You are on page 1of 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Anak usia prasekolah merupakan periode penting dalam
perkembangan anak. Karakter anak 85% dibentuk pada
masa prasekolah yaitu usia kurang dari 6 tahun. Pada
masa anak prasekolah perkembangan dan kemampuan anak
dalam

berbahasa,

kreativitas,

perkembangan

sosial,

emosional, dan intelegensi berjalan sangat cepat. Aspek


perkembangan anak itu sendiri meliputi perkembangan
motorik,

intelektual,

emosi,

kemandirian dan sosialisasi.

bahasa,

serta

kemampuan

Anak dalam masa prasekolah

mengalami kemajuan perkembangan yang optimal terutama


perkembangan sosial. Aspek perkembangan sosial anak
dapat dilihat dari kemampuan kemandirian dan sosialisasi
yang merupakan salah satu aspek yang dianggap paling
penting untuk dikembangkan pada anak usia prasekolah
sebagai dasar bagi perkembangan selanjutnya (Maulana,
2010).
Kemampuan sosialisasi dan kemandirian merupakan
kesanggupan atau kecakapan seorang anak untuk memenuhi
kebutuhannya sendiri dan berinteraksi dengan lingkungan
(Soetjiningsih, 2007). Masalah perkembangan kemampuan
sosialisasi

dan

kemandirian
1

pada

anak

prasekolah

diantaranya yaitu anak tidak mempunyai kemampuan dalam


berinteraksi dengan lingkungannya mencapai angka 56,61%
(Widiastuti,

2008).

Pada

anak

usia

prasekolah

aspek

sosialisasi dan kemandirian anak berkembang lebih cepat


dan mudah diamati karena pada tahap ini anak mulai belajar
berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan. Anak yang
memiliki kemampuan sosialisasi dan kemandirian yang baik
mempunyai

kemampuan

melakukan

penyesuaian

diri

terhadap lingkungan sosialnya dengan baik, lebih mandiri,


tidak selalu tergantung orang tua dan anak juga akan mudah
diterima

dalam

anggota

kelompok

sosialnya,

dapat

mengontrol diri, mempunyai hubungan baik dengan teman


dan kooperatif terhadap orang lain (Hurlock, 2006). Anak
usia

prasekolah

yang

tidak

mendapatkan

stimulasi

kemampuan sosialisasi dan kemandirian akan mengalami


masalah dalam perkembangan sosialnya.
Beberapa indikator masalah kesehatan perkembangan
yang dilakukan penelitian di Equador pada anak usia 48-61
bulan, tahun 2004 - 2005 tercatat 38,1% anak mengalami
keterlambatan
(Handal,

kemampuan

2004).

sosialisasi

Berdasarkan

Survei

dan

kemandirian

Kesehatan

Rumah

Tangga, prevalensi stimulasi orang tua terhadap kemampuan


sosialisasi dan kemandirian anak prasekolah di Indonesia
mencapai 58,09% untuk orang tua yang belum melakukan

stimulasi anak secara optimal (Survei Kesehatan Rumah


Tangga, 2004). Profil masalah kesehatan perkembangan
anak di Jawa Timur pada tahun 2009 dilaporkan bahwa
jumlah anak sebanyak 3.634.505 jiwa dan 54,03% anak
dideteksi memiliki kemampuan sosialisasi dan kemandirian
yang baik, cakupan tersebut masih di bawah cakupan 90%
(Dinkes Jawa Timur, 2009). Data analisa stimulasi orang tua
dan anak di Dinas Kesehatan Tingkat I Propinsi Jawa Timur
2008 untuk deteksi kemampuan sosialisasi dan kemandirian
anak di Jawa Timur ditetapkan 80% tetapi cakupan diperiksa
40-69% dan mengalami perkembangan yang tidak optimal
sebanyak

47,5%

(Dinkes,

2008).

Masalah

kemampuan

sosialisasi dan kemandirian pada anak prasekolah masih


banyak ditemui sampai sekarang, situasi dan kondisi yang
tidak kondusif turut menjadi penyebab makin banyaknya
anak

yang

mengalami

gangguan

atau

penyimpangan

perkembangan sosial.
Hasil penelitian masalah perkembangan kemandirian
sosial anak prasekolah dimana perkembangan kemandirian
sosial anak dalam kategori sedang sebesar 36% dan
perkembangan kemandirian sosial rendah sebesar 41% dari
total populasi 130 anak (Muchsinati, 2008). Penelitian yang
dilakukan oleh Apisah tahun 2009 menunjukkan hanya
27,6%

anak

prasekolah

mampu

mandiri

secara

total

sedangkan

32,2%

bergantung

sebagian

dan

40,2%

bergantung total kepada orang lain dalam memenuhi


tugas perkembangan kemandirian sosial (Apisah, 2009). Data
diatas

menunjukkan

adanya

masalah

serius

mengenai

pemenuhan tugas perkembangan kemandirian sosial pada


anak usia prasekolah.
Kemampuan

sosialisasi

dan

kemandirian

anak

prasekolah yang tidak optimal menyebabkan anak cenderung


merepotkan orang lain, malu, ragu dan mudah menangis,
sehingga dapat mempengaruhi perkembangan selanjutnya
(Maulana, 2010). Keterlambatan kemampuan sosialisasi dan
kemandirian juga akan mempengaruhi penyesuaian sosial
dan masalah kepribadian pada anak yang menyebabkan
anak tidak memiliki inisiatif sendiri (Nuraini, 2010). Anak
yang tidak mampu mandiri dan bersosialisasi sesuai dengan
tahap perkembangannya berakibat anak

tidak memiliki

kesiapan dalam melangkah kejenjang yang lebih tinggi yaitu


tingkat Sekolah Dasar, prestasi belajar cenderung kurang
dan mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan
lingkungan (Surono, 2004).
Salah satu upaya untuk mencegah timbulnya masalah
kemampuan sosialisasi dan kemandirian pada anak yaitu
dengan cara pemberian stimulasi yang diberikan oleh orang
tua, karena peran orang tua yaitu memberi stimulasi dengan

mengajarkan

cara

beradaptasi

dengan

lingkungan.

Hambatan perkembangan sosial membuat anak mengalami


kecemasan, sulit berinteraksi dengan orang lain yang baru
dikenal, bisa juga jadi pemalu (Harlimsyah, 2008). Orang tua
harus selalu memberi rangsang atau stimulasi kepada anak
dalam semua aspek perkembangan baik motorik kasar
maupun halus, bahasa dan kemampuan sosialisasi dan
kemandirian. Stimulasi harus diberikan secara rutin dan
berkesinambungan dengan kasih sayang, metode bermain,
dan lain-lain. Kurangnya stimulasi dari orang tua dapat
menyebabkan keterlambatan perkembangan sosial anak
(Dinkes, 2009). Pengaruh pengasuhan orang tua terhadap
anak akan terus berlangsung tidak hanya pada masa kanakkanak tetapi berlangsung terus, pengalaman-pengalaman
yang

menakutkan,

menggoncangkan

seperti

trauma,

membahayakan dan sebagainya, akan terus berdampak pada


fase perkembangan berikutnya. Pengalaman tersebut akan
terus dibawa dan disimpan di alam bawah sadar dan dapat
muncul berupa tingkah laku yang aneh yang seringkali tidak
dimengerti oleh individu yang bersangkutan (Hidayat, 2009).
Hasil studi pendahuluan di TK AL-IRSYAD Kelurahan
Dawuhan Kecamatan Situbondo Kabupaten Situbondo pada
bulan Maret 2014 didapatkan hasil observasi sementara
yang

dilakukan

penulis

terhadap

orang

tua

yang

mempunyai anak usia prasekolah usia 5-6 tahun di TK ALIRSYAD, dari 3 orang tua tersebut mengaku tidak mengerti
bagaimana cara menstimulasi, mengukur pertumbuhan dan
perkembangan

anaknya.

Sebagian

orang

tua

bahkan

mengaku tidak tahu bahwa ada stimulasi khusus untuk


membantu anak mencapai perkembangan pada fase-fase
tertentu

sesuai

dengan

usianya,

misalnya

anak

usia

prasekolah. Orang tua tersebut menganggap bahwa anak


akan tumbuh dan berkembang dengan sendirinya tanpa
diberikan stimulasi. Gambaran kemampuan sosialisasi dan
kemandirian dari ke 3 anak usia 5-6 tahun tersebut misalnya,
cuci dan mengeringkan tangan, memakai dan membuka
pakaian sendiri namun ada yang masih butuh bantuan orang
tua dan masih sering menaruh pakaian disembarang tempat
seperti

dikursi, meja dan ruang tamu. Anak masih belum

mampu berteman dan bergaul dengan baik dengan teman


sebayanya dan anak masih belum bisa menyampaikan
keinginannya dengan baik kepada orang tua.
Fenomena yang digambarkan diatas membuat penulis
tertarik untuk meneliti masalah Hubungan stimulasi orang
tua dengan kemampuan sosialisasi dan kemandirian anak
usia pra sekolah di TK AL-IRSYAD Kelurahan Dawuhan
Kecamatan Situbondo Kabupaten Situbondo.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan

latar

belakang

masalah

diatas,

maka

rumusan masalah pada penelitian ini adalah :


Apakah ada hubungan stimulasi orang tua dengan
kemampuan sosialisasi dan kemandirian anak usia pra
sekolah?

1.3 Tujuan Penelitian


Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah:
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan stimulasi orang tua
dengan kemampuan sosialisasi dan kemandirian anak
usia prasekolah.

1.3.2 Tujuan Khusus


Tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini
adalah :
1.

Mengetahui stimulasi orang tua yang mempunyai


anak usia prasekolah di TK AL-IRSYAD Kelurahan
Dawuhan

Kecamatan

Situbondo

Kabupaten

Situbondo.
2.

Mengetahui kemampuan sosialisasi dan kemandirian


anak

prasekolah

di

TK

AL-IRSYAD

Kelurahan

Dawuhan

Kecamatan

Situbondo

Kabupaten

Situbondo.
3.

Menganalisa hubungan antara stimulasi orang tua


dengan kemampuan sosialisasi dan kemandirian anak
prasekolah di TK AL-IRSYAD Kelurahan Dawuhan
Kecamatan Situbondo Kabupaten Situbondo.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Bagi Peneliti
Untuk memperoleh pengalaman dalam penelitian
dibidang keperawatan khususnya pada pengelolaan
anak pra sekolah.
1.4.2 Bagi Ibu yang Mempunyai Anak Pra Sekolah
Memberikan masukan tentang perkembangan anak
kepada orang tua khususnya yang mempunyai anak
prasekolah

terhadap

kemampuan

sosialisasi

dan

kemandirian anak prasekolah.


1.4.3 Bagi Institusi
Sebagai

wacana

ilmiah

dan

melaksanakan penelitian selanjutnya.

1.4.4 Bagi Perawat

acuan

untuk

Untuk meningkatkan pengetahuan perawat dalam


memberikan

asuhan

keperawatan

terhadap

anak

prasekolah dan meningkatkan perannya sebagai Family


Advocator.
1.5 Keaslian Penelitian
Penelitian pertama dilakukan oleh Nurhidayat (2010)
dengan judul hubungan pengetahuan dan sikap ibu dalam
menstimulasi perkembangan anak prasekolah terhadap
perkembangan anak prasekolah di taman kanak-kanak
islam nurul qamar cirebon. Penelitian tersebut bertujuan
untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap ibu
dalam

menstimulasi

terhadap

perkembangan

perkembangan

anak

anak

prasekolah.

prasekolah
Penelitian

menggunakan metode survey pada 33 orang tua anak


prasekolah di TK Islam Nurul Qamar Cirebon. Teknik
pengambilan sampel penelitian menggunakan purposive
sampling. Analisis statistik yang digunakan adalah ChiSquare. Hasil penelitian uji statistik menunjukkan adanya
hubungan antara sikap ibu dengan perkembangan anak
prasekolah (p=0.019, =0.05).
Persamaan penelitian diatas dengan penelitian yang
akan dilakukan terdapat pada variabel bebas, analisa data
dan

sampel

penelitian.

Variabel

bebas

sama-sama

menggunakan stimulasi orang tua dan sampel penelitiannya

10

pada orang tua anak prasekolah. Perbedaan pada penelitian


diatas dengan penelitian ini terdapat pada variabel terikat
dan desain penelitian yaitu variabel terikat menggunakan
perkembangan

anak

menggunakan

metode

prasekolah,
survey,

desain

teknik

penelitian

sampling

yang

digunakan adalah purposive sampling dan analisa data


menggunakan uji Chi-Square. Sedangkan dalam penelitian
ini variabel terikat yang digunakan adalah kemampuan
sosialisasi dan kemandirian anak prasekolah, desain yang
digunakan adalah deskriptif korelasi dengan pendekatan
cross sectional, teknik sampel yang digunakan adalah total
sampling dan analisa data menggunakan uji chi-squere.
Penelitian Oktaviani (2010) dengan judul keterlibatan
ayah

dalam

pengasuhan

perkembangan
kecamatan

motorik

purwokerto

anak

halus

usia
di

utara.

toddler

terhadap

kelurahan

sumampir

Desain

penelitian

observasional (non-eksperimental) dengan menggunakan


pendekatan metode cross sectional. Populasi penelitian
berjumlah 376, sampel diambil secara Purposive sampling
sebanyak 79 responden. Analisis statistik menggunakan uji
Spearman. Hasil penelitian menunjukkan keterlibatan ayah
dalam pengasuhan anak usia toddler berhubungan dengan
perkembangan motorik halus anak.

11

Persamaan penelitian diatas dengan penelitian yang


akan dilakukan terdapat pada metode pendekatan yaitu
sama-sama

menggunakan metode cross sectional dan

analisa data yang menggunakan uji chi-squere. Perbedaan


penelitian diatas dengan penelitian ini terdapat pada
variabel, teknik sampel, dan desain penelitian. Variabel
bebas yang digunakan adalah keterlibatan ayah dalam
pengasuhan anak usia toddler dengan variabel terikat
perkembangan motorik halus, teknik sampel menggunakan
purposive sampling dan desain penelitian observasional.
Sedangkan

dalam

penelitian

ini

variabel

bebas

yang

digunakan adalah stimulasi orang tua dengan variabel


terikat

kemampuan

sosialisasi

dan

kemandirian

anak

prasekolah, teknik sampel yang digunakan adalah total


sampling.
Penelitian Yuniarti (2009) dengan judul pengaruh
pendidikan anak usia dini terhadap perkembangan anak
usia 3-4 tahun di desa sukamulya kecamatan singaparna.
Penelitian ini bersifat observasional dengan rancangan
cross sectional. Populasi penelitian adalah semua anak yang
berumur 3-4 tahun yang ada di desa sukamulya kecamatan
singaparna. Sampel penelitian semua anak usia 3-4 tahun
yang ada di PAUD Sahara yang berjumlah 18 anak sebagai
kelompok perlakuan, 18 anak sebagai kelompok kontrol. Uji

12

statistik dengan menggunakan distribusi frekuensi dan ChiSquare. Hasil penelitian menunjukkan PAUD berpengaruh
terhadap perkembangan personal sosial (p=0,042), motorik
halus (p=0,025), dan bahasa (p=0,048) secara bermakna.
Namun PAUD tidak memberikan pengaruh yang bermakna
terhadap perkembangan motorik kasar (p=0,285).
Persamaan penelitian diatas dengan penelitian yang
akan dilakukan terdapat pada metode pendekatan dan
analisa data yaitu sama-sama menggunakan metode cross
sectional. Adapun perbedaan penelitian diatas dengan
penelitian

yang

akan

dilakukan

yaitu

terdapat

pada

variabel, desain penelitian, sampel dan analisa data.


Variabel bebas yang digunakan pada penelitian di atas
adalah pengaruh pendidikan anak usia dini, variabel terikat
perkembangan anak usia 3-4 tahun, desain penelitian
observasional dan sampel penelitian pada semua anak usia
3-4 tahun yang ada di PAUD Sahara. Sedangkan dalam
penelitian

ini

variabel

bebas

yang

digunakan

adalah

stimulasi orang tua dengan variabel terikat kemampuan


sosialisasi

dan

kemandirian

anak

prasekolah,

desain

penelitian menggunakan deskriptif korelasi, sampel dalam


penelitian yang akan dilakukan yakni semua orang tua anak
prasekolah

di

TK

AL

menggunakan uji chi-squere.

IRSYAD

dan

analisa

data

13

You might also like