Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
5. Rumah sehat.
6. Kepadatan.
2. Indikator Tatanan Tempat Kerja:
a. Perilaku :
1. Menggunakan alat pelindung.
2. Tidak merokok/ada kebijakan dilarang merokok.
3. Olah raga yang teratur.
4. Bebas NAPZA (Narkotika, obat-obatan, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya).
5. Kebersihan lingkungan kerja.
6. Ada Asuransi Kesehatan.
b. Lingkungan :
1. Ada jamban.
2. Ada air bersih.
3. Ada tempat sampah.
4. Ada SPAL (Saluran Pengaliran Air Limbah).
5. Ventilasi.
6. Pencahayaan.
7. Ada K3 (Kesehatan Keselamatan Kerja).
8. Ada kantin.
9. Terbebas dari bahan berbahaya.
10. Ada klinik.
3. Indikator Tatanan Tempat Umum :
a. Perilaku :
1. Kebersihan jamban.
2. Kebersihan lingkungan.
b. Lingkungan :
1. Ada jamban.
2. Ada air bersih.
3. Ada tempat sampah.
4. Ada SPAL (Saluran Pengaliran Air Limbah).
5. Ada K3 (Kesehatan Keselamatan Kerja).
4. Indikator Tatanan Sekolah :
a. Perilaku :
1. Kebersihan pribadi.
2. Tidak merokok.
3. Olah raga teratur.
4. Bebas NAPZA (Narkotika, obat-obatan, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya).
b. Lingkungan :
1. Ada jamban.
2. Ada air bersih.
3. Ada tempat sampah.
4. Ada SPAL (Saluran Pengaliran Air Limbah).
5. Ventilasi.
7. Ada warung sehat.
pembangunan
sehingga
kualitas
hidup
ini
sejalan
dengan
tingkat
Derajat kesehatan adalah sesuatu yang ingin dicapai dalam bidang kesehatan,
dimana dengan adanya derajat kesehatan akan tergambarkan masalah kesehatan
yang sedang dihadapi. Paling besar pengaruhnya terhadap derajat kesehatan
seseorang adalah faktor perilaku dan faktor lingkungan. Misalnya, seseorang
menderita diare karena minum air yang tidak dimasak, seseorang membuang
sampah sembarangan karena tidak adanya fasilitas tong sampah.
c.
Faktor lingkungan adalah faktor fisik, biologis dan sosial budaya yang
langsung/tidak mempengaruhi derajat kesehatan.
d.
Faktor perilaku dan gaya hidup adalah suatu faktor yang timbul karena adanya
aksi dan reaksi seseorang atau organisme terhadap lingkungannya. Faktor
perilaku akan terjadi apabila ada rangsangan, sedangkan gaya hidup merupakan
pola kebiasaan seseorang atau sekelompok orang yang dilakukan karena jenis
pekerjaannya mengikuti trend yang berlaku dalam kelompok sebayanya,
ataupun hanya untuk meniru dari tokoh idolanya. Misalnya, seseorang yang
mengidolakan aktor atau artis yang tidak merokok, dengan demikian suatu
rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi atau perilaku tertentu (Depkes
RI, 2002).
pembuangan
kotoran,
penyediaan
air
bersih
dan
sebagainya
(Notoadmodjo, 2005). Sanitasi dasar adalah sanitasi minimum yang diperlukan untuk
menyediakan lingkungan pemukiman sehat yang memenuhi syarat kesehatan meliputi
penyediaan air bersih, pembuangan kotoran manusia (jamban/ wc), pembuangan air
limbah dan pengelolaan sampah (tempat sampah). Sarana sanitasi ini merupakan
prasarana pendukung untuk melakukan program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(Azwar, 2000).
2.4.1. Rumah Sehat
Kesehatan perumahan dan lingkungan pemukiman adalah kondisi fisik, kimia,
dan biologik di dalam rumah, di lingkungan rumah dan perumahan, sehingga
memungkinkan penghuni mendapatkan derajat kesehatan yang optimal. Persyaratan
kesehatan perumahan dan lingkungan pemukinan adalah ketentuan teknis kesehatan
yang wajib dipenuhi dalam rangka melindungi penghuni dan masyarakat yang
bermukim di perumahan dan/atau masyarakat sekitar dari bahaya atau gangguan
kesehatan (Soedjadi, 2005). Persyaratan kesehatan perumahan yang meliputi
persyaratan lingkungan perumahan dan pemukiman serta persyaratan rumah itu
sendiri, sangat diperlukan karena pembangunan perumahan berpengaruh sangat besar
terhadap peningkatan derajat kesehatan individu, keluarga dan masyarakat (Sanropie,
2000).
dalam air sehingga kualitas dari air tersebut turun hingga batas tertentu yang
menyebabkan air tidak berguna lagi. Mulai dari hal ringan sampai akibat yang serius
bisa terjadi karena pencemaran air. Penyakit kulit adalah contoh sederhana dari
masalah ini. Dan bukan hanya manusia yang merasakan dampak dari tercemarnya air,
bahkan makhluk yang hidup di dalam air tidak dapat mempertahankan hidupnya, baik
karena suhu air menjadi tidak sesuai ataupun rendahnya kadar oksigen (Suryana,
2011).
Berdasarkan peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor 907/
Menkes/SK/VII/2002 tentang pengawasan dan syarat-syarat kualitas air yang disebut
sebagai air minum adalah air yang memenuhi syarat kesehatan yang dapat langsung
diminum, sedangkan yang disebut sebagai air bersih adalah air yang memenuhi syarat
kesehatan, yang harus dimasak terlebih dahulu sebelum diminum. Syarat-syarat yang
ditentukan sesuai dengan persyaratan kualitas air secara fisika, kimia dan biologi. Air
yang sehat harus memenuhi standart yang telah ditentukan.
2.4.3. Masalah yang Berkaitan dengan Air
Berdasarkan masalah yang berkaitan dengan air yaitu (Pamsimas, 2010):
a. Sarana air bersih yang tidak sehat
1. Sarana air bersih yang tidak memenuhi syarat kesehatan dapat menjadi
sumber penularan penyakit.
2. Masih ada masyarakat yang mengambil air untuk keperluan rumah tangga
berasal dari air sungai atau mata air yang tidak terlindungi, tindakan ini
tidak tidak baik karena air yang diambil tidak sehat.
Kualitas air bersih harus selalu dijaga mulai dari sumbernya, sarananya,
sampai air tersebut dikonsumsi oleh manusia. Tidak membuang kotoran,
sampah maupun limbah ke sungai, danau, sumur akan membuat air selalu
jernih.
2.
Memelihara sarana air bersih agar tetap berfungsi dengan baik serta
menjaga kebersihannya maka akan membuat kualitas air menjadi baik.
3.
Air bersih yang diambil dari sarana air bersih yang baik disimpan dalam
wadah yang tertutup dan untuk mengambilnya harus menggunakan gayung
dan tangan tidak boleh masuk ke dalam air. Air bersih yang terjaga
kualitasnya sebelum diminum harus di sterilkan dari kuman penyakit
terlebih dahulu, antara lain dengan cara direbus.
Alur penularan penyakit kulit melalui air dapat dijelaskan pada gambar
dibawah ini:
Kotoran
Sampah,
Kotoran Hewan,
Air Limbah,
Tanah/Debu
Masuk ke air
sehingga air
tercemar
Mandi dan
mencuci
dengan air
tercemar
Sakit Kulit
limbah dari sumbernya (dapur, kamar mandi) ke tempat penampungan air limbah
dengan lancar tanpa mencemari lingkungan dan tidak dapat dijangkau serangga dan
tikus (Pamsismas 2010).
b. Sarana pembuangan air limbah yang tidak sehat
Rumah yang membuang air limbahnya di atas tanah terbuka tanpa adanya
saluran pembuangan limbah akan membuat kondisi lingkungan di sekitar rumah
menjadi tidak sehat. Akibatnya menjadi kotor, becek, menyebarkan bau tidak sedap
dan dapat menjadi tempat berkembang biak serangga terutama nyamuk (Pamsismas,
2010).
Saluran limbah yang bocor atau pecah menyebabkan air keluar dan
menggenang serta meresap ke tanah. Bila jarak terlalu dekat dengan sumur maka
dapat mencemari sumur. Tempat penampungan air limbah yang terbuka
menyebabkan nyamuk dapat bertelur di tempat tersebut.
c. Perilaku yang sehat berkaitan dengan air limbah
Saluran air limbah agar tetap berfungsi dengan baik setiap saat perlu
dibersihkan dari sampah, lakukan perbaikan bila ada saluran yang pecah atau retak.
Menggunakan air limbah untuk menyiram tanaman dapat meningkatkan manfaat air
limbah. Mengusir tikus dari tempat pembuangan air limbah dapat menghindari
penyakit yang disebarkan oleh tikus seperti pes dan leptospirosis (Pamsisman, 2010).
d. Perilaku yang tidak sehat berkaitan dengan air limbah
Bermain di tempat pembuangan limbah sangat berbahaya karena dapat
terkena bermacam-macam penyakit.
Sakit kulit disebabkan karena menggunakan air yang telah tercemar kotoran,
baik yang berasal dari air limbah, tinja, atau kotoran hewan untuk mandi atau
mencuci baju, sehingga kotoran menempel di badan.
2.4.5. Sarana Pengolahan Sampah
Sampah adalah semua benda padat yang karena sifatnya tidak dimanfaatkan
lagi, tidak termasuk kotoran manusia. Jenis sampah terdiri dari beberapa macam yaitu
sampah kering, sampah basah, sampah berbahaya beracun (Pamsismas, 2010).
a. Sampah kering
Sampah kering yaitu sampah yang tidak mudah membusuk atau terurai seperti
gelas, besi, plastik,
b. Sampah Basah
Sampah basah yaitu sampah yang mudah membusuk seperti sisa makanan,
sisa sayuran, daun, ranting, bangkai binatang
c. Sampah berbahaya beracun
Sampah berbahaya dan beracun yaitu sampah yang karena sifatnya dapat
membahayakan manusia seperti sampah yang berasal dari rumah sakit, sampah
nuklir, batu baterai bekas.
Identifikasi masalah dilakukan untuk memahami sarana pembuangan sampah
yang sehat dan tidak sehat. Selain itu juga memahami perilaku baik dan tidak baik
yang berkaitan dengan sampah (Pamsismas, 2010).
a. Tempat sampah
1. Sarana pembuangan sampah yang sehat harus memehuni beberapa persyaratan
yaitu, cukup kuat, mudah dibersihkan dan dapat menghidarkan dari jangkauan
serangga dan tikus. Oleh karena itu tempat sampah harus mempunyai tutup dan
selalu dalam keadaan tertutup, bila tutup terbuka maka menjadi tidak sehat
2. Membuang sampah di atas tanah terbuka sangat tidak sehat karena dapat
menyebarkan bau yang tidak sedap dan mengundang serangga dan tikus. Selain
itu dapat mencemari sumber air seperti sungai dan sumur .
b. Perilaku yang sehat dan tidak sehat berkaitan dengan sampah
1. Sampah harus diperlakukan dengan benar agar tidak membahayakan manusia
bahkan dapat mendatangkan manfaat.
2. Sampah dikumpulkan di tempat sampah yang memenuhi syarat kesehatan atau
dibuang di lubang tanah dan menguburnya, sehingga tidak dijangkau serangga
dan tikus.
3. Seringkali masyarakat memusnahkan sampah dengan cara dibakar, namun cara
ini tidak sehat karena asap yang ditimbulkan dapat mengganggu kesehatan
manusia bahkan keracunan.
4. Sampah yang sudah terkumpul diangkut setiap hari ke tempat penampungan
sampah sementara atau ke tempat pembuangan sampah akhir pada suatu lahan
yang diperuntukkan atau ke tempat pengolahan sampah.
5. Bermain di tempat sampah sangat berbahaya karena dapat sakit atau terluka
oleh benda tajam seperti beling, paku. Bila tidak menggunakan alas kaki maka
cacing dapat masuk melalui kaki.
Sakit kulit disebabkan karena menggunakan air yang telah tercemar kotoran,
baik yang berasal dari sampah, tinja, atau kotoran hewan untuk mandi atau mencuci
baju, sehingga kotoran menempel di badan (Pamsismas, 2010)
tanpa kritik. Karena, kebanyakan orang telah mempercayai mereka sebagai orangorang yang cukup berpengalaman dan berpengetahuan lebih luas dan benar. Boleh
jadi sumber pengetahuan ini mengandung kebenaran, tetapi persoalannya terletak
pada sejauh mana orang- orang itu bisa dipercaya. Lebih dari itu, sejauh mana
kesaksian pengetahuannya itu merupakan hasil pemikiran dan pengalaman yang telah
teruji kebenarannya. Jika kesaksiannya adalah kebohongan, hal ini akan
membahayakan kehidupan manusia dan masyarakat itu sendiri (Suhartono, 2008).
Sumber ketiga yaitu pengalaman indriawi. Bagi manusia, pengalaman indriawi
adalah alat vital penyelenggaraan kebutuhan hidup sehari-hari. Dengan mata, telinga,
hidung, lidah, dan kulit, orang bisa menyaksikan secara langsung dan bisa pula
melakukan kegiatan hidup (Suhartono, 2008).
Sumber keempat yaitu akal pikiran. Berbeda dengan panca indera, akal pikiran
memiliki sifat lebih rohani. Karena itu, lingkup kemampuannya melebihi panca
indera, yang menembus batas-batas fisis sampai pada hal-hal yang bersifat metafisis.
Kalau panca indera hanya mampu menangkap hal-hal yang fisis menurut sisi tertentu,
yang satu persatu, dan yang berubah-ubah, maka akal pikiran mampu menangkap halhal yang metafisis, spiritual, abstrak, universal, yang seragam dan yang bersifat tetap,
tetapi tidak berubah-ubah. Oleh sebab itu, akal pikiran senantiasa bersikap meragukan
kebenaran pengetahuan indriawi sebagai pengetahuan semu dan menyesatkan.
Singkatnya, akal pikiran cenderung memberikan pengetahuan yang lebih umum,
objektif dan pasti, serta yang bersifat tetap, tidak berubah-ubah (Suhartono, 2008).
Sumber kelima yaitu intuisi. Sumber ini berupa gerak hati yang paling dalam.
Jadi, sangat bersifat spiritual, melampaui ambang batas ketinggian akal pikiran dan
kedalaman pengalaman. Pengetahuan yang bersumber dari intuisi merupakan
pengalaman batin yang bersifat langsung. Artinya, tanpa melalui sentuhan indera
maupun olahan akal pikiran. Ketika dengan serta-merta seseorang memutuskan untuk
berbuat atau tidak berbuat dengan tanpa alasan yang jelas, maka ia berada di dalam
pengetahuan yang intuitif. Dengan demikian, pengetahuan intuitif ini kebenarannya
tidak dapat diuji baik menurut ukuran pengalaman indriawi maupun akal pikiran.
Karena itu tidak bisa berlaku umum, hanya berlaku secara personal belaka
(Suhartono, 2008).
Media Transmisi
- Air
- Limbah
- Sampah
Pajanan
Peny. Kulit
Tindakan Masy.
terhadap PHBS
pada tatanan
rumah tangga
berhubungan
dengan penyakit
kulit meliputi:
-Perilaku
-Lingkungan
-Sakit
-Sehat
(4) Simpul ke empat, yaitu kejadian penyakit, adalah bukti nyata atau outcome
dari tingkat pengetahuan masyarakat maupun dari sanitasi lingkungan yang
menyebabkan penyakit kulit.
Menurut H.L Blum (1974), dalam Natoadmodjo (2005), bahwa derajat
kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan
kesehatan dan keturunan.
Keturunan
Pelayanan
Kesehatan
STATUS
KESEHATAN
Lingkungan:
1. Fisik
2. Sosial ekonomi,
budaya dsb.
Perilaku
satu faktor saja berada dalam keadaan yang terganggu (tidak optimal), maka status
kesehatan akan tergeser ke arah di bawah optimal.
2.8 Kerangka Konsep Peneltian
Variabel Independen
Variabel Dependen
Pengetahuan