You are on page 1of 26

Bagaimana Cara Kerja Sistem Saraf

Sistem saraf manusia adalah sebuah jaringan yang sangat khusus, yang berisi miliaran neuron,
dan bertanggung jawab untuk mengendalikan dan mengkoordinasikan semua fungsi tubuh.
Sistem ini memungkinkan kita untuk berkomunikasi dengan dunia luar dan terdiri dari dua
komponen, sistem saraf pusat (SSP) dan sistem saraf perifer (PNS).
Sistem saraf pusat meliputi otak dan sumsum tulang belakang, sedangkan sistem saraf perifer
terdiri dari semua neuron tubuh, kecuali yang ditemukan di otak dan sumsum tulang belakang.
Sistem saraf manusia yang bersangkutan dengan menerima informasi dari dunia luar,
pengolahan, dan kemudian menghasilkan respon yang tepat. Ini adalah jaringan yang mengontrol
dan mengkoordinasikan semua kegiatan tubuh, dengan mengirimkan pesan atau sinyal dari otak
ke bagian-bagian berbeda dari tubuh dan sebaliknya. Bagaimana saraf ini Sistem Kerja?

Gambaran Umum
Cara sistem saraf bekerja benar-benar unik dan kompleks. Ia bekerja melalui jaringan kompleks
neuron, yang merupakan fungsi dasar sel-sel dari sistem saraf. Neuron melakukan sinyal atau
impuls antara dua komponen dari sistem saraf, yaitu pusat dan sistem saraf perifer. Ada terutama
tiga jenis neuron, neuron sensorik, neuron motorik, dan interneuron.
Advertisement

Neuron sensorik mengirimkan rangsangan atau impuls yang diterima dari alat indera, seperti
mata, hidung atau kulit, sistem saraf pusat, yaitu, ke otak dan sumsum tulang belakang. Otak
pada gilirannya, memproses rangsangan tersebut dan mengirimkannya kembali ke bagian lain
dari tubuh, memberitahu mereka bagaimana bereaksi terhadap jenis tertentu dari stimulus. Motor
neuron bertanggung jawab untuk menerima sinyal dari saraf otak dan tulang belakang, dan
mengirim mereka ke bagian lain dari tubuh.
Di sisi lain, interneuron berkepentingan dengan membaca impuls, yang diterima dari neuron
sensorik dan memutuskan respon yang akan dihasilkan. Mereka terutama ditemukan di otak dan
sumsum tulang belakang. Selain neuron, sistem saraf juga mengandung sel-sel glial, yang
mendukung dan memelihara neuron. Neuron menggunakan sinyal elektrokimia, atau
neurotransmitter untuk transmisi impuls dari satu neuron yang lain. Namun, transmisi impuls
dari satu neuron ke lain tidak sesederhana kedengarannya. Jadi, mari kita cari tahu bagaimana
tepatnya neuron mengirimkan impuls ke neuron lain.

Transmisi Impuls saraf


Sistem saraf manusia mengandung miliaran sel saraf dan sekitar 86 miliar dari mereka yang
ditemukan di otak saja. Setiap neuron memiliki badan sel, dari mana banyak proyeksi-seperti
cabang muncul, yang dikenal sebagai dendrit. Dendrit biasanya terlihat seperti cabang-cabang

pohon. Pada ujung sel tubuh, panjang, proyeksi ramping dapat ditemukan, yang dikenal sebagai
akson. Dendrit mengambil impuls dalam bentuk sinyal listrik dari neuron lain, yang kemudian
diturunkan akson ke neuron atau sel lain.
Akson dari sebagian besar neuron ditutupi oleh selubung mielin, yang insulates sel saraf dan
mempercepat transmisi impuls saraf. Beberapa akson dapat melakukan perjalanan hingga satu
meter atau lebih di dalam tubuh manusia, sebelum bercabang di akhir. Cabang-cabang yang
timbul dari akson yang sedikit bengkak di ujung, dan tips bengkak dikenal sebagai, tomboltombol synaptic atau tombol terminal. Untuk transmisi impuls, neuron membentuk struktur
khusus yang disebut sinapsis, dengan neuron lain dan sel-sel tubuh. Sinapsis biasanya berfungsi
sebagai persimpangan, di mana impuls atau informasi dapat mengalir dari satu neuron yang lain.

Sistem Saraf
Pada dasarnya ada tiga unsur sinapsis, membran presynaptic neuron sinyal-lewat (yang dapat
biasanya ditemukan di tombol sinaptik dari akson), membran postsynaptic terletak di dendrit
atau sel target, dan celah sinaptik, yang merupakan ruang antara presinaptik dan membran pos

sinaptik. Ada terutama dua jenis sinapsis, sinapsis kimia dan sinapsis listrik, dan keduanya
berbeda dalam cara mereka mengirim impuls dari satu neuron yang lain.

Sinapsis Kimia:
Dalam Sinapsis kimia, transmisi impuls saraf berlangsung dengan bantuan neurotransmitter.
Dalam keadaan istirahat nya, neuron mempertahankan perbedaan tegangan kecil di membran.
Bagian dalam membran bermuatan negatif, sedangkan muatan listrik di luar membran adalah
positif, ketika neuron tidak dirangsang oleh impuls apapun. Perbedaan potensial listrik atau
tegangan, antara bagian dalam dan luar sel ini dikenal sebagai, potensial membran.
Ketika impuls mencapai Sinapsis dari neuron presynaptic, mengubah potensial membran neuron,
yang menyebabkan saluran kalsium dalam membran presynaptic untuk membuka. Pembukaan
saluran ini memungkinkan ion kalsium untuk masuk melalui membran presinaptik dan dengan
demikian, meningkatkan konsentrasi ion dalam sitoplasma. Ini menginduksi vesikula sinaptik
untuk bergabung dengan membran plasma neuron presynaptic, dan melepaskan molekul
neurotransmitter ke celah sinaptik. Neurotransmitter molekul secara kemudian menyebar dan
mengapung di celah sinaptik, untuk mengikat reseptor tertanam dalam membran plasma dari sel
postsynaptic atau neuron.
Proses pengikatan neurotransmiter pada reseptor, memicu respon listrik di neuron postsynaptic
dan perubahan potensial membran, yang membawa impuls ke depan sampai mencapai tujuan.
Beberapa neurotransmiter dapat merangsang neuron postsynaptic, sementara yang lain dapat
menghambat aktivitasnya. Molekul-molekul neurotransmitter bisa dihapus dari reseptor akibat
guncangan termal. Mereka baik rusak, atau diserap oleh sel presynaptic.

Sinapsis Listrik:
Dalam sinapsis listrik, impuls ditransfer dari satu neuron ke neuron atau sel lain, melalui koneksi
antarsel khusus, yang dikenal sebagai gap junction. Di sini, hubungan langsung didirikan antara
sitoplasma dari dua sel, sehingga berbagai ion dan molekul dapat melakukan perjalanan dengan
mudah dari satu sel ke sel lainnya. Impuls saraf juga dapat mengalir dari satu neuron yang lain
melalui gap junction. Pada dasarnya, proses dimulai ketika impuls melakukan perjalanan
sepanjang sel presynaptic dan menyebabkan perubahan tegangan dalam sel itu. Hal ini
memungkinkan ion bermuatan untuk melakukan perjalanan melalui gap junction dan
menyebabkan perubahan tegangan dalam sel postsynaptic, dan dengan demikian, membawa
impuls saraf.

Sistem Saraf Pusat


Otak manusia adalah lokasi, di mana impuls saraf yang berasal dari bagian tubuh yang berbeda
diproses, untuk menghasilkan tanggapan yang sesuai. Otak manusia dapat dibagi menjadi tiga
bagian, otak depan, otak tengah, dan otak belakang. Otak depan terdiri dari selebrum, yang
merupakan bagian terbesar dari otak dan merupakan pusat memori, pikiran, emosi, penalaran,

pemecahan masalah, perencanaan, kecerdasan, gerakan dan orientasi, persepsi rangsangan,


ucapan, dan kemampuan untuk merasa .
Lapisan luar dari otak adalah korteks serebral, yang berkaitan dengan berpikir, memproduksi dan
memahami bahasa, dan menerima informasi yang dikumpulkan oleh saraf sensorik dan mengirim
mereka ke daerah lain dari otak, untuk diproses lebih lanjut. Bagian dalam terdiri dari thalamus,
hypothalamus, dan kelenjar pituitary. Thalamus memancarkan sinyal sensorik dan motorik ke
korteks serebral, sedangkan hipotalamus bertanggung jawab untuk mengatur denyut nadi, suhu
tubuh, nafsu makan, sekresi hormon hipofisis, dan proses otonom. Kelenjar pituitari mensekresi
hormon yang mengatur pertumbuhan, metabolisme, kematangan generatif, dan respon terhadap
stres.
Otak tengah terletak di bawah tengah otak depan, dan merupakan koordinator pesan atau impuls
yang datang dan keluar dari otak. Di sisi lain, otak belakang, yang terletak di bawah bagian
belakang otak besar, terdiri dari cerebellum, pons, dan medulla oblongata. Cerebellum
memproses sinyal yang datang dari bagian lain dari otak dan mengendalikan gerakan, postur, dan
keseimbangan, sedangkan pons dan medula pesan koordinat dan fungsi otonom, seperti
bernapas, denyut jantung, pencernaan, dan tekanan darah.
Komponen lain dari sistem saraf pusat adalah sumsum tulang belakang, yang merupakan bundel
panjang dan silindris dari jaringan syaraf, yang memanjang dari medulla oblongata dari otak
belakang ke punggung bawah. Sumsum tulang belakang adalah jalur utama, sepanjang yang
informasi atau impuls saraf perjalanan bolak-balik, antara otak dan sistem saraf perifer.

Sistem Saraf perifer


Sistem saraf perifer dapat dibagi menjadi sistem saraf somatik dan sistem saraf otonom,
tergantung pada fungsi spesifik mereka. Ini somatik atau sukarela sistem saraf menerima
rangsangan eksternal dan gerakan tubuh koordinat, sedangkan sistem saraf otonom atau tak sadar
bertanggung jawab untuk fungsi-fungsi, yang tidak di bawah kendali kesadaran, seperti detak
jantung dan proses metabolisme.
Sistem saraf otonom lagi dapat diklasifikasikan menjadi simpatik, parasimpatis, dan divisi
enterik. Sistem saraf simpatik merespon stres atau kecemasan, sedangkan sistem saraf
parasimpatis bekerja ketika seseorang sedang tidur, atau ketika tubuh sedang beristirahat. Sistem
saraf enterik, di sisi lain, mengelola setiap aspek pencernaan.
Sistem saraf dapat mengirimkan impuls dengan kecepatan 100 meter per detik, dan transmisi
impuls di sinapsis listrik jauh lebih cepat dan hemat energi daripada sinapsis kimia. Namun,
impuls lebih lemah saat mereka melakukan perjalanan dari satu neuron yang lain melalui
sinapsis listrik. Di sisi lain, sinyal kimia ditandai dengan keuntungan, yang dapat digambarkan
sebagai kemampuan untuk mengirimkan impuls listrik dengan kekuatan konstan atau lebih besar.
Sinapsis kimia adalah lebih umum daripada sinapsis listrik.
Advertisement

[tutup]
Mari bergabung dengan sukarelawan Wikipedia bahasa Indonesia!

Sistem saraf
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Sistem saraf

Latin
MeSH
TA
FMA

Sistem saraf manusia.


Rincian
Pengenal
systema nervosum
D009420
A14.0.00.000
7157
Terminologi anatomi
[sunting di Wikidata]

Diagram sistem saraf manusia


Sistem saraf adalah sistem organ pada hewan yang terdiri atas serabut saraf yang tersusun atas
sel-sel saraf yang saling terhubung dan esensial untuk persepsi sensoris indrawi, aktivitas
motorik volunter dan involunter organ atau jaringan tubuh, dan homeostasis berbagai proses
fisiologis tubuh. Sistem saraf merupakan jaringan paling rumit dan paling penting karena terdiri
dari jutaan sel saraf (neuron) yang saling terhubung dan vital untuk perkembangan bahasa,
pikiran dan ingatan. Satuan kerja utama dalam sistem saraf adalah neuron yang diikat oleh sel-sel
glia.
Sistem saraf pada vertebrata secara umum dibagi menjadi dua, yaitu sistem saraf pusat (SSP) dan
sistem saraf tepi (SST). SSP terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang. SST utamanya terdiri
dari saraf, yang merupakan serat panjang yang menghubungkan SSP ke setiap bagian dari tubuh.
SST meliputi saraf motorik, memediasi pergerakan pergerakan volunter (disadari), sistem saraf
otonom, meliputi sistem saraf simpatis dan sistem saraf parasimpatis dan fungsi regulasi
(pengaturan) involunter (tanpa disadari) dan sistem saraf enterik (pencernaan), sebuah bagian
yang semi-bebas dari sistem saraf yang fungsinya adalah untuk mengontrol sistem pencernaan.
Pada tingkatan seluler, sistem saraf didefinisikan dengan keberadaan jenis sel khusus, yang
disebut neuron, yang juga dikenal sebagai sel saraf. Neuron memiliki struktur khusus yang
mengizinkan neuron untuk mengirim sinyal secara cepat dan presisi ke sel lain. Neuron
mengirimkan sinyal dalam bentuk gelombang elektrokimia yang berjalan sepanjang serabut tipis
yang disebut akson, yang mana akan menyebabkan bahan kimia yang disebut neurotransmitter
dilepaskan di pertautan yang dinamakan sinaps. Sebuah sel yang menerima sinyal sinaptik dari
sebuah neuron dapat tereksitasi, terhambat, atau termodulasi. Hubungan antara neuron
membentuk sirkuit neural yang mengenerasikan persepsi organisme dari dunia dan menentukan
tingkah lakunya. Bersamaan dengan neuron, sistem saraf mengangung sel khusus lain yang
dinamakan sel glia (atau sederhananya glia), yang menyediakan dukungan struktural dan
metabolik.

Sistem saraf ditemukan pada kebanyakan hewan multiseluler, tetapi bervariasi dalam
kompleksitas.[1] Hewan multiseluler yang tidak memiliki sistem saraf sama sekali adalah
porifera, placozoa dan mesozoa, yang memiliki rancangan tubuh sangat sederhana. Sistem saraf
ctenophora dan cnidaria (contohnya, anemon, hidra, koral dan ubur-ubur) terdiri dari jaringan
saraf difus. Semua jenis hewan lain, terkecuali beberapa jenis cacing, memiliki sistem saraf yang
meliputi otak, sebuah central cord (atau 2 cords berjalan paralel), dan saraf yang beradiasi dari
otak dan central cord. Ukuran dari sistem sarad bervariasi dari beberapa ratus sel dalam cacing
tersederhana, sampai pada tingkatan 100 triliun sel pada manusia.
Pada tingkatan paling sederhana, fungsi sistem saraf adalah untuk mengirimkan sinyal dari 1 sel
ke sel lain, atau dari 1 bagian tubuh ke bagian tubuh lain. Sistem saraf rawan terhadap
malafungsi dalam berbagai cara, sebagai hasil cacat genetik, kerusakan fisik akibat trauma atau
racun, infeksi, atau sederhananya penuaan. Kekhususan penelitian medis di bidang neurologi
mempelajari penyebab malafungsi sistem saraf, dan mencari intervensi yang dapat mencegahnya
atau memperbaikinya. Dalam sistem saraf perifer/tepi (SST), masalah yang paling sering terjadi
adalah kegagalan konduksi saraf, yang mana dapat disebabkan oleh berbagai macam penyebab
termasuk neuropati diabetik dan kelainan demyelinasi seperti sklerosis ganda dan sklerosis
lateral amiotrofik.
Ilmu yang memfokuskan penelitian/studi tentang sistem saraf adalah neurosains.

Daftar isi

1 Struktur
o 1.1 Sel

1.1.1 Neuron

1.1.2 Sel Glia

o 1.2 Anatomi pada vertebrata

2 Anatomi perbandingan dan evolusi


o 2.1 Pendahulu saraf dalam porifera
o 2.2 Radiata
o 2.3 Bilateria
o 2.4 Artropoda
o 2.5 Neuron "Teridentifkasi"

3 Fungsi
o 3.1 Neuron dan sinaps
o 3.2 Sistem dan sirkuit saraf

3.2.1 Sirkuit refleks dan rangsang stimulus lainnya

3.2.2 Penghasilan pola intrinsik

4 Penghantaran rangsang

5 Perkembangan

6 Patologi

7 Referensi

8 Pranala luar

Struktur
Nama sistem saraf berasal dari "saraf", yang mana merupakan bundel silinder serat yang keluar
dari otak dan central cord, dan bercabang-cabang untuk menginervasi setiap bagian tubuh.[2]
Saraf cukup besar untuk dikenali oleh orang Mesir, Yunani dan Romawi Kuno,[3] tetapi struktur
internalnya tidaklah dimengerti sampai dimungkinkannya pengujian lewat mikroskop.[4] Sebuah
pemeriksaan mikroskopik menunjukkan bahwa saraf utamanya terdiri dari adalah akson dari
neuron, bersamaan dengan berbagai membran (selubung) yang membungkus saraf dan
memisahkan mereka menjadi fasikel. Neuron yang membangkitkan saraf tidak berada
sepenuhnya di dalam saraf itu sendiri; badan sel mereka berada di dalam otak, central cord, atau
ganglia perifer (tepi).[2]
Seluruh hewan yang lebih tinggi tingkatannya daripada porifera memiliki sistem saraf. Namun,
bahkan porifera, hewan uniseluler, dan non-hewan seperti jamur lendir memiliki mekanisme
pensinyalan sel ke sel yang merupakan pendahulu neuron.[5] Dalam hewan simetris radial seperti
ubur-ubur dan hidra, sistem saraf terdiri dari jaringan difus sel terisolasi.[6] Dalam hewan
bilateria, yang terdiri dari kebanyakan mayoritas spesies yang ada, sistem saraf memiliki stuktur
umum yang berasal awal periode Kambrium, lebih dari 500 juta tahun yang lalu.[7]

Sel
Sistem saraf memiliki 2 kategori atau jenis sel: neuron dan sel glia.
Neuron

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Neuron


Sel saraf didefinisikan oleh keberadaan sebuah jenis sel khusus neuron (kadang-kadang
disebut "neurone" atau "sel saraf").[2] Neuron dapat dibedakan dari sel lain dalam sejumlah cara,
tetapi sifat yang paling mendasar adalah bahwa mereka dapat berkomunikasi dengan sel lain
melalui sinaps, yaitu pertautan membran-ke-membran yang mengandung mesin molekular dan
mengizinkan transmisi sinyal cepat, baik elektrik maupun kimiawi.[2] Setiap neuron terdiri dari
satu badan sel yang di dalamnya terdapat sitoplasma dan inti sel. Dari badan sel keluar dua
macam serabut saraf, yaitu dendrit dan akson. Dendrit berfungsi mengirimkan impuls ke badan
sel saraf, sedangkan akson berfungsi mengirimkan impuls dari badan sel ke sel saraf yang lain
atau ke jaringan lain. Akson biasanya sangat panjang. Sebaliknya, dendrit pendek. Setiap neuron
hanya mempunyai satu akson dan minimal satu dendrit. Kedua serabut saraf ini berisi plasma sel.
Pada bagian luar akson terdapat lapisan lemak disebut mielin yang dibentuk oleh sel Schwann
yang menempel pada akson. Sel Schwann merupakan sel glia utama pada sistem saraf perifer
yang berfungsi membentuk selubung mielin. Fungsi mielin adalah melindungi akson dan
memberi nutrisi. Bagian dari akson yang tidak terbungkus mielin disebut nodus Ranvier, yang
dapat mempercepat penghantaran impuls.
Bahkan dalam sistem saraf spesies tunggal seperti manusia, terdapat beratus-ratus jenis neuron
yang berbeda, dengan bentuk, morfologi, dan fungsi yang beragam.[8] Ragam tersebut meliputi
neuron sensoris yang mentransmutasikan stimuli fisik seperti cahaya dan suara menjadi sinyal
saraf, dan neuron motorik yang mentransmutasikan sinyal saraf menjadi aktivasi otot atau
kelenjar; namun dalam kebanyakan spesies kebanyakan neuron menerima seluruh masukan
mereka dari neuron lain dan mengirim keluaran mereka pada neuron lain.[2]
Sel Glia
Sel glia (berasal dari bahasa Yunani yang berarti "lem") adalah sel non-neuron yang
menyediakan dukungan dan nutrisi, mempertahankan homeostasis, membentuk mielin, dan
berpartisipasi dalam transmisi sinyal dalam sistem saraf.[9] Dalam otak manusia, diperkirakan
bahwa jumlah total glia kasarnya hampir setara dengan jumlah neuron, walaupun
perbandingannya bervariasi dalam daerah otak yang berbeda.[10] Di antara fungsi paling penting
dari sel glia adalah untuk mendukung neuron dan menahan mereka di tempatnya; untuk
menyediakan nutrisi ke neuron; untuk insulasi neuron secara elektrik; untuk menghancurkan
patogen dan menghilangkan neuron mati; dan untuk menyediakan petunjuk pengarahan akson
dari neuron ke sasarannya.[9] Sebuah jenis sel glia penting (oligodendrosit dalam susunan saraf
pusat, dan sel schwann dalam sistem saraf tepi) menggenerasikan lapisan sebuah substansi lemak
yang disebut mielin yang membungkus akson dan menyediakan insulasi elektrik yang
mengizinkan mereka untuk mentransmisikan potensial aksi lebih cepat dan lebih efisien.
Macam-macam neuroglia di antaranya adalah astrosit, oligodendrosit,mikroglia, dan makroglia .

Anatomi pada vertebrata

Diagram yang menunjukkan pembagian utama dari sistem saraf vertebrata.


Sistem saraf dari hewan vertebrata (termasuk manusia) dibagi menjadi sistem saraf pusat (SSP)
dan sistem saraf tepi (SST).[11]
Sistem saraf pusat (SSP) adalah bagian terbesar, dan termasuk otak dan sumsum tulang belakang.
[11]
Kavitas tulang belakang mengandung sumsum tulang belakang, sementara kepala
mengandung otak. SSP tertutup dan dilindungi oleh meninges, sebuah sistem membran 3 lapis,
termasuk lapisan luar berkulit yang kuat, yang disebut dura mater. Otak juga dilindungi oleh
tengkorak, dan sumsum tulang belakang oleh vertebra (tulang belakang).
Sistem saraf tepi (SST) adalah terminologi/istilah kolektif untuk struktur sistem saraf yang tidak
berada di dalam SSP.[12] Kebanyakan mayoritas bundel akson disebut saraf yang dipertimbangkan
masuk ke dalam SST, bahkan ketika badan sel dari neuron berada di dalam otak atau spinal cord.
SST dibagi menjadi bagian somatik dan viseral. Bagian somatic terdiri dari saraf yang
menginervasi kulit, sendi dan otot. Badan sel neuron sensoris somatik berada di 'dorsal root
ganglion sumsum tulang belakang. Bagian viseral, juga dikenal sebagai sistem saraf otonom,
mengandung neuron yang menginervasi organ dalam, pembuluh darah, dan kelenjar. Sistem saraf
otonom sendiri terdiri dari 2 bagian sistem saraf simpatis dan sistem saraf parasimpatis.
Beberapa pengarang juga memasukkan neuron sensoris yang badan selnya ada di perifer (untuk
indra seperti pendengaran) sebagai bagan dari SST; namun yang lain mengabaikannya.[13]

Potongan horisontal kepala perempuan dewasa yang menunjukkan kulit, tengkorak, dan otak
dengan grey matter (coklat dalam gambar ini) dan white matter yang berada di bawahnya.
Sistem saraf vertebrata juga dapat dibagi menjadi daerah yang disebut grey matter ("gray matter"
dalam ejaan Amerika) dan white matter.[14] Grey matter (yang hanya berwarna abu-abu bila
disimpan, dan berwarna merah muda (pink) atau coklat muda dalam jaringan yang hidup)
mengandung proporsi tinggi badan sel neuron. White matter komposisi utamanya adalah akson
bermielin, dan mengambil warnanya dari mielin. White matter meliputi seluruh saraf dan
kebanyakan dari bagian dalam otak dan sumsum tulang belakang. Grey matter ditemukan dalam
kluster neuron dalam otak dan sumsum tulang belakang, dan dalam lapisan kortikal yang
menggarisi permukaan mereka. Ada perjanjian anatomis bahwa kluster neuron dalam otak atau
sumsum tulang belakang disebut nukleus, sementara sebuah kluster neuron di perifer disebut
ganglion.[15] Namun ada beberapa perkecualian terhadap aturan ini, yang tercatat termasuk bagian
dari otak depan yang disebut basal ganglia.[16]

Anatomi perbandingan dan evolusi


Pendahulu saraf dalam porifera
Porifera tidak memiliki sel yang berhubungan dengan satu sama lain dengan pertautan sinaptik,
yaitu, tidak ada neuron, dan oleh karena itu tidak ada sistem saraf. Namun, mereka memiliki
homolog dari banyak gen yang memainkan peran penting dalam fungsi sinaptik. Penelitian
terbaru telah menunjukkan bahwa sel porifera mengekspresikan sekelompok protein yang
berkelompok bersama membentuk struktur yang mirip dengan sebuah densitas postsinaptik
(bagian sinaps yang menerima sinyal).[5] Namun, fungsi struktur ini saat ini masih belum jelas.
Walaupun sel porifera tidak menunjukkan transmisi sinaptik, mereka berkomunikasi dengan satu
sama lain melalui gelombang kalsium dan impuls lain, yang memediasi beberapa aksi sederhana
seperti kontraksi seluruh tubuh.[17]

Radiata

Ubur-ubur, jelly sisir, dan hewan lain yang berhubungan memiliki jaringan saraf difus daripada
sebuah sistem saraf pusat. Dalam kebanyakan ubur-ubur, jaringan saraf tersebar kurang lebih
merata di seluruh tubuh; dalam jelly sisir jaringan saraf terkonsentrasi dekat dengan mulut.
Jaringan saraf terdiri dari neuron sensoris, yang mengambil sinyal kimia, taktil, dan visual;
neuron motorik, yang dapat mengaktivasi kontraksi dinding tubuh; dan neuron intermediat, yang
mendeteksi pola aktivitas dalam neuron sensoris, dan dalam respons, mengirim sinyal ke
kelompok neuron motorik. Dalam beberapa kasus, kelompok neuron sedang berkelompok
menjadi ganglia yg berlainan.[6]
Perkembangan sistem saraf dalam radiata relatif tidak terstruktur. Tidak seperti bilateria, radiata
hanya memiliki 2 lapisan sel primordial, endoderm dan ektoderm. Neuron digenerasikan dari
sebuah sel khusus dari sel pendahulu ektodermal, yang juga bertindak sebagai pendahulu untuk
setiap jenis sel ektodermal lain.[18]

Bilateria

Kebanyakan hewan yang ada adalah bilateria, yang artinya hewan dengan sisi kiri dan kanan
yang kurang lebih simetris. Semua bilateria diperkirakan diturunkan dari nenek moyang bersama
seperti cacing yang muncul pada periode Kambrium, 550600 juta tahun yang lalu.[7] Bentuk
tubuh bilateria dasar adalah sebuah tuba dengan kavitas usus yang berjalan dari mulut ke anus,
dan sebuah nerve cord dengan perbesaran (sebuah "ganglion") untuk setiap segmen tubuh,
dengan kekhususan sebuah ganglion besar di depan, yang disebut "otak".

Daerah permukaan tubuh manusia yang diinervasi oleh setiap saraf tulang belakang.
Bahkan mamalia, termasuk manusia, menunjukkan rencana tubuh bilateria tersegmentasi pada
tingkatan sistem saraf. Sumsum tulang belakang mengandung serangkaian segmental ganglia,
yang masing masing membangkitkan saraf motorik dan sensorik yang menginervasi bagian

permukaan tubuh dan otot-otot yang membawahinya. Pada anggota tubuh, tata letak pola
inervasi kompleks, tetapi pada bagian ini muncul serangkaian pita sempit. Tiga segmen teratas
dimiliki oleh otak, membangkitkan otak depan, otak tengah, dan otak belakang.[19]
Bilateria dapat terbagi, berdasarkan peristiwa yang dapat terjadi sangat awal dalam
perkembangan embrionik, menjadi 2 kelompok (superfila) yang disebut protostomia dan
deuterostomia.[20] Deuterostomia meliputi vertebrata sebagaimana echinodermata, hemichordata,
dan xenoturbella.[21] Protostomia, kelompok yang lebih beragam, meliputi artropoda, moluska,
dan berbagai jenis cacing. Ada perbedaan mendasar di antara 2 kelompok dalam penempatan
sistem saraf di dalam tubuh: protostomia memiliki sebuah nerve cord pada bagian sisi ventral
(biasanya di bawah), sementara dalam deuterostomia nerve cord biasanya ada di sisi dorsal
(biasanya atas). Nyatanya, berbagai aspek tubuh terbalik pada kedua kelompok, termasuk pola
ekspresi beberapa gen menunjukkan gradien dorsal-ke-ventral. Kebanyakan anatomis sekarang
mempertimbangkan badan protostomes dan deuterostomes "terbalik" satu sama lain, sebuah
hipotesis yang pertama kali diajukan oleh Geoffroy Saint-Hilaire untuk serangga dalam
perbandingan dengan vertebrata. Jadi serangga, contohnya, memiliki nerve cord yang berjalan
sepanjang garis tengah ventral tubuh, sementara seluruh vertebrata memiliki sumsum tulang
belakang yang berjalan sepanjang garis tengah dorsal.[22]

Artropoda

Anatomi internal seekor laba-laba, menunjukkan sistem saraf dalam warna biru .
Artropoda, seperti serangga dan krustasea, memiliki sebuah sistem saraf terbuat dari serangkaian
ganglia, terhubung oleh ventral nerve cord yang terdiri dari 2 koneksi paralel di sepanjang perut..
[23]
Secara umum, setiap segmen tubuh memiliki 1 ganglion pada setiap sisi, walaupun beberapa
ganglia berfungsi membentuk otak dan ganglia besar lain. Segmen kepala mengandung otak,
juga dikenal sebagai supraesophageal ganglion. Dalam sistem saraf serangga, otak secara
anatomis dibagi menjadi protocerebrum, deutocerebrum, dan tritocerebrum. Langsung di
belakang otak adalah subesophageal ganglion, yang terbuat dari 3 pasangan ganglia yang
berfusi. Ini mengontrol bagian mulut, kelenjar ludah dan otot tertentu. Banyak artropoda
memiliki organ sensoris yang berkembang baik, termasuk mata untuk penglihatan dan antena
untuk penciuman bau dan feromon. Informasi sensoris dari organ-organ ini diproses oleh otak.
Dalam serangga, banyak neuron memiliki badan sel yang bertempat di ujung otak dan secara
elektris pasif badan sel bertugas hanya untuk menyediakan dukungan metabolik dan tidak
berpartisipasi dalam pensinyalan. Sebuah serat protoplasmik dari badan sel dan bercabang,
dengan beberapa bagian mentransmisikan sinyal dan bagian lain menerima sinyal. Oleh karena
itu, kebanyakan bagian dari otak serangga memiliki sel pasif badan sel yang diatur sepanjang

periferal, sementara pemrosesan sinyal neural berlangsung dalam sebuah serat protoplasmik
disebut neuropil, di bagian dalam.[24]

Neuron "Teridentifkasi"
Sebuah neuron disebut teridentifikasi jika ia memiliki sifat yang membedakannya dari setiap
neuron lain dalam hewan yang samasifat seperti lokasi, neurotransmitter, pola ekspresi gen,
dan keterhubungan dan jika setiap individu organisme yang berasal dari spesies yang sama
memiliki satu-satunya neuron dengan set sifat yang sama.[25] Dalam sistem saraf vertebrata
sangat sedikit neuron yang "teridentifikasi" dalam pengertian ini dalam manusia, tidak ada
tetapi dalam sistem saraf yang lebih sederhana, beberapa atau semua neuron mungkin jadi
akhirnya unik. Dalam cacing bulat C. elegans yang sistem sarafnya paling banyak digambarkan,
setiap neuron dalam tubuh secara unik teridentifikasi, dengan lokasi yang sama dan koneksi yang
sama dalam setiap individu cacing. Satu akibat yang tercatat dari fakta ini adalah bahwa bentuk
sistem saraf C. elegans secara utuh dispesifikkan oleh genom, dengan tidak adanya plasisitas
yang tergantung pada pengalaman.[26]
Otak dari kebanyakan moluska dan serangga juga mengandung sejumlah neuron teridentifikasi
substansial.[25] Dalam vertebrata, neuron teridentifikasi yang paling dikenal adalah sel Mauthner
ikan.[27] Setiap ikan memiliki 2 sel Mauthner, yang terletak di bagian bawah dari batang otak, 1 di
sisi kiri dan 1 di sisi kanan. Setiap sel Mauthner memiliki akson yang menyebrang, menginervasi
neuron pada tingkatan otak yang sama dan kemudian berjalan turun sepanjang sumsum tulang
belakang, membentuk berbagai koneksi di sepanjang jalurnya. Sinaps digenerasikan oleh sebuah
sel Mauthner yang sangat kuat hingga sebuah potensi aksi tunggal dapat membangkitkan respons
tingkah laku mayor: dalam waktu millidetik ikan mengkurvakan tubuhnya menjadi bentuk C,
kemudian meluruskan diri, oleh karena itu meluncur secara cepat ke depan. Secara fungsional ini
adalah respons melarikan diri cepat, dipicu paling mudah oleh sebuah gelombang suara kuat atau
gelombang tekanan yang menekan organ garis lateral (sisi) ikan. Sel Mauthner bukanlah satusatunya sel neuron teridentifikasi pada ikan, masih ada lebih dari 20 jenis, termasuk pasangan
"analog sel Mauthner " dalam setiap inti tulang belakang segmental. Walaupun sebuah sel
Mauthner mampu membangkitkan respons melarikan diri secara individual, dalam konteks
tingkah laku biasa dari jenis sel lain biasanya berkontribusi dalam membentuk amplitudo dan
arah respons.
Sel Mauthner telah digambarkan sebagai neuron perintah. Sebuah neuron pemberi perintah
adalah tipe khusus dari neuron teridentifikasi, didefinisikan sebagai sebuah neuron yang mampu
mengendalikan sebuah tingkah laku spesifik secara individual.[28] Neuron seperti ini tampaknya
paling umum dalam sistem melarikan diri dari berbagai spesies akson raksasa cumi-cumi dan
sinaps raksasa cumi-cumi, yang digunakan untuk percobaan dalam neurofisiologi karena
ukurannya yang sangat besar, berpartisipasi dalam sirkuit pelarian diri yang cepat. Namun,
konsep sebuah neuron pemberi perintah masih kontroversial karena penelitian-penelitian telah
menunjukkan bahwa beberapa neuron yang awalnya tampak cocok dengan deskripsi tersebut
ternyata hanya mampu menimbulkan respons dalam keadaan yang terbatas.[29]

Fungsi

Pada tingkatan paling dasar, fungsi sistem saraf adalah untuk mengirimkan sinyal dari 1 sel ke
sel lain, atau dari 1 bagian tubuh ke bagian tubuh lain. Ada berbagai cara sebuah sel dapat
mengirimkan sinyal ke sel lain. Satu cara adalah dengan melepaskan bahan kimia yang disebut
hormon ke dalam sirkulasi internal, sehingga mereka dapat berdifusi tempat-tempat yang jauh.
Berkebalikan dnegan modus pensinyalan "pemancaran", sistem saraf menyediakan sinyal dari
tempat ke tempatneuron memproyeksikan akson-akson mereka ke daerah sasaran spesifik dan
membentuk koneksi sinaptik dengan sel sasaran spesifik.[30] Oleh sebab itu, pensinyalan neural
memiliki spesifitas yang jauh lebih tinggi tingkatannya daripada pensinyalan hormonal. Hal
tersebut juga lebih cepat: sinyal saraf tercepat berjalan pada kecepatan yang melebihi 100 meter
per detik.
Pada tingkatan lebih terintegrasi, fungsi primer sistem saraf adalah untuk mengontrol tubuh.[2]
Hal ini dilakukan dengan cara mengambil informasi dari lingkungan dengan menggunakan
reseptor sensoris, mengirimkan sinyal yang mengodekan informasi ini ke dalam sistem saraf
pusat, memproses informasi untuk menentukan sebuath respons yang tepat, dan mengirim sinyal
keluaran ke otot atau kelenjar untuk mengaktivasi respons. Evolusi sebuah sistem saraf kompleks
telah memungkinkan berbagai spesies hewan untuk memiliki kemampuan persepsi yang lebih
maju seperti pandangan, interaksi sosial yang kompleks, koordinasi sistem organ yang cepat, dan
pemrosesan sinyal yang berkesinambungan secara terintegrasi. Pada manusia, kecanggihan
sistem saraf membuatnya mungkin untuk memiliki bahasa, konsep representasi abstrak, transmisi
budaya, dan banyak fitur sosial yang tidak mungkin ada tanpa otak manusia.

Neuron dan sinaps

Elemen utama dalam transmisi sinaptik. Sebuah gelombang elektrokimia yang disebut potensial
aksi berjalan di sepanjang akson dari sebuah neuron. Ketika gelombang mencapai sebuah sinaps,
ia akan memicu pelepasan sejumlah kecil molekul neurotransmitter, yang berikatan dengan
molekul reseptor kimia yang terletak di membran sel sasaran.
Kebanyakan neuron mengirimkan sinyal melalui akson, walaupun beberapa jenis mampu
melakukan komunikasi dendrit ke dendrit. (faktanya, jenis-jenis neuron disebut sel amakrin tidak
memiliki akson, dan berkomunikasi hanya melalui dendrit mereka.) Sinyal neural berpropagasi
sepanjang sebuah akson dalam bentuk gelombang elektrokimia yang disebut potensial aksi, yang
menghasilkan sinyal sel ke sel di tempat terminal akson membentuk kontak sinaptik dengan sel
lain.[31]
Sinaps dapat berupa elektrik atau kimia. Sinaps elektrik membuat hubungan elektrik langsung di
antara neuron-neuron,[32] tetapi sinaps kimia lebih umum, dan lebih beragam dalam fungsi.[33] Di
sebuah sinaps kimia, sel mengirimkan sinyal yang disebut presinaptik, dan sel yang menerima
sinyal disebut postsinaptik. Baik presinaptik dan postsinaptik penuh dengan mesin molekular
yang membawa proses sinyal. Daerah presinaptik mengandung sejumlah besar vessel bulat yang
sangat kecil yang disebut vesikel sinaptik, dipenuhi oleh bahan-bahan kimia neurotransmitter.[31]
Ketika terminal presinaptik terstimulasi secara elektrik, sebuah susunan molekul yang melekat
pada membran teraktivasi, dan menyebabkan isi dari vesikel dilepaskan ke dalam celah sempit di
antara membran presinaptik dan postsinaptik, yang disebut celah sinaptik (synaptic cleft).
Neurotransmitter kemudian berikatan dengan reseptor yang melekat pada membran postsinaptik,
menyebabkan neurotransmiter masuk ke dalam status teraktivasi.[33] Tergantung pada tipe

reseptor, efek yang dihasilkan pada sel postsinaptik mungkin eksitasi, penghambatan, atau
modulasi dalam berbagai cara yang lebih rumit. Contohnya, pelepasan neurotransmitter
asetilkolin pada kontak sinaptik di antara neuron motorik dan sebuah sel otot menginduksi
kontraksi cepat dari sel otot.[34] Seluruh proses transmisi sinaptik memerlukan hanya sebuah
fraksi dari sebuah milidetik, walaupun efek pada sel postsinaptik mungkin berlangsung lebih
lama (bahkan tidak terbatas, dalam kasus ketika sinyal sipatik mengarah pada informasi sebuah
jejak ingatan).[8]
Secara harfiah ada beratus-ratus jenis sinaps. Faktanya, ada lebih dari seratus neurotransmitter
yang diketahui, dan banyak di antara mereka memiliki jenis reseptor ganda.[35] Banyak sinaps
menggunakan lebih dari 1 neurotransmittersebuah pengaturan umum untuk sebuah sinaps
adalah menggunakan sebuah molekul neurotransmiter kecil yang bekerja cepat seperti glutamat
atau GABA, sejalan dengan 1 atau lebih neurotransmiter peptida yang memainkan peran
modulatoris yang lebih lambat. Ahli saraf molekular biasanya membagi reseptor menjadi 2
kelompok besar: kanal ion berpagar kimia (chemically gated ion channels) dan sistem pengantar
pesan kedua (second messenger system). Ketika sebuah kanal ion berpagar kimia teraktivasi,
kanal tersebut akan membentuk sebuah tempat untuk dapat dilalui yang mengizinkan jenis ion
tertentu yang spesifik untuk mengalir melalui membran. Tergantung jenis ion, efek pada sel
sasaran mungkin eksitasi atau penghambatan. Ketika sebuah sistem pengantar pesan kedua
teraktivasi, sistem ini akan memulai kaskade interaksi molekular di dalam sel sasaran, yang pada
akhirnya akan memproduksi berbagai macam efek rumit/kompleks, seperti peningkatan atau
penurunan sensitivitas sel terhadap stimuli, atau bahkan mengubah transkripsi gen.
Menurut hukum yang disebut prinsip Dale, yang hanya memiliki beberapa pengecualian, sebuah
neuron melepaskan neurotransmiter yang sama pada semua sinapsnya.[36] Walaupun demikian,
bukan berarti bahwa sebuah neuron mengeluarkan efek yang sama pada semua sasarannya, sebab
efek sebuah sinaps tergantung tidak hanya pada neurotransmitter, tetapi pada reseptor yang
diaktivasinya.[33] Karena sasaran yang berbeda dapat (dan umumnya memang) menggunakan
berbagai jenis reseptor, hal ini memungkinkan neuron untuk memiliki efek eksitatori pada 1 set
sel sasaran, efek penghambatan pada yang lain, dan efek modulasi rumit/kompleks pada yang
lain. Walaupun demikian, 2 neurotransmitter yang paling sering digunakan, glutamat dan GABA,
masing-masing memiliki efek konsisten. Glutamat memiliki beberapa jenis reseptor yang umum
ada, tetapi semuanya adalah eksitatori atau modulatori. Dengan cara yang sama, GABA memiliki
jenis reseptor yang umum ada, tetapi semuanya adalah penghambatan.[37] Karena konsistensi ini,
sel glutamanergik kerapkali disebut sebagai "neuron eksitatori", dan sel GABAergik sebagai
"neuron penghambat". Ini adalah penyimpangan terminologi reseptornyalah yang merupakan
eksitatori dan penghambat, bukan neuronnya tetapi hal ini umum terlihat bahkan dalam
publikasi ilmiah.
Satu subset sinaps yang paling penting mampu membentuk jejak ingatan dengan cara perubahan
dalam kekuatan sinaptik tergantung aktivitas yang bertahan lama.[38] Ingatan neural yang paling
dikenal adalah sebuah proses yang disebut potensiasi jangka panjang (long-term potentiation,
disingkat LTP), yang beroperasi pada sinaps yang menggunakan neurotransmitter glutamat yang
bekerja pada sebuah jenis reseptor khusus yang dikenal sebagai reseptor NMDA.[39] Reseptor
NMDA memiliki sifat "assosiasi" : jika 2 sel terlibat dalam sinaps yang terkavitasi keduanya
pada kurang lebih waktu yang sama, sebuah kanal terbuka sehingga mengizinkan kalsium untuk

mengalir menuju sel sasaran.[40] Pemasukan kalsium memicu sebuah kaskade pengantar pesan
kedua yang pada akhirnya mengarah pada peningkatan sejumlah reseptor glutamat dalam sel
sasaran, sehingga meningkatkan kekuatan efektif sinaps. Perubahan kekuatan ini dapat
berlangsung beberapa minggu atau lebih panjang. Sejak penemuan LTP pada tahun 1973, banyak
jenis jejak ingatan sinaptik ditemukan, termasuk peningkatan atau penurunan dalam kekuatan
sinaptik yang diinduksi oleh berbagai kondisi, dan berlangsung dalam berbagai periode yang
beragam.[39] Pembelajaran pahala (reward learning), contohnya, bergantung pada bentuk variasi
dari LTP yang dikondisikan pada sebuah ekstra masukan yang berasal dari jalur pensinyalan
pahala (reward-signalling pathway) menggunakan dopamin sebagai neurotransmitter.[41] Semua
bentuk modifikasi sinaptik ini, secara kolektif, menimbulkan neuroplastisitas, yaitu kemampuan
sebuah sistem saraf untuk beradaptasi pada variasi dalam lingkungan.

Sistem dan sirkuit saraf


Fungsi dasar neuronal mengirimkan sinyal kepada sel lain meliputi kemampuan neuron untuk
mengubah sinyal dengan yang lain. Jaringan kerja terbentuk dengan kelompok saling terhubung
dari neuron mampu menjalankan berbagai fungsi, termasuk fitur deteksi, generasi pola, dan
pengaturan waktu.[42] Nyatanya, sulit untuk menentukan batas proses jenis informasi yang dapat
dikerjakan oleh jaringan saraf: Warren McCulloch dan Walter Pitts menunjukkan pada tahun
1943 bahwa bahkan jaringan saraf tiruan dibentuk dari sebuah abstraksi matematika yang sangat
disederhanakan mampu melakukan perhitungan universal.[43] Dengan mempertimbangkan fakta
bahwa neuron secara individual mampu menggenerasikan pola aktivitas temporal kompleks
secara bebas, rentang kemampuan sangat mungkin ada bahkan untuk sekelompok kecil neuron di
luar pengertian yang ada sekarang.[42]

Penggambaran jalur rasa sakit, dari Treatise of Man karya Ren Descartes.
Dalam sejarah, selama bertahun-tahun pandangan utama dalam fungsi sistem saraf adalah
penghubung stimulus-respons.[44] Dalam konsep ini, proses saraf dimulai dengan stimuli yang
mengaktifkan neuron sensoris, menghasilkan sinyal yang berpropagasi melalui serangkaian
hubungan dalam sumsum tulang belakang dan otak, mengaktifkan neuron motorik dan maka
menghasilkan respons seperti kontraksi otot. Descartes percaya bahwa semua tingkah laku
hewan, dan kebanyakan tingkah laku manusia, dapat dijelaskan dalam kerangka sirkuit stimulusrespons, walaupun ia juga percaya bahwa fungsi kognitif yang lebih tinggi seperti bahasa tidak

mampu dijelaskan secara mekanis.[45] Charles Sherrington, dalam bukunya pada tahun 1906 yang
berjudul The Integrative Action of the Nervous System,[44] mengembangkan konsep mekanisme
stimulus-respons dengan cara yang lebih detail, dan Behaviorisme, mazhab yang mendominasi
psikologi sepanjang pertengahan abad ke-20, mencoba untuk menjelaskan setiap aspek tingkah
laku manusia dalam rangka stimulus-respons.[46]
Namun, penelitian elektrofisiologi yang dimulai pada awal abad 20 dan mencapai
produktivitasnya pada tahun 1940 menunjukkan bahwa sistem saraf mengandung berbagai
mekanisme untuk menghasilkan pola aktivitas secara intrinsik, tanpa memerlukan stimulus
eksternal.[47] Neuron-neuron ditemukan mampu memproduksi rangkaian potensial aksi reguler,
atau rangkaian ledakan (sequences of bursts), bahkan dalam isolasi penuh.[48] Ketika neuron aktif
secara intrinsik terhubung dengan yang lain dalam sirkuit kompleks, kemungkinan penghasilan
pola temporer yang lebih rumit menjadi jauh lebih besar.[42] Konsep modern memandang fungsi
sistem saraf sebagian dalam kerangka rangkaian stimulus-respons, dan sebagian dalam kerangka
pola aktivitas yang dihasilkan secara intrinsik kedua jenis aktivitas berinteraksi dengan yang
lain untuk menggenerasikan tingkah laku berulang-ulang.[49]
Sirkuit refleks dan rangsang stimulus lainnya

Skema fungsi saraf dasar yang disederhanakan: sinyal diambil oleh reseptor sensoris dan dikirim
ke sumsum tulang belakang dan otak, tempat terjadinya pemrosesan yang menghasilkan sinyal
dikirim kembali ke sumsum tulang belakang dan kemudian ke neuron motorik.
Jenis sirkuit saraf yang paling sederhana adalah lengkung refleks (reflex arc), yang dimulai dari
masukan sensoris dan berakhir dengan keluaran motorik, melewati serangkaian neuron di
tengahnya.[50] Contohnya, pertimbangkan "refleks penarikan" yang menyebabkan tangan tertarik
ke belakang setelah menyentuh kompor panas. Sirkuit dimulai dengan reseptor sensoris di kulit
yang teraktivasi oleh kadar panas yang membahayakan: sebuah jenis struktur molekuler khusus
melekat pada membran menyebabkan panas untuk mengubah medan listrik di sepanjang

membran. Jika perubahan dalam potensial ekletrik cukup besar, ia akan membangkitkan
potensial aksi, yang ditransmisikan sepanjang akson sel reseptor, menuju sumsum tulang
belakang. Di sana akson akan membuat kontak sinaptik eksitatori dengan sel lain, beberapa dari
antaranya memproyeksikan (mengirim keluaran aksonal) ke regio yang sama dari sumsum tulang
belakang, dan yang lain memproyeksikan ke dalam otak. Satu sasaran adalah serangkaian
interneuron tulang belakang yang memproyeksikan ke neuron motorik untuk mengontrol otot
lengan. Interneuron mengeksitasi neuron motorik, dan jika eksitasi cukup kuat, beberapa dari
neuron motorik menghasilkan potensial aksi, yang berjalan sepanjang akson ke titik di mana
mereka membuat kontak sinaptik eksitatori dengan sel otot. Sinyal eksitatori memicu kontraksi
sel otot, yang menyebabkan sudut sendi dalam lengan berubah, menarik lengan menjauh.
Dalam kenyataannya, skema ini berkaitan dengan berbagai komplikasi.[50] Walaupun untuk
refleks yang paling sederhana ada jalur saraf pendek dari neuron sensoris ke neuron motorik, ada
juga neuron yang dekat yang berpartisipasi dalam sirkuit dan memodulasi respons. Lebih lanjut
lagi, ada proyeksi dari otak ke sumsum tulang belakang yang mampu meningkatkan atau
menghambat refleks.
Walaupun refleks paling sederhana mungkin dimediasi oleh sirkuit berada sepenuhnya di dalam
sumsum tulang belakang, respon lebih kompleks/rumit bergantung pada pemprosesan sinyal di
dalam otak.[51] Pertimbangkan, contohnya, apa yang terjadi ketika sebuah benda dalam daerah
visual perifer bergerak, dan seseorang melihat ke arahnya. Respons sensoris awal, dalam retina
mata, dan respons motorik akhir, dalam inti okulomotor dari batang otak, semuanya tidaklah
berbeda dari semua di refleks sederhana, tetapi dalam tahap antara benar-benar berbeda. Tidak
hanya 1 atau 2 langkah rangkaian pemrosesan, sinyal visual melewati mungkin selusinan tahap
integrasi, melibatkan thalamus, cerebral cortex, basal ganglia, superior colliculus, cerebellum,
dan beberapa inti batang otak). Daerah-daerah ini membentuk fungsi pemrosesan sinyal yang
meliputi deteksi fitur, analisis persepsi, pemanggilan kembali ingatan, pengambilan keputusan,
dan perencanaan motorik.[52]
Deteksi fitur adalah kemampuan untuk mengekstraksi secara biologis informasi yang relevan
dari kombinasi sinyal sensoris.[53] Dalam sistem penglihatan, contohnya, reseptor sensoris dalam
retina mata hanya mampu untuk mendeteksi "titik cahaya" dalam dunia luar secara individual.[54]
Neuron penglihatan tingkat kedua menerima masukan dari kelompok-kelompok reseptor primer,
neuron yang lebih tinggi menerima masukan dari kelompok-kelompok neuron tingkat kedua, dan
seterusnya, membentuk tingkatan proses hierarkis. Pada setiap tahapan, infromasi penting
diekstraksi dari sinyal yang dikumpulkan dan informasi yang tidak penting dibuang. Di akhir
proses, masukan sinyal mewakili "titik cahaya" telah ditransformasikan menjadi perwakilan saraf
dari obyek dalam dunia sekitarnya dan sifatnya. Pemrosesan sensoris paling canggih terjadi
dalam otak, tetapi fitur ekstraksi kompleks juga terjadi di sumsum tulang belakang dan organ
sensoris periferal seperti retina.
Penghasilan pola intrinsik
Walaupun mekanisme respons-stimulus adalah yang paling mudah dimengerti, sistem saraf juga
dapat mengontrol tubuh dalam berbagai cara yang tidak memerlukan stimulus luar, melalui irama
aktivitas yang dihasilkan dari dalam. Karena berbagai kanal ion sensitif terhadap voltasi yang

dapat melekat dalam membran dalam sebuah neuron, berbagai jenis neuron mampu, bahkan
dalam isolasi, menggenerasikan sekuens irama potensial aksi, atau perubahan irama di antara
ledakan tingkat tinggi dan masa tenang. Ketika neuron secara irama intrinsik terkoneksi dengan
yang lain oleh respons sinaps-sinaps eksitatoris atau penghambatan, jaringan kerja yang
dihasilkan mampu menghasilkan tingkah laku dinamis yang beragam, termasuk dinamika
penarikan (attractor), periodisitas, dan bahkan chaos. Sebuah jaringan kerja neuron yang
menggunakan struktur internalnya untuk menghasilkan keluaran terstruktur secara temporer,
tanpa memerlukan stimulus terstruktur yang berkorespondensi secara temporer disebut sebagai
generator pola pusat.
Penggenerasian pola internal beroperasi dalam rentang yang luas berdasarkan skala waktu, dari
millidetik sampai jam atau lebih lama lagi. Satu dari jenis penting pola temporal adalah irama
sirkadian yaitu, irama dengan sebuah periode kira-kira 24 jam. Semua hewan yang telah
diteliti menunjukkan fluktuasi sirkadian dalam aktivitas neural, yang mengontrol perubahan
sirkadian dalam tingkah laku seperti siklus tidur-bangun. Penelitian dari tahun 1990an telah
menunjukkan bahwa irama sirkadian digenerasikan oleh sebuah "jam genetik" yang terdiri dari
sekelompok gen khusus yang kadar ekspresinya meningkat dan menurun sepanjang hari. Hewan
yang beragam seperti serangga dan vertebrata memiliki sistem jam genetik yang sama. Jam
sirkadian dipengaruhi oleh cahaya tetapi terus berlanjut bekerja bahkan ketika kadar cahaya
dipertahankan konstan dan tidak ada petunjuk waktu hari eksternal lain tersedia. Gen jam ini
diekspresikan dalam berbagai bagian sistem saraf sebagaimana banyak organ periferal, tetapi
dalam mamalia seluruh "jam jaringan" ini dipertahankan dalam sinkronisasi oleh sinyal yang
keluar dari sebuah penjaga waktu utama dalam bagian kecil dalam otak yang disebut inti
suprakiasmatik.

Penghantaran rangsang
Semua sel dalam tubuh manusia memiliki muatan listrik yang terpolarisasi, dengan kata lain
terjadi perbedaan potensial antara bagian luar dan dalam dari suatu membran sel, tidak terkecuali
sel saraf (neuron). Perbedaan potensial antara bagian luar dan dalam membran ini disebut
potensial membran. Informasi yang diterima oleh Indra akan diteruskan oleh saraf dalam bentuk
impuls. Impuls tersebut berupa tegangan listrik. Impuls akan menempuh jalur sepanjang akson
suatu neuron sebelum dihantarkan ke neuron lain melalui sinapsis dan akan seperti itu terus
hingga mencapai otak, dimana impuls itu akan diproses. Kemudian otak mengirimkan impuls
menuju organ atau indra yang dituju untuk menghasilkan efek yang diinginkan melalui
mekanisme pengiriman impuls yang sama.
Membran hewan memiliki potensial istirahat sekitar -50 mV s/d -90 mV, potensial istirahat
adalah potensial yang dipertahankan oleh membran selama tidak ada rangsangan pada sel.
Datangnya stimulus akan menyebabkan terjadinya depolarisasi dan hiperpolarisasi pada
membran sel, hal tersebut menyebabkan terjadinya potensial kerja. Potensial kerja adalah
perubahan tiba-tiba pada potensial membran karena datangnya rangsang. Pada saat potensial
kerja terjadi, potensial membran mengalami depolarisasi dari potensial istirahatnya (-70 mV)
berubah menjadi +40 mV. Akson vertebrata umumnya memiliki selubung mielin. Selubung
mielin terdiri dari 80% lipid dan 20% protein, menjadikannya bersifat dielektrik atau

penghambat aliran listrik dan hal ini menyebabkan potensial kerja tidak dapat terbentuk pada
selubung mielin; tetapi bagian dari akson bernama nodus Ranvier tidak diselubungi oleh mielin.
Penghantaran rangsang pada akson bermielin dilakukan dengan mekanisme hantaran saltatori,
yaitu potensial kerja dihantarkan dengan "melompat" dari satu nodus ke nodus lainnya hingga
mencapai sinapsis.
Pada ujung neuron terdapat titik pertemuan antar neuron bernama sinapsis, neuron yang
mengirimkan rangsang disebut neuron pra-sinapsis dan yang akan menerima rangsang disebut
neuron pasca-sinapsis. Ujung akson setiap neuron membentuk tonjolan yang didalamnya
terdapat mitokondria untuk menyediakan ATP untuk proses penghantaran rangsang dan vesikula
sinapsis yang berisi neurotransmitter umumnya berupa asetilkolin (ACh), adrenalin dan
noradrenalin.
Ketika rangsang tiba di sinapsis, ujung akson dari neuron pra-sinapsis akan membuat vesikula
sinapsis mendekat dan melebur ke membrannya. Neurotransmitter kemudian dilepaskan melalui
proses eksositosis. Pada ujung akson neuron pasca-sinapsis, protein reseptor mengikat molekul
neurotransmitter dan merespon dengan membuka saluran ion pada membran akson yang
kemudian mengubah potensial membran (depolarisasi atau hiperpolarisasi) dan menimbulkan
potensial kerja pada neuron pasca-sinapsis.
Ketika impuls dari neuron pra-sinaps berhenti neurotransmitter yang telah ada akan didegradasi.
Molekul terdegradasi tersebut kemudian masuk kembali ke ujung akson neuron pra-sinapsis
melalui proses endositosis.

Perkembangan
Dalam vertebrata, hal penting dalam perkembangan saraf embrionik meliputi kelahiran dan
diferensiasi neuron dari sel punca, migrasi neuron yang belum matang dari tempat kelahiran
mereka dalam embrio ke posisi akhir mereka, pertumbuhan akson dari neuron dan pengarahan
growth cone motil melalui embrio menuju rekan postsinaptik, penghasilan sinaps di antara
akson-akson ini dan rekan postsinaptik mereka, dan akhirnya perubahan seumur hidup dalam
sinaps yang diduga mendasari pembelajaran dan ingatan.[55]
Semua hewan bilateria pada tahap awal perkembangan membentuk sebuah gastrula yang
terpolarisasi, dengan sebuah ujung yang disebut kutub hewan dan yang lain kutub vegetal.
Gastrula memiliki bentuk cakram dengan 3 lapisan sel, lapisan terdalam disebut endoderm, yang
membangkitkan dasar dari kebanyakan organ dalam, sebuah lapisan tengah yang disebut
mesoderm, yang membangkitkan tulang dan otot, dan lapisan terluar yang disebut ektoderm,
yang membangkitkan kulit dan sistem saraf.[56]

Embrio manusia,
menunjukkan lekukan saraf
(neural groove).

Empat tahapan dalam perkembangan tabung saraf dalam embrio manusia.


Dalam vertebrata, tanda pertama kemunculan sistem saraf adalah kemunculan sel tipis di
sepanjang bagian tengah punggung yang disebut piringan saraf (neural plate. Bagian dalam
piringan saraf (sepanjang garis tengah) ditujukan untuk menjadi sistem saraf pusat (SSP), dan
bagian luar sistem saraf tepi (SST). Sebagaimana perkembangan berlanjut, sebuah lipatan
disebut lekukan saraf (neural groove) muncul di sepanjang garis tengah. Lipatan ini menjadi
dalam dan kemudian menutup di atas. Pada titik ini SSP yang mendatang, tampak seperti struktur
silindris yang disebut sebagai tabung saraf, tempat SST yang akan jadi tampak seperti 2 garis
jaringan yang disebut puncak saraf (neural crest), yang ada di atas tabung saraf. Rangkaian
tahapan dari piringan saraf ke tabung saraf dan puncak saraf dikenal sebagai neurulasi.
Pada awal abad 20, serangkaian percobaan terkenal oleh Hans Spemann dan Hilde Mangold
menunjukkan bahwa pembentukan jaringan saraf "diinduksi" oleh sinyal dari sebuah kelompok
mesodermal yang disebut "wilayah pengatur" (organizer region).[55] Namun, selama beberapa
dasawarsa, sifat proses induksi tidak dapat diketahui, sampai pada akhirnya hal ini terpecahkan
melalui pendekatan genetic pada tahun 1990an. Induksi jaringan saraf memerlukan

penghambatan gen yang disebut protein morfogenetik tulang (bone morphogenetic protein,
disingkat BMP). Secara khusus, protein BMP4 tampaknya terlibat. Dua protein yang disebut
Noggin dan Chordin disekresikan oleh mesoderm tampaknya mampu menghambat BMP4 dan
oleh karenanya menginduksi ektoderm untuk berubah menjadi jaringan saraf. Tampaknya sebuah
mekanisme molekular yang sama terlibat dalam berbagai jenis hewan yang berbeda, termasuk
artropoda dan juga vertebrata. Namun, dalam beberapa hewan, sebuah jenis molekul lain yang
disebut faktor pertumbuhan fibroblas (Fibroblast Growth Factor, disingkat FGF) mungkin dapat
berperan dalam induksi.
Induksi jaringan neural menyebabkan pembentukan sel pendahulu saraf yang disebut neuroblas.
[57]
Dalam drosophila, neuroblas terbagi secara asimetris, sehingga 1 produk adalah sebuah "sel
induk ganglion" (ganglion mother cell, disingkat GMC), dan yang lain adalah sebauah neuroblas.
Sebuah GMC terbagi sekali dan menghasilkan baik pasangan neuron atau pasangan sel glial.
Secara keseluruhan, sebuah neuroblas mampu menghasilkan sejumlah neuron atau glia yang tak
terbatas.
Sebagaimana ditunjukkan dalam penelitian tahun 2008, sebuah faktor yang umum pada seluruh
organisme bilateral (termasuk manusia) adalah kelompok molekul yang mensekresikan molekul
pensinyalan yang disebut neurotrofin yang mengatur pertumbuhan dan kelangsungan hidup
neuron.[58] Zhu et al. mengidentifikasi DNT1, neurotrofin pertama yang ditemukan pada lalat.
Struktur DNT1 mirip dengan semua neurotrofin yang dikenal dan merupakan sebuah faktor
penting dalam penentuan nasib neuron dalam Drosophila. Karena neurotrofin sekarang telah
teridentifikasi dalam vertebrata dan invertebrata, bukti ini menunjukkan bahwa neurotrofin ada
alam nenek moyang yang umum organisme bilateral dan mungkin mewakili sebuah mekanisme
umum untuk pembentukan sistem saraf.

Patologi
Sistem saraf Pusat (SSP) dilindungi oleh sawar (barrier) fisik dan kimia. Secara fisik, otak dan
sumsum tulang belakang dikelilingi oleh membran meningeal yang kuat, dan dibungkus oleh
tulang tengkorak dan vertebra tulang belakang, yang membentuk perlindungan fisik yang kuat.
Secara kimia, otak dan sumsum tulang belakang terisolasi oleh yang disebut sawar darah-otak,
yang mencegah kebanyakan jenis bahan kimia berpindah dari aliran darah kedalam bagian dalam
SSP. Perlindungan ini membuat SSP kurang rentan bila dibandingkan dengan SST; namun, di sisi
lain, kerusakan pada SSP cenderung lebih serius dampaknya.
Walaupun saraf cenderung berada di bawah kulit kecuali di beberapa tempat, seperti saraf ulnar
dekat dengan persambungan sendi siku, saraf-saraf ini cenderung terpapar kerusakan fisik, yang
dapat menyebabkan rasa sakit, kehilangan sensasi rasa, atau kehilangan kontrol otot. Kerusakan
pada saraf juga dapat disebabkan oleh pembengkakan atau memar di tempa saraf lewat di antara
kanal tulang yang ketat, seperti terjadi pada sindrom lorong karpal. Jika sebuah saraf benar-benar
terpotong, saraf akan beregenerasi, tetapi untuk saraf yang panjang, proses ini mungkin akan
memakan waktu berbulan-bulan untuk selesai. Sebagai tambahan pada kerusakan fisik neuropati
periferal dapat disebabkan oleh masalah medis lain, termasuk kondisi genetik, kondisi metabolik
seperti diabetes, kondisi peradangan seperti sindrom GuillainBarr, defisiensi vitamin, penyakit
infeksi seperti kusta atau herpes zoster, atau keracunan oleh racun seperti logam berat. Banyak

kasus tidak memiliki penyebab yang dapat teridentifikasi, dan disebut idiopatik. Saraf juga dapat
kehilangan fungsinya untuk sementara waktu, mengakibatkan ketiadaan rasa penyebab umum
meliputi tekanan mekanis, penurunan suhu, atau interaksi kimia dengan obat seperti lidokain.
Kerusakan fisik pada sumsum tulang belakang mungkin berakibat pada kehilangan sensasi atau
pergerakan. Jika sebuah kecelakaan pada tulang punggung menghasilkan sesuatu yang tidak
parah dari pembengkakan, gejala hanya sementara, tetapi apabila serabut saraf di tulang belakang
hancur, kehilangan fungsi biasanya menetap. Percobaan telah menunjukkan bahwa serabut saraf
tulang belakang biasanya mencoba untuk tumbuh kembali dengan cara yang sama seperti serabut
saraf, teapi dalam sumsum tulang belakang, kerusakan jaringan biasanya menghasilkan jaringan
parut yang tidak dapat dipenetrasi oleh saraf yang tumbuh kembali.

Referensi
1.

^ "Nervous System". Columbia Encyclopedia. Columbia University Press.

2.

^ a b c d e f Kandel ER, Schwartz JH, Jessel TM, ed. (2000). "Ch. 2: Nerve cells and
behavior". Principles of Neural Science. McGraw-Hill Professional. ISBN 978-0-83857701-1.

3.

^ Finger S (2001). "Ch. 1: The brain in antiquity". Origins of neuroscience: a


history of explorations into brain function. Oxford Univ. Press. ISBN 978-0-19-5146943.

4.

^ Finger, pp. 4350

5.

^ a b Sakarya O, Armstrong KA, Adamska M et al. (2007). Vosshall, Leslie, ed. "A
post-synaptic scaffold at the origin of the animal kingdom". PLoS ONE 2 (6): e506.
doi:10.1371/journal.pone.0000506. PMC 1876816. PMID 17551586.

6.

^ a b Ruppert EE, Fox RS, Barnes RD (2004). Invertebrate Zoology (7 ed.).


Brooks / Cole. pp. 111124. ISBN 0-03-025982-7.

7.

^ a b Balavoine G (2003). "The segmented Urbilateria: A testable scenario". Int


Comp Biology 43 (1): 13747. doi:10.1093/icb/43.1.137.

8.

^ a b Kandel ER, Schwartz JH, Jessel TM, ed. (2000). "Ch. 4: The cytology of
neurons". Principles of Neural Science. McGraw-Hill Professional. ISBN 978-0-83857701-1.

9.

^ a b Allen NJ, Barres BA (2009). "Neuroscience: Glia - more than just brain
glue". Nature 457 (7230): 6757. doi:10.1038/457675a. PMID 19194443.

10.

^ Azevedo FA, Carvalho LR, Grinberg LT et al. (2009). "Equal numbers of


neuronal and nonneuronal cells make the human brain an isometrically scaled-up primate
brain". J. Comp. Neurol. 513 (5): 53241. doi:10.1002/cne.21974. PMID 19226510.

You might also like