You are on page 1of 22

BAB 3

PEMBAHASAN

4.1 Anatomi dan Fisiologis Kulit

Gambar 4.1 Anatomi Kulit


Kulit terdiri dari 3 bagian, yakni epidermis, membran basal dan dermis.
Bagian permukaan dermis disebut bagian papiler. membran basal. Di bawah
membran basal , terdapat puncak saraf yang diatasnya ada sel bakal yang akan
menjadi melanosit. Melanosit memproduksi melanin dan dari tirosin dan sistein
dan bermigrasi ke epidermis. Pigmen melanin dibungkus dalam melanososm dan
akhirnya difagositosis oleh keratinosit. Pigmen akan mengumpul dipermukaan
nucleus sel sebagai paying yang melindungi kulit dari efek sinar ultraviolet.
Kadar melanosit konstan untuk tiap individu, tetapi produksinya dipengaruhi oleh
faktor genetic, hormone estrogen, adrenalin, adrenokortikotropik dan radiasi
cahaya matahari.
8

Fungsi dari kulit yang lainnya adalah sebagai : sebagai pelindung (proteksi),
fungsi ekskresi, fungsi absorbs,keratinisasi, pembentuk pigmen, termoregulasi,
pembentuk vitamin D, persepsi, peran dalam imunologik kulit.
4.2 Tumor Kulit
Tumor kulit adalah suatu penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan sel-sel
kulit yang tidak terkendali dapat merusak jaringan disekitarnya dan mampu
menyebar ke bagian tubuh yang lain.
4.3 Etiologi
Paparan sinar ultraviolet (UV), paling sering dari sinar matahari, sangat
banyak penyebab paling sering dari kanker kulit.
Paparan yang sangat tinggi dari x-ray
Kontak dengan bahan kimia tertentu; arsenic
4.4 Klasifikasi Tumor Kulit
4.4.1. Tumor Jinak (Benign tumor)
1. Veruka Vulgaris
2. Nevus
3. Adenoma Sebaseum
4. Siringoma
5. Fibroma
6. Neurofibromatosis
7. Hemangioma
4.4.2 Tumor Ganas (Malignant tumors)
Kanker kulit yang paling sering ditemukan dari sel-sel lapisan epidermal
dan dalam urutan frekuensi,
Karsinoma sel basal (Basal Cell Carcinoma)
Karsinoma sel skuamosa (Squamos cell carcinoma)
Melanoma Maligna
Keganasan yang timbul dari sel-sel dermis atau struktur adneksa jarang
ditemukan. Pengaruh lingkungan dan penyakit bersamaan dikaitkan dengan
peningkatan kejadian keganasan epidermis. Faktor-faktor ini telah dipelajari
secara ekstensif dan beberapa bentuk terbaik dari pemahaman tentang
penyebab kanker.
1. Karsinoma Sel Basal
9

Karsinoma sel basal (KSB) adalah neoplasma ganas yang berasal dari
sel-sel non keratinosit yang berasal dari lapisan basal epidermis dan jenis
kanker kulit yang paling sering mengenai manusia. WHO mendefenisikan
karsinoma sel basal secara histologi sebagai tumor kulit yang invasif lokal,
penyebarannya lambat dan jarang bermetastase, berkembang di epidermis
atau folikel rambut, secara fakta, sel-sel perifer tersebut biasanya mirip
dengan sel-sel basal dari epidermis. Tumor ini berasal dari sel lapisan
basal atau dari lapisan luar sel folikel rambut yang paling sering muncul
pada daerah-daerah yang sering terpapar sinar matahari. Dengan
demikian, pipi, hidung, dahi, dan telinga merupakan daerah yang sering
terkena.2 KSB biasanya tumbuh lambat dan jarang bermetastase, akan
tetapi dapat menyebabkan kerusakan lokal yang nyata apabila dibiarkan
atau diterapi dengan tidak adekuat.1,3
Nama lain dari karsinoma sel basal dikenal antara lain : Basal cell
epithelioma (BCE), Basalioma,Ulkus rodens, Ulkus Jacob, dan Tumor
Komprecher.1,3
Epidemiologi
Angka kejadian KSB jauh lebih besar pada laki-laki dari pada
perempuan. Hal ini mungkin mencerminkan suatu tingkat yang lebih
tinggi paparan sinar matahari dari laki-laki karena pola kerja. Sepertiga
dari KSB bermanifestasi pada kepala, leher dengan bentuk nodul yang
berulserasi. Insidensi KSB berhubungan langsung dengan usia penderita
dan berhubungan terbalik dengan jumlah pigmen melanin pada epidermis.
10

Dari aspek mortalitas dan morbiditas, walaupun KSB merupakan suatu


neoplasma maligna, namun jarang bermetastasis. Insiden terjadinya
metastasis KSB diperkirakan <0,1%.1,2,3
Gambaran Klinis
Karsinoma sel basal umumnya mudah didiagnosis secara klinis. Ruam
dari karsinoma sel basal terdiri satu atau beberapa nodul kecil seperti lilin
(waxy), semitranslusen berbentuk bundar dengan bagian tengah lesi
cekung (central depression) dan bisa mengalami ulserasi dan perdarahan,
sedangkan bagian tepi meninggi sperti mutiara yang merupakan tanda
khas yang pada pinggiran tumor ini.1
Pada kulit sering dijumpai tanda-tanda kerusakan seperti telangektasia
dan atropi. Lesi tumor ini tidak menimbulkan rasa sakit. Adanya ulkus
menandakan suatu proses kronis yang berlangsung berbulan-bulan sampai
bertahun-tahun dan ulkus ini secara perlahan-lahan dapat bertambah
besar.1,3
1. Tipe Nodula-ulseratif (Ulkus Rosdens)
Jenis ini dimulai dengan nodus kecil 2-4 mm, translusen, warna pucat
sperti lilin (waxy-nodule). Dengan inspeksi yang teliti, dapat dilihat
perubahan pembuluh darah superficial melebar (telangektasia).
Permukaan nodus mula-mula rata tetapi kalu lesi membesar, terjadi
cekungan ditengahnya dan pinggir lesi menyerupai bintil-bintil seperti
mutiara (pearly border). Nodus mudah berdarah pada trauma ringan dan

11

mengadakan dan mengadakan erosi spontan yang kemudia menjadi ulkus


yang terlihat di bagian sentral lesi.
Apabila telah terjadi ulkus, bentuk ulkus seperti kawah, berbatas
tergas, dasar irreguler dan ditutupi oleh krusta. Pada palpasi teraba adanya
indurasi disekitar lesi terutama pada lesi yang mencapai ukuran lebih dari
1 cm, biasanya berbatas tegas, tidak sakit hati atau gatal. Dengan trauma
ringan atau bila krusta diatasnya diangkat, mudah berdarah.
2. Tipe pigmentasi
Gambaran klinisnya sama dengan nodula-ulseratif, pada jenis ini
berwarna coklat atau berbintik-bintik atau homogeni (hitam merata)
kadang-kadang menyerupai Melanoma. Banyak dijumpai pada orang
dengan kulit gelap yang tinggal pada daerah tropis.
3. Tipe morphea-like atau fibrosing
Merupakan jenis yang agak jarang ditemukan. Lesinya berbentuk
plakat yang berwarna kekuningan dengan tepi yang tidak jelas, kadangkadang tepinya meninggi. Pada permukaannya tampak beberapa folikel
rambut yang mencekung sehingga memberikan gambaran seperti
sikatriks.
Kadang-kadang tertutup krusta yang melekat erat. Jarang mengalami
ulserasi. Tepi ini cenderung invasive kearah dalam. Tepi ini menyerupai
penyakit morphea atau skleroderma.
4. Tipe superfisial
Berupa bercak kemerahan dengan skuama halus dan tepi yang
meninggi. Lesi dapat meluas secara lambat, tanpa mengalami ulserasi.
12

Umumnya multiple, terutama dijumpai pada badan, kadang-kadang pada


leher dan kepala.
5. Tipe fibroepitelial
Berupa satu atau beberapa nodul dan sering bertangkai pendek.
Permukaannya halus dan sedikit kemerahan. Terutama dijumpai
dipunggung. Tipe ini sangat jarang ditemukan.

Sindroma karsinoma sel basal nevoid merupakan penyakit autosomal


dominan. Selama masa kanak-kanak, nodul kecil akan muncul, seringkali
jumlahnya ratusan. Selama stadium nevoid, ukuran dan jumlah nodur
bertambah. Sering setelah umur dewasa, lesinya mengalami ulserasi dan
ke dalam stadium neoplastik dimana terjadi invasi, desktruksi dan
mutilasi. Kelainan yang berhubungan dengan karsinoma sel basal nevoid
antara lain adalah kista rahang, skoliosis, retardasi mental, spina bifida.1
Gambaran Histopatologi
Sifat-sifat histopatologis dari karsinoma sel basal bervariasi, namun
pada umumnya mempunyai inti yang besar, oval atau memanjang dengan
sedikit sitoplasma. Sel pada karsinoma sel basal mirip dengan sel basal
pada stratum basal epidermis hanya rasio antara inti dengan sitoplasma
lebih besar atau tidak tampak adanya jembatan antar sel. Inti dari sel
karsinoma sel basal lebih seragam (tidak banyak berbeda dalam ukuran
dan intesitas pewarnaan.

13

Tumor kistik menunjukkan diferensiasi terhadap kelenjar sebasea.


Dalam gambaran histologi, satu atau beberapa ruang kistik mungkin
muncul dalam lobules tumor. Dalam berbagai variasi adenoid dari
karsinoma sel basal, tumor menunjukkan bentuk tubular atau kelenjar.1
Diagnosis
Ditegakkan berdasarkan anamnesis ,pemeriksaan fisik (gejala klinis)
dan pemeriksaan histopatologis. Dari anamnesis terdapat kelainan kulit
terutama dimuka yang sudah berlangsung lama berupa benjolan kecil,tahi
lalat,luka yang sukar sembuh,lambat menjadi besar dan mudah berdarah.
Tidak ada rasa gatal / sakit . pada pemeriksaan fisik terlihat papul /ulkus
dapat berwarna seperti warna kulit atau hiperpigmentasi. Pada palpasi
teraba indurasi. Tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening
regional. Pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan hispatologi yaitu
dengan dilakukan biopsi.
Penatalaksanaan
Tujuan karsinoma sel basal yaitu kesembuhan dengan hasil kosmetik
yang baik karena umumnya karsinoma sel basal terdapat pada wajah.
Terapi dapat bersifat preventif dan kuratif. Banyak metode pengobatan
karsinoma sel basal yaitu :
Preventatif
Oleh karena sinar matahari predisposisi utama untuk terjadi kanker
kulit maka perlu diketahui perlindungan kulit terhadap sinar matahari,
terutama bagi orang-orang yang sering melakukan aktifitas diluar rumah
14

dengan cara memakai sunscreens (tabir surya) selama terpajan sinar


matahari. Penggunaan tabir surya untuk kegiatan diluar rumah diperlukan
tabir surya dengan SPM yang lebih tinggi (>15-30).Adanya hubungan
antara terbentuknya berbagai radikal bebas antara lain akibat sinar UV
pada beberapa jenis kanker kulit, telah banyak dilaporkan. Pemakaian
antioksidan

dapat

berfungsi

untuk

menetralkan

kerusakan

atau

mempertahankan fungsi dari serangan radikal bebas. Telah banyak bukti


bahwa terpaparnya jaringan dengan radikal bebas dapat mengakibatkan
berbagai gejala klinik atau penyakit yang cukup serius.Akibat reaksi
oksidatif radikal bebas di DNA menimbulkan mutasi yang akhirnya
menyebabkan kanker. Diantara antioksidan tersebut adalah ; betakaroten,
vitamin E, dan vitamin C.
Kuratif
1. Bedah eksisiBedah eksisi atau bedah skalpel pada KSB dini
memberikan tingkat sembuhan yang tinggi.1
2. Radiotera(priadiasiionisasi)Penyinaran

lokal

diberikan

lapangan

radiasi meliputi tumor dengan 1 - 2 cm jaringan sehat disekelilingnya.


Penyinaran dilakukan dengan dosis 200 cGy per fraksi, 5 fraksi dalam
1 minggu dengan total dosis 4000 cGy.1
3. Kuretase dan elektrodesikasidilakukan pada tingkat yang dini, cara
yang terbaik dengan cara cutting dan koagulasi dibantu dengan
curettage.

Jika

hendak

mengambil

spesimen

jaringan

untuk

pemeriksaan histopatologi, dilakukan dengan electro section (pure


15

cutting). Terlebih dahulu diberi marker 3 - 5 mm di luar tumor.1


4. Bedah beku (cryosurgery). Bedah beku adalah suatu metode
pengobatan dengan menggunakan bahan yang dapat menurunkan suhu
jaringan tubuh dari puluhan sampai ratusan derajat Celcius di bawah
nol (subzero). Efek yang ingin dicapai :

- Perubahan sel epidermal dan epidermolisis dengan pembekuan ringan


dimana terjadi vesikulasi (tampak vesikel atau bula), kemudian diikuti
krustasi dan proses wound healing tanpa jaringan parut dan
kemungkinan hipopigmentasi.

- Cryonecrosis, destruksi serta nekrosis sel dalam jaringan dermis dan


jaringan dibawahnya dengan cara pembentukan kristal es intra dan
ekstra sel, akibatnya terjadi kerusakan membran sel dan perubahan
konsentrasi elektrolit, iskemik, respon immunologik selama masa
pencarian kristal es (thaw period).1
Prognosis
Karsinoma sel basal mempunyai rekurensi tinggi, terutama bila
pengobatan tidak adekuat. Biasanya rekurensi terjadi 4 bulan pertama
sampai 12 bulan setelah pengobatan. Prognosis umumnya baik dengan
five year survival rate mencapai 99%.2

16

Gambar 4.2 Karsinoma Sel Basal


6. Karsinoma Sel Skuamosa
Karsinoma sel skuamosa disebut juga karsinoma planoseluler, berasal
dari sel lapisan spinosum. Selain sinar UV cahaya matahari, faktor
penyebabnya

adalah

bahan

kimia,

sediaan

sitostatik,

sediaan

imunosupressan, dan tukak menahun (Tukak Marjolin). Terdapat dua jenis


karsinoma planoseluler. Jenis yang lambat timbul biasanya menonjol dan
berbentuk mirip veruka. Jenis ini bersifat invasive setempat dan
kemungkinan metastasisnya kecil, contohnya sebagian besar tukak
Marjolin. Jenis yang berbentuk noduler dan induratif tumbuh dengan
cepat, dapat bertukak dan cenderung bermetastasis. Metastasis terjadi
melalui saluran limfe ke kelenjar getha bening regional. Karsinoma sel
skuamosa dapat ditemukan pula pada mukosa yang dilapisi epitel
skuamosa berlapis, seperti bibir, lidah, rongga mulut dan esophagus.
Diagnosis bandingnya adalah keratosis senilis, basalioma,
keratokantoma dan tukak kronik, sedangkan terapinya dilakukan dengan
eksisi radikal dan biopsy kelenjar limfe regional yang dicurigai. Kelenjar
limfe harus diperiksa ulang beberapa waktu setelah luka pembedahan
sembuh. Jika kelenjar masih membengkak, harus dilakukan biopsy dan
jika metastasis dapat dilakukan limfadenektomi regional.

17

Gambar 4.3 Karsinoma

sel

Skuamos
7. Melanoma Maligna
Melanoma

maligna

berasal dari melanosit jenis dermoepidermal, baik yang berpigmen


maupun yang tidak (amelonotik). Angka kejadian melanoma
malignum pada dasawarsa terakhir cenderung meningkat pesat. Gejala
atau tanda yang patut dicurigai sebagai tanda keganasan suatu lesi
berpigmen adalah perubahan warna seperti lebih terang atau lebih
gelap, gatal, perubahan bentuk menjadi tidak teratur atau nevus
bertambah luas serta bertambah tebal, pertumbuhan horizontal dan
vertical, permukaan tidak rata dan akhirnya pembentukan tukak.
Perdarahan menjadi tanda bahwa proses sudah sangat lanjut.
Melanoma ditemukan pada semua usia, dimulai dari masa
pubertas dengan insidens tertinggi ditemukan pada usia sekitar 40
tahun. Sering ditemukan pada penduduk daerah tropic. Separuh dari
melanoma terdapat ditelapak kaki yaitu pada pinggir dan lengkung
telapak kaki pada orang yang biaa tidak beralas kaki, selebihnya
terdapat diseluruh permukaan kulit. Melanoma dapat timbul diluar
kulit yaitu rectum dan iris.
18

Beberapa faktor yang diperkirakan sebagai faktor penting


dalam mekanisme karsinogenesis keganasan adalah sebagai berikut :
1. Faktor Genetik
Faktor keluarga yang menderita keganasan inni meningkatkan
resiko 200 kali terjangkitnya

Melanoma Maligna (MM).

Ditemukannya Melanoma Maligna familial pada 8% kasus baru.


Terjadinya MM juga dihubungkan dengan terjadinya keganasan
lainnya misalnya retinoblastoma dan beberapa sindrom keganasan
dalam keluarga.
2. Melanocytic nevi
Keadaan ini dapat timbul berhubungan dengan kelainan genetic
atau dengan lingkungan tertentu. Jumlah nevi yang ditemukan
berkaitan dengan jumlah paparan sinar matahari pada masa kanakkanak dan adanya efek genetic tertentu. Sejumlah 30-90% MM
terjadinya nevi yang sudah ada sebelumnya.
3. Faktor biologik
Trauma yang berkepanjangan merupakan resiko terjadinya
keganasan ini, misalnya pada iritasi akibat ikat pinggang. Keadaan
biologic

lainnya

yang

memengaruhi

adalah

berkurangnya

ketahanan imunologik, misalnya pada penderita pengangkatan


ginjal dan juga M. Hodgkin akan meningkatkan kejadian MM.
Perubahan keadaan hormonal juga meningkatkan kejadian MM
dan juga meningkatkan kekambuhan stelah pengobatan pada
penderita MM.
4. Faktor lingkungan

Paparan sinar UV dari matahari merupakan faktor penting yang


dikaitkan dengan peningkatan terjadinya MM, terutama bila terjadi
19

sun burn yang berulang pada orang yang berpigmen rendah. Gejala
dan tanda-tanda spesifik ditemukan pada MM yang telah dikenal
secara luas adalah sebagai berikut (ABCDE dari Melanoma
Maligna)
- A- symmetry, yaitu bentuk tumor yang tidak simetris
- Border irregularity, yaitu garis batas yang tidak teratur
- Colour variation, dari yang tidak berwarna sampai hitam pekat
-

dalam satu lesi


Diameter tumor lebih besar dari 6mm
Evolution/change dari lesi dapat diperhatikan sendrii oleh
penderita atau keluarga

Gambar 4.4 Melanoma Maligna


Penyebabnya tidak diketahui tetapi sinar UV matahari turut
berperan, terutama pada masa usia muda. Rangsangan kronik mungkin
berperan pada melanoma maligna di telapak kaki. Sindrom nevus

20

displastik yang jarang ditemukan merupakan kelainan pramelanoma


malignum.
Gambaran Klinik
Terdapat 3 jenis MM (Clark, 1967;1969 dan Mc Govern,1970)
dengan 1 jenis tambahan baru (Reed, 1967 dan Seiji, M dkk, 1977).
Keempat jenis MM tersebut terdiri atas :
1. Superficial spreading melanoma (SSM) merupakan jenis yang
terbanyak dari melanoma maligna (70%) di Indonesia merupakan
jenis kedua terbanyak. Pada umumnya timbul dari nevus atau pada
kulit normal (de novo). Berupa plak atchiformis berukuran 0.5 3
cm dengan tepi meninggi dan ireguler. Pada permukannya terdapat
campuran dari bermacam-macam warna, seperti coklat, abu-abu,
biru, hitam dan sering kemerahan. Meluas secara radial. Pada
umumnya lesi mempunyai ukuran 2 cm dalam waktu 1 tahun,
untuk melanjutkan tumbuh secara vertical dan berkembang
menjadi nodula biru kehitaman. Dapat mengalami regresi spontan
dengan meninggalkan bercak hipopigmentasi. Predileksinya pada
wanita dijumpai di tungkai bawah, sedangkan pada pria di badan
atau leher.
Epidermis :

- Melanosit berbentuk epiteloid dapat tersusun

sendiri-sendiri atau berkelompok


- Pada umumnya sel-sel terebut tidak menunjukkan
Dermis

bentuk yang pleimorfik


: - Sarang-sarang tumor yang padat dengan melanosit
berbentuk epiteloid yang besar serta berkromatin
atipik
21

- Di dalam sel-sel tersebut terdapat butir-butir melanin


- Kadang-kadang dapat ditemukan melanosit
berbentuk kumparan (spindle) dan sel-sel radang
2. Nodular Melanoma (NM) merupakan jenis melanoma kedua
terbanyak (15-30%) sifatnya lebih agresif. Di Indonesia ini
merupakan jenis yang tersereing. Timbul pada kulit normal (de
novo) dan jarang dari suatu nevus. Berupa nodul berbentuk
setengah bola (dome shaped) atau polipoid dan eksofitik, berwarna
coklat kemerahan atau biru sampai kehitaman. Pertumbuhannya
secara vertical (invasive). Dapat mengalami ulserasi, perdarahan,
dan timbul lesi satelit. Metastyasis limfogen dan hematogen dapat
timbul sejak awal terutama dijumpai pada pria dengan predileksi
dipunggung. Perbandingan antara pria dan wanita 2:1.
Epidermis : - Melanosit berbentuk epiteloid dan kumparan atau
campuran kedua bentuk tersebut dapat ditemukan pada daerah
dermo-epidermal.
Dermis
: - Sejak semula sel-sel tersebut mempunyai
kemampuan untuk meluas secara vertical. Menginvasi lapisan
retikularis dermis, pembuluh darah dan subkutis.
3. Lentigo Maligna Melanoma (LML) merupakan kelainan yang
jarang ditemukan (4-10%). Pertumbuhan vertical, sangat lambat
dengan lokasi terbanyak di daerah muka yang terpapar sinar
matahari.
Berupa macula coklat sampai kehitaman, berukuran beberapa
sentimeter dengan tepi tidak teratur. Meluas secara lambata pada
bagian tepi lesi (radial).
22

4. Acral Lentiginosus Melanoma (ALM) I Palmar-Plantar-Sungual


Melanoma (PPSM)
Pada umumnya timbul pada kulit normal (de novo). Berupa nodul
dengan warna yang bervariasi dan pada permukaannya dapat
timbul papula, nodul serta ulserasi. Kadang-kadang lesinya tidak
mengandung pigmen (amelanoticm elanoma).
Sistem Klasifikasi Melanoma Maligna
Pada umumnya MM digunakan sebagai sistem klasifikasi
klinik (stadium klinik) dan klasifikasi histologik (tingkat invasi
Clark & kedalamannya Breslow).
Kegunaan sistem klasifikasi tersebut, yaitu :
- Untuk menentkan tindakan pengobatan
- Untuk menentukan prognosis
- Untuk membandingkan hasil pengobatan antara berbagai klinik.
Klasifikasi Klinik Melanoma Maligna
Sampai saat ini digunakan stadium klinik (dengan beberapa
modifikasi) sebagai klasifikasi standar MM, terdiri dari 3 stadium
Stadium I : MM lokal tanpa metastasis jauh atau kelenjar limfe
regional
Termasuk Stadium I :
- Melanoma primer yang belum diobati atau telah
dilakukan biopsi eksisi
- Melanoma rekuren local yang berada dalam jarak 4

Stadium II

cm dari lesi primer


- Melanoma primer multiple
: Sudah terjadi metastasis yang berbatas pada
kelenjar limfe regional
Termasuk Stadium II :
- Melanoma primer yang mengadakan metastasis
secara simultan
- melanoma primer yang terkontrol dan kemudian
terjadi metastasis
23

- Melanoma rekuren local dengan metastasis


- Metastasis in-transit yang berada diluar jarak 4 cm
dari lesi primer
- Melanoma primer yang tidak diketahui dengan
Stadium II

metastasis
: Melanoma diseminata, di mana sudah terjadi
metastasis jauh.
Termasuk Stadium III:
- Bila sudah terjadi metastasis ke alat-alat dalam
dan subkutan

Pada kira-kira 25-30% penderita Melanoma Maligna sudah


menunjukkan adanya metastasis ke kelenjar limfe regional, walaupun
secara klinik belum teraba pembesaran kelenjar limfe. Hal ini
menerangkan bahwa untuk menentukan prognosis dan tindakan
pengobatan tidak cukup hanya pada klasifikasi stadium klinik saja,
tetapi perlu disertai dan ditentukan berdasarkan histologik.

24

Gambar 4.5 Klasifikasi Melanoma Maligna


Klasifikasi Tingkat Invasi Menurut Clark
Clark (1969) membagi MM menurut invasinya di dalam lapisan kulit
atas lima tingkatan
Tingkat I
:Sel Melanoma terletak di atas membrane basalis
epidermis ( melanoma insitu : intra epidermal). Sangat
Tingkat II

jarang dan tidak membahayakan.


: Invasi sel melanoma sampai dengan lapisan papilaris
dermis (dermis bagian superficial)

25

Tingkat III

: Invasi sel melanoma sampai dengan perbatasan


antara lapisan papilaris dan lapisan retikularis dermis.

Tingkat IV

Sel melanoma mengisi papilla dermis.


: Invasi sel melanoma sampai dengan lapisan

Tingkat V

retikularis dermis
: Invasi sel melanoma sampai dengan jaringan
subkutan

Klasifikasi kedalaman (ketebalan) tumor menurut Breslow


Breslow (1970) membagi melanoma Maligna dalam tida golongan
Golongan I
: Dengan kedalamam (ketebalan) tumor kurang dari
Golongan II

0,76 mm
: Dengan kedalaman (ketebalan) tumor antara 0,76

mm- 1,5mm
Golongan III : Dengan kedalaman (ketebalan) tumor 1,5 mm
Hubungan antara tingkat menurut Clark dan kedalaman (ketebalan)
tumor menurut Breslow : Melanoma Maligna dengan kedalaman
sampai 0,65 mm menurut klasifikasi Breslow, sesuai dengan Tingkat II
menurut klasifikasi Clark. Lesi Melanoma Maligna dengan kedalaman
1,5 mm atau lebih menurut klasifikasi Breslow, sesuai dengan tingkat
IV dan V menurut klasifikasi Clark. Sedangkan kedalaman antara 0,65
mm dan 1,5 mm menurut klasifikasi Clark.
Pemeriksaan Penunjang
Biopsi
Pemeriksaan laboratorium dimulai dengan dilakukannya biospsi
pada lesi. Biopsi eksisi dilakukan bila tidak memacu perkembangan
terhadap metastaselesi. Tindakan biopsi eksisi dilakukan dengan
mengambil marginal jaringan normal secukupnya yang dapat

26

dilakukan jika lesi berukuran kecil, namun pada lesi yang cukup besar
dengan keterbatasan anatomi, maka biopsi inisi sangat memadai.
b) Pemeriksaan mikroskopik
pemeriksaan mikroskopik dilakukan setelah biopsi dengan preparat
didapat.

Pada

pemeriksaan

mikroskopik

didapat

gambaran

histopatologis berupa sel-sel yang ganas dan tersusun rapat yang


mempunyai variasi dalam bentuk dan ukuran.
Penatalaksanaan Melanoma Maligna
1. Eksisi Bedah
Dilakukan seluas 1 cm di luar tumor. Eksisi dengan menyertakan
fascia profunda tidak memengaruhi prognosis, demikian juga
diseksi

kelenjar

getah

bening

pada

tumor

yang

belum

menunjukkan tanda metastasis jauh.


2. Elective Lymph Node Dessection (ELND)
Dilakukan pada melanoma stadium III, dimana telah terdapat
metastase ke kelenjar lymph. Hal ini dibuktikan dengan terabanya
pembesaran kelenjar lymph. ELND masih merupakan terapi yang
controversial. Cara yang dianjurkan adalah dengan intraoperative
lymphatic mapping.
3. Interferon a 2b
Dapat digunakan sebagai terapi adjuvant pada melanoma yang
berukuran

lebih

dari

mm

(stadium

V),

tetapi

harus

dipertimbangkan tingkat toksisitasnya yang masih tinggi. Tujuan


terapi ini diharapkan dapat menghambat metastasis yang lebih jauh
lagi.
4. Kemoterapi

27

Dikatakan tidak terlalu bermanfaat pada terapi melanoma. Jenis


kemoterapi yang paling efektif adalah dacarbazine (DTIC =
Dimethyl Triazone Imidazole Carboxamide Decarb zine)
5. Kemoterapi Perfusi
Cara ini bertujuan untuk menciptakan suasana hipertermis dan
oksigenasi pada pembuluh-pembuluh darah pada sel tumor dan
membatasi distribusi kemoterapi dengan menggunakan tourniquet.
Cara ini diharapkan dapat menggantikan amputasi sebagai suatu
terapi
6. Terapi Radiasi
Digunakan hanya sebagai terapi simptomatis pada melanoma
dengan metastasis ke tulang dan susunan syaraf pusat (SSP).
Meskipun demikian hasilnya tidak begitu memuaskan.
Tanpa pengobatan, kebanyakan melanoma akan bermetastase
dan mengakibatkan kematian pasien. Saat ini, karena diagnosis
klinik yang dini, lebih dari 80% melanoma diterapi dengan bedah
eksisi sederhana dan dengan edukasi yang lebih baik mengenai
tanda-tanda klinik melanoma, angka kekambuhannya menjadi
95%.
Komplikasi Melanoma Maligna
Melanoma Maligna merupakan tumor kulit yang ganas dapat
menyebar ke bagian tubuh lainnyaseperti kelenjar limfa, menyebabkan
hipertensi, hypercholesterolemia. Metastasis dapat terjadi pada local (di
dalam atau sekitar lesi primer) pada limfonodi atau pada :
1. Kulit yang jauh dari lesi primer
2. Limfonodi yang jauh
3. Organ-organ dalam
4. Tulang
Prognosis Melanoma Maligna
28

Prognosis tergantung oleh beberapa faktor seperti sifat tumor,


stadium klinis, lokasi metastasis, faktor penderita dll.

29

You might also like