Professional Documents
Culture Documents
Pendahuluan
Penyerangan Pasukan Komando Israel terhadap Kapal Mavi Marmara – salah satu kapal dalam rombongan kapal
bantuan kemanusiaan The Freedom Flotilla – pada Selasa, 31 Maret 2010, telah menyentak seluruh dunia. Israel
berkilah bahwa penyerangan tersebut adalah legal menurut Manual San Remo dan hak membela diri Israel yang
diserang terlebih dahulu oleh para aktivis kemanusiaan dalam kapal tersebut. Melalui tulisan ini, saya akan mencoba
untuk menguraikan penyerangan Israel terhadap Kapal Kemanusiaan Mavi Marmara, ditinjau dalam perspektif hukum
Internasional.
Argument utama Israel dalam melakukan penyerangan terhadap Kapal Mavi Marmara adalah, bahwa
rombongan kemanusiaan tersebut bertujuan untuk membebaskan blokade Israel terhadap Gaza, sedang blokade tersebut
adalah legal menurut hukum internasional. Nampaknya Israel menutup mata dengan pengaturan bahwa kendati blokade
adalah sah menurut hukum internasional, namun blokade tersebut tidak boleh dilakukan secara semena-mena.
Fakta yang terjadi dalam kasus ini adalah, blokade Israel terhadap Gaza yang telah dilakukan sejak Juni 2007,
diterapkan secara umum, baik militer-politik-ekonomi, untuk seluruh penduduk Gaza dan telah menyebabkan
penderitaan yang luar biasa bagi rakyat Gaza. Laporan tim Investigasi PBB yang dibentuk setelah perang Gaza di awal
tahun 2009 menyebutkan bawah lebih dari 90 persen warga Gaza berada di bawah garis kemiskinan dan kondisi mereka
adalah yang terburuk sejak tahun 1967 hingga sekarang. Laporan tersebut juga menyebut bahwa blokade Jalur Gaza
1
Penulis adalah Mahasiswa Fakultas Hukum UI Angkatan 2008. Saat ini menjabat sebagai Badan Pengurus Harian Lembaga Kajian
Keilmuan (LK2) FHUI dan Anggota Kajian Dept. Kastrat BEM UI 2010.
yang dilakukan rezim Zionis Israel sebagai tragedi kemanusiaan. Sekjend PBB, Ban Ki Mon, mengatakan bahwa
blokade tersebut kontraproduktif, keliru, dan tidak bisa dibenarkan.
Menurut José María Ruiz Soroa (pakar hukum laut dari Spanyol) yang juga dibenarkan oleh Francis Boyle
(Profesor hukum internasional di University of Illinois College of Law), blokade bukanlah alasan yang sah karena
merupakan konsep yang hanya berlaku untuk situasi perang. Tindakan Israel menyerang Kapal Mavi Marmara adalah
pelanggaran terhadap Konvensi Organisasi Maritim Internasional PBB untuk Penindakan terhadap Aksi Ilegal Melawan
Keselamatan Navigasi Maritim (Konvensi SUA), yang ditandatangani oleh Israel pada April 2009. Menurut Pasal 6.1
SUA, yurisdiksi atas tindak pidana yang terjadi di atas kapal berada di bawah hukum negara yang benderanya berkibar
di atas kapal tersebut.
Oleh karena itu, misi kemanusiaan The Freedom Flotilla untuk membebaskan blokade Israel terhadap Jalur
Gaza adalah tidak bertentangan dengan hukum Internasional (pasal 67 point a Manual San Remo) karena blockade
tersebut pada dasarnya adalah illegal.
Penutup
Tindakan Israel menyerang kapal bantuan kemanusiaan Mavi Marmara telah menambah daftar panjang
pelanggaran yang massif dan sistematis terhadap Hukum Internasional. Sudah saatnya dunia Internasional tidak lagi
menjadi penonton dan berpangku tangan. Adalah penting untuk dituntut secara kriminal pertanggungjawaban orang-
orang Israel yang bertanggung jawab atas perilaku ilegal dan pembunuhan ini, termasuk pemimpin politik yang
mengeluarkan perintah. Blokade di Gaza adalah bentuk hukuman kolektif besar-besaran yang merupakan kejahatan
terhadap kemanusiaan. Tentu saja hal tersebut tidaklah mudah karena Amerika sebagai sekutu utama Israel pasti tidak
akan tinggal diam. Oleh karena itu, penghapusan hak veto dalam tubuh Dewan Keamanan PBB, khusus untuk konflik
Israel-Palestina, dapat menjadi salah satu solusi atas permasalahan ini.