You are on page 1of 30

MINI PROJECT

SOSIALISASI DAN PELATIHAN


DETEKSI DAN INTERVENSI DINI TUMBUH KEMBANG ANAK
DI PUSKESMAS MURUNG PUDAK, KABUPATEN TABALONG
KALIMANTAN SELATAN

Disusun oleh:
dr. Rahmania Kannesia Dahuri

Pembimbing:
dr. H. Syaifullah
NIP : 19760125 2006041010

Puskesmas Murung Pudak


Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan
Program Dokter Internship Periode November 2012 - Oktober 2013
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................................................

DAFTAR ISI...................................................................................................................................

1. PENDAHULUAN....................................................................................................................
1.1. Latar Belakang...................................................................................................................
1.2.Rumusan Masalah...............................................................................................................
1.3.Tujuan.................................................................................................................................
1.3.1.............................................................................................................Tujuan Umum
4
1.3.2............................................................................................................Tujuan Khusus
4
1.4.Manfaat...............................................................................................................................
1.4.1..................................................................................................Manfaat bagi Penulis
5
1.4.2............................................................................................Manfaat bagi Puskesmas
5
1.4.3...........................................................................................Manfaat bagi Masyarakat
5
2. TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................................
2.1.Pusat Kesehatan Masyarakat ( Puskesmas ).......................................................................
2.1.1.Gambaran Umum Puskesmas...................................................................................
2.1.2.Profil Puskesmas Murung Pudak..............................................................................
3. PENGKAJIAN MASALAH..................................................................................................
3.1.Identifikasi Penyebab Masalah.........................................................................................
3.2. A
n
a
l
i
s
i
s
M
2

a
s
a
l
a
h
.......
2
4
4. PEMECAHAN MASALAH..................................................................................................
4.1.Intervensi Pemecahan Masalah Berdasarkan Penyebab Masalah....................................
4.2.Perincian Intervensi Pemecahan Masalah........................................................................
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan masyarakat merupakan persoalan signifikan yang harus menjadi
perhatian pemerintah dan tenaga kesehatan. Salah satu bagian dari program kesehatan
masyarakat adalah kesehatan anak usia dini, termasuk pemahaman

mengenai

karakteristik tumbuh kembang anak usia dini dan keterampilan dalam mendeteksi secara
dini disfungsi tumbuh kembang anak.2 Pada dasarnya setiap anak akan melewati proses
tumbuh kembang sesuai dengan tahapan usianya. Untuk memantau tumbuh kembang
anak dengan baik maka para orangtua, tenaga kesehatan, pendidik, kader dan tenaga
lainnya perlu mengetahui sekaligus mengenali ciri-ciri serta prinsip tumbuh kembang
anak. Sesuai dengan proses tumbuh kembang, pemantauan perlu dilakukan sejak awal

yaitu sewaktu dalam kandungan sampai dewasa. Dengan pemantauan yang baik akan
dapat dideteksi adanya penyimpangan secara dini sehingga tindakan intervensi dan
koreksi yang dilakukan akan mendapatkan hasil yang lebih memuaskan. 1,2
Pembinaan tumbuh kembang anak merupakan salah satu upaya prioritas dalam
mempersiapkan anak Indonesia menjadi calon generasi penerus bangsa yang sehat,
cerdas, tangguh dan berbudi luhur. Mengingat jumlah anak di Indonesia sangat besar,
yaitu sekitar 10 persen dari seluruh populasi, maka sebagai calon penerus bangsa,
kualitas tumbuh kembang anak di Indonesia perlu mendapat perhatian serius, yaitu
mendapat gizi yang baik, stimulasi yang memadai serta terjangkau oleh pelayanan
kesehatan berkualitas termasuk deteksi dan intervensi dini penyimpangan tumbuh
kembang. 3
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas ) sebagai ujung tombak pelayanan
kesehatan masyarakat merupakan salah satu tataran pelaksanaan pendidikan dan
pemantauan kesehatan masyarakat. Pemantauan dan deteksi tumbuh kembang anak usia
dini merupakan bagian dari tugas tenaga kesehatan puskesmas di wilayah kerjanya
masing-masing. Tugas tersebut menjadi sangat penting dan kompleks karena persoalan
tumbuh kembang anak bukan semata terarah pada pertumbuhan dan kesehatan fisik saja,
melainkan juga komprehensif pada perkembangan psikis anak usia dini. Kesalahan atau
disfungsi yang terjadi pada salah satu faktor, baik fisik ataupun psikis akan mengganggu
faktor lainnya. Apabila tidak dilakukan pemantauan dan dan deteksi tumbuh kembang
anak usia dini secara benar dan cermat, maka disfungsi tersebut dimungkinkan akan
menjadi kelainan permanen pada diri anak. 1,2,3
Mengingat pentingnya tugas tenaga kesehatan puskesmas dalam pemantauan dan
deteksi tumbuh kembang anak usia dini, maka pemahaman dan keterampilan setiap
petugas tenaga kesehatan puskesmas dalam konsep teknis deteksi dan intervensi dini
tumbuh kembang anak menjadi sangat penting. Atas latar belakang tersebut penulis
bermaksud melaksanakan mini project sosialisasi dan pelatihan deteksi dan intervensi
dini tumbuh kembang anak kepada tenaga kesehatan di puskesmas Murung Pudak.
Melalui upaya tersebut diharapkan puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan
kesehatan masyarakat dapat turut mempersiapkan anak Indonesia menjadi calon generasi
penerus bangsa yang sehat, cerdas, tangguh dan berbudi luhur.

1.2 Rumusan Masalah


-

Bagaimana upaya stimulasi, deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang anak di

puskesmas Murung Pudak ?


Bagaimana proses deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang anak yang dapat
memantau secara cermat proses tumbuh kembang anak usia dini beserta kemungkinan

disfungsi yang ada di puskesmas Murung Pudak ?


Bagaimana pemahaman tenaga kesehatan di puskesmas Murung Pudak mengenai
program deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang anak di puskesmas Murung
Pudak ?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
-

Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan masyarakat di puskesmas Murung Pudak


Puskesmas Murung Pudak dapat turut mempersiapkan anak Indonesia menjadi calon
generasi penerus bangsa yang sehat, cerdas, tangguh dan berbudi luhur.

1.3.2 Tujuan Khusus


-

Terlaksananya program deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang anak di

puskesmas Murung Pudak.


Meningkatkan pemahaman dan keterampilan para tenaga kesehatan di puskemas
Murung Pudak, dalam hal pengetahuan mengenai karakteristik tumbuh kembang anak
usia dini.

1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat bagi Penulis
-

Berperan serta dalam upaya deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang anak
Mengaplikasikan pengetahuan mengenai program deteksi dan intervensi dini tumbuh

kembang anak
Melaksanakan mini project dalam rangka program internship dokter Indonesia

1.4.2 Manfaat bagi Puskesmas


-

Menambah pemahaman dan keterampilan para tenaga kesehatan puskesmas mengenai

karakteristik dan deteksi tumbuh kembang anak usia dini.


Bertambahnya pemahaman dan keterampilan para tenaga kesehatan puskesmas
mengenai deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang anak akan mendukung upaya
pemantauan kesehatan dan pengendalian disfungsi tumbuh kembang anak usia dini

1.4.3 Manfaat bagi Masyarakat


-

Masyarakat terfasilitasi dalam program deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang

anak.
Program deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang anak juga diharapkan dapat
mencegah dan meminimalisasi adanya efek negatif yang akan dialami anak dari
disfungsi tumbuh kembang, seperti gangguan dan kecacatan tertentu, baik fisik
maupun psikis.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pusat Kesehatan Masyarakat ( Puskesmas )
2.1.1 Gambaran Umum Puskesmas
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang
bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.
Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Pembangunan kesehatan meliputi
pembangunan yang berwawasan kesehatan, pemberdayaan masyarakat dan keluarga serta
pelayanan kesehatan tingkat pertama yang bermutu.2
Wilayah kerja adalah batasan wilayah kerja Puskesmas dalam melaksanakan
tugas dan fungsi pembangunan kesehatan, yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota berdasarkan keadaan geografis, demografi, sarana transportasi, masalah
kesehatan setempat, keadaan sumber daya, beban kerja Puskesmas dan lain-lain. Selain
itu juga harus memperhatikan upaya untuk meningkatkan koordinasi, memperjelas
tanggung jawab pembangunan dalam wilayah kecamatan, meningkatkan sinergisme
pembangunan dalam wilayah kecamatan, meningkatkan sinergisme kegiatan dan
meningkatkan kinerja. Apabila dalam satu wilayah kecamatan terdapat lebih dari satu
Puskesmas maka Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat menunjuk salah satu
Puskesmas sebagai koordinator pembangunan kesehatan di kecamatan. 2
Puskesmas memiliki tanggung jawab dalam hal mempromosikan kesehatan
kepada seluruh masyarakat sebagai upaya untuk memberikan pengalaman belajar,
menyediakan media informasi, dan melakukan edukasi baik untuk perorangan,
kelompok, dan masyarakan guna meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku
masyarakat. Dengan berjalanannya program kesehatan yang dijalankan oleh setiap
Puskesmas, di harapkan pada akhirnya akan berpengaruh pada perubahan kepada setiap
individu, keluarga dan masyarakat dalam membina dan memelihara prilaku sehat serta
berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.3

2.1.2 Profil Puskesmas Murung Pudak


Jumlah Puskesmas di Kabupaten Tabalong adalah sebanyak 16 buah yang terdiri
dari 13 buah puskesmas rawat jalan dan puskesmas perawatan sebanyak 3 buah.
Puskesmas Murung Pudak merupakan salah satu puskesmas rawat jalan yang berada di
Kabupaten Tabalong, Kecamatan Murung Pudak, tepatnya di Jalan Rahayu Pangkalan
71571. Kecamatan Murung Pudak memiliki luas wilayah 118,72 km 2 dan terdiri atas 10
desa/kelurahan, yaitu:3,4
1. Sulingan
2. Pembataan
3. Mabuun
4. Maburai
5. Belimbing Raya
6. Belimbing
7. Kapar
8. Masukau
9. Kasiau
10. Kasiau Raya
2.1.3 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur di Wilayah Kerja
Puskesmas Murung Pudak
A. Jumlah Penduduk Laki-Laki Berdasarkan Usia
No
.
1.

Usia (Tahun)
Desa/Kelurahan

Belimbing Raya

<1

1-4

5-14

82

360

409

15-

45-

44

64

1.52

1.33

65

Jumlah

120

3.832

2.

Belimbing

70

210

236

965

957

116

2.554

3.

Kapar

40

138

230

711

689

113

1.921

4.

Masukau

18

48

82

221

169

89

627

5.

Kasiau Raya
Jumlah

29

214

785

87

67

33

1.04

3.49

3.18

51

271

489

9.205

Tabel 1. Jumlah Penduduk Laki-Laki Berdasarkan Usia 4


Diambil dari: Puskemas Murung Pudak. Profil Puskesmas Murung Pudak Tahun
2011.
B. Jumlah Penduduk Perempuan Berdasarkan Usia
No
.

Desa/Kelurahan

Usia (Tahun)
<1

1-4

5-14

15-44

45-64

65

Jumlah

1.

Belimbing Raya

62

338

325

1.631

1.514

107

3.977

2.

Belimbing

34

195

310

877

823

110

2.349

3.

Kapar

61

150

263

638

701

130

1.943

4.

Masukau

23

50

103

144

256

110

686

5.

Kasiau Raya

35

29

91

69

70

301

187

768

3.381

3.363

527

9.256

Jumlah

1.03
0

Tabel 2. Jumlah Penduduk Perempuan Berdasarkan Usia 4


Diambil dari: Puskemas Murung Pudak. Profil Puskesmas Murung Pudak Tahun
2011.
C. Jumlah Tenaga Kesehatan Puskesmas Murung Pudak4
No.

Petugas Kesehatan

Jumlah

1.

Dokter Spesialis

2.

Dokter Umum

3.

Dokter Gigi

4.

Perawat

5.

Bidan Puskesmas

6.

Bidan Desa

7.

Apoteker dan S1 Farmasi

8.

Asisten Apoteker

9.

Analis

10.

Kesehatan Masyarakat S1

11.

Kesehatan Masyarakat S2

12.

Sanitarian

13.

Gizi

14.

Keterapian Fisik

15.

Keteknisian Medis

Jumlah

33

Tabel 3. Tenaga Kesehatan Puskesmas Murung Pudak


Diambil dari: Puskemas Murung Pudak. Profil Puskesmas Murung Pudak Tahun
2011. 4
2.2 Tumbuh Kembang Anak dan Faktor yang Mempengaruhinya
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuranukuran fisik anak, terutama tinggi
(panjang)badan.Beratbadanlebiheratkaitannyadenganstatusgizidankeseimbangan
cairan(dehidrasi,retensicairan),namundapatdigunakansebagaidatatambahanuntuk
menilai pertumbuhan anak. Pertambahan lingkar kepala juga perlu dipantau, karena
dapat berkaitan dengan perkembangan anak. Perkembangan adalah bertambahnya
kemampuan fungsifungsi individu antara lain: kemampuan gerak kasar dan halus,
pendengaran,penglihatan,komunikasi,bicara,emosisosial,kemandirian,intelegensia,
bahkanperkembanganmoral.1,6
Gangguan tumbuh kembang terjadi jika ada faktor genetik dan atau karena faktor
lingkungan yang tidak mampu mencukupi kebutuhan dasar tumbuh kembang anak. Peran
lingkungan sangat penting untuk mencukupi kebutuhan dasar tumbuh kembang anak
yaitu kebutuhan biopsikosial, terdiri dari kebutuhan biomedis/asuh (nutrisi, imunisasi,
higiene, pengobatan, pakaian, tempat tinggal, sanitasi lingkungan dan lain-lain) dan
kebutuhan psikososial/asih dan asah (kasih sayang, penghargaan, komunikasi, stimulasi
bicara, gerak, sosial, moral, intelegensi dan lain-lain) sejak masa konsepsi sampai akhir

10

remaja. Deteksi dini gangguan tumbuh kembang balita sebaiknya dilakukan dengan
anamnesis, pemeriksaan fisis dan skrining perkembangan yang sistematis agar lebih
objektif. 1,3,6
2.3 Definisi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak
Deteksi

dini

merupakan

upaya

penjaringan

yang

dilaksanakan

secara

komprehensif untuk menemukan penyimpangan tumbuh kembang dan mengetahui serta


mengenal faktor resiko (fisik, biomedik, psikososial) pada balita, yang disebut juga anak
usia dini. Sedangkan intervensi yang dimaksud adalah suatu kegiatan penanganan segera
terhadap adanya penyimpangan tumbuh kembang dengan cara yang sesuai dengan
keadaan misalnya perbaikan gizi, stimulasi perkembangan atau merujuk ke pelayanan
kesehatan yang sesuai, sehingga anak dapat mencapai kemampuan yang optimal sesuai
dengan umumya. 3,6
2.4 Fungsi Deteksi dini Tumbuh Kembang Anak
Fungsi dari deteksi dini tumbuh kembang anak adalah untuk mengetahui
penyimpangan tumbuh kembang anak secara dini, sehingga upaya pencegahan, upaya
stimulasi, dan upaya penyembuhan serta pemulihan dapat diberikan dengan indikasi
yang jelas sedini mungkin pada masa-masa kritis proses tumbuh kembang. Upaya-upaya
tersebut diberikan sesuai dengan umur perkembangan anak, dengan demikian dapat
tercapai kondisi tumbuh kembang yang optimal. 6
2.5 Jenis Kegiatan Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak
Pada pelayanan dasar, terdapat 3 jenis deteksi dini tumbuh kembang yang dapat
dikerjakan, yaitu: 1,3
a. Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan, yaitu untuk mengetahui status gizi
anak, serta lingkar kepala.
b. Deteksi dini penyimpangan perkembangan, yaitu untuk mengetahui terdapat
penyimpangan dalam perkembangan, daya lihat, dan daya dengar.
c. Deteksi dini penyimpangan mental emosional, yaitu untuk mengetatahui adanya
masalah mental emosional, autisme dan gangguan pemusatan perhatian, serta
hiperaktivitas.

11

Berdasarkan buku Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi, dan Intervensi Dini


Tumbuh Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar, jenis deteksi dini
penyimpangan tumbuh kembang anak adalah sebagai berikut:1
Jenis Deteksi Tumbuh Kembang yang Harus Dilakukan
Umur
Anak

Deteksi Dini
Penyimpangan
Pertumbuhan
BB/T
B

LK

0 bulan

3 bulan

6 bulan

Deteksi Dini
Penyimpangan
Perkembangan
KPSP

TDD

9 bulan

12 bulan

15 bulan

18 bulan

21 bulan

24 bulan

30 bulan

36 bulan

42 bulan

48 bulan

54 bulan

60 bulan

66 bulan

72 bulan

Deteksi Dini
Penyimpangan Mental
Emosional

TDL

KMM
E

CHAT*

GPPH
*

Keterangan:
BB/TB

: Berat Badan terhadap Tinggi Badan

LK

: Lingkar Kepala

12

KPSP

: Kuesioner Pra Skrining Perkembangan

TDD

: Tes Daya Dengar

TDL

: Tes Daya Lihat

KMME

: Kuesioner Masalah Mental Emosional

CHAT

: Checklist for Autism in Toddlers

GPPH

: Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas

Tanda *

: Tes dilakukan atas indikasi


Tabel 4. Jenis Deteksi Dini Penyimpangan Tumbuh Kembang Anak

Diambil dari: Kementrian Kesehatan RI. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi, dan
Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI, 2006. Hal. 40
2.5.1 Deteksi dini Penyimpangan Pertumbuhan
Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan dapat dilakukan pada semua tingkat
pelayanan. Deteksi dini ini dilakukan dengan mengukur tinggi badan, berat badan, dan
lingkar kepala. Adapun pelaksana dan alat yang digunakan adalah sebagai berikut : 1,3
Tingkat Pelayanan
Keluarga
Masyarakat

Pelaksana

Alat yang Digunakan

Orang tua
KMS
Kader kesehatan
Timbangan dacin
Petugas PADU, BKB, TPA,
dan guru TK
Dokter
Tabel BB/TB
Bidan
Grafik LK
Perawat
Timbangan
Ahli Gizi
Alat ukur tinggi badan
Petugas Lainnya
Pita pengukur lingkar kepala

Puskesmas

Keterangan:
PADU

: Pendidikan Anak Usia Dini

BKB

: Bina Keluarga Balita

TPA

: Tempat Penitipan Anak

TK

: Taman Kanak-Kanak

LK

: Lingkar Kepala

Tabel 5. Pelaksana dan Alat yang Digunakan pada Deteksi Dini Pertumbuhan

13

Diambil dari: Kementrian Kesehatan RI. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi, dan Intervensi
Dini Tumbuh Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI, 2006. Hal. 41

A. Pengukuran Berat Badan Terhadap Tinggi Badan ( BB/TB )


Tujuan pengukuran BB/TB adalah untuk menentukan status gizi anak, normal,
kurus, kurus sekali atau gemuk.Jadwal pengukuran BB/TB disesuaikan dengan jadwal
deteksi dini tumbuh kembang anak ( DDTK ). Pengukuran dan penilaian BB/TB
dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih. 3,7
- Pengukuran Berat Badan/BB :
o Menggunakan timbangan bayi
Timbangan bayi digunakan untuk menimbang anak sampai umur 2 tahun

atau selama anak masih bisa berbaring/duduk tenang.


Letakan timbangan pada meja yang datar dan tidak mudah bergoyang
Lihat posisi jarum atau angka harus merujuk ke angka 0
Bayi sebaiknya telanjang, tanpa topi, kaus kaki, sarung tangan
Baringkan bayi dengan hati-hati diatas timbangan
Lihat jarum timbangan sampai berhenti
Baca angka yang ditunjukan oleh jarum timbanngan atau angka timbangan
Jika bayi terus menerus bergerak, perhatikan gerakan jarum, baca angka di
tengah-tengah antara gerakan jarum ke kanan dan kekiri

o Menggunakan timbangan injak


Letakan timbangan di lantai yang datar sehingga tidak mudah bergerak
Lihat posisi jarum atau angka harus merujuk ke angka 0
Anak sebaiknya memakai baju sehari-hari yang tipis, tidak memakai alas

kaki, jaket, topi, jam tangan, kalung, dan tidak memegang sesuatu
Anak berdiri di atas timbangan tanpa dipegangi
Lihat jarum timbangan sampai berhenti
Baca angka yang ditunjukan oleh jarum timbangan atau angka timbangan
Jika anak terus menerus bergerak, perhatikan gerakan jarum, baca angka di
tengah-tengah antara gerakan jarum ke kanan dan ke kiri.

- Pengukuran panjang badan (PB) atau Tinggi Badan (TB)


o Cara mengukur dengan posisi berbaring
Sebaiknya dilakukan oleh 2 orang
Bayi dibaringkan terlentang pada alas yang datar
Kepala bayi menempel pada angka 0
Petugas 1 : kedua tangan memegang kepala bayi agar tetap menempel pada

pembatas angka 0 ( pembatas kepala )


Petugas 2 : tangan kiri menekan lutut bayi agar lurus, tangan kanan
meluruskan batas kaki ke telapak kaki
14

Petugas 2 membaca angka di tepi luar pengukur

Gambar 1. Posisi anak dan petugas ketika


pengukuran panjang

dilakukan
badan

o Cara mengukur dengan posisi berdiri


Anak tidak memakai sandal atau sepatu
Berdiri tegak menghadap kedepan
Punggung, pantat dan tumit menempel pada tiang pengukur
Turunkan batas atas pengukur sampai menempel di ubun-ubun

Baca angka pada batas tersebut

Gambar 2. Posisi berdiri anak saat diukur tinggi badan

o Penggunaan Tabel BB/TB ( Direktorat Gizi Masyarakat )


Ukur tinggi/panjang dan timbang berat badan anak, sesuai cara di atas
Lihat kolom tinggi/panjang badan anak yang sesuai dengan hasil pengukuran
Pilih kolom berat badan untuk laki-laki ( kiri ) atau perempuan ( kanan ) sesuai jenis
kelamin anak, cari angka berat badan yang terdekat dengan berat badan anak
15

Dari angka berat bdan tersebut, lihat bagian atas kolom untuk mengetahui angka
standar deviasi ( SD )
Interpretasi :
Normal
: -2 SD s/d 2 SD atau Gizi baik
Kurus
: < -2 SD s/d -3 SD atau Gizi kurang
Kurus sekali : < -3 SD atau Gizi buruk
Gemuk
: > 2 SD atau Gizi lebih
B. Pengukuran Lingkaran Kepala Anak ( LKA )
Pengukuran lingkar kepala anak dalah cara yang biasa dipakai untuk
mengetahui perkembangan otak anak. Biasanya besar tengkorak mengikuti
perkembangan otak, sehingga jika ada hambatan pada perkembangan tengkorak maka
perkembangan otak anak juga terhambat. LKA dapat dipakai sebagai salah satu alat
pemantau perkembangan kecerdasan anak. 7
Tujuan pengukuran LKA adalah untuk mengetahui lingkaran kepala anak
dalam batas normal atau diluar batas normal. Jadwal disesuaikan dengan umur anak.
Umur 0-11 bulan, pengukuran dilakukan setiap tiga bulan. Pada anak yang lebih besar
umur 12-27 bulan, pengukuran dilakukan setiap enam bulan. Pengukuran dan
penilaian lingkaran kepala anak dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih. 7
o Cara mengukur lingkar kepala anak
Alat pengukur dilingkarkan pada kepala anak melewati dahi, menutupi alis
mata, diatas kedua telinga, dan bagian belakang kepala yang menonjol, tarik

agak kencang.
Baca angka pada pertemuan dengan angka 0
Tanyakan tanggal lahir bayi / anak, hitung umur bayi / anak
Hasil pengukuran dicatat pada grafik lingkaran kepala menurut umur dan
jenis kelamin anak

Buat garis yang menghubungkan antara ukuran yang lalu dengan ukuran
sekarang

Gambar 3. Cara Pengukuran

Lingkar Kepala
Anak
16

Interpretasi :

Jika ukuran lingkaran kepala anak berada di dalam jalur hijau maka lingkaran

kepala anak normal


Jika ukuran lingkaran kepala anak berada diluar jalur hijau maka lingkaran kepala

anak tidak normal


Lingkaran kepala anak tidak normal ada 2, yaitu makrosefal jika berada diatas jalur
hijau dan mikrosefal jika berada dibawah jalur hijau.

Intervensi :

Jika ditemukan makrosefal maupun mikrosefal segera dirujuk ke rumah sakit

2.5.2 Deteksi Dini Penyimpangan Perkembangan Anak


Deteksi ini dilakukan di semua tingkat pelayanan. Adapun pelaksana dan alat yang
digunakan adalah sebagai berikut : 1
Tingkat Pelayanan
Keluarga
Masyarakat

Puskesmas

Pelaksana

Alat yang Digunakan

Orang tua
Buku KIA
Kader kesehatan, BKB, TPA
Petugas Pusat PADU terlatih KPSP
Guru TK terlatih
TDL
TDD
Dokter
KPSP
Bidan
TDL
Perawat
TDD

Keterangan:
PADU

: Pendidikan Anak Usia Dini

BKB

: Bina Keluarga Balita

TPA

: Tempat Penitipan Anak

TK

: Taman Kanak-Kanak

KIA

: Kesehatan Ibu dan Anak

KPSP

: Kuesioner Pra Skrining Perkembangan

TDL

: Tes Daya Lihat

TDD

: Tes Daya Dengar


Tabel 6. Pelaksana dan Alat yang Digunakan pada Deteksi Dini Pertumbuhan

17

Diambil dari: Kementrian Kesehatan RI. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi, dan
Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI, 2006. Hal. 41
o Skrining Perkembangan
Menurut batasan WHO, skrining adalah prosedur yang relatif cepat, sederhana
dan murah untuk populasi yang asimtomatik tetapi mempunyai risiko tinggi atau
dicurigai mempunyai masalah. Blackman (1992) menganjurkan agar bayi atau anak
dengan risiko tinggi (berdasarkan anamnesis atau pemeriksaan fisik rutin) harus
dilakukan skrining perkembangan secara periodik. Sedangkan bayi atau anak dengan
risiko rendah dimulai dengan kuesioner praskrining yang diisi atau dijawab oleh
orangtua. Bila dari kuesioner dicurigai ada gangguan tumbuh kembang dilanjutkan
dengan skrining. 1,3
A. Skrining/ Pemeriksaan Perkembangan Anak Menggunakan Kuesioner Pra
Skrining Perkembangan ( KPSP )
Kuesioner ini diterjemahkan dan dimodifikasi dari Denver Prescreening
Developmental Questionnaire (PDQ) oleh tim Depkes RI yang terdiri dari beberapa
dokter spesialis anak, psikiater anak, neurolog, THT, mata dan lain-lain pada tahun 1986.
Tujuan skrining / pemeriksaan perkembangan anak menggunakan KPSP adalah untuk
mengetahui perkembangan anak normal atau ada penyimpangan. 1,6
Jadwal skrining / pemeriksaan KPSP adalah pada umur 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24,
30,36, 42, 48, 54, 60, 66 dan 72 bulan. Jika anak belum mencapai umur skrining tersebut,
minta ibu datang kembali pada umur skrining yang terdekat untuk pemeriksaan rutin.
Misalnya bayi umur 7 bulan, diminta datang kembali untuk skrining pada umur 9 bulan.
Apabila orang tua datang dengan keluhan anaknya mempunyai masalah tumbuh
kembang sedangkan umur anak bukan umur skrining maka pemeriksaan menggunakan
KPSP untuk umur skrining terdekat yang lebih muda. 6
o Alat / instrument yang digunakan adalah :

Formulir KPSP menurut umur, berisi 9-10 pertanyaan tentang kemampuan


perkembangan yang telah dicapai anak. Sasaran KPSP anak umur 0-72 bulan.

Alat Bantu pemeriksaan berupa : pensil, kertas, bola sebesar bola tennis, kerincingan,
kubus berukuran sisi 2,5 cm sebanyak 6 buah, kismis, kacang tanah, potongan biscuit
kecil berukuran 0,5-1 cm.
18

Cara menggunakan KPSP : 1

Pada waktu pemeriksaan / skrining, anak harus dibawa.

Tentukan umur anak dengan menanyakan tanggal, bulan dan tahun anak lahir.Bila
umur anak lebih dari 16 hari dibulatkan menjadi 1 bulan. Contoh : bayi umur 3 bulan
16 hari, dibulatkan menjadi 4 bulan. Bila umur bayi 3 bulan 15 hari dibulatkan
menjadi 3 bulan.

Setelah menentukan umur anak, pilih KPSP yang sesuai dengan umur anak.

KPSP terdiri dari 2 macam pertanyaan, yaitu:Pertanyaan yang dijawab oleh


ibu/pengasuh anak, contoh: Dapatkah bayi makan kue sendiri?

Perintahkan kepada ibu/pengasuh anak atau petugas untuk melaksanakan tugas yang
tertulis pada KPSP. Contoh: Pada posisi bayi anda telentang, tariklah bayi anda pada
pergelangan tangannya secara perlahan-lahan ke posisi duduk.

Jelaskan kepada orangtua agar tidak ragu-ragu atau takut menjawab, oleh karena itu
pastikan ibu/pengasuh anak mengerti apa yang ditanyakan kepadanya.

Tanyakan pertanyaan tersebut secara berurutan, satu persatu. Setiap pertanyaan hanya
ada 1 jawaban, Ya atau Tidak. Catat jawaban tersebut pada formulir.

Ajukan pertanyaan yang berikutnya setelah ibu/pengasuh anak menjawab pertanyaan.

Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab.

o Interpretasi hasil KPSP : 1

Hitunglah berapa jawaban Ya.


-

Jawaban Ya : Bila ibu/pengasuh anak menjawab: anak bisa atau pernah atau

sering atau kadang-kadang melakukannya.


Jawaban Tidak : Bila ibu/pengasuh anak menjawab: anak belum pernah
melakukan atau tidak pernah atau ibu/pengasuh anak tidak tahu.

Jumlah jawaban Ya = 9 atau 10, perkembangan anak sesuai dengan tahap


perkembangannya (S)

Jumlah jawaban Ya =7 atau 8, perkembangan anak meragukan (M)

Jumlah jawaban 6 atau kurang, kemungkinan ada penyimpangan (P)

19

Untuk jawaban Tidak, perlu dirinci jumlah jawaban tidak menurut jenis
keterlambatan (gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa, sosialisasi dan
kemandirian).

B. Tes Daya Dengar ( TDD )


Tujuan tes daya dengar adalah untuk menemukan gangguan pendengaran sejak
dini agar dapat segera ditindaklanjuti untuk meningkatkan kemampuan daya dengar dan
bicara anak. 1,6

C. Tes Daya Lihat ( TDL )


Tujuan tes daya lihat adalah untuk mendeteksi secara dini kelainan daya lihat
agar segera dapat dilakukan tindakan lanjutan sehingga kesempatan untuk memperoleh
ketajaman daya lihat menjadi lebih besar. 1,6
2.5.3 Deteksi Dini Penyimpangan Mental Emosional
Deteksi dini penyimpangan mental emosional adalah kegiatan/pemeriksaan
untuk menemukan gangguan secara dini adanya masalah emosional, autisme dan
gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas pada anak, agar dapat segera dilakukan
tindakan intervensi. 1
Deteksi dini penyimpangan mental emosional bertujuan untuk menemukan
secara dini masalah mental emosional, autisme, serta gangguan pemusatan perhatian dan
hiperaktivitas. Bila penyimpangan mental emosional terlambat diketahui maka
intervensinya akan lebih sulit dan hal ini akan berpengaruh pada tumbuh kembang anak.
Deteksi ini dilakukan oleh tenaga kesehatan. 1,3,6
1) Deteksi dini masalah mental emosional pada anak pra sekolah.
Bertujuan untuk mendeteksi secara dini adanya penyimpangan/masalah mental
emosional pada anak pra sekolah.
2) Deteksi dini autis pada anak pra sekolah.
Bertujuan untuk mendeteksi secara dini adanya autis pada anak umur 18 bulan sampai 36
bulan.

2.6 Intervensi Dini Penyimpangan Perkembangan Anak


20

Tujuan intervensi dan rujukan dini perkembangan anak adalah untuk mengoreksi,
memperbaiki dan mengatasi masalah atau penyimpangan perkembangan sehingga anak
dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan potensinya. Waktu yang
paling tepat untuk melakukan intervensi dan rujukan dini penyimpangan perkembangan
anak adalah sesegera mungkin ketika usia anak masih di bawah lima tahun. Tindakan
intervensi dini tersebut berupa stimulasi perkembangan terarah yang dilakukan secara
intensif di rumah selama 2 minggu, yang diikuti dengan evaluasi hasil intervensi
stimulasi perkembangan. 1,6

2.7 Rujukan Dini Penyimpangan Perkembangan Anak


Rujukan diperlukan jika masalah/penyimpangan perkembangan anak tidak dapat
ditangani meskipun sudah dilakukan tindakan intervensi. Rujukan penyimpangan
tumbuh kembang dilakukan secara berjenjang sebagai berikut : 1,6
1. Tingkat keluarga dan masyarakat
Keluarga dan masyarakat (orang tua, anggota keluarga lainnya dan kader) dianjurkan
untuk membawa anak ke tenaga kesehatan di Puskesmas dan jaringan atau Rumah
Sakit. Orang tua perlu diingatkan membawa catatan pemantauan tumbuh kembang
buku KIA
2. Tingkat Puskesmas dan jaringannya
Pada rujukan dini, bidan, perawat di posyandu, Polindes, Pustu termasuk Puskesmas
keliling, melakukan tindakan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang sesuai
standar pelayanan. Bila kasus penyimpangan tersebut memerlukan penanganan lanjut,
maka dilakukan rujukan ke tim medis di Puskesmas.
3. Tingkat Rumah Sakit Rujukan
Bila kasus penyimpangan tersebut tidak dapat di tangani di Puskesmas maka perlu
dirujuk ke Rumah Sakit Kabupaten yang mempunyai fasilitas klinik tumbuh kembang
anak dengan dokter spesialis anak, ahli gizi serta laboratorium/pemeriksaan
penunjang diagnostic. Rumah Sakit Provinsi sebagai tempat rujukan sekunder
diharapkan memiliki klinik tumbuh kembang anak yang didukung oleh tim dokter
spesialis anak, kesehatan jiwa, kesehatan mata, THT, rehabilitasi medic, ahli terapi,
ahli gizi dan psikolog. 1,3,6

21

BAB III
PENGKAJIAN MASALAH
3.1 Identifikasi Penyebab Masalah
Masalah dapat diartikan sebagai selisih antara ekspektasi dengan kenyataan.
Dilihat dari sudut pandang sistem, masalah berarti kesenjangan antara tolok ukur
dengan hasil pencapaian. Untuk mengetahui masalah yang ada di Puskesmas Poriaha
penulis melakukan observasi dan wawancara dengan petugas tenaga kesehatan.
Penulis mendapatkan beberapa masalah yang terdapat di Puskesmas Poriaha.
Salah satu masalah yang terdapat di Puskesmas Poriaha adalah sesuai dengan
topik mini project yang diangkat oleh penulis, yaitu mengenai program sosialisasi dan
penyuluhan terapi komplementer pada pasien dengan osteoartritis. Berdasarkan hasil
observasi, masalah program sosialisasi dan penyuluhan terapi komplementer pada
pasien dengan osteoartritis adalah sebagai berikut :
1. Sumber Daya Manusia ( Tenaga Kesehatan Puskesmas ) yang mayoritas masih
belum mengetahui mengenai terapi komplementer pada pasien osteoartritis di
Puskesmas Poriaha.
Puskesmas Poriaha mempunyai tenaga kesehatan yang terdiri dari 1 dokter
umum, 1 dokter gigi, 7 perawat , 3 bidan puskesmas, 5 bidan desa dan 2 ahli gizi.
Namun berdasarkan hasil observasi, belum ada tenaga kesehatan baik bidan dan
perawat

yang

mendapatkan

pengetahuan

tentang

terapi

komplementer

osteoartrits. Program sosialisasi terapi lain pada pasien dengan osteoartritis yang
dilakukan di Puskesmas Poriaha masih terbatas pada edukasi untuk menurunkan
berat badan, sedangkan pengetahuan yang lain seperti terapi modalitas lainnya
masih belum terlaksana.
2. Pedoman dalam melakukan sosialisasi dan penyuluhan terapi komplementer
osteoartritis belum terlaksana dengan baik
Belum adanya pedoman dalam melakukan sosialisasi terapi komplementer di
Puskesmas Poriaha. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara Puskesmas

22

masih belum memiliki pedoman dalam program deteksi dan intervensi dini
tumbuh kembang anak.

3. Instrumen untuk program sosialisasi terapi komplementer osteoartritis di


Puskesmas Poriaha.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh penulis
didapatkan bahwa Puskesmas tidak memiliki instrumen yang digunakan sebagai
terapi komplementer osteoartritis.
4. Kurangnya Sosialisasi dan publikasi mengenai pentingnya program deteksi
dan intervensi dini tumbuh kembang anak
Sebagian tenaga kesehatan di Puskesmas Poriaha masih belum paham mengenai
pentingnya program deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang anak.
3.2 Analisis Masalah
Analisis masalah dilakukan untuk menentukan penyebab dari masalah
program sosialisasi terapi komplementer pada pasien osteoartritis. Kerangka konsep
perlu dibuat untuk mengetahui dan mengidentifikasi faktor-faktor penyebab masalah.
Kerangka konsep penyebab masalah disusun ke dalam diagram tulang ikan dengan
masalah sebagai keluaran suatu sistem yang melibatkan komponen masukan,
komponen proses, komponen lingkungan, dan komponen umpan balik.
Berdasarkan kerangka konsep dari masalah diatas, ditemukan

penyebab

masalah dari setiap komponen. Analisis masalah tersebut dijabarkan melalui kerangka
konsep sebagai berikut :

Gambar 4. Diagram fishbone, sebab-akibat masalah dalam program seteksi dan intervensi
dini tumbuh kembang anak

23

BAB IV

PEMECAHAN
MASALAH
Untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan kepuasan pasien di Puskesmas Murung
Pudak diperlukan program-program intervensi sebagai pemecahan masalah. Berdasarkan
pembahasan yang telah dibahas diatas, salah satu penyebab utama dari masalah program
deteksi dini tumbuh kembang anak adalah karena sumber daya manusia ( Tenaga Kesehatan
Puskesmas ) yang mayoritas masih belum terlatih mengenai program deteksi dan intervensi
dini tumbuh kembang anak usia dini. Sehingga dari masalah tersebut diperlukan suatu upaya
intervensi yang salah satunya ialah dalam program sosialisasi dan pelatihan deteksi dan
intervensi dini tumbuh kembang anak.
4.1 Intervensi Pemecahan Masalah Berdasarkan Penyebab Masalah
No
1

Sebab masalah

Intervensi pemecahan masalah

Input
A. Man
A. Man
Mayoritas SDM di puskesmas Memberikan edukasi dan motivasi
belum terlatih dalam program
kepada SDM tenaga kesehatan
deteksi dan intervensi dini
puskesmas mengenai pentingnya
tumbuh kembang anak.
program deteksi dan intervensi dini
tumbuh kembang anak.
Mengadakan
sosialisai
dan
pelatihan mengenai deteksi dan
intervensi dini tumbuh kembang
24

anak di Puskesmas Murung Pudak.


B. Money
B. Money
Belum tersedianya anggaran Merencanakan rincian anggaran
untuk pelaksanaan program
untuk
program
deteksi
dan
deteksi dan intervensi dini
intervensi dini tumbuh kembang
tumbuh kembang anak.
anak
C. Method
C. Method
Belum
adanya
standar Pembuatan SOP deteksi dan
intervensi dini tumbuh kembang
operasional
(SOP)
dan
anak dan penyediaan pedoman
pedoman mengenai program
deteksi dan intervensi dini tumbuh
deteksi dan intervensi dini
kembang anak.
tumbuh kembang anak.

D. Material
D. Material
Belum tersedianya instrumen Penyediaan instrumen pelaksanaan
SDDTK.
untuk pelaksanaan SDDTK.
Process
E. Plan
E. Plan
Belum adanya perencanaan Membuat perencaan dengan dokter
untuk

melakukan

program

pembimbing, kepala puskesmas dan

deteksi dan intervensi dini

tenaga

kesehatan

mengenai

tumbuh kembang anak

program deteksi dan intervensi dini


tumbuh kembang anak.

F. Organization
F. Organization
Belum adanya pengurus dan Merencanakan
penanggung

jawab

pengurus

dan

untuk

penanggung jawab untuk program

program deteksi dan intervensi

deteksi dan intervensi dini tumbuh

dini tumbuh kembang anak

kembang anak.

G. Actualization
Belum adanya

sosialisasi G. Actualization
Sosialisasi dan edukasi tenaga
mengenai
deteksi
dan
kesehatan puskesmas mengenai
intervensi
dini
tumbuh
program deteksi dan intervensi dini
kembang anak.
tumbuh kembang anak.

Environment
Puskesmas

belum

memiliki

Merencanakan kerjasama dengan

25

kerjasama

dengan

dinas

dinas kesehatan terkait program

kesehatan mengenai program

deteksi dan intervensi dini tumbuh

deteksi dan intervensi dini

kembang anak.

tumbuh kembang anak.

4.2 Perincian Intervensi Pemecahan Masalah


Sosialisasi dan Pelatihan Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak
Tujuan

: Puskesmas memiliki tenaga kesehatan yang terlatih dalam deteksi


dan intervensi dini tumbuh kembang anak.

Pelaksana

: dr. Rahmania Kannesia Dahuri ( Dokter Internship )

Sasaran

: Seluruh tenaga kesehatan Puskesmas Murung Pudak

Metode

Dokter di Puskesmas Poriaha sebanyak 2 orang

Perawat di Puskesmas Murung Pudak sebanyak 7 orang

Bidan di Puskesmas Murung Pudak sebanyak 3 orang

Bidan desa di Puskesmas Murung Pudak sebanyak 5 orang

Ahli gizi di Puskesmas Murung Pudak sebanyak 2 orang

: Presentasi dan penyuluhan yang bertema Terapi Komplementer


Osteoartritis

Tempat

: Puskesmas Poriaha

Waktu

: Tentatif , Januari 2017

Fasilitas

: Ruang Aula, LCD proyektor, laptop dan leaflet

Anggaran

:-

Kriteria Keberhasilan :
o Sasaran atau jumlah tenaga kesehatan yang hadir sebanyak
75%
o Terdapat

peningkatan

pengetahuan

tenaga

kesehatan

puskesmas yang diketahui dari hasil pretest dan posttest


Sosialisasi Melalui Media Edukasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh
Kembang Anak
Tujuan

: Tenaga Kesehatan Puskesmas dan Orang tua pasien mengetahui


dan memahami pentingnya deteksi dan intervensi dini tumbuh
kembang anak.

Pelaksana

: dr. Rahmania Kannesia Dahuri ( Dokter Internship )


26

dr. Fakhri Rahman ( Dokter Internship )


Sasaran

: Seluruh tenaga kesehatan Puskesmas Murung Pudak dan pasien


di Puskesmas Murung Pudak.

Metode

:
o Pembuatan flyer dan poster mengenai tumbuh kembang anak
dan pentingnya stimulasi, deteksi dini, dan intervensi tumbuh
kembang anak.
o Pembuatan flyer cara stimulasi anak usia 0- 6 bulan.
o Pembuatan flyer cara stimulasi anak usia 7-12 bulan.
o Pembuatan flyer cara stimulasi anak usia 13-18 bulan.
o Pembuatan flyer cara stimulasi anak usia 19-24 bulan.
o Pembuatan flyer cara stimulasi anak usia 25-36 bulan.
o Pembuatan flyer cara stimulasi anak usia 37-48 bulan.
o Pembuatan flyer cara stimulasi anak usia 48- 60 bulan.
o Pembuatan flyer cara stimulasi anak usia 60-72 bulan.
o Pembuatan flyer waspada autisme, gangguan konsentrasi, dan
hiperaktivitas.

Tempat

: Puskesmas Murung Pudak

Waktu

: Tentatif , Februari 2013

Fasilitas

: Poster dan Flyer

Anggaran

: Rp. 150.000

Kriteria Keberhasilan :
o Puskesmas memiliki poster dan master copy atau softcopy flyer mengenai
tumbuh kembang anak dan pentingnya stimulasi, deteksi dini, dan
intervensi tumbuh kembang anak.
o Puskesmas memiliki master copy atau softcopy flyer cara stimulasi anak
usia 0- 6 bulan.
o Puskesmas memiliki master copy atau softcopy flyer cara stimulasi anak
usia 7-12 bulan.
o Puskesmas memiliki master copy atau softcopy flyer cara stimulasi anak
usia 13-18 bulan.
o Puskesmas memiliki master copy atau softcopy flyer cara stimulasi anak
usia 19-24 bulan.
27

o Puskesmas memiliki master copy atau softcopy flyer cara stimulasi anak
usia 25-36 bulan.
o Puskesmas memiliki master copy atau softcopy flyer cara stimulasi anak
usia 37-48 bulan.
o Puskesmas memiliki master copy atau softcopy flyer cara stimulasi
Puskesmas memiliki master copy atau softcopy anak usia 48- 60 bulan.
o Puskesmas memiliki master copy atau softcopy flyer cara stimulasi anak
usia 60-72 bulan.
o Puskesmas memiliki master copy atau softcopy flyer waspada autisme,
gangguan konsentrasi, dan hiperaktivitas.

28

DAFTAR PUSTAKA
1. Kementrian Kesehatan RI. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi, dan Intervensi Dini
Tumbuh Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI, 2006.
2. Depkes RI. Pedoman Kerja Puskesmas Mengacu Indonesia Sehat 2010. Jakarta, 2003.
3. Djauhar

Ismail.

Deteksi

Dini

Tumbuh

Kembang

Anak.

Diundur

dari:

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195604121983011ATANG_SETIAWAN/PERKEMBANGAN_ABK/DETEKSI_DINI_TUMBUH_KEMBA
NG_ANAK.pdf pada tanggal 15 Desember 2012 pukul 09.53.
4. Dinas Kesehatan Kabupaten Tabalong. Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten
Tabalong 2011. Tabalong, 2011.
5. Puskesmas Murung Pudak. Profil Puskesmas Murung Pudak Tahun 2011. Tabalong, 2011.
6. Soedjatmiko. Deteksi Dini Gangguan Tumbuh Kembang Balita. Diunduh dari:
http://www.idai.or.id/saripediatri/pdfile/3-3-12.pdf pada tanggal 16 September 2012 pukul
9.26.
7. Riset Kesehatan Dasar 2007. Pedoman pengukuran dan Pemeriksaan. Badan Litbang dan
Pengembangan Kesehatan RI Departemen Kesehatan, Jakarta 2007.

29

30

You might also like