaan lapis perkerasan yang
sangat tipis, proses pelaksanaan pekerjaan konstruksi perkerasan yang kurang
baik sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam spesifikasi, yang saling terkait dan mempengaruhi. Lalu lintas yang
melewati ruas jalan tersebut dari tahun ke
tahun selalu mengalami peningkatan. Dengan demikian, beban lalu lintas yang melewati jalan tersebut juga meningkat. Pada
ru- as jalan tersebut terdapat banyak kerusakan-kerusakan, baik kerusakan ringan
maupun kerusakan berat, sehingga kerusakan tersebut sangat mengganggu aktivitas, terutama masyarakat di sekitarnya.

Dalam kegiatan penanganan jalan diperlukan adanya suatu altematif perencanaan


tebal perkerasan jalan yang akan digunakan, khususnya untuk perencanaan tebal
lapis permukaan (surface course). Namun
permasalahan yang timbul kemudian adalah bagaimana dalam memilih alternatif
analisis tebal lapis permukaan tersebut.

4.2

4.

Kondisi lingkungan (faktor regional) adalah faktor setempat menyangkut keadaan


lapangan dan iklim yang dapat mempe-

HASIL PENELITIAN

Jalan Kuala Dua Rasau Jaya terletak di


Kabupaten Kubu Raya dengan panjang
ruas penelitian 4,47 km, yang dibagi atas
empat segmen dengan rincian seperti
pada Tabel 1.
4.1

Kerusakan Jalan

Beberapa faktor penyebab kerusakan


jalan, di antaranya lalu lintas yang berupa
ngaruhi keadaan pembebanan dan daya
du- kung tanah. Keadaan lapangan
mencakup:
1)

Keadaan drainase pada ruas jalan


Kuala Dua Rasau Jaya dalam
kondisi buruk.

2)

Kondisi tanah dasar didominasi oleh


tanah gambut.

3)

Persentase kendaraan.

Geometrik Jalan

Kondisi ruas jalan Kuala Dua Rasau


Jaya, yaitu jenis medan datar. Ruas jalan
ini merupakan jalan satu jalur untuk dua
arah dengan lebar perkerasan 4,5 meter dan
lebar bahu sekitar 1 m.

4.3

Kondisi Lingkungan

Tabel 1. Penyajian segmen

No
1
2
3
4

Segmen
Panjang
Segmen 1
1,3 km
Segmen 2
0,6 km
Segmen 3
0,3 km
Segmen 4
2,27 km
Total
4,47 km
4) Curah hujan pada daerah ini
cukup signifikan yaitu berkisar
di atas normal ( 900
mm/tahun).
4.4 Daya Dukung Tanah Dasar
dan
CBR
Daya
dukung
tanah
dimaksud di sini adalah

yang
daya

dukung tanah dasar. CBR ditetapkan


berdasarkan Ditjen Bina Marga (1993).
Berdasakan penyelidikan nilai CBR di
lapangan pada empat segmen dengan
dua titik pengamatan diperoleh hasil
seperti pada Tabel 2.
4.5

Kondisi Drainase

Dalam pembangunan maupun pemeliharaan jalan raya, drainase adalah salah satu
hal sangat penting yang harus diperhaTabel 3. Nilai
CBR
subgrade
pada
masing-masing segmen
No Stasiun Lebar jalan (m) CBR (%)
1 0 + 500
4,5
2,19
2 1 + 000
4,5
1,51
3 1 + 600
4,5
3,23
4 1 + 850
4,5
1,58
5 2 + 050
4,5
2,20
6 2 + 200
4,5
0,67
7 3 + 200
4,5
1,92
8 4 + 200
4,5
0,59

tikan. Kondisi drainase atau tanah dasar


yang buruk, umumnya menjadi penyebab
utama kerusakan perkerasan.
Drainase untuk masalah perkerasan jalan
harus memenuhi syarat-syarat berikut:
a) Saluran drainase harus dapat
mengalirkan atau membuang air
dengan cepat ke sungai atau saluran
drainase alam atau buatan manusia.
b) Saluran drainase harus dapat membuang air hujan atau air dari sumber
lain yang berasal dari area jalan.
c) Saluran drainase harus dapat
mengeliminasi dan mengendalikan
air bawah tanah yang dapat
melunakkan timbunan, melemahkan
kapasitas dukung tanah dasar dan
dapat mengakibatkan erosi atau
kelongsoran timbunan dan galian.
Nilai kondisi drainase hasil survei di
lokasi penelitian disajikan pada Tabel 3.
4.6

Jenis-Jenis Kerusakan yang


Terjadi

Jenis kerusakan terbesar yang terjadi


pada ruas jalan tersebut, sebagaimana
tertera pada Tabel 4, yaitu rusak lubang
2
sebesar 2300,756 m atau 43,412% dari
total kerusakan yang terjadi sepanjang

Tabel 2. Hasil nilai kondisi drainase

No
1
2
3
4

Segmen
Segmen 1
Segmen 2
Segmen 3
Segmen 4

Nilai kondisi drainase


37
46
50
51

Tabel 4. Persentase perbandingan jenis-jenis kerusakan yang terjadi


2
No
Jenis kerusakan
Luas (m )
1
Lubang (pothole)
2300,76
2
Retak memanjang dan melintang
1491,32
3
Retak kulit buaya (alligator cracking)
350,32
4
Jalur/bahu turun
249,23
5
Pelapukan dan butiran lepas
198,11
6
Amblas (deppression)
187,92
7
Alur (rutting)
34,68
8
Benjol dan turun
16,17
9
Bergelombang (corrugation)
11,23
10
Kegemukan (bledding)
10,14
Jumlah
5299,87

ruas jalan tersebut yang menyebabkan


sangat tidak nyamannya pengendara
menggunakan jalan, baik rusak lubang
ringan, sedang, maupun rusak lubang
berat. Hal ini terjadi akibat dari
pengembangan
jenis
kerusakankerusakan lain yang tidak segera
ditangani, pengaruh cuaca (terutama
hujan) dan lalu lintas kendaraan yang
mempercepat
terbentuknya
lubanglubang. Rusak terkecil yang terjadi yaitu
2
rusak kegemukan sebesar 10,14 m atau
0,19% yang disebabkan oleh pemakaian
kadar aspal terlalu tinggi pada campuran,
pemakaian terlalu banyak aspal pada
pekerjaan prim-coat atau tack-coat.
4.7

Data Kerusakan Jalan

Berdasarkan hasil pengamatan di


lapangan, baik secara visual maupun
hitungan kerusakan per segmen serta
didukung oleh foto-foto dokumentasi
selama di lapangan, dapat dikatakan
bahwa kerusakan yang dominan pada
Jalan Rasau Jaya Kuala Dua adalah
lubang (pothole).
b) Daya dukung tanah dasar yang kurang baik, di mana tanah dasar didominasi oleh tanah gambut, dengan nilai CBR tanah 1,73% yang ditentukan dan dianalisis menggunakan
DCP.
c)

Persentase
kendaraan
melebihi
kapasitas kelas jalan, dengan LHR
rata-rata di atas 2000 SMP/hari.

% kerusakan
43,41
36,63
6,61
4,70
3,74
3,55
0,65
0,31
0,21
0,19
100,00

Nilai kerusakan dengan PCI rata-rata


30,5505618 di mana nilai PCI ini
merupakan nilai PCI untuk seluruh
segmen, yang menunjukan bahwa kondisi
perkerasan dalam kondisi buruk (poor).
Segmen jalan yang mengalami kerusakan
perlu mendapat perhatian yang serius,
agar kerusakan yang terjadi tidak
semakin bertambah apabila tidak cepat
dilakukan perbaikan.
Penyebab kondisi perkerasan dalam
kondisi sangat buruk ini bisa disebabkan
oleh beberapa faktor lingkungan sekitar
dan pengaruh cuaca di daerah tersebut.
Kondisi lingkungan (faktor regional)
adalah faktor setempat menyangkut
keadaan lapangan dan iklim yang dapat
mempengaruhi keadaan pembebanan dan
daya dukung tanah. Keadaan lapangan
mencakup antara lain:
a) Keadaan drainase, di mana kondisi
drainase pada ruas jalan Kuala Dua,
Sungai Raya dalam kondisi buruk/
sebagian besar tidak berfungsi karena
tersumbat rerumputan dan sampah.
d) Keadaan iklim, di mana curah
hujan pada daerah ini cukup
signifikan yaitu berkisar di atas
normal ( 900 mm/tahun)
4.8
Rekomendasi
Perbaikan
Setelah tingkat dan nilai kondisi
kerusak- an jalan didapat maka
tindakan perbaikan dan perawatan

dapat dilakukan sesuai de- ngan jenis dan


tingkat kerusakan yang ter- jadi di
lapangan. Metode Asphal Institute juga
merekomendasikan tindakan pemeliharaan dan perawatan yang ditentukan
ber- dasarkan nilai kondisi jalan yang
diperoleh dari hasil analisis data yang
dipakai seba- gai indikator dari tipe dan
tingkat besar- nya pekerjaan perbaikan
yang akan dila- kukan, seperti
ditunjukkan pada Gambar 2.

buruk maka jalan yang direkomendasikan


tersebut yang mengalami kerusakan
lubang-lubang perlu dilakukan penambalan (patching) dan dilapisi ulang (overlay)
agar bekas tambalan yang dilakukan dan
retakan-retakan serta keruskan-kerusakan
lain yang terjadi di sepanjang jalan
tersebut tertutupi oleh aspal hotmix agar
air tidak cepat meresap ke lapisan jalan
yang menyebabkan semakin bertambah
parahnya kerusakan yang terjadi.

Jika dilihat dari hasil analisis pengolahan


data menggunakan metode PCI, dengan
hasil nilai PCI sebesar 30,55 yang
menunjukkan jalan tesebut dalam kondisi

4.8.1

Tindakan Perbaikan Per Segmen

Pada Tabel 5 disajikan tindakan perbaikan per segmen.


4.8.2

Tindakan Perbaikan Keseluruhan

Perbaikan jalan adalah penangan jalan


yang meliputi perawatan, rehabilitasi, penunjangan dan peningkatan jalan. Tanpa
pemeliharaan dan perbaikan jalan secara
memadai, baik rutin maupun berkala,
akan dapat mengakibatkan kerusakan
yang be- sar pada jalan, sehingga jalan
akan lebih cepat kehilangan fungsinya.
Melihat kon- disi perkerasan yang telah
mengalami ke- rusakan sebaiknya segera
dilakukan per- baikan. Metode perbaikan
yang digunakan harus disesuaikan dengan
jenis kerusak- annya sehingga diharapkan
dapat mening- katkan kondisi perkerasan
jalan tersebut.
Rekonstruksi

Tambalan dan lapis tambahan Pemeliharaan rutin

30

80

Gambar 2. Nilai kondisi sebagai indikator tipe pemeliharaan

100

Tabel 5. Tindakan perbaikan berdasarkan jenis kerusakan


Jenis kerusakan
Tindakan perbaikan
Lubang
Lubang merupakan kerusakan yang paling dominan dan merata di seluruh
segmen jalan. Tindakan perbaikannya adalah dengan melakukan penambalan
lubang (patching) dan penambahan lapisan perkerasan (overlay).
Retak memanjang Perbaikan dapat dilakukan dengan mengisi celah dengan campuran aspal cair
dan melintang
dan pasir.
Retak kulit buaya Umumnya daerah yang terjadi retak kulit buaya tidaklah luas. Jika daerah
terjadinya retak kulit buaya ini luas biasanya mungkin disebabkan oleh beban
lalulintas yang melampaui batas yang dapat dipikul oleh lapisan permukaan
tersebut. Retak kulit buaya ini dapat diatasi dengan melakukan lapisan taburan
aspal dua lapis. Jika celahnya kurang dari 3 mm sebaiknya bagian yang telah
mengalami retak akibat air yang merembes masuk ke lapisan fondasi tanah
dibongkar terlebih dahulu dan dibuang bagian yang basah, kemudian dilapisi
lagi dengan bahan yang sesuai.
Jalur/bahu turun Retak ini diakibatkan oleh drainase yang kurang baik dan terjadinya
penyusutan tanah. Di lokasi retak, air dapat meresap yang dapat semakin
merusak lapisan permukaan. Solusi perbaikannya ialah dengan mengisi celah
yang retak dengan campuran aspal cair dan pasir. Bahu jalan diperlebar dan
dipadatkan. Jika pinggir mengalami penurunan elevasi dapat diperbaiki dengan
hotmix.
Pelapukan dan
Tindakan perbaikan dapat dilakukan dengan memberikan lapisan tambahan di
butiran lepas
atas lapisan yang mengalami pelepasan butir setelah lapisan tersebut
dibersihkan, dan dikeringkan.
Amblas
Tindakan perbaikan dapat dilakukan dengan mengisi bagian jalan yang amblas
dengan agregat, kemudian dengan pemadatan dengan campuran aspal. Untuk
amblas 5 cm, bagian yang rendah diisi dengan bahan sesuai seperti lapen,
lataston, laston. Untuk amblas yang 5 cm, bagian yang amblas dibongkar dan
dilapisi kembali dengan lapis yang sesuai.
Banjolan turun
Tindakan perbaikan dapat dilakukan dengan penambalan dangkal, parsial atau
seluruh kedalaman.
Bergelombang
Perbaikan yang paling baik dilakukan adalah dengan menambal di seluruh
kedalaman. Jika perkerasan mempunyai agregat fondasi (base) dengan lapisan
tipis perawatan permukaan maka permukaan dikasarkanm kemudian dicampur
dengan material fondasi, dan dipadatkan lagi sebelum meletakkan lapisan
permukaan kembali (resurfacing).
Kegemukan
Dapat diatasi dengan menaburkan agregat panas dan kemudian dipadatkan,
atau pais aspal diangkat dan kemudian diberi lapisan penutup.

Tindakan perbaikan dengan perkerasan


fleksibel, yaitu dengan memberikan lapisan tambahan (overlay) pada perkerasan jalan yang berfungsi untuk menerima beban lalu lintas dan menyebarkan-

nya ke lapisan di bawahnya, kemudian


diteruskan ke tanah dasar. Untuk mempertahankan kinerja perkerasan, diperlukan beberapa tindakan perbaikan kerusakan, baik berupa pemeliharaan rutin
Jalan lama adalah Asbuton (MS.744)
yang dilakukan setiap tahun maupun
10,5 cm; Batu pecah (CBR 100) 20 cm;
pemeliharaan berkala yang biasanya dila- kukan
Sirtu (CBR 50) 10 cm yang memberikan
setiap 2 atau 3 tahun sekali. Kese- luruhan
ITPada = 6,2. Karena itu,
pemeliharaan tersebut bertujuan untuk menjaga
Untuk UR 5 tahun diperoleh:
kinerja dapat
perkerasan
agar
memberikan
pelayanan sampai
ITP = ITP5 ITPada = 0,9
akhir umur rencananya. Pada akhir umur
D1 = 2,6 3 cm asbuton (MS.744).
rencana, di mana kondisi perkerasan
telah mencapai kondisi kritis maka jenis
Untuk UR 15 tahun diperoleh:
ITP = ITP15 ITPada = 2
penanganan yang diperlukan adalah berupa peningkatan atau perbaikan. Dalam
D1 = 5,7 6 cm asbuton (MS.744).
hal ini dapat berupa pemberian lapis

tambah maupun rekonstruksi perkerasan.


Jika dilakukan perbaikan-perbaikan yang
berkelanjutan, tetapi dalam waktu tidak
lama jalan tersebut kembali mengalami
kerusakan, maka direkomendasikan untuk
menggunakan perkerasan kaku.
Jika tindakan perbaikan dilakukan dengan
cara overlay dengan umur rencana 5 tahun dan 15 tahun, dari Tabel 6 diperoleh:

LET5 = (LEP + LEA5) = 90


LET15 = (LEP + LEA15) = 372
LER5 = LEA5 UR/10 = 74,78077
LER15 = LER15 UR/10= 308,5826.

Dengan nilai CBR tanah dasar 1,725%;


DDT = 4; IP = 2,0; FR = 1,0 diperoleh:
ITP5 = 7,1 (Ipo = 3,9 3,5)
ITP15 = 8,2 (Ipo = 3,9 3,5).

Jadi, tebal overlay yang direkomendasikan adalah 30 mm dengan umur rencana


5 tahun, atau 60 mm dengan umur
rencana 15 tahun.
5.
5.1

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan

Berdasarkan hasil observasi di lapangan


dan hasil analisis data maka dapat
diambil suatu kesimpulan yang bersifat
sementara dari penelitian yang telah
dilakukan, yaitu sebagai berikut:
a) Ruas jalan Kuala Dua, Sungai Raya
berdasarkan survei di lapangan
menunjukkan banyak mengalami
kerusakan, baik tingkat kerusakan
ringan, sedang, maupun tingkat
kerusakan berat.

Tabel 6. Perhitungan overlay


Jenis
LHR (kendaraan)
E (angka
LEA
LEP
kendaraan
2011
5 tahun
15 tahun ekuivalen)
5 tahun
15 tahun
Ringan
1993,417 2928,9831 4777,339
0,0004
0,398683 0,585797 0,955468
Sedang
951
1397,331 2279,1268 0,1593
75,74715 111,2974 181,5325
Berat
257,0833 377,73976 616,11517 0,35
44,98958 66,10446 107,8202
3201,5
121,1354 177,9877 290,3081

b) Jenis kerusakan yang banyak terjadi


di jalan tersebut yaitu jenis keru2
sakan lubang sebesar 2300,76 m atau
43,41% dari luas total kerusakan
2
jalan yang terjadi yaitu 5299,87 m .
Kerusakan lubang ini terjadi dikarenakan campuran material lapisan
permukaan jelek, dan tipis sehingga
ikatan antaraspal dengan agregat mudah lepas akibat pengaruh cuaca,
tidak adanya drainase atau sistem
drainase yang kurang baik bahkan
tidak berfungsi yang mengakibatkan
genangan air dan menyebabkan masuknya air ke lapisan jalan yang
menyebabkan melemahnya ikatan
antaragregat, sehingga agregat mudah
terlepas. Kerusakan retak-retak tidak
segera ditangani, sehingga berkembang menjadi rusak lubang.
c) Kerusakan terkecil yang terjadi yaitu
2
rusak kegemukan sebesar 10,14 m
atau 0,19% yang disebabkan oleh
pemakaian
kadar
aspal
yang
berlebihan pada campuran aspal atau
terlalu rendahnya kadar udara dalam
campuran serta terlalu banyaknya
pemakaian aspal pada pengerjaan
prim-coat atau tack-coat.
d) Kondisi perkerasan dalam kondisi
sangat buruk ini disebabkan oleh
beberapa faktor, di antaranya setelah
dilakukan survei visual langsung di
lapangan, drainase jalan dalam kondisi sangat buruk, bahkan sebagian
besar drainase yang ada tersumbat
(tidak berfungsi lagi) dan tertutup
rerumputan, kondisi daya dukung
tanah dasar yang kurang baik, dan
tanah di lokasi penelitian didominasi
oleh tanah gambut, persentase lalu

lintas kendaraan melebihi kapasitas


jalan dengan LHR rata-rata di atas
2000 kendaraan, kedaan iklim yang
cukup signifikan dengan curah hujan
harian rata-rata selama 5 tahun
sebesar 1336,51 mm. Berdasarkan
faktor regional, termasuk dalam
iklim 1 ( 900 mm/tahun).
e) Jika dilihat dari kondisi kerusakan
jalan yang ada, jalan yang mengalami kerusakan lubang-lubang perlu
dilakukan penambalan (paching)
serta dilapisi ulang (overlay) agar
bekas tambalan yang dilakukan dan
retakan-retakan serta kerusakankerusakan lainnya yang terjadi di
sepanjang jalan tersebut tertutupi
oleh aspal hotmix agar air tidak
meresap ke lapisan jalan yang
menyebabkan terjadinya kerusakan
berulang pada jalan tersebut.
f)

Berdasarkan analisis kerusakan yang


terjadi di lapangan maka tindakan
perbaikan dapat dilakukan dengan
dua cara, yaitu tindakan perbaikan
per segmen dan tindakan perbaikan
keseluruhan.

g) Jika tindakan perbaikan dilakukan


dengan cara overlay dengan umur
rencana 5 tahun maka tebal overlay
yang direkomendasikan adalah 30
mm, jika umur rencana 15 tahun
maka tebal overlay 60 mm.
5.2

Saran

Dari hasil penelitian ini maka disarankan


hal-hal berikut:

a) Jika
kerusakan-kerusakan
yang
terjadi di lapangan akan dilakukan
perbaikan,
seba- gian besar drainase
hendaknya terlebih dahulu dilakukan
tidak berfungsi maka sebelum
observasi langsung di lapangan oleh
melakukan perbaikan jalan
pihak terkait, agar perbaikan yang
perlu dilakukan normalisasi
dilakukan sesuai dengan kondisi
saluran drainase yang ada.
kerusakan yang terjadi, sehingga
Drainase yang rusak segera
perbaikan yang dilakukan akan lebih
diperbaiki agar tidak
terjadi
efektif dan efisien.
genangan
air
pada badan
jalan.
b) Melihat kondisi drainase yang
kurang berfungsi dengan baik bahkan

c)

Perlu diadakan pengawasan terhadap


kapasitas muatan kendaraan yang
melewati jalan tersebut, sehingga
kendaraan-kendaraan
yang
muatannya
melebihi
kapasitas
kemampuan jalan dapat tekontrol.
Oleh sebab itu, perlu menyediakan
jembatan timbang, atau jika dana
memungkinkan
dilakukan
peningkatan perkerasan jalan dengan
kapasitas yang lebih besar.

d) Untuk mempertahankan kinerja perkerasan,


diperlukan
beberapa
tindakan perbaikan kerusakan, baik
berupa pemeliharaan rutin yang
dilakukan setiap tahun maupun
pemeliharaan berkala yang biasanya
dilakukan setiap 2 atau 3 tahun
sekali.
Daftar Pustaka
Direktorat Jenderal Bina Marga. 1993.
Pedoman
Penuntun
Tebal
Perkerasan Lentur Jalan Raya,
No:
01/PD/B/1993.
Jakarta:
Departemen Pekerjaan Umum.

Undang-Undang Republik Indonesia No.


38 tahun 2004.

JURNAL TEKNIK SIPIL UNTAN / VOLUME 13 NOMOR 1 JUNI 2013

160

You might also like